Anda di halaman 1dari 2

MODUL PERTEMUAN 2

TEORI PERUNDANG-UNDANGAN

1.1. Peristilahan
Istilah Gesetzgebung atau perundang-undangan mempunyai dua pengertian yaitu proses
pembentukan/proses membentuk peraturan perundang-undangan dan yang kedua berarti segala
peraturan-peraturan yang merupakan hasil pembentukan dari proses pembuatan perundang-undangan.
Dalam pengertian yang kedua di Indonesia ada beberapa istilah yang digunalan oleh para ahli
hukum yaitu :
1. Peraturan Negara (M.Solly Lubis)
2. Peraturan Perundangan (Soehino)
3. Perundang-Undangan (Amiroedin Syarif)
4. Peraturan Perundang-Undangan (Bagir Manan, Hamid S. Attamimi)
Solly Lubis menyatakan bahwa istilah yang tepat adalah peraturan negara dengan argumentasi
bahwa kata peraturan perundangan mengandung arti peraturan mengenai tata cara pembuatan negara,
sedangkan jika yang dimaksud adalah peraturan yang lahir dari perundang-undangan maka istilahnya
adalan peraturan negara. istilah peraturan negara mengandung arti peraturan dan penetapan yang
dikeluarkan oleh badan yang berwenang, padahal maksudnya hanya untuk peraturan saja, sehingga
istilah ini kurang tepat.
Soehino menggunakan istilah peraturan perundang-an dengan argumentasi ada dasar
hukumnya yaitu digunakan dalam Tap. MPRS XX/ 1966. terhadap istilah ini Hamid S. Attamimi
berkomentar bahwa istilah peraturan perundangan sebagai terjemahan dari wettelijke regeling kurang
tepat, karena kata perundangan dibentuk dari kata dasar undang yang tidak mempunyai kaitan lagi
dengan pengertian hukum kecuali kata pengundangan.
Amiroedin Syarif menggunakan istilah perundang-undangan dengan argumentasi kata ini lebih
ekonomis dan telah digunakan dalam dua hukum dasar yang pernah berlaku. beliau tidak setuju dengan
istilah peraturan perundangan argumentasi-nya (sama dengan hamid). begitu pula peraturan
perundang-undangan dengan alasan mengandung arti yaitu peraturan tentang per-uu-an (mungkin
tatacara, prosedur, tata urutan atau tentang isntansi yang membuatnya). komentar pengajar
perundang-undangan ini mengandung dua arti yaitu 1. proses pembentukan peraturan-peraturan
negara yang tertulis dari bentuk tertinggi sampai terendah yang dihasilkan secara atribusi atau delegasi.
2. keseluruhan produk peraturan-peraturan negara yang tertulis.
Bagir Manan dan Hamid S. Attamimi menggunakan istilah peraturan perundang-undangan
yang mengandung arti peraturan yang lahir karena perundang-undangan.
Istilah perundang-undangan dalam Islam dapat ditinjau dari aspek sumbernya, siyasah (tanpa
syar’iyah) dapat dibagi dua; (1) Siyasah Syar’iyah dan (2). Siyasah Wadl’iyah.
Syiyasah-syar’iyah, sebagai institusi hukum Islam, dasar pokoknya adalah wahyu atau agama,
yaitu nilai dan norma transendental dari Allah yang diyakini kebenaran dan keadilannya sehingga
diyakini pula bahwa ia marupakan sumber hukum yang ideal. Oleh karena itu syariat merupakan sumber
“primer” bagi kebijakan pemerintah dalam mengatur berbagai macam urusan umum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh institusi-
institusi kenegaraan yang berwenang. Sumber “secunder”nya ialah manusia sendiri dan lingkungannya.
Peraturan yang bersumber dari lingkungan manusia sendiri, seperti pandangan para pakar hukum adat
warisan budaya bangsa (doktrin) perlu mendapatkan penilaian dari nilai dan norma transcendental, agar
tidak ada hukum adat (doktrin) yang bertentangan dengan kehendak dan kebijakan Tuhan sebagaimana
yang dituangkan dalam syari’at-Nya. Dengan kata lain bahwa sumber dari siyasah syar’iyah adalah
wahyu dan manusia sendiri dengan lingkungannya.1
Syiyasah Wadl’iyyah adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia atau
lembaga negara yang berwenang yang digali dan bersumber pada manusia sendiri dan lingkungannya,
seperti pendapat para pakar, al-urf, adat, pengalaman-pengalaman dan aturan-aturan terdahulu.
Sumber-sumber hukum yang berasal dari manusia dan lingkungannya itu fariabilitas dan elastisitasnya
sangat dominan, karena adat-istiadat, pengalaman, kultur manusia pasti berbeda dan terus menerus
mengalami perkembangan. Dalam padangan Islam, hukum yang dibuat oleh penguasa yang digali dari
nilai-nilai budaya yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang disebut siyasah wadl’iyah itupun
harus diterima, nilainya sama dengan siyasah syar’iyah, selama siyasah wadl’iyah itu sejalan dan atau
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip umum syari’at. Karena hal yang demikian ini juga merupakan
perintah agama (syariat).2

1 Abd. Salam, Kedudukan Peraturan Perundang-Undangan Negara Dalam Institusi Hukum Islam (Kajian Methodologis Hukum
Islam).
2 Ibid.

Anda mungkin juga menyukai