Anda di halaman 1dari 2

Diskusi.

3
Jumat, 10 September 2021, 07:28
Jumlah balasan: 0
Diskusikanlah
seperti apakah  pelaksanaan  Birokrasi pengajuan permohonan pertanahan di Indonesia !

Jawaban.

Sebagaimana dijelaskan pada pasal 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 yang dimaksud dengan Pendaftaran
Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan gambar mengenai bidang bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberiansertifikat sebagai tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.
Sistem publikasi pendaftaran tanah meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Sistem Positif
Merupakan tanda bukti ha katas tanah yang mutlak dan merupakan satu-satunya tanda bukti hak
atas tanah yang menjamin nama yang terdaftar dalam buku tanah.
2. Sistem Negatif
Dalam sistem ini dikenal Asas Memo Plus Yuris, yaitu melindungi pemegang ha katas tanah
yang sebenarnya dari tindakan orang lain yang berupaya mengalihkan hak tanpa diketahui oleh
pemegang hak sebenarnya.
Ciri pokok sistem publikasi negatif adalah pendaftaran tanah dan pendaftaran hak atas tanah
tidak menjamin bahwa nama-nama yang terdaftar dalam buku tanah tidak dapat dibantah jika
nama yang terdaftar bukan nama pemilik yang sebenarnya. Selain itu Pejabat Balik Nama
(PPAT) bersifat pasif, tidak berkewajiban untuk menyelidiki kebenaran dari surat tanah yang
diserahkan kepadanya.
3. Sistem Torrens
Menurut sistem ini, sertifikat merupakan alat bukti ha katas tanah yang paling lengkap dan tidak
dapat diganggu gugat. Perubahan buku tanah tidak mungkin dapat dilakukan kecuali jika cara
perolehannya dengan pemalsuan dokumen atau penipuan.

Dalam sistem pendaftaran tanah di Indonesia, sistem publikasi pendaftaran tanah yang dianut adalah
Sistem Negatif sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
pokok Agraria yang berbunyi “berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat”.

Proses pengajuan pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Agraria tertuang dalam Pasal 19, 23, 32 dan 38.
Sebagai pelaksanaan dari pasal 19 UU Nomor 5 Tahun 1960 dikeluarkan PP Nomor 10 tahun 1961
tentang Pendaftaran Tanah yang telah diperbaharui dengan PP Nomor 24 Tahun 1997, selain itu
terdapat aturan turunannya yaitu Perka BKN Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian Ha Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah.
Dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 dijelaskan bahwa penyelenggaraan pendaftaran tanah menjadi
tugas Kepala Kantor Pertanahan yang dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan pejabat
lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut PP Nomor 24 Tahun
1997 dan peraturan perundangan yang bersangkutan.

Sumber Referensi :
- BMP ADPU4335 Modul 4 Halaman 4.7, 4.24 – 4.27

Anda mungkin juga menyukai