Anda di halaman 1dari 12

KABINET ORDE LAMA (ORLA)

 KABINET SUTAN SYAHRIR

MASA KABINET SUTAN SYAHRIR :

masa kerja kabinet Sjahrir berlangsung dalam 3 babak Pemerintahan yaitu Kabinet Sjahrir
pertama (14 November 1945 – 12 Maret 1946), Kabinet Sjahrir kedua (13 Maret 1946 – 2
Oktober 1946) dan Kabinet Sjahrir ketiga (2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947). Kabinet ini
menjalankan pemerintahan indonesia di era revolusi.

MENTERI - MENTERI DAN PROGRAM KERJA SUTAN SYAHRIR :

Syahrir mengusung kabinet dan program kerja yang benar – benar bersih dari ke jepang
jepangan antara lain :

1. Menteri Dalam Negeri : Sutan Sjahrir

2. Menteri Keamanan Rakyat : Amir Sjarifuddin

3. Menteri Kehakiman : Soewandi

4. MenteriKemakmuran : Darmawan Mangoenkoesoemo


5. Menteri Kesehatan : Darma Setiawan

6. Menteri Keuangan : Soenarjo

7. Menteri Luar Negeri : Sutan Sjahrir

8. Menteri Muda Keamanan Rakyat : S. Josodiningrat

9. Menteri Negara : Rasjidi

10. Menteri Pekerjaan Umum : Putuhena

11. Menteri Penerangan : Amir Sjarifuddin

12. Menteri Pengajaran : T.S.G. Mulia

13. Menteri Perhubungan : Abdulkarim

14. Menteri Sosial : Adji Darmo Tjokronegoro

15. Wakil Menteri Dalam Negeri : Harmani

16. Wakil Menteri Keamanan Rakyat : Abdul Moerad

Program Kabinetnya adalah,

1. Menyempurnakan susunan Pemerintah Daerah berdasarkan kedaulatan Rakyat

2. Mencapai Koordinasi segala tenaga rakyat di dalam usaha menegakkan Negara


Republik Indonesia serta pembangunan masyarakat yang berdasarkan keadilan dan
perikemanusiaan.

3. Berusaha untuk memperbaiki kemakmuran rakyat di antaranya dengan jalan


pembagian pangan.

4. Berusaha mempercepat keberesan tentang hal uang Republik Indonesia.

KEBIJAKAN KABINET SUTAN SYAHRIR :

Kebijakan ekonomi dan politik yang dijalankan Sjahrir antara lain membentuk badan-badan
usaha untuk menangani masalah sektor ekonomi Indonesia, menerbitkan ORI, diplomasi
beras ke India, serta ratifikasi Perjanjian Linggarjati.

JATUHNYA KABINET SUTAN SYAHRIR KARENA :


1) Tekanan oposisi Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka dan kedatangan pasukan
sekutu Inggris dan pasukan Belanda.

2) menandatangi Perjanjian Linggarjati.

 KABINET AMIR SYARIFUDIN

MASA KABINET AMIR SYARIFUDIN :

Kabinet Amir Sjarifuddin I adalah kabinet Indonesia pada masa era revolusi , periode kabinet
ini dari 3 Juli 1947 - 11 November 1947.

MENTERI - MENTERI DAN PROGRAM KERJA AMIR SYARIFUDIN :

Amir kemudian membentuk kabinet sesuai kemampuan, susunannya sebagai berikut :

Menteri Agama : K. Achmad Asj’ari

Menteri Dalam Negeri : Wondoamisono

Menteri Kehakiman : Susanto Tirtoprodjo

Menteri Kemakmuran : A.K. Gani

Menteri Kesehatan : J. Leimena

Menteri Keuangan : A.A. Maramis

Menteri Luar Negeri : Agus Salim

Menteri Muda Dalam Negeri : Abdul Madjid Djojohadiningrat

Menteri Muda Kemakmuran I : I.J. Kasimo

Menteri Muda Kemakmuran II : Adji Darmo Tjokronegoro

Menteri Muda Kesehatan : Satrio

Menteri Muda Keuangan : Ong Eng Di

Menteri Muda Luar Negeri : Tamsil


Menteri Muda Pekerjaan Umum: Laoh

Menteri Muda Penerangan : Sjahbudin Latif

Menteri Muda Perburuhan : Wilopo

Menteri Muda Pertahanan : Arudji Kartawinata

Menteri Muda Sosial : Sukoso Wirjosaputro

Menteri Negara : Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Menteri Negara : Suja’as

Menteri Negara : Wikana

Menteri Negara : Hindromartono

Menteri Negara : Siauw Giok Tjhan

Menteri Negara : Maruto Darusman

Menteri Pekerjaan Umum : Moch. Enoch

Menteri Penerangan : Setiadi Reksoprodjo

Menteri Pengajaran : Ali Sastroamidjojo

Menteri Perburuhan : S.K. Trimurti

Menteri Perhubungan : Djuanda Kartawidjaja

Menteri Pertahanan : Amir Sjarifuddin

Menteri Sosial : Suprodjo

PROGRAM KERJA KABINET AMIR SYARIFUDIN :

 Menjawab Nota Dari Belanda

Nota Belanda pada tanggal 29 Juni yang dikirim oleh Van Mook belum mendapat
jawaban dari Presiden. Nota inilah yang harus dijawab oleh Kabinet Amir. Nota balasan
akhirnya dikirim oleh Kabinet amir pada tanggal 8 Juli. Isinya yang perlu mendapat perhatian
adalah Pemerintah Republik ingin perhubungan luar negeri Republik Indonesia yang telah
ada diberi tempat yang sesuai dalam rencana yang dimasudkan. Berkenaan dengan soal
keamanan dan ketertiban dalam negeri, pemerintah tetap berpendirian seperti yang telah
tertera dalam nota presiden.
Pertemuan antara Perdana Menteri Amir Syarifuddin dengan Jenderal Van Mook
berlangsung pada tanggal 14 dan 15 juli 1947. Perundingan menemui jalan buntu. Indonesia
tetap mempertahankan kesatuan bersama. Indonesia tidak mau kalah dengan pihak Indonesia
dan menginginkan perhentian permusuhan. Keinginan tersebut disambut baik oleh kedua
belah pihak dan keduanya mengumumkan perhentian permusuhan. Tetapi pihak Belanda
ingkar dan yang harus menghentikan permusuhan hanya dari pihak Indonesia.
Aksi perhentian permusuhan ini gagal setelah Perdana Menteri Belanda Dr. Louis
memberikan kuasa penuh kepada Van Mook untuk melakukan aksi militer karena Indonesia
tidak memenuhi Persetujuan Linggarjati dan menolak usul Belanda. Akibat ucapan dari Dr.
Louis, di Indonesia terjadi penangkapan besar-besaran tokoh-tokoh di Indonesia. dengan
demikian Kabinet Amir Syarifuddin gagal dalam membalas nota dari Jenderal Van Mook.

KEBIJAKAN KABINET AMIR SYARIFUDIN :

Kabinet Amir Syarifuddin dibentuk pada tanggal 3 Juli 1947. Kebijakan utamanya adalah
memperkuat kabinet dalam rangka menghadapi perundingan dengan Belanda, dalam hal ini
persetujuan Renville.

JATUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDIN :

Pada saat perundingan berlangsung diadakan reshuffle Kabinet amir sjarifuddin.


Tujuan pemerintah adalah untuk memperkuat kabinetnya dalam rangka mengahadapi
perundingan dengan Belanda. Walaupun kabinet Amir merupakan kabinet koalisi yang kuat,
namun setelah kabinetAmir menerima hasil perjanjian Renville, partai-partai politik kembali
menentangnya dan menarik kembali menteri-menterinya dari kabinet. Sebagai hasil sidang
Dewan partai tanggal 18 Januari 1948, PNI menuntut supaya Kabinet Amir menyerahkan
mandatnya kepada Presiden. PNI menolak Persetujuan Renville, karena persetujuan tersebut
tidak menjamin dengan tegas akan kelanjutan dan kedudukan Republik. Kabinet Amir yang
hanya didukung oleh sayap kiri tidak berhasil dipertahankan dan pada tanggal 23 Januari
1948 Amir Sjarifuddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekrano.
Didalam tubuh pemerintahan terjadi pertentangan internal terkait hasil Perundingan
Renville yang ditanda tangani oleh Amir. Sebelum penandatangan terjadi, Sjahrir dan
pengikutnya yang telah melebur didalam PS membentuk Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada
12 Februari di Yogyakarta. PNI dan Masyumi menilai Amir membawa pulang kekalahan
yang sangat merugikan. Tidak bedanya dengan Sjahrir, Amir pun ditikam dari belakang oleh
rekan-rekannya sendiri. PNI dan Masyumi menarik perwakilannya dari jajaran kabinet
pemerintahan. Itu berarti Amir tidak lagi mendapat suara mayoritas dari Parlemen. Koalisi
hancur, kabinet menjadi lumpuh dan Amir membubarkan kabinetnya pada 23 Januari 1948.

 KABINET HATTA

MASA KABINET HATTA :

Kabinet ini dibentuk oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, atas perintah Presiden Soekarno
pada tanggal 23 Januari 1948, hari yang sama saat kabinet sebelumnya dinyatakan bubar.
Kabinet ini bertugas pada periode 29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949.

MENTERI - MENTERI DAN PROGRAM KERJA HATTA :


PROGRAM KERJA KABINET HATTA

Program-program kerja yang akan dilakukan oleh Hatta meliputi empat butir program kerja,
yaitu:

1. Pelaksanaan Persetujuan Renville tentang gencatan senjata dan prinsip-prinsip politik serta
melanjutkan perundingan dengan Belanda melalui komisi jasa-jasa.

2. Mempercepat pembentukan suatu Republik Indonesia Serikat yang demokratis dan


berdaulat.

3. Rasionalisasi dan Rekonstruksi ekonomi dan angkatan perang Republik.

4. Perbaikan kerusakan yang ditimbulkan oleh perang dan pendudukan Jepang.

KEBIJAKAN KABINET HATTA :

Sesudah pelantikan kabinet pada 3 Februari, Hatta menjelaskan pokok-pokok kebijakan yang
akan dijalankan dihadapan KNIP pada 16 Februari, antara lain berisi :

1. Menyelesaikan konflik Indonesia – Belanda dengan menyetujui kesepakatan Renville

2. Usaha mempertahankan RI diubah menjadi membentuk Negara Indonesia Serikat


(NIS).

3. Rasionalisasi ke dalam karena perlunya penyaluran tenaga kerja produktif ke bidang


masing-masing

4. Rasionalisasi angkatan perang yang terbilang buncit jumlahnya.

JATUHNYA KABINET HATTA

Kabinet Hatta sebenarnya ada 3, yaitu kabinet Hatta pertama ( 29 Januari 1949 - 4 Agustus
1948), lalu kabinet Hatta kedua (4 Agustus - 14 Desember 1949) dan kabinet hatta RIS
(Republik Indonesia Serikat) (14 Desember 1949 - 15 Agustus 1950).

Kabinet I berakhir karena bung Hatta dan Presiden diculik oleh Belanda yang menjadi awal
agresi militer Belanda II, sehingga kabinet pun dinonaktifkan dan digantikan oleh pemerintah
darurat di Sumatra yang dipimpin oleh Sjaffrudin Prawiranegara.

Kabinet II berakir karena bung Hatta harus mempersiapkan diri menuju ke Konferensi Meja
Bundar di Den Haag dan hasil KMB membuat kabinet tersebut resmi dibubarkan dan diganti
oleh kabinet pemerintah federasi (RIS).

Kabinet RIS Hatta berakhir karena RIS dibubarkan dan diganti oleh negara kesatuan RI.
Bung Hatta juga memilih mengembalikan amanat kepada presiden Soekarno.
 KABINET SUSANTO

MASA KABINET SUSANTO :

Kabinet Susanto merupakan kabinet peralihan sewaktu pembentukan Republik Indonesia Serikat.
Kabinet ini hanya bertugas selama satu bulan dan dengan jumlah menteri yang cukup sedikit, karena
sifatnya yang sementara. Setelah Abdul Halim terpilih menjadi Perdana Menteri, maka kabinet ini
dibubarkan. Kabinet ini di bentuk tanggal 20 desember 1949 – 21 januari 1950.

MENTERI - MENTERI DAN PROGRAM KERJA SUSANTO :

1. Menteri Dalam Negeri : Susanto Tirtoprodjo

2. Menteri Kehakiman : Susanto Tirtoprodjo

3. Menteri Penerangan : Samsuddin

4. Menteri Keuangan : Lukman Hakim

5. Menteri Persediaan Makanan Rakyat : I. J. Kasimo

6. Menteri Kemakmuran : I. J. Kasimo

7. Menteri Perburuhan dan Sosial : Kusnan

8. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan : S. Mangunsarkoro

9. Menteri Agama : Masjkur

PROGRAM KERJA KABINET SUSANTO :

Kabinet susanto ini tidak memiliki program kerja karena kabinet ini di tugaskan hanya satu
bulan dan sifatnya tidak sementara setelah abdul halim di angkat menjadi perdana menteri
maka kabinet ini akan di bubarkan.

JATUHNYA KABINET SUSANTO :

Karena abdul halim sudah terpilih menjadi perdana menteri dan kabinet ini di bubarkan.
 KABINET HALIM

MASA KABINET HALIM :

Kabinet Halim bertugas pada periode 21 Januari 1950 - 6 September 1950. Kabinet ini
merupakan pemerintah Republik Indonesia (dengan Yogyakarta sebagai ibu kota) yang
merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat. Pada saat yang kurang lebih bersamaan,
Kabinet Republik Indonesia Serikat pimpinan Mohammad Hatta memerintah di ibu kota RIS,
Jakarta. Pada masa yang hampir bersamaan pula, Assaat menjabat sebagai Presiden Republik
Indonesia sedangkan Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat.

MENTERI - MENTERI DAN PROGRAM KERJA HALIM :

No Jabatan Nama Menteri

1 Perdana Menteri: Abdul Halim

Wakil Perdana Menteri:Abdul Hakim

2 Menteri Dalam Negeri: Susanto Tirtoprodjo

3 Menteri Kehakiman: AG Pringgodigdo

4 Menteri Penerangan: Wiwoho Purbohadidjojo

5 Menteri Keuangan: Lukman Hakim

6 Menteri Pertanian: Sadjarwo

7 Menteri Perindustrian dan Perdagangan :Tandiono Manu

8 Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan:Mananti Sitompul

9 Menteri Perburuhan:Ma'as

10 Menteri Sosial : Hamdani

11 Menteri Pembangunan Masyarakat :Sugondo Djojopuspito

12 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan : S. Mangunsarkoro

13 Menteri Kesehatan:Sutopo
14 Menteri Agama : Fakih Usman.

PROGRAM KERJA KABINET HALIM :

1. Meneruskan perjuangan untuk mencapai negara kesatuan yang meliputi Kepulauan


Indonesia dan yang dimaksud dalam Proklamasi 17 Agustus 1945
2. melanjutkan pelaksanaan pasal 27 ayat 2 dan pasal 33 Undang-undang Dasar Republik
Indonesia serta menyelenggarakan politik buruh dan tani berpedoman pada pasal-pasal
tersebut
3. mendemokratisir kehidupan politik dan pemerintah, antara lain dengan jalan
4. mengusahakan selekas mungkin berlakunya hak-hak bebas demokrasi, terutama hak
berserikat, bersidang dan menyatakan pendapat
5. melaksanakan pemilihan umum Dewan Perwakilan Rakyat
6. sebelum pemilihan umum berhasil, memperbarui susunan Dewan-dewan perwakilan
daerah yang sedapat mungkin mencerminkan penghidupan politik
7. menyelenggarakan pemulihan tenaga-tenaga bekas anggota tentara maupun laskar
kembali ke masyarakat serta rehabilitasi korban perjuangan
8. memajukan pembangunan budi di segala lapisan masyarakat dan menjamin kebebasan
suburnya jiwa keagamaan menurut agama masing-masing di dalam pembangunan
negara, sesuai dengan Undang-undang Dasar pasal 29
9. memperluas pendidikan masyarakat dan pengajaran rakyat.

KEBIJAKAN KABINET HALIM :

Kebijakan yang dilakukan adalah perbaikan dan perubahan struktur ekonomi peninggalan
belanda kearah ekonomi nasional melalui gerakan konfrontasi ekonom (sistem ekonomi
gerakan banteng) Selain itu dilakukan pula kebijakan di bidang industri dengan sasaran
pabrik semen, pemintalan, karung, dan penanaman modal asing.

JATUHNYA KABINET HALIM :

Penyebab jatuhnya kabinet Abdul halim dikarenakan kegagalan kabinet ini dalam
menyelesaikan masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut
pencabutan peraturan pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. Kabinet Abdul halim
didimisioner sejak 21 Maret 1951 dan mengundurkan diri setelah DPR menerima mosi S.
Hadikusumo tentang pencabutan PP Nomor 39/1950 tentang pembekuan DPRD. Menteri
Asaat ( Menteri Dalam Negeri) tidak menyetujui mosi tersebut dan kabinet sependapat
dengan Asaat, maka kemudian mengundurkan diri. Kabinet Abdul mengundurkan diri karena
tidak mau menerima mosi DPR, walaupun Kabinet belum di jatuhi Mosi Tidak Percaya dari
DPR ini menjadi sifat dari Kabinet-kabinet pada masa UUDS 1950, walaupun sistem yang
dianut oleh UUDS 1950 adalah perlementer, dimana parlemen dapat menggulingkan Kabinet,
tetapi sepanjang 1950-1959 kabinet tidak hanya mosi tidak percaya , tetapi suara-suara luar
kabinet sudah menyebabkan Kabinet mengundurkan diri.

4.3

Anda mungkin juga menyukai