Oleh ;
SURABAYA
2022
Lahan Warga Lokal, Sirkuit Mandalika dan Pengadaan Tanah
Tidak asing ketika mendengar nama Sirkuit Mandalika, atau nama resminya adalah
Pertamina Mandalika Street Circuit yang berada di KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)
Mandalika di kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sirkuit yang
memiliki luas lahan 1.035 hektare dengan panjang lintasan mencapai 4,31 kilometer serta 17
tikungan ini, telah menelan biaya pembangunan hingga Rp 3,5 trilliun.
Sirkuit inipun yang berada di kawasan ekonomi khusus ini dikelola oleh PT.
Pengembangan Pariwisata Indonesia atau lebih dikenal dengan Indonesia Tourissm
Development Corporation (ITDC). Dan ITDC sendiri merupakan dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) pariwisata serta sebagai pendukung resmi yang telah beroperasi sejak
terbitnya peraturan pemerintah no.104 tahun 2021.
Jauh sebelum adanya sirkuit Mandalika dibangun tepatnya saat perencanaan dan
penelitian tehadap lahan warga. Warga secara antusias dan menyambut rencana ITDC untuk
menjadikan lahan warga sebagai Sirkuit Mandalika.
Pada bulan oktober 2016, warga dan pihak sempat berdiskusi atas tawaran pihak
ITDC terhadap lahan warga senilai Rp. 2,8 Miliar. Yang mana lahan tersebut yang bakal
menjadi Sirkuit Mandalika sekarang.
Sesuai dengan Perpres Nomor 30 Tahun 2015 Perubahan Ketiga atas Perpres 71
Tahun 2012 dan Perpres 148 Tahun 2015 Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 71 Tahun
2012 pengadaan tanah berbunyi: Pengadaan tanah adalah Kegiatan menyediakan tanah
dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.
Sangat di sayangkan, bukannya mendapatkan uang ganti rugi, tepat pada bulan
februari 2020, warga malah digugat atas dugaan pemakaian tanah tanpa izin yang berhak.
Dalam wawancara reporter Tirto, salah satu warga mengatakan “ITDC ini alasannya
mempunyai hak pengeloalan dan tanah milik negara” bahkan majelis Hakim Pengadilan
Negeri Praya memvonis dua bulan kurungan penjara dengan masa percobaan enam bulan.
April 2019, Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Dewan HAM
PBB) merilis laporan mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang tejadi saat pembangunan
sirkuit. Hal ini terjadi setelah adanya laporan mengenai warga lokal yang dipaksa
meninggalkan rumah dan lahan mereka.
Oliver De Schutter, pelapor khusus PBB untuk kemiskinan ekstrim dan HAM, para
ahli menyoroti pengusiran masyarkat lokal dan perusakan rumah, ladang, sumber air, situs
budaya dan agama.pembangunan sirkuit dinilai menginjak-injak hak asasi manusia,
pembangunan tersebut memicu perampasan tanah masyarakat adat secara agresi dengan
penggusuran paksa, mengancam pembela HAM, serta mengusit para petani dan nelayan di
tanah sendiri.
Oliver berujar “sumber yang dapat dipercaya telah menemukan bahwa penduduk
setempat menjadi sasaran ancaman dan intimidasi dan diusir secara paksa dari tanah merka
tanpa kompensasi. Terlepas dari temuan ini, ITDC belum berusaha untuk membayar
kompensasi atau menyelesaikan tanah.
Bahkan salah satu warga, sibrah. Mengatakan “se-rupiah-pun kami tidak pernah
menerima uang, dan kami tidak pernah menjualnya”. Ada 6-7 warga yang memiliki setifikat
tanah resmi.
Pada akhirnya warga mengajukan banding, sesuai dengan pasal 7 UU No. 20/1947.
Permohonan banding dapat diajukan tertulis atau lisan.
Dari kejadian ini, kita dapat melihat bahwasannya dalam melakukan pembangunan
untuk kepentingan umum di atas lahan warga, pengadaan tanah haruslah dilaksanakan sesuai
dengan Perpres Nomor 30 Tahun 2015 Perubahan Ketiga atas Perpres 71 Tahun 2012 dan
Perpres 148 Tahun 2015 Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012 pengadaan
tanah berbunyi: Pengadaan tanah adalah Kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi
ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.
Kemudian perlu diketahui dalam ganti rugi atas tanah/lahan bersangkutan. Pola
penetapan ganti rugi atas tanah dinegara kita ditetapkan melalui musyawarah dengan
memperhatikan harga umum setempat disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tanah. Ganti kerugian yang diberikan dapat berupa :
• Uang;
• Tanah pengganti;
• Pemukiman kembali;
Dengan adanya kejadian yang telah terjadi antara ITDC dan pemilik lahan di
mandalika, dapat menjadikan pembelajaran bagi pemerintah dalam melaksanakan pengadaan
tanah dengan baik dan intens, dan bagi warga pemilik lahan agar dapat berani dapat berani
dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan.
Referensi
https://tirto.id/sengketa-lahan-di-balik-sirkuit-mandalika-yang-diresmikan-jokowi-glkz
diakses pada tanggal 17 mei 2022
https://grafis.tempo.co/read/2868/sirkuit-mandalika-dari-dapat-rekor-muri-hingga-masalah-
pembebasan-lahan diakses pada tanggal 17 mei 2022
https://www.kompasiana.com/andri18517/6199f1be9dc0293df776ea52/cerita-dibalik-
pembangunan-sirkuit-mandalika-yang-megah?page=2&page_images=1 diakses pada tanggal
18 mei 2022
https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/15/150000265/profil-sirkuit-mandalika-lombok-
trek-balap-untuk-motogp-2022?page=all diakses pada tanggal 18 mei 2022
https://motogp.skor.id/5-fakta-menarik-sirkuit-mandalika-trek-jalan-raya-pertama-era-
motogp-01396931 diakses pada tanggal 18 mei 2022