Permasalahan tentang tanah Aset Desa diberbagai wilayah di
Indonesia seringkali dijadikan obyek sengketa padahal secara legalitas tanah aset Desa telah diatur dalam pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Desa jo. Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset Desa yang menegaskan bahwa aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli milik desa, dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan belanja negara dan belanja desa (APBDesa) atau perolehan hak lainnya yang sah.
Analisislah salah satu artikel di bawah ini dengan menggunakan
konsep 3 in 1 In the Land Acquisition yang digagas oleh Dr. Jarot Widya Muliawan SH.,CN.,M.Kn agar supaya aset desa aman dan berkepastian hukum serta masyarakat dapat tetap menikmati tanah aset desa tersebut !
“Kecewa Tanah Kas Desa Beralih ke Perorangan, Para Ketua RT
Mundur”
jatimnow.com - Warga Dusun Kapru, Desa Gunungsari, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu geram setelah mendapati salah satu tanah kas desa (TKD) dikuasai perorangan. Mereka menuntut Kepala Desa Gunungsari, Andi Susilo mengambil langkah tegas. Perwakilan Forum Masyarakat Peduli Aset Desa, Solikan mengatakan, selain tidak ingin kehilangan asetnya, warga berharap lahan itu bisa bermanfaat banyak orang. Menurutnya, pemerintah desa segera mengambil alih tanah desa seluas 800 meter persegi itu. "Penggarap lahan itu sudah menempati tanah kas desa sejak beberapa tahun lalu dan sekarang dibuat menanam sayuran. Harus segera diambil alih supaya aset desa ada kejelasan dan bisa bermanfaat bagi semua masyarakat, bukan hanya untuk satu orang saja," terang Solikan, Jumat (11/12/2020). Menurutnya, lahan desa itu sebelumnya pernah disengketakan dan menjalani persidangan Pengadilan Negeri (PN) Malang pada 2014. Hasilnya dimenangkan pihak perorangan karena mampu menunjukkan legalitas kepemilikan lahan tersebut. "Akhirnya kami penasaran dan menanyakan status lahan itu ke pak kades. Jawabannya jika persoalan lahan sudah clear. Tapi kami curiga kok sampai sekarang masih dikuasai oleh seseorang," ungkapnya. Solikan mengaku, lahan yang disidangkan ketika itu sebenarnya objek lahan yang berbeda. Namun kades memberikan pernyataan lain, jika aset yang disidangkan merupakan aset desa. "Memamg orang ini punya AJB, cuma objeknya bukan di atas lahan aset desa. Yang bersangkutan juga diketahui pernah menjual beberapa aset desa. Itu yang membuat masyarakat semakin geram," bebernya. Warga juga berniat membangun balai RW atau gedung serba guna di lahan itu. Namun ketika hendak dibangun, lahan tersebut kembali ditanami oleh perorangan itu. "Kami ingin agar aset kembali ke desa. Jangan sampai dikuasai perorangan," tambahnya. Sumber : https://jatimnow.com/baca-32131-kecewa-tanah-kas-desa- beralih-ke-perorangan-para-ketua-rt-mundur
Selamat mengerjakan, dan semoga sukses !
Jawaban Ujian Akhir Semester Hukum Pertanahan
Nama : Syilvia Amelia H
Nim : 12221059/Mkn 23
Analisislah salah satu artikel di bawah ini dengan menggunakan
konsep 3 in 1 In the Land Acquisition yang digagas oleh Dr. Jarot Widya Muliawan SH.,CN.,M.Kn agar supaya aset desa aman dan berkepastian hukum serta masyarakat dapat tetap menikmati tanah aset desa tersebut !
Salah satu perselisihan yang sering terjadi pada masyarakat
adalah sengketa mengenai persoalan pertanahan. Dalam kasus Tanah Kas Desa warga Dusun Kapru, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tersebut merupakan permasalahan dimana tanah yang seharusnya merupakan Tanah Kas Desa namun dalam peradilan sengketa tanah tersebut dimenangkan dan dikuasai oleh pihak perorangan dikarnakan mampu menunjukkan legalitas tanah tersebut. Hal ini tentunya memunculkan prahara dalam masyarakat dan masyrakat tidak bisa menggunakan aset tanah tersebut untuk kepentingan bersama. Oleh karna itu dengan adanya konsep 3 in 1 Land Aquisition bertujuan agar aset desa menjadi aman dan berkepastian hukum serta masyarakat dapat tetap menikmati bersama-sama tanah aset desa tersebut. Adapun konsep 3 in 1 Land Aquisition sebagai berikut: 1. Perizinan yang dilakukan hal yang pertama dilakukan dikarnakan warga pada artikel tersebut ingin membangun balai RW maka dilakukan “Penetapan Lokasi” yang berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 pada Pasal 19 ayat (5). Adapun penetapan Lokasi memiliki 3 (tiga) fungsi meliputi: Izin pengadaan tanah yang batas waktu kegiatannya 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) tahun (Pasal 24 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2012). Izin perubahan penggunaan tanah. Izin pemindahan hak atas tanah. Pada tahap pendataan awal lokasi rencana pembangunan perlu diketahui pihak-pihak yang berhak dan objek dari pengadaan tanah tersebut. Berdasarkan pengamatan pada kasus tanah desa tersebut, peroangan yang mengusai tanah desa tersebut telah memiliki dasar dan legalitas atas tanah tersebut. 2. Penguasaan Tanah Tahap kedua berkaitan dengan penguasaan tanah sehingga perlu dibentuknya Satuan Tugas yang diketuai oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah yang bertugas untuk Inventarisasi dan Identifikasi. Kemudian dilakukan verifikasi dan perbaikan terhadap pihak yang berhak dan pihak perorangan yang menguasai tanah tersebut apabila ada pihak yang keberatan agar objek tanah tersebut mendapatkan kepastian hukum terkait hak kepemilikan. Jika memang merupakan tanah dari perorangan tersebut maka akan mendapat ganti kerugian, namun apabila merupakan Tanah Kas Desa, perorangan tersebut tidak mendapat ganti kerugian. Sehingga status tanah sudah clear dan hak tanahnya sudah jatuh ke pihak yang berhak atas tanah tersebut. Pada Tahap ini ada 3 (tiga) kegiatan penting yang harus dilakukan yaitu kegiatan penilaian ganti rugi, kegiatan pelaksanaan ganti rugi dan kegiatan pelepasan hak. 3. Sertifikasi Tanah Berdasarkan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 telah menegaskan bahwa Instansi yang memperoleh tanah wajib mendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil inventarisasi dan identifikasi dari satgas yang telah yang telah dilakukan pada tahap penguasaan tanah sebelumnya, kemudian diumumkan di kantor desa, kantor kecamatan dan lokasi pembangunan yang dilakukan oleh ketua pelaksana pengadaan tanah. Jika masih terdapat pihak yang keberatan, akan dilakukan verifikasi dan perbaikan guna mendapatkan kepastian hukum terkait hak kepemilikan dan objek tanah tersebut. Setelah status tanah sudah clear dan hak tanahnya sudah jatuh ke pihak yang berhak atas tanah tersebut maka dapat dihasilkan produk berupa Sertipikat Hak Pakai atas tanah tersebut.