Anda di halaman 1dari 6

MODUL KE XII DAN XIII HUKUM AGRARIA

A. LARANGAN KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE

Larangan Kepemilikan Tanah pertanian secara absentee adalah pemilikan tanah pertanian

yang letaknya di luar daerah tempat tinggal pemiliknya. Dalam Pasal 10 UUPA secara tegas

melarang kepemilikan tanah secara absentee, sebagaimana dinyatakan sebagai berikut:

(1) Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada

asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif, dengan

mencegah cara-cara pemerasan;

(2) Pelaksanaan dari pada ketentuan ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan peraturan

perundangan;

(3) Pengecualian dari pada asas tersebut pada ayat (1) ini diatur dalam peraturan

perundangan.

Berdasarkan pada ketentuan di atas, UUPA memberi jaminan kepastian hukum kepada

setiap warga negara, tanpa membedakan kaya atau miskin untuk mempunyai hak atas tanah

pertanian. UUPA juga memberi perlindungan hukum berupa mencegah terjadinya pemerasan

oleh pemilik tanah yang kaya terhadap rakyat miskin, seperti petani penggarap atau buruh

tani dalam perjanjian bagi hasil yang tidak adil dan menguntungkan pemilik tanah yang kaya

tersebut, dengan mewajibkan pemilik tanah untuk mengerjakan atau mengusahakan sendiri

tanahnya. Seperti yang kita ketahui, bahwa dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 224 tahun 1961 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1964 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 280, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2322)

untuk selanjutnya disebut PP No.224 tahun 1961, menyatakan bahwa : “Pemilik tanah

pertanian yang bertempat tinggal di luar Kecamatan tempat letak tanahnya, dalam jangka

waktu 6 bulan wajib mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat

letak tanah itu atau pindah ke kecamatan letak tanah tersebut”.

1
Selanjutnya dalam Pasal 3 PP No.224 tahun 1961, menentukan bahwa mereka-mereka

yang mendapatkan pengecualian untuk memiliki tanah secara guntai (absentee), yaitu:

a. Bagi pemilik tanah yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan

tempat letak tanah, dengan syarat jika jarak antara tempat tinggal pemilik dan tanahnya masih

memungkinkan untuk mengerjakan tanah tersebut secara efisien menurut pertimbangan

panitia landreform daerah kabupaten/kota..

b. Mereka yang sedang menjalankan tugas negara, menunaikan kewajiban agama atau

mempunyai alasan khusus lainnya yang dapat diterima oleh Menteri Agraria.

c. Bagi pegawai-pegawai negeri dan pejabat-pejabat militer serta yang dipersamakan

dengan mereka yang sedang menjalankan tugas negara. Apabila seseorang ketahuan memiliki

kelebihan tanah (absentee) maka tanah tersebut harus dilepaskan atau sanksi yang akan

dikenakan jika kewajiban diatas tidak dilaksanakan atau terjadi pelanggaran terhadap sesuai

yang diterangkan di atas maka tanah yang bersangkutan akan diambil oleh pemerintah untuk

kemudian didistribusikan dalam rangka landreform. Kepada bekas pemiliknya diberikan ganti

kerugian sesuai peraturan yang berlaku bagi para bekas pemilik tanah tersebut

Dalam Peraturan Pemerintah No.224 Tahun 1961 tersebut, tidak diatur secara tegas

mengenai persyaratan seseorang dapat memiliki tanah pertanian di kecamatan wilayah tempat

tinggalnya. Selain itu, pada Pasal 3 PP No.224 Tahun 1961 ini tidak mengatur persyaratan

apa yang diperlukan untuk menentukan kebenaran dari domisili seseorang. Hal tersebut

menimbulkan celah untuk terjadinya penyelundupan hukum agar seseorang dapat memiliki

tanah pertanian secara absentee. Ketentuan tersebut sampai saat ini belum dilakukan

perubahan. Banyak kecurangan yang timbul dalam pelaksanaan ketentuan mengenai larangan

kepemilikan tanah pertanian secara absentee ini akibat dari adanya kekosongan norma pada

pasal tersebut.

2
Selanjutnya di bawah ini akan dipaparkan ketentuan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 1964 Tentang Perubahan Dan Tambahan Peraturan Pemerintah

No. 224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian

pada ketentuan Pasal 3a. bahwa :

(1) Pemilik tanah pertanian yang berpindah tempat atau meninggalkan tempat kediamannya

keluar Kecamatan tempat letak tanah itu selama 2 (dua) tahun berturut-turut, sedang ia

melaporkan kepada pejabat setempat yang berwenang, maka dalam waktu 1 (satu) tahun

terhitung sejak berakhirnya jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut di atas ia diwajibkan untuk

memindahkan hak milik atas tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di

Kecamatan letak tanah itu.

(2) Jika pemilik tanah yang dimaksudkan pada ayat (1) pasal ini berpindah tempat atau

meninggalkan tempat kediamannya keluar Kecamatan tempat letak tanah itu, sedang ia tidak

melaporkan kepada pejabat setempat yang berwenang, maka dalam waktu 2 (dua) tahun

terhitung sejak ia meninggalkan tempat kediamannya itu diwajibkan untuk memindahkan hak

milik atas tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di Kecamatan letak tanah itu.

Selanjutnya pada ketemtuamm Pasal 3b. ayat :

(1) Pegawai Negeri dan Anggota Angkatan Bersenjata serta orang lain yang dipersamakan

dengan mereka, yang telah berhenti dalam menjalankan tugas Negara dan yang

mempunyai hak atas tanah pertanian di luar Kecamatan tempat tinggalnya dalam waktu

1 (satu) tahun terhitung sejak ia mengakhiri tugasnya tersebut diwajibkan pindah ke

Kecamatan letak tanah itu atau memindahkan hak milik atas tanahnya kepada orang lain

yang bertempat tinggal di Kecamatan di mana tanah itu terletak.

(2) Dalam hal-hal tertentu yang dapat dianggap mempunyai alasan yang wajar, jangka waktu

tersebut dalam ayat (1) di atas dapat diperpanjang oleh Menteri Agraria.

Dalam ketentuan Pasal 3c. ayat :

3
(1) Jika seseorang memiliki hak atas tanah pertanian di luar Kecamatan di mana ia bertempat

tinggal, yang diperolehnya dari warisan, maka dalam waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak si

pewaris meninggal diwajibkan untuk memindahkannya kepada orang lain yang bertempat

tinggal di Kecamatan di mana tanah itu terletak atau pindah ke Kecamatan letak tanah itu.

(2) Dalam hal-hal tertentu yang dapat dianggap mempunyai alasan yang wajar jangka waktu

tersebut dalam ayat (1) di atas dapat diperpanjang oleh Menteri Agraria.

Pada ketentuan Pasal 3dikatakan bahwa :

Dilarang untuk melakukan semua bentuk pemindahan hak baru atas tanah pertanian yang

mengakibatkan pemilik tanah yang bersangkutan memiliki bidang tanah di luar Kecamatan di

mana ia bertempat tinggal.

Pasal 3e. Tidak dipenuhinya ketentuan-ketentuan tersebut dalam pasal pasal 3a, 3b, 3c dan 3d

mengakibatkan baik tanah maupun pemilik tanah yang bersangkutan dikenakan ketentuan-

ketentuan tersebut dalam pasal 3 ayat (5) dan (6) Peraturan Pemerintah No. 224 tahun 1961

(Lembaran-Negara tahun 1961 No. 280). Pasal II Dalam Peraturan Pemerintah No. 224 tahun

1961 (Lembaran- Negara tahun 1961 No. 280) diadakan perubahan-perubahan sebagai

berikut:

a. Bunga 3% (tiga perseratus) sebagai dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (4) diubah menjadi

5% (lima perseratus).

b. Biaya/ongkos administrasi sebesar 10%% (sepuluh perseratus) sebagai dimaksudkan dalam

Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (2) diubah menjadi 6% (enam perseratus).

B. Jawablah Pertanyaan di bawah ini:

1. Apa yang dimaksud dengan tanah absentee?

2. Tulis dasar hukum yang mengatur tanah absentee ?

3. Kemukakan siapa saja yang mendapatkan pengecualian untuk memiliki tanah secara guntai

(absentee)!

4
4. Kemukakan mengenai persyaratan seseorang dapat memiliki tanah pertanian di kecamatan

wilayah tempat tinggalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.224 Tahun 1961!

5. Kemukakan apa yang tidak diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 224 Tahun 1961

ini, sehingga menimbulkan celah untuk terjadinya penyelundupan hukum agar seseorang

dapat memiliki tanah pertanian secara absentee!

Catatan : Tugas dikumpulkan minggu berikutnya melalui email :

linajamilah.unisba@gmail.com

5
6

Anda mungkin juga menyukai