Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PEMINDAHAN BANDARA ADISUCIPTO YOGYAKARTA KE KULON


PROGO
MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu : Drs. Sindung Tjahyadi M.Hum

Anggota Kelompok :
1. Adib Syamlan Mustamid (17/414731/PN/15312)
2. Dery Rizky Pratama (17/412879/PN/15201)
3. Eliya Hizba Fathirinnisa (17/414735/PN/15316)
4. Marini (17/412885/PN/15207)
5. Virgeena Laily Nuvi (17/412897/PN/15219)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
A. LATAR BELAKANG
Bandar udara biasa disingkat bandara atau pelabuhan udara adalah kawasan di
daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang,
dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang lainnya. Bandara adalah tempat berkumpulnya banyak orang, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri. Bandara selalu dipadati oleh orang-orang yang berlalu lalang
maupun duduk menunggu keberangkatan pesawat terbang yang akan tumpangi maupun
orang-orang yang baru sampai ke tempat tujuannya.
Salah satu bandara yang terkenal di Yogyakarta adalah bandara Adisudjipto. Bandara
Adisudjipto merupakan bandar udara internasional yang didirikan tahun 1938 oleh
Belanda yang dipergunakan untuk melakukan aktivitas militer. Saat itu bandara ini hanya
didesain untuk pesawat militer yang ukurannya relatif lebih kecil. Tahun 1964 Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya dan atas persetujuan Angkatan Udara
Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta menjadi pelabuhan udara Gabungan
Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil yang pertama.
Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume
penerbangan makin meningkat.
Setiap hari kepadatan penumpang tak terelakkan. Sementara tempat parkir pesawat
terbatas, hanya bisa menampung 7 pesawat. Jumlah ini dinilai kurang untuk melayani
kebutuhan bandara di Yogyakarta. Sedangkan Bandara Adisutjipto Yogyakarta ini juga
menjadi pusat penerbang TNI, bukan hanya Angkatan Udara. Sehingga frekuensi
penerbangan di bandar udara itu terbilang sangat tinggi. Bandara Adisutjipto di
Yogyakarta dinilai sudah tak kondusif lagi. Kondisinya padat dan kelebihan kapasitas.
Karena alasan tersebut diputuskan pembangunan bandar udara baru di Kulon Progo
untuk menggantikan bandara Adisudjipto.
Dalam pembangunan bandara baru tersebut memberikan dampak bagi kehidupan
masyarakat sekitar baik sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, dan hukum. Dampak-
dampak yang ditimbulkan bukan hanya dampak positif tetapi juga dampak negatif.
Dalam makalah ini, akan dikaji apa saja dampak yang dapat ditimbulkan karena
pembangunan bandara baru di Kulon Progo menggantikan bandara Adisudjipto.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa alasan pemindahan bandara Adisudjipto?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan karena pemindahan bandara tersebut?
3. Dampak apa yang dapat ditimbulkan dari pemindahan bandara dalam bidang
sosial?
4. Dampak apa yang dapat ditimbulkan dari pemindahan bandara dalam bidang
ekonomi?
5. Dampak apa yang dapat ditimbulkan dari pemindahan bandara dalam bidang
budaya?
6. Dampak apa yang dapat ditimbulkan dari pemindahan bandara dalam bidang
lingkungan?
7. Apa peran hukum terhadap proses pemindahan bandara Adisudjipto?
8. Adakah hubungan pemindahan bandara dari Yogyakarta ke Kulon Progo terhadap
tata ruang kota?
9. Apakah angka pengangguran di daerah sekitar bandara Adisudjipto akan bertambah
atau berkuran sebagai akibat pemindahan bandara tersebut?
10. Pembangunan bandara ini menggusur lahan pertanian, apa saja dampak yang dapat
ditimbulkan?

C. LANDASAN TEORI
Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Awalnya bandara
ini didirikan untuk pangkalan udara TNI AU, dan aktivitas militer lainnya. Tetapi pada
tahun 1964, bandara ini resmi menjadi bandara gabungan sipil dan militer yang saat ini
dikelola oleh PT Angkasa Pura I. Bandara Adisudjipto ini memiliki kapasitas 1,2 juta
penumpang pertahunnya dengan melayani penerbangan domestik maupun internasional.
Menurut Suwarsono dari data Bandara Adisucipto menyebutkan bahwa ada
sebanyak 917.714 orang yang datang dan berangkat dari bandara tersebut pada tahun
2002 dan meningkat hingga 4.291.646 orang pada tahun 2011. Untuk kargo juga
mengalami peningkatan yaitu dari 2.602.279 ton pada tahun 2002 menjadi 12.850.482
ton pada tahun 2011. Untuk jumlah pesawat yang datang dan berangkat juga bertambah.
Dari data menunjukkan bahwa pada tahun 2002 terdapat 12.010 pesawat yang takeoff
dan landing, sedangkan pada tahun 2011 terdapat 51.216 pesawat. Khusus pertumbuhan
penumpang pada tahun 2013 Bandara Adisucipto harus melayani hingga 5,7 juta
penumpang dan menurut Angkasa Pura I dalam Suwarsono diperkirakan jumlah
penumpang tahun 2016 meningkat sampai 7 juta penumpang. Berdasarkan data total
pergerakan lalu lintas angkutan udara dari PT Angkasa Pura I (Persero), pada tahun 2014
Bandara Adisucipto harus melayani 6,2 juta penumpang. Dengan kapasitas penumpang
yang hanya 1,2 juta penumpang per tahun, maka sejak tahun 2011 Bandara Adisucipto
dapat dikatakan telah over capacity dengan jumlah penumpang mencapai 4 juta lebih
penumpang per tahun. Dengan keadaan tersebut, dikhawatirkan akan membuat
pelayanan dari Bandara Adisucipto kepada penumpang menjadi kurang maksimal.
Keterbatasan lahan karena bandara dikelilingi oleh bangunan-bangunan lain,
menjadi penghambat perluasan bangunan. Hal ini menyebabkan kepadatan yang tidak
dapat terhindarkan di area bandara. Bahkan ruang untuk pejalan kaki hanya sedikit.selain
itu, mengnai masalah landasan pacu yang dimiliki bandara Adisudjipto hanya 2200m,
sementara landasan umum untuk bandara international adalah 3200m. Karena beberapa
alasan tersebut, akhirnya Menteri Perhubungan memutuskan untuk memindahkan
Bandara ke Kabupaten Kulonprogo yang ditandai dengan keluarnya Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor: KP 1164 Tahun 2013 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara
Baru di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. PEMBAHASAN
Gagasan pemerintah untuk memindahkan bandara Adi Sucipto Yogyakarta ke Kulon
Progo masih menjadi perdebatan beberapa pihak. Menurut pemerintah proyek
pemindahan bandara harus dilakukan berkaitan dengan rencana penaikan status bandara
Adi Sucipto menjadi bandara kelas internasional. Untuk mencapai target tersebut,
dibutuhkan banyak syarat kelayakan yang harus dipenuhi pihak bandara. Namun ada
pihak lain yang menganggap proyek tesebut memiliki dampak terhadap bidang sosial,
ekonomi, lingkungan, budaya, dan hukum.
a. Sosial
Pemindahan bandara Adisucipto ke daerah Kulon Progo tidak hanya
berhubungan dengan masalah lokasi saja, namun juga dapat berdampak pada
kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Dampak sosial tersebut dapat berupa
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak-dampak tersebut antara lain
masyarakat sekitar yang terpaksa untuk alih profesi, bertambahnya lapangan
pekerjaan di daerah Kulon Progo karena adanya penyerapan tenaga kerja,
mengurangi kemacetan yang ada di sekitar bandara Adisucipto Yogyakarta, serta
dapat memeratakan penduduk.
Pemindahan bandara Adisucipto ke Kulon Progo pasti membutuhkan lahan
luas untuk pembangunannya, lahan itu dapat berupa lahan kering maupun lahan
basah. Jika yang digunakan dalam pembangunan bandara adalah lahan basah yang
produktif dalam menghasilkan bahan pangan maupun bahan sandang, maka dengan
pembangunan bandara di daerah tersebut akan memaksa masyarakat untuk beralih
profesi. Misalnya saja jika daerah persawahan dan perkebunan yang dijadikan
lokasi bandara maka petani harus memikirkan pekerjaan lain yang harus mereka
lakukan untuk menyambung hidup karena lahan pencahariannya hilang. Alih
profesi yang dilakukan petani mungkin dapat dengan menjadi pedagang di area
sekitar bandara.
Penyerapan tenaga kerja secara besar-besaran akan terjadi jika proses
pemindahan dan pembangunan bandara Adisucipto berlangsung. Hal ini karena
pemindahan bandara merupakan salah satu megaproyek yang tentu saja
membutuhkan banyak tenaga kerja agar bandara dapat segera selesai dikerjakan
dan dapat segera digunakan untuk dijadikan bandara kelas internasional. Tenaga
kerja yang diserap tidak hanya berasal dari Kulon Progo itu sendiri, namun juga
dapat dari beberapa daerah lain.
Di daerah sekitar bandara Adisucipto yang sekarang ini merupakan salah satu
titik macet di Yogyakarta. Sehingga pemindahan bandara ke daerah lain dianggap
perlu karena diharapkan dapat mengatasi masalah kemacetan di titik tersebut.
Namun dengan pemindahan tersebut, bisa juga sama dengan memindahkan
kemacetan ke daerah yang baru. Karena bagaimanapun bandara Adisucipto
merupakan fasilitas umum berkelas internasional yang digunakan oleh masyarakat
baik dari dalam maupun luar negeri, jadi kemacetan di sekitar bandara akan cukup
sulit untuk dihindari.
b. Ekonomi
Pembangunan bandara baru di Kulon progo ini dapat berpengaruh pada sektor
ekonomi. Pengaruh tersebut ada yang berdampak baik bagi masyarakat dan
lingkungan serta ada juga yang berdampak buruk. Pengaruh positifnya adalah
dapat menyokong pertumbuhan ekonomi di sekitar lokasi. Pertumbuhan ekonomi
di sekitar bandara baru tersebut dapat melonjak drastis dikarenakan semakin
terbukanya mata pencaharian baru bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan
antusiasme dari para wisatawan yang sedang berkunjung ke Yogyakarta. Berjualan
merupakan langkah yang paling realistis guna memperoleh pendapatan yang
berlebih dari sebelumnya. Selain itu, terdapat juga pengaruh negatif dari proyek
tersebut yaitu dapat mengurangi produksi pangan berupa nasi sebagai maakanan
pokok akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi area bandara. Penurunan
produksi pangan ini tentunya akan dapat mengurangi pendapatan petani yang
lahannya telah dialihfungsikan sehingga berdampak pada kesejahteraan hidupnya.
c. Lingkungan
Pemindahan lokasi bandara Adisutjipto ke kulonprogo menimbulkan dampak
yang besar dari segi lingkungan. Lahan tempat dibangunnya bandara merupakan
lahan pertanian yang produktif. Pembangunan tersebut juga akan menggusur
permukiman, cagar budaya, tempat ibadah, sekolah, sawah, bahkan tempat usaha.
Alhasil, akan terjadi alih fungsi lahan yang berdampak pada masyarakat sekitar
lokasi. Pada petani utamanya, lahan untuk mereka bercocok tanam digunakan
sebagai lahan pembangunan bandara. Selain itu, pembangunan juga akan
menyebabkan polusi lingkungan. Aktivitas bandara tentunya akan menyebabkan
kebisingan. Kebisingan akan mengganggu manusia ketika bercakap-cakap, tidur,
dan dalam kondisi ekstrem berbahaya bagi kesehatan. Dampaknya dalam jangka
panjang akan mengganggu kesehatan dan biasanya akan sulit bahkan tidak
mungkin dipulihkan kembali. Hal itu dikarenakan Kebisingan ditimbulkan oleh
suatu getaran. Getaran tersebut akan menimbulkan gangguan berupa variasi pada
tekanan atmosfer yang normal dalam skala kecil yang cepat. Polusi udara juga
menjadi dampak paling serius dari pembangunan bandara ini. Polutan yang
terkandung dalam gas buang mesin pesawat terdiri dari karbon monoksida, karbon
dioksida, nitrogen oksida, dan partikel lainnya. Gas buang ini mengandung asam
organik yang berbahaya. Selain itu, limbah bandara seperti deterjen pembersih
pesawat, bahan bakar, oli dan pelumas yang menetes juga dapat mengotori sungai
maupun drainase lain di sekitar lokasi. Pembangunan bandara juga akan
berdampak pada ekologi di sekitar lokasi. Daur hidup tumbuhan dan hewan akan
terganggu sebagai akibat dari pengoperasian bandara. Aliran air sebagai sumber
kehidupan akan terganggu. Untuk proyek sebesar itu tentunya akan menguras
ketersediaan air di dalam tanah.
d. Budaya
Pada sektor budaya, proyek pembangunan bandara baru ini juga menimbulkan
pengaruh positif dan negatif bagi masyarakat sekitar. Pengaruh positifnya yaitu
dapat menyadarkan pemikiran masyarakat yang terkesan tertutup terhadap budaya
luar agar lebih terbuka dalam menerima berbagai budaya baru yang dibawa oleh
para pendatang. Dengan begitu, masyarakat akan lebih memahami tentang toleransi
antar sesama dan dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern ini.
Selain itu, pengaruh positif lainnya yaitu dapat menarik minat dan perhatian
wisatawan baik mancanegara maupun domestik untuk berkunjung ke Yogyakarta
mengingat adanya bandara baru yang fasilitasnya lebih memadai. Hal ini tentunya
dapat meningkatkan perekonomian daerah sekitar khususnya dan Yogyakarta pada
umumnya. Terdapat juga pengaruh negatif dari proyek ini yaitu terjadinya
pergeseran budaya masyarakat akibat terbukanya menerima berbagai budaya dari
luar, seperti misalnya dari gaya berpakaian, pola makanan, atau bahkan perilaku.
Maka dari itu, untuk mengantisipasi hal seperti itu, kita harus memiliki jiwa
pancasila yang dapat membentengi diri kita dari hal-hal yang menyimpang.
e. Hukum
Dari segi hukum, pembangunan bandara di kulonprogo juga menuai banyak
protes. Rencana pembangunan Bandara NYIA Kulon Progo telah menimbulkan
gejolak sosial masyarakat, di mana konflik antar tetangga bahkan antarkeluarga
terus terjadi. Penetapan lokasi rencana pembangunan bandara dinilai tanpa
memperhatikan peraturan perundang-undangan berlaku, baik berkaitan rencana tata
ruang maupun perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengadaan tanah
sebagian bertentangan dengan hukum berlaku. Sesuai persyaratan dalam UU,
mewajibkan pemrakarsa melengkapi dokumen perencanaan pengadaan tanah dan
dokumen hasil studi Amdal guna memastikan kelayakan dampak lingkungan dan
sosial. Ketika akan menetapkan lokasi pembangunan bandar udara harus
mempertimbangkan kelayakan lingkungan. Kelayakan lingkungan ini, dinilai dari
besaran dampak dan kemampuan mengurangi dampak (mitigasi), pada masa
kontruksi, pengoperasian atau tahap pengembangan selanjutnya.
E. KESIMPULAN
Pengalokasian bandara Adisucipto ke lahan produktif di Kulon Progo mempengaruhi
berbagai aspek diantaranya sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan hukum. Selain
kebijakan yang cacat hukum yaitu mengubah lahan hijau menjadi non produktif,
pengalokasian ini juga menyebabkan beberapa masalah krusial lain di bidang ekonomi,
sosial, budaya, dan pertanian khususnya pangan. Karena penggusuran lahan produktif
mengakibatkan terganggunya aliran swasembada pangan. Munculnya bandara akan
mempengarui pola pikir masyarakat KulonProgo yang dituntut sedemikian rupa,
mengubah mata pencaharian dan berpikir lebih modern.
Namun jika pemindahan itu bertujuan untuk memindahkan lapangan udara milik
TNI AU saja, akan jadi pilihan yang baik. Meski masih cacat hukum jika memilih
penggusuran lahan hijau produktif, sebaiknya pengalokasian dilakukan di atas lahan non
produktif (bukan sawah). Dengan begit aliran ekonomi dan sistem mata pencaharian
warga sekitar bandara Adisucipto maupun Kulon Progo tidak berubah. Mereka tidak
perlu repot memikirkan nasib toko oleh-oleh khas, hotel-hotel yang sengaja berdiri di
dekat bandara. Begitu pula para petani yang masih tetap bisa bekerja memenuhi
swasembada pangan Indonesia.
F. DAFTAR PUSTAKA
http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/44
http://news.liputan6.com/read/2259493/alasan-yogyakarta-harus-miliki-bandara-baru

Anda mungkin juga menyukai