Hery Listyawati**
Abstract Abstrak
Despite the fact that it has been running for Walaupun telah berjalan selama lima tahun,
¿YH \HDUV WKH SURFHVV RI ODQG DFTXLVLWLRQ IRU proses pengadaan tanah untuk pengembang-
the extension of Adisucipto Airport is still far an Bandara Adisucipto masih jauh dari sele-
from being completed. It happens because sai. Hal ini terjadi karena pelbagai masalah
YDULRXV SUREOHPV DULVH VSHFL¿FDOO\ UHJDUG- yang muncul, terutama masalah mengenai
ing land titles and the sum of compensation hak atas tanah dan jumlah ganti rugi bagi
for the owner of the acquired land. para pemilik tanah yang diakuisisi.
Kata Kunci: pengadaan tanah, hak atas tanah, kepentingan umum, ganti kerugian.
*
Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun 2006.
**
Dosen Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (e-mail: liliso12@yahoo.com).
508 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
penumpang dengan kargo 3.518 kg. cukup luas yang harus ditempuh melalui
Tahun 2004 jumlah penumpang mencapai pengadaan tanah untuk kepentingan umum
1.519.039 dengan kargo 4.865 kg yang sesuai dengan Perpres Nomor 65 Tahun 2006
diangkut dengan pesawat sebanyak 18.685. tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Demikian seterusnya lonjakan itu terjadi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
hingga 4 tahun terakhir ini.1 Meskipun demikian pelaksanaan pe-
Maguwoharjo ini terletak di pinggiran ngadaan tanah yang sudah berjalan lebih
kota Sleman dengan batas wilayah, sebelah dari dua tahun ini baru selesai kurang dari
utara: Desa Wedomartani; sebelah selatan: separo, karena kebutuhan lahan seluas
Landasan Udara Akademi Angkatan Udara sepuluh hektar hingga sekarang baru selesai
Adisucipto; Sebelah barat: Desa Catur sekitar empat hektar, sehingga pembangunan
Tunggal dan Condong Catur; sebelah SUDVDUDQD ¿VLN PHQJDODPL NHODPEDWDQ GDQ
timur: Desa Purwomartani. Dengan kondisi menimbulkan ketidaknyamanan pengguna
JHRJUD¿V P GL DWDV SHUPXNDDQ ODXW bandara terutama masalah perparkiran dan
GDQ WRSRJUD¿ GDWDUDQ UHQGDK ORNDVL LQL apron.
sangat strategis untuk sebuah bandara.
Dengan peruntukan tanah yang sebagian B. Rumusan Permasalahan
besar digunakan untuk sawah dan ladang Berdasar latar belakang tersebut, ru-
dengan status tanah sebagian besar adalah musan permasalahan yang diteliti adalah:
tanah Sultan Grond (tanah kesultanan) 1. Bagaimanakah status penguasaan hak
memberi peluang untuk memudahkan atas tanah lahan yang diperlukan un-
dilaksanakannya perluasan bandara. tuk pengembangan bandara Adisucipto
Dengan demikian peningkatan status menjadi bandara internasional?
dari bandara nasional menjadi bandara 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan
internasional merupakan kebijakan yang pengadaan tanah yang meliputi:
sangat tepat guna meningkatkan pelayanan a. Prosedur pelaksanaannya;
mobilitas penumpang dan barang baik di b. Pemberian ganti kerugian kepada
dalam negeri maupun dari/ke luar negeri. pemegang hak atas tanah.
Kebijakan ini telah sesuai dengan 3. Adakah hambatan-hambatan dalam pe-
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pola ngadaan tanahnya?
Dasar Pembangunan Propinsi DIY, Program 4. Jika ada, apa saja alternatif penyelesaian
Pembangunan Daerah Propinsi DIY, permasalahan yang ada?
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Propinsi DIY serta Agenda Pembangunan C. Metode Penelitian
Propinsi DIY. Sebagai konsekuensi dari Penelitian ini bersifat deskriptif kua-
kebijakan tersebut, pemerintah c.q. Dinas litatif, yaitu penelitian ini dilakukan untuk
perhubungan memerlukan lahan yang mengungkapkan data seteliti mungkin
1
Wawancara dengan Kepala Divisi Operasional Penerbangan, Kantor Cabang PT. Angkasa Pura I (Persero),
Bandar Udara Adisucipto, Yogyakarta, tanggal 20 Oktober 2006.
Listyawati, Pengadaan Tanah untuk Pengembangan Bandara Adisucipto 509
2
John Salindeho, 1987, Masalah Tanah Dalam Pembangunan 6LQDU *UD¿ND -DNDUWD KOP
510 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
kan tanah hak baik tanah hak yang dikuasai an adalah realisasi pembayaran/pemberian
oleh badan hukum, perorangan, masyarakat ganti kerugian yang memakan waktu
hukum adat, maupun tanah negara. Tanah- lama atau tidak sesuai dengan kesepakatan
tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara semula.4. Masalah ini timbul karena begitu
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah pentingnya tanah dalam kehidupan manusia,
oleh bekas pemegang hak atas tanah dengan di sisi lain keberadaannya tidak bertambah
cara memberikan ganti kerugian kepada sehingga menjadikannya sangat berharga.5
yang melepaskan atau menyerahkan tanah, Kesenjangan antara persediaan dan kebutuh-
bangunan, tanaman, dan benda-benda yang an akan tanah menimbulkan ekses usaha ma-
ada di atasnya dengan bantuan panitia peng- nipulasi dan spekulasi yang akhirnya meng-
adaan tanah apabila tanah yang diperlukan hambat pelaksanaan pembangunan untuk
lebih dari satu hektar. Apabila kurang dari kepentingan umum.6
satu hektar, meskipun untuk kepentingan Menurut Sumardjono seperti dikutip
umum, pengadaan tanahnya menggunakan oleh Makmuri7 di Indonesia, pada umumnya
jalan seperti bukan untuk kepentingan umum yang menjadi permasalahan utama adalah
yaitu dengan prosedur jual-beli biasa tanpa mengenai substansi musyawarah untuk
melibatkan Panitia Pengadaan Tanah.3 mencapai mufakat tentang ganti kerugian
Masalah yang biasa muncul dalam dan bentuk serta besarnya ganti kerugian.
pelepasan hak baik melalui pembelian lang- Ada kecenderungan bahwa yang dianggap
sung maupun melalui Panitia Pengadaan musyawarah lebih menitikberatkan pada
Tanah yaitu mengenai penetapan bentuk segi formalitas belaka, misalnya ada undan-
dan besarnya ganti kerugian yang diberi- gan musyawarah, frekuensi diadakannya
kan kepada pemilik tanah yang sangat ter- musyawarah, jumlah yang menghadiri, bu-
gantung dari proses musyawarah antara pi- kan masalah substansialnya. Suatu musya-
hak-pihak yang terlibat. Akibat dari proses warah harus dilandasi dengan kesejajaran
musyawarah yang berjalan tidak semesti- antara para pihak yang bermusyawarah se-
nya kadang kala mengakibatkan pemberian hingga tanpa tekanan berupa apapun baik
ganti kerugiannya tidak sesuai dengan yang verbal maupun non verbal baik yang terjadi
dikehendaki. Disamping itu masalah yang di dalam maupun di luar ruangan. Apabila
sering timbul setelah terjadi permufakat- ini dilanggar, maka tidak dapat dikatakan
3
Lihat Permenag/Ka. BPN Nomor 1 Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Keppres Nomor 55 Tahun
1993.
4
Hery Listyawati, 1995, Tinjauan Yuridis Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Perumahan Sangat Seder-
hana di DIY, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 5.
5
Abdurrahman, 1983, Masalah Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, Seri
Hukum Agraria I, Alumni, Bandung, hlm. 1-2.
6
'HSXWL %LGDQJ 3HQJNDMLDQ GDQ +XNXP 3HUWDQDKDQ %DGDQ 3HUWDQDKDQ 1DVLRQDO ³(IHNWL¿WDV 3HUSUHV 1RPRU
Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Ditinjau
'DUL 6HJL )LORVR¿V <XULGLV GDQ 6RVLRORJLV´, Bahan Diskusi Panel “Quo Vadis Perpres Nomor 36 Tahun
2005”, Program Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan UGM, Yogyakarta, 21 Mei 2005, hlm. 1.
7
Hisyam Makmuri, 1998, Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Perluasan Bandara Adi
Sumarmo Surakarta, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 9.
Listyawati, Pengadaan Tanah untuk Pengembangan Bandara Adisucipto 511
telah terjadi musyawarah karena tekanan dan tanah milik yang dikuasai oleh satu orang.
merupakan perwujudan dari pemaksaan Rencananya masih akan diadakan sekitar 6 Ha
kehendak satu pihak untuk menekan pihak lagi pada tahapan berikutnya. Setelah selesai
lain. Disamping itu, kehadiran/ keterlibatan dilakukan pengadaan tanah, tanah dikuasai
orang-orang di luar kepanitiaan yang resmi oleh negara, kemudian diberikan kepada
justru akan mengaburkan arti musyawarah Departeman Perhubungan dengan status
secara substansial. hak pakai dengan jangka waktu tak terbatas
Pasal 1 angka 5 Keppres Nomor 55 selama tanah tersebut masih digunakan
Tahun 1993 memberikan pengertian musya- sesuai peruntukannya.9
warah sebagai proses saling mendengar
dengan sikap saling menerima pendapat 2. Kriteria Kepentingan Umum
dan keinginan yang didasarkan atas kesu- Kriteria kepentingan umum dari masa
karelaan antara pihak pemegang hak atas ta- ke masa selalu berubah-ubah diberbagai
nah dengan pihak yang memerlukan tanah, peraturan perundangan. dan yang terakhir
untuk memperoleh kesepakatan mengenai diatur dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006..
bentuk dan besarnya ganti kerugian8. Hal Menurut Perpres tersebut, kepentingan
ini dapat tercapai apabila subyek pemegang umum adalah kepentingan sebagian besar
hak atas tanah mendukung sepenuhnya ren- masyarakat, kegiatannya dimiliki atau akan
cana program yang akan dilaksanakan. Un- dimiliki oleh pemerintah atau pemerintah
tuk itu sosialisasi program dan penyuluhan daerah yang meliputi:
hukum adalah mutlak dilaksanakan dengan a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api,
seksama. saluran air saluran air minum/air bersih,
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam saluran pembuangan air dan sanitasi;
pengadaan tanah untuk pengembangan ban- b. Waduk, bendungan, bendung, irigasi,
dara Adisucipto menjadi bandara internasi- dan bangunan pengairan lainnya;
onal: c. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta
api dan termunal;
1. Status Penguasaan Hak Atas Tanah d. Fasilitas keselamatan umum;
(HAT) Lahan yang Diperlukan untuk e. Tempat pembuangan sampah;
Pengembangan Bandara Adisucipto f. Cagar alam dan cagar budaya;
menjadi Bandara Internasional g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga
Dari total sekitar 4 Ha yang sudah listrik
dilepaskan sebagian besar adalah tanah kas Menurut Sudikno Mertokusumo, kri-
desa dengan jenis tanah pertanian. Disamping teria kepentingan umum yang diatur di
itu tanah PJKA sudah dikuasai oleh 25 warga berbagai peraturan perundangan tersebut
yang statusnya tanah SG (Sultan Grond), belum tepat karena makna dari kepentingan
8
Boedi Harsono, 2006, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-peraturan Hukum Tanah, Djam-
batan, Jakarta, hlm. 408.
9
Wawancara dengan Camat Depok Tanggal 17 Oktober 2006.
512 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
10
Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 46-48.
Listyawati, Pengadaan Tanah untuk Pengembangan Bandara Adisucipto 513
tentang Aero dome; ICAO Document-9774/ rus transit melalui Jakarta. Sedangkan aero
AN 1969 tentang 0DQXDO &HUWL¿FDWLRQ RI dome adalah kubah udara yang mengelilingi
Aero dome; Civil Aviation Safety Regulation bandara dengan radius tertentu. Selanjutnya
(CASR) Part 139 tentang Aero dome; secara rinci bukan merupakan bagian dari
Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 penelitian ini, karena sangat teknis.12
tentang Penerbangan; Peraturan Pemerintah
Nomor 03 tahun 2001 tentang Keamanan dan 4. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan
Keselamatan Penerbangan dan Keputusan Tanah bagi Pelaksanaan Perluasan
Menteri Perhubungan Nomor KM 47 Tahun Bandara Adisucipto menjadi bandara
WHQWDQJ 6HUWL¿NDVL 2SHUDVL %DQGDUD 11 Internasional.
Perluasan bandara Adisucipto meru- Pengadaan tanah bagi pelaksanaan
pakan tindak lanjut dari pelaksanaan catatan- pembangunan untuk kepentingan umum
catatan yang ada dalam SOB misalnya, per- diatur dalam Keppres Nomor 55 Tahun 1993,
syaratan luasan/m2, bandara Adisucipto baru Perpres Nomor 36 Tahun 2005, dan Perpres
1: 7, seharusnya 1: 17 (artinya setiap orang Nomor 65 Tahun 2006. Semua peraturan
harus dapat akses seluas 17 M2 ), pemenuh- tersebut menegaskan bahwa pengadaan tanah
an standar apron, dan fasilitas lainnya. adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan
Untuk landasan pacu, bandara Adisucipto tanah dengan cara memberikan ganti
sudah tidak memungkinkan untuk diper- kerugian kepada pihak yang menyerahkan
panjang, karena apabila diperpanjang maka atau melepaskan tanah, bangunan, tanaman
persyaratan free obstacle limitation tidak dan benda-benda yang berkaitan dengan
terpenuhi, karena ke Timur akan terhalang tanah. Dalam pelaksanaannya harus dila-
candi/ situs Ratu Boko, sedang ke Barat kukan dengan sebaik-baiknya dengan mem-
terhalang À\ RYHU (jembatan layang) Janti. perhatikan peran tanah dalam kehidupan
Free obstacle limitation adalah jarak bebas manusia dan prinsip penghormatan terhadap
hambatan bagi pesawat untuk melakukan hak-hak yang sah atas tanah. Pelepasan atau
penerbangan dengan aman yang diukur pada penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan
jarak tertentu dari landasan pacu. Jaraknya melepaskan hubungan hukum antara peme-
tergantung dari jenis pesawatnya. Meskipun gang hak atas tanah dengan tanah yang
demikian, landasan pacu bandara Adisucipto dikuasainya dengan memberikan ganti ke-
masih memenuhi standar internasional un- rugian atas dasar musyawarah.
tuk pesawat-pesawat tertentu dengan daya Berdasarkan penelitian lapangan,
jangkau penerbangan tertentu. Untuk saat pengadaan tanah untuk perluasan bandara
ini, penerbangan internasional yang dapat Adisucipto sudah sesuai prosedur yang
dijangkau baru Singapura, Malaysia, dan ditetapkan dalam perundang-undangan yang
paling jauh Thailand, itu pun masih ha- meliputi: perencanaan, telaah peraturan,
11
http: //www.angkasapura2.co.id, diakses tanggal 17 Oktober 2006.
12
Pustral UGM dan Dinas Perhubungan Propinsi DIY, 2004, Perencanaan Pengembangan Bandara Udara Adis-
ucipto Tahap I (Master Plan), Pustral UGM, Yogyakarta, hlm. 187.
514 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
13
Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan DIY, tanggal 20 Oktober 2006.
Listyawati, Pengadaan Tanah untuk Pengembangan Bandara Adisucipto 515
dilakukan empat kali di Kantor Pertanahan KUH Perdata adalah perbuatan yang menim-
Kabupaten Sleman yang dihadiri oleh Panitia bulkan ketakutan bagi orang yang berpikiran
Pengadaan Tanah, Dinas Perhubungan DIY, sehat. Mengapa kita lari ke KUH Perdata?
para warga yang tanahnya terkena proyek Karena menurut teori yang dikemukakan
atau kuasanya. Dalam pelaksanaannya, se- oleh Paul Scholten bahwa Hukum Perdata
bagian besar responden (91%) menyatakan harus dipandang sebagai hukum umum yang
musyawarah berjalan tanpa intimidasi, 9 % meliputi segalanya kecuali Hukum Publik
responden menyebut ada intimidasi, namun telah menentukan lain. Di samping itu dalam
tidak menyebutkan intimidasi itu berupa apa. teori yang dikemukakan oleh Starke dalam
Ditinjau dari kelancarannya, musyawarah bukunya mengenai Dasar-dasar Hukum Ad-
berjalan lancar dan tidak ada hambatan atau ministrasi Negara bahwa dalam keadaan ter-
kendala (55%). Dipihak lain, responden me- tentu pemerintah sebagai organ negara dapat
nyatakan bahwa musyawarah kurang lancar melakukan perbuatan-perbuatan yang sifat-
dan pelaksanaan musyawarah berjalan ditem- nya keperdataan sehingga kedudukan antara
pat atau tidak ada perkembangan yang ber- negara sama atau seimbang dengan civil
arti (45%). Perbedaan pandangan/penilaian society/pihak yang terlibat dalam perbuatan
ini terkait dengan besarnya ganti kerugian keperdataan itu. Dalam hal ini berlaku juga
yang mereka terima. Ditinjau dari kehadir- dalam melakukan permufakatan untuk me-
annya, sebagian besar hadir sendiri (64%), nentukan besarnya ganti kerugian atau
diwakilkan oleh kuasanya (36%). Kuasanya membeli tanah untuk pengadaan tanah bagi
ini adalah orang-orang yang menguasai ta- pembangunan untuk kepentingan umum. Se-
nah tersebut, sedang pemiliknya berada di hingga seharusnya badan pemerintah yang
tempat lain. Karena musyawarah merupakan sedang melakukan perbuatan yang sifat-
unsur kunci dalam proses pengadaan tanah, nya keperdataan harus mampu melepaskan
maka pelaksanaannya sangat perlu diperha- atribut-atribut kenegaraannya untuk semen-
tikan. Di sini musyawarah bertujuan untuk tara guna menghindari terjadinya penyalah-
mencapai mufakat (persetujuan/konsensus), gunaan kekuasaan (de tournement de pou-
persetujuan merupakan dasar dari perikat- voir), sehingga kasus-kasus seperti “Kedung
an. Untuk itu, para pihak harus didudukkan Ombo”, “Tapos”, “Cimacan”, dan lain lain,
pada posisi yang sama, tidak boleh ada pak- tidak terjadi lagi.
saan, intimidasi, penipuan dll. Dalam hal ini
kita dapat mengacu pada KUH Perdata Pasal 7. Penentuan Besarnya Ganti Kerugian
1321 yang menyatakan bahwa adanya kata Ganti kerugian adalah upaya per-
sepakat jika tidak ada paksaan, kekhilafan, wujudan dari penghormatan kepada hak
penipuan. Dengan adanya yurisprudensi atas tanah (Pasal 3 Perpres Nomor 65
maka ditambah dengan unsur tidak ada pe- Tahun 2006) dan kepentingan perseorangan
nyalahgunaan keadaan. Ini yang dikenal yang telah dikorbankan untuk kepentingan
dengan teori “residu”. Selanjutnya, makna umum. Menurut Pasal 17 UDHR (Universal
“paksaan” itu sendiri, menurut Pasal 1324 Declaration of Human Rights), HAT dan
516 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
sumber daya alam menjadi bagian dari hak c. Pemukiman kembali ; dan/atau
kepemilikan, maka tidak boleh dirampas d. Gabungan dari dua atau lebih bentuk
secara sewenang-wenang.14 Hal ini dapat ganti kerugian yang dimaksud diatas
disebut adil apabila ganti kerugian tersebut e. Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-
tidak membuat seseorang menjadi lebih pihak yang bersangkutan.
kaya, atau sebaliknya, menjadi lebih miskin Dasar perhitungan besarnya ganti ke-
dari pada keadaan semula. Agar terasa adil, rugian didasarkan atas:
sebaiknya berbagai kriteria dan faktor-faktor a. Nilai Jual Obyek Pajak atau Nilai Nya-
yang mempengaruhi besarnya ganti kerugian ta/sebenarnya dengan memperhatikan
harus diterapkan secara obyektif, dengan NJOP tahun berjalan berdasarkan pene-
standar yang telah ditentukan terlebih tapan lembaga/Tim Penilai Harga Ta-
dahulu. Dengan demikian ganti kerugian nah yang ditunjuk oleh panitia;
harus memperhitungkan: (1) hilangnya b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh
HAT, bangunan, tanaman, dan benda- perangkat daerah yang bertanggung
benda lain yang berkaitan dengannya; (2) jawab dibidang bangunan;
hilangnya pekerjaan, (3) bantuan relokasi c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh
yang dilengkapi dengan fasilitas yang layak; perangkat daerah yang bertanggung
(4) bantuan pemulihan pendapatan agar jawab dibidang pertanian. (Pasal 15
kondisinya tidak lebih buruk dari sebelumnya. ayat 1)
Besarnya ganti kerugian bila diperlukan Bentuk ganti kerugian menurut per-
dapat diminta jasa penilai independen untuk aturan diatas menurut Maria Sumardjono
melakukan taksiran.15. Menurut Pasal 1 angka tidak berhasil menjabarkan bentuk ganti
11 Perpres Nomor 36 Tahun 2005, ganti kerugian NHUXJLDQ \DQJ EHUVLIDW QRQ ¿VLN 16 Sedangkan
adalah penggantian terhadap kerugian baik idealnya pihak yang diperhitungkan sebagai
EHUVLIDW ¿VLN GDQ DWDX QRQ ¿VLN VHEDJDL DNLEDW penerimanya mencakup: (1) pemegang
pengadaan tanah kepada yang mempunyai HAT; (2) mereka yang menguasai tanah;
tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda- (3) penyewa bangunan, (4) penyewa/ petani
benda lain yang berkaitan dengan tanah yang penggarap; (5) buruh tani atau tuna wisma
dapat memberikan kelangsungan hidup yang yang kehilangan rumahnya; (6) pemakai
lebih baik dan tingkat kehidupan sosial ekonomi tanah tanpa hak yang akan kehilangan
sebelum terkena pengadaan tanah. Menurut pekerjaan atau penghasilan; (7) masyarakat
Perpres Nomor 65 Tahun 2006 Pasal 13 huruf hukum adat yang kehilangan tanah sebagai
(e), bentuk ganti kerugian dapat berupa: sumber kehidupannya.17
a. Uang, dan/atau Apabila pihak yang tanahnya diperlu-
b. Tanah pengganti, dan/atau kan tidak bersedia melepaskan hak atas ta-
14
Rafael Edy Bosko, 2006, Hak-hak Masyarakat Adat Dalam Konteks Pengelolaan Sumber Daya Alam, Elsam,
Jakarta, hlm. 118-119.
15
Maria S.W. Sumardjono, 2005, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta,
hlm. 90.
16
Maria S.W Sumardjono, “Perpres Nomor 85 Tahun 2006, Apa yang Berubah?”, Kompas, 21 Juni 2006.
17
Maria S.W. Sumardjono, 2005, op. cit., hlm. 90-91.
Listyawati, Pengadaan Tanah untuk Pengembangan Bandara Adisucipto 517
nahnya, sedang proyek yang bersangkutan berikan terhadap tanah dan bangunan ber-
tidak dapat dipindahkan dilokasi lain, maka dasarkan pada NJOP dan harga pasar. Bentuk
hak tanah yang bersangkutan dapat dicabut ganti kerugian berupa uang. Setelah meneri-
berdasarkan Pasal 18 UUPA jo. UU Nomor ma ganti kerugian, warga diberi waktu teng-
20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak gang untuk mencari pemukiman baru.
atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atas- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nya. Apabila yang bersangkutan tidak berse- 50 % menyatakan besar ganti kerugian cu-
dia menerima ganti kerugian sebagaimana kup layak, di lain pihak 50% menyatakan
ditetapkan dalam keputusan presiden karena bahwa besar ganti kerugian tidak layak
dianggap tidak layak, maka yang bersangkut- (rendah sekali dan jauh dari memadai).
an dapat minta banding kepada Pengadilan Disini terlihat bahwa pemberian ganti keru-
Tinggi. (Pasal 18A Perpres Nomor 65 Ta- gian hanya diberikan kepada kerugian yang
hun 2006) Selanjutnya berdasarkan Pasal 16 EHUVLIDW ¿VLN GDVDU NHUXJLDQ QRQ ¿VLN WLGDN
ayat (1)huruf (a) Peraturan Menteri Negara diperhitungkan sehingga responden yang
Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 1994 menyatakan tidak layak adalah mereka yang
ada 9 faktor yang mempengaruhi harga ta- kehilangan pekerjaan akibat kegiatan terse-
nah yaitu: but. Disamping itu pemberian ganti kerugian
1. Lokasi tanah terasa rendah sekali karena mereka hanya
2. Jenis hak atas tanah menempati tanah PJKA dengan status hak
3. Status penguasaan tanah pakai atau sewa untuk bangunan.
4. Peruntukan tanah Pada akhirnya ditetapkan bahwa un-
5. Kesesuaian penggunaan tanah dengan tuk tanah milik yang sekarang sudah di-
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) gunakan untuk lapangan parkir sebesar Rp
6. Prasarana yang tersedia 1.500.000,00/m2. Sedangkan untuk tanah-
7. Fasilitas dan utilitas tanah PJKA sebesar Rp 200.000,00/m2 un-
8. Lingkungan tuk tanah dan ditambah Rp 1,5 juta per meter
9. Lain-lain yang mempengaruhi harga untuk bangunan. Penentuan harga tersebut
tanah. sudah ditetapkan berdasarkan kesepakatan
Penyerahan ganti kerugian dilaksa- (95%). Hanya satu responden yang belum
nakan secara langsung kepada pemegang menerima pembayaran karena belum sepak-
hak atas tanah atau ahli warisnya yang sah at dengan hasil musyawarah.
dan kepada nadzir untuk tanah wakaf (Pasal Pelaksanaan pembayaran singkat, lan-
17 Keppres Nomor 55 Tahun 1993). car dan tidak terjadi penyimpangan namun
Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada sepuluh responden yang merasa bahwa
pemberian ganti kerugian berdasarkan kese- telah terjadi pemotongan uang pembayaran
pakatan pada musyawarah yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu (responden
sebanyak empat kali masing-masing sekitar tidak berani menyebutkan secara pasti siapa
2-3 jam di Kantor Pertanahan Kabupaten mereka). Hal ini diakibatkan oleh campur
Sleman. Hasilnya bahwa ganti kerugian di- tangan pihak yang tidak bertanggung jawab
518 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
DAFTAR PUSTAKA