Mata Kuliah:
HUKUM AGRARIA
Dikerjakan oleh:
Nama: Mustafa
NIM: 043648625
UNIVERSITAS TERBUKA
BALIKPAPAN
2021
1|Page
Soal Tugas.1
Salah satu penyebab sengketa tanah adalah pendataan kepemilikan tanah yang masih manual
dan pengarsipan data pertanahan yang belum tersistemasi. Tak jarang informasi tanah hanya
mengandalkan Letter C yang tidak jelas, sulit dibaca bahkan kesalahan penulisan dalam
salinannya. Alhasil, menyulitkan pencarian nama maupun objek tanah. Di sisi lain, warga
kurang memahami hak dan kewajibannnya terhadap tanah yang dimiliki.
contoh kasus pertanahan di Desa Cisomang Barat, yakni sengketa kepemilikan tanah antara
warga dengan pihak desa, Sekitar tahun 1941, seorang warga bernama Abdul memiliki tanah
seluas 15 hektare di Desa Cisomang Barat tetapi tidak ada bukti kepemilikan yang sah.
Warga tersebut diketahui telah menikah dua kali. Dari pernikahan pertamanya memiliki satu
orang anak dan empat orang cucu, sedangkan dari perkawinan keduanya yaitu dengan Emot
tidak memiliki anak. Tetapi pada saat menikah dengan Abdul, Emot membawa dua orang anak
dari perkawinan sebelumnya.
Kini, tanah tersebut menjadi sengketa antara desa bersama para penggarap dan ahli waris
Emot. Menurut keterangan ahli waris, tanah tersebut telah dihibahkan kepada Emot.
Sedangkan menurut keterangan desa, tanah tersebut merupakan tanah desa karena desa
memberikan pinjaman kepada Abdul untuk melunasi utangnya dengan jaminan tanah
sengketa tersebut.
Pertanyaan:
Dari keterangan dan contoh kasus di atas, apa sebenarnya yang mendasari terjadinya
sengketa tanah, buatlah analisis yuridisnya dihubungkan dengan konsep administrasi
pertanahan dan konsep pendaftaran tanah di Indonesia.
2|Page
ANALISIS YURIDIS KASUS PERTANAHAN DI DESA CISOMANG BARAT DIHUBUNGKAN DENGAN
KONSEP ADMINISTRASI PERTANAHAN DAN KONSEP PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA
contoh kasus pertanahan di Desa Cisomang Barat, yakni sengketa kepemilikan tanah
antara warga dengan pihak desa, Sekitar tahun 1941, seorang warga bernama Abdul
memiliki tanah seluas 15 hektare di Desa Cisomang Barat tetapi tidak ada bukti
kepemilikan yang sah.
Warga tersebut diketahui telah menikah dua kali. Dari pernikahan pertamanya memiliki
satu orang anak dan empat orang cucu, sedangkan dari perkawinan keduanya yaitu
dengan Emot tidak memiliki anak. Tetapi pada saat menikah dengan Abdul, Emot
membawa dua orang anak dari perkawinan sebelumnya.
Kini, tanah tersebut menjadi sengketa antara desa bersama para penggarap dan ahli waris
Emot. Menurut keterangan ahli waris, tanah tersebut telah dihibahkan kepada Emot.
Sedangkan menurut keterangan desa, tanah tersebut merupakan tanah desa karena desa
memberikan pinjaman kepada Abdul untuk melunasi utangnya dengan jaminan tanah
sengketa tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan.
a) Jenis Penulisan
Jenis penulisan menggunakan hukum normatif, artinya mengkaji hukum sebagai norma
dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder lainnya yang berkaitan.
b) Teknik pengumpulan data.
1) Studi kepustakaan
dengan mengumpulkan peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen,
data-data lainnya yang ada hubungannya dengan penulisan.
3|Page
c) Analisis data
Bahan-bahan atau data-data yang sudah dikumpulkan dan telah diolah secara sistematis
kemudian dianalisis secara deskriptif evaluatif dengan memaparkan, menafsirkan,
menjelaskan, menilai dan menganalisa asas, norma atau kaidah untuk menemukan
konsep-konsep hukum yang dapat dipergunakan dalam mengkaji masalah.
E. Dasar Teori.
1. Pengertian Sengketa.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia No. 3 Tahun 2011
sengketa tanah atau yang biasa dikatakan sengketa adalah perselisihan pertanahan antara
orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio
politis
Administrasi pertanahan menurut Rusmadi Murad, adalah suatu usaha dan manajemen
yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan pemerintah dibidang pertanahan
dengan mengerahkan sumberdaya untuk mencapai tujuan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Landasan hukum dala UUD 1945 mengenai administrasi pertanahan terdapat dalam Bab XIV
tentang kesejahteraan sosial, Pasal 33 ayat 3 yang berbunyi sebagai berikut: “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” 1
Untuk merealisasikan hal itu serta dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat
di bidang pertanahan , dibutlah keputusan presiden nomor 7 tahun 1979 tentang catur
tertib pertanahan yaitu:
____________________________________________________
1
Nandang Alamsyah D: Administrasi Pertanahan, Jakarta: Universitas Terbuka 2020 hlm. 1.20
4|Page
1. Tertib hukum pertanahan, upaya untuk menumbuhkan kepastian hukum pertanahan
sebgai perlindungan terhadap hak-hak atas tanah dan penggunaannya dimaksudkan
agar terjadi ketenteraman masyarakat dan mendorong gairah pembanguan.
2. Tertib administrasi pertanahan, upaya memperlancar setiap usaha dari masyarakat
yang menyangkut tanah terutama dilakukan dengan pembagunan yang memerlukan
sumber informasi bagi yang memerlukan tanah sebagai sumber daya, uang dan modal.
Menciptakan suasana pelayanan di bidang pertanahan agar lancer, ertib, murah, cepat
dan tidak berbelit-belit berdasarkan pelayanan umum yang adil dan merata.
Tertib administrasi yang diharapkan adalah:
a. Untuk sebidang tanah telah tersedia catatan mengenai aspek-aspek ukuran
fisik, penguasaan, penggunaan serta jenis hak dan kepastian hukumnya yang
dikelola dalam suatu system informasi pertanhan yang lengkap.
b. Terdapat mekanisme prosedur pelayanan yang sederhana, cepat dan murah
tapi menjamin kepastian hukum yang dilaksanakan secara tertibb dan
konsisten.
c. Penyampaian warkat-warkat yang berkaitan dengan pemberian hak dan
penyertifikatan tanah dilakukan secara tertib, teratur dan terjamin
keamanannya.
3. Tertib penggunaan tanah,
a. Tanah telah digunakan secara optimal serasi dan seimbang sesuai dengan
potensinya.
b. Penggunaan tanah di daerah perkantoran telah dapat menciptakan suasana
aman, tertib, lancer dan sehat.
c. Tidak terdapat benturan kepentingan antar sector.
4. Tertib pemeliaraan tanah lingkungan hidup.
a. Penanganan bidang pertanahan dapat menunang upaya pengelolaan
lingkungan hidup
b. Pemberian ha katas tanah telah dapat menunjang terwujudnya pembangunan
yangberkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
c. Semua pihak yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah telah
melaksaskan kewajiban sehubungan dengan pemeliharaan tanh tersebut.
Pendaftaran tanah diatur dengan Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1961 tentang
pendaftaran tanah.
PP ini merupakan realisasi dari pasal 19 UUPA.
5|Page
Pendaftaran tanah dalam arti hukum mengandung dua pengertian yaitu:
a. Pendaftaran tanah itu sendiri, dan
b. Pendaftaran terhadap hak yang melekat di atas tanah itu.
Dalam UUPA pasal 19 dijelaskan bahwa tujuan pendaftaran tanah adalah menjamin
kepastian hukum.
Dalam PP 10 tahun 1961 menyebutkan bahwa tujuan pendaftaran tanah adlah menjami
kepastian hukum dari hak-hak atas tanah.
F.Pembahasan.
Pada awal periode pembangunan jangka panjang tahap pertama, masalah pertanahan tidak
demikian menonjol karena tanah yang diperlukan untuk pembangunan masih tersedia.
Namun dewasa ini, sejalan dengan laju pembangunan, kebutuhan akan tanah semakin
meningkat.
Dengan makin terbatasnya tanah yang tersedia dan dilain pihak kebutuhan akan tanah
untuk keperluan pembanguan maupun masyarakat makin meningkat, meingkat pulalah
frekwensi terjadinya masalah-masalah pertanahan. Tanah menjadi masalah lintas sektooral
yang mempunyai dimensi ekonomi, sosial budaya, politik, bahkan pertahanan keamanan.
Oleh sebab itu pengelolaan tanah dalam arti pengaturan penguasaan tanah, penatagunaan
tanah, pengurusan hak-hak tanah serta pengukuran dan pendaftaran tanah perlu ditata dan
diatur sedemikian rupa sehingga tanah dapat digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat seperti yang diamantkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33
ayat 3.
Dengan demikian persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tanah, seperti
penguasaan tanah, pemilikan dan penggunaan tanah oleh orangg atau badan hukum yang
melanggar ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan pertanahan yang berlaku,
penguasaan secara terselubung tanah pertanian yang semestinya merupakan tanah absente
, jual beli tanah diluar prosedur yang berlaku, penggunaan tanah yang tidak sesuai
peruntukannya, adanya sertifikat palsu,, sertifikat tumpeng tindih, manipulasi tanah, dan
sebagainya dapat diminimalisasi.
Dalam konteks itulah, tanah pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat. 1
6|Page
2. Diketahui bahwa Ahli waris Bu Emot juga tidak memiliki bukti hibah tanah dari Pak
Abdul kepada Bu Emot.
3. Diketahui Bahwa Desa tidak memiliki bukti transaksi hutang piutang dengan jaminan
tanah tersebut.
Ketiga alasan tersebut di atas cukup meyakinkan untuk menjadi penyebab terjadinya
sengketa. Karena ke tiga pihak sama-sama tidak memiliki bukti otentik dan oleh karenanya
tidak bisa diselesaikan secara hukum formal.
Dalam konsep administrasi pertanahan Tertib administrasi salah satu poinnya adalah bahwa:
Untuk sebidang tanah harus telah tersedia catatan mengenai aspek-aspek ukuran fisik,
penguasaan, penggunaan serta jenis hak dan kepastian hukumnya yang dikelola dalam suatu
system informasi pertanhan yang lengkap
Mengacu pada hal tersebut maka salah satu pennyebab sengketa juga karena ke tiga pihak
tidak tertib administrasi pertanahan, dimana Sebidang tanah yang disengketakan tidak
tersedia catatan mengenai aspek-aspek ukuran fisik, penguasaan, penggunaan serta jenis
hak dan kepastian hukumnya yang dalam suatu system informasi pertanahan yang lengkap.
Sehingga masing-masing pihak dapat mengklaim kepemilikan atas tanah.
Dalam kasus tanah yang disengkatakan ini tidak ada bukti atas Pendaftaran tanah itu
sendiri, dan Pendaftaran terhadap hak yang melekat di atas tanah itu Sehingga masing-
masing pihak dapat mengklaim kepemilikan atas tanah
Sehingga : Tidak ada kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para pemilik tanah,
Tidak ada informasi yang valid unutk pihak-pihak yang berkepentingan, danTidak
terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Tidak adanya kepastian hukum ini menjadi salah satu penyebab terjadinya sengketa.
Salah satu penyebanya adalah pendataan kepemilikan tanah yang mungkin masih manual dan
pengarsipan data pertanahan yang belum tersistemasi. Tak jarang informasi tanah hanya
mengandalkan Letter C yang tidak jelas, sulit dibaca bahkan kesalahan penulisan dalam
salinannya. Alhasil, menyulitkan pencarian nama maupun objek tanah.
Di sisi lain, para pihak tersebut kurang memahami hak dan kewajibannnya terhadap tanah
yang dimiliki dan masih banyak warga yang kurang memahami aspek hukum pertanahan
seperti kepemilikan tanah bersertifikat.
"Sebagian masyarakat masih berpikir dengan kepemilikan akta seperti akta jual beli (AJB)
atau bahkan bukti pajak SPPT dan STTS PBB saja sudah cukup kuat sebagai bukti kepemilikan
tanah,"
7|Page
Lalu bagaimana memperbaiki kondisi ini secara umum.
G. Kesimpulan
Karena kasus tersebut tidak memenuhi system administrasi pertanahan dan juga system
pendaftaran tanah, maka cara penyelesaiannaya adalah dengan cara mediasi secara
kekeluargaan.
Perlu dilakukan langkah-langkah fasilitasi antara lain mencari informasi mengenai sengketa
tersebut dari hasil wawancara dengan para pihak, mengumpulkan bukti bukti berupa
dokumen dokumen yang berkaitan,
Meminta sub bidang pertanahan pada bidang tata pemerintahan untuk menyelesaikan
permasalahan sengketa tersebut.
8|Page