Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rabiatul Adawiyah

NIM : 2308016272
Kelas :E
Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu : Agustina Wati, S.H.,M.H

1. Jelaskan 3 sumber hukum materil dan formal!


- Sumber Hukum Material Hukum Administrasi Negara
Sumber hukum dalam arti material ialah sumber hukum sebagai tempat
asalnya hukum itu. Sumber hukum material adalah faktor-faktor yang ikut
mempengaruhi materi atau isi dari aturan-aturan hukum atau faktor-faktor
masyarakat yang memengaruhi pembentukan hukum atau tempat dimana materi
hukum itu diambil. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor historis, filosofis, dan
sosiologis.
a. Sumber Hukum Historis/ Faktor historis
Faktor sejarah dapat menjadi sumber hukum materiil dalam arti ikut
berpengaruh atas penentuan materi aturan hukum dalam hukum administrasi
negara dari sudut sejarah, ada dua jenis sumber hukum historis/ faktor historis,
yaitu :
1) Undang-undang dan sistem hukum tertulis yang berlaku pada masa
lampau di suatu tempat.
2) Dokumen-dokumen dan surat-surat serta keterangan lain dari masa
lampau. Sumber hukum dari sudut historis ini yang paling relevan adalah
undang-undang dan sistem hukum tertulis di masa lampau, sebab undang-
undang dan sistem hukum tertulis merupakan hukum yang betul-betul
berlaku, sedangkan dokumen dan surat-surat keterangan hanya bersifat
mengenalkan hukum yang berlaku di masa lampau.
b. Sumber Hukum Sosiologis/ Faktor Sosiologis/ Antropologis
Dari sudut sosiologis, sumber hukum materiil itu adalah seluruh masyarakat.
Sudut ini menyoroti lembaga-lembaga sosial sehingga dapat diketahui apakah
yang dirasakan sebagai hukum oleh lembaga-lembaga itu. Dari pengetahuan
tersebutlah dapat dibuat materi hukum yang sesuai dengan kenyataan
sosiologisnya. Bisa dikatakan bahwa faktor-faktor sosial dalam masyarakat dapat
mempengaruhi isi hukum positif, faktor tersebut bisa meliputi pandangan
ekonomis, pandangan agamais, dan psikologis.
c. Sumber Hukum Filosofis/ Faktor Filosofis
Dalam Sumber hukum dalam arti filosofis terdapat dua hal yang dapat
menjadi sumber hukum, yaitu:
1) Sebagai ukuran/ sumber untuk menentukan bahwa sesuatu bersifat adil.
Karena hukum itu dimaksudkan antara lain untuk menciptakan keadilan,
maka hal-hal yang secara filosofis dianggap adil dijadikan juga sumber
hukum material;
2) Sebagai faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menaati
kewajiban terhadap hukum. Hukum itu diciptakan agar ditaati, oleh sebab
itu, semua faktor yang dapat mendorong seseorang taat pada hukum harus
diperhatikan dalam pembuatan aturan hukum positif. Dengan kata lain,
sumber hukum filosofis mengandung makna agar hukum sebagai kaidah
perilaku memuat nilai-nilai positif tersebut.
- Sumber Hukum Formal Hukum Administrasi Negara
Sumber hukum dalam arti formal ialah sumber hukum dimana hukum itu
diketemukan. Sumber hukum formal hukum administrasi negara adalah sumber
hukum yang dilihat dari segi bentuk dan pembentukannya. Karena bentuknya itu
menyebabkan hukum itu berlaku umum, diketahui, dan ditaati. Sumber hukum
formal dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum administrasi
negara secara formal ini terdiri dari:
a. Undang-Undang
Undang-Undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat masyarakat umum. Undang-
Undang dalam hal ini dibedakan menjadi :
1) Undang-Undang dalam arti formal, adalah undang-undang yang
dihasilkan oleh presiden bersama Dewan Perwakilan Rakyat yang berisi
aturan tingkah laku yang mengikat umum. Dengan kata lain Undang-
Undang dalam arti formal yaitu produk hukum yang dilihat dari cara
pembentukannya. Hal ini dipertegas dalam rumusan Pasal 1 ayat (3) UU
No. 10 Tahun 2004, yang dimaksud dengan undang-undang adalah
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
2) Undang-Undang dalam arti material adalah peraturan perundang-
undangan, yaitu produk hukum tertulis yang dikeluarkan pejabat yang
berwenang yang isinya mempunyai sifat mengikat penduduk secara
langsung. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d) Peraturan Pemerintah;
e) Peraturan Presiden;
f) Peraturan Daerah Provinsi; dan
g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Perbedaan dari kedua macam Undang-Undang tersebut terletak pada sudut
peninjauannya. Undang-Undang dalam arti material ditinjau dari sudut isinya
yang mengikat umum, sedangkan Undang-Undang dalam arti formal ditinjau dari
segi pembuatan dan bentuknya. Untuk memudahkan membedakannya, maka
undang-undang dalam arti material biasanya diistilahkan dengan peraturan
perundang-undangan, sedangkan undang-undang dalam arti formal disebut
dengan undang-undang.
b. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan hakim administrasi yg telah lalu yg memutus
perkara administrasi dan sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Putusan
hakim dapat menjadi sumber hukum administrasi negara. Kedudukan
yurisprudensi dalam Hukum Administrasi Negara sangat penting, sehubungan
dengan adanya asas hakim aktif dalam Peradilan Tata Usaha Negara yang
berfungsi melengkapi dan memperkaya Hukum Administrasi Negara.
c. Traktat/ Perjanjian
Traktat/ Perjanjian adalah perjanjian internasional yang diadakan, baik oleh
dua negara (perjanjian bilateral) ataupun dilakukan oleh lebih dari dua negara
(perjanjian multilateral). Akibat perjanjian ini ialah bahwa pihak-pihak yang
bersangkutan terikat pada perjanjian yang mereka adakan itu (Pacta sun
servanda).
Contoh: Pasal 2 Tap MPR RI No. XVII/MPR/1998 tgl 13 Nov. 1998 mngenai
penugasan kepada Presiden RI dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk meratifikasi
berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak Asasi
manusia (HAM) sepanjang tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila.
Misalnya Ratifikasi Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman lain yg kejam, tidak manusiawi/ merendahkan martabat manusia
dengan UU No. 5 Th 1998.
d. Doktrin
Doktrin adalah pendapat para ahli. Doktrin dapat menjadi sumber hukum
formal Hukum Administrasi Negara sebab pendapat para ahli itu dapat
melahirkan teori-teori dalam lapangan Hukum Administrasi Negara yang
kemudian dapat mendorong timbulnya kaidah-kaidah Hukum Administrasi
Negara. Doktrin baru menjadi sumber hukum bila diterima oleh masyarakat tanpa
proses perundangan. (Nomensen Sinamo, 2010; 37)
e. Praktik Administrasi Negara / Konvensi/ Hukum Tidak Tertulis
Konvensi adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelenggaraan negara. Konvensi yang menjadi sumber hukum
administrasi negara adalah praktek dan keputusan-keputusan hukum pejabat
administrasi negara atau hukum tak tertulis, tetapi dipraktekkan dalam kenyataan
oleh pejabat administrasi negara. Meskipun tidak tertulis, konvensi yg berupa
praktik pejabat-pejabat pemerintahan ini penting mengingat Hukum Administrasi
Negara yang selalu bergerak dan sering dituntut perubahannya oleh situasi.
Tuntutan situasi yang terjadi tiba-tiba itu sulit diimbangi dengan lahirnya hukum
tertulis, oleh sebab itu, perlu adanya konvensi sebagai hukum tidak tertulis.
2. Berikan masing-masing contoh hubungan HAN dengan bidang hukum lain!
HAN HTN Hukum Pidana Hukum Perdata
- Menurut Kranenburg; - Menurut Mengatur tentang Mengatur tentang
Menitik beratkan Kranenburg; hubungan antara hubungan antara
secara khas pada lebih berfokus subjek hukum subjek hukum
administrasi dari pada konstitusi dengan subjek dengan subjek
Negara dari pada negara hukum lainnya hukum lainnya,
- Menurut Logemann; secara tetapi terdapat dalam hubungan
Hukum mengenai keseluruhan keterlibatkan private.
hubungan-hubungan - Menurut pemerintah di
antara jabatan-jabatan Logemann; dalamnya, dalam
Negara satu dengan hukum mengenai rangka melindungi
lainnya serta organisasi- kepentingan umum
hubungan hukum organisasi dan masyarakat
antara jabatan-jabatan jabatan-jabatan
negara itu dan negara
masyarakat
Sedangkan J.Oppenheim mengetengahkan perbedaan dari sisi tinjauan
terhadap negara oleh Hukum Tata Negara dan oleh Hukum Administrasi Negara.
Hukum Tata Negara menyoroti negara dalam keadaan bergerak. Pendapat selanjutnya
dijabarkan oleh C.Van Vollenhoven dalam definisi hukum tata negara dan definisi
hukum administrasi. Hukum Tata Negara adalah keseluruhan peraturan hukum yang
membentuk alat-alat perlengkapan negara dan menentukan kewenangan alat-alat
perlengkapan negara tersebut. Hukum administrasi adalah keseluruhan ketentuan
yang mengikat alat-alat perlengkapan negara, baik tinggi maupun rendah, setelah alat-
alat itu akan menggunakan kewenangan-kewenangan ketatanegaraan. Sedangkan
menurut Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Hukum Administrasi Negara
merumuskan definisi kerja hukum administrasi negara adalah hukum yang secara
khas mengenai seluk beluk daripada Administrasi Negara, dan terdiri dari dua
tingkatan. Hukum Administrasi Negara Heteronom yang bersumber pada UUD RI
Tahun 1945, TAP MPR, dan UU adalah hukum yang mengatur seluk beluk organisasi
dan fungsi administrasi Negara. Hukum Administrasi Negara Otonom adalah hukum
operasional yang diciptakan oleh Pemerintah dan Administrasi Negara itu sendiri.
Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Privat dan Hukum
Pidana, Hukum Administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum
pidana. Hukum pidana berisi norma-norma yang begitu penting bagi kehidupan
masyarakat sehingga penegakan norma-norma tersebut tidak diserahkan kepada pihak
partikelir tetapi harus dilakukan oleh penguasa. Hukum privat berisi norma-norma
yang penegakannya dapat diserahkan kepada pihak partikelir. Diantara kedua bidang
hukum itu terletak hukum administrasi (hukum antara).
Hukum administrasi juga berhubungan dengan hukum internasional.
Hubungan antara hukum administrasi dengan hukum internasional tidak lepas dari
hakekat hukum administrasi sendiri, yakni hubungan antara penguasa dan rakyat.
Pelaksanaan perjanjian-perjanjian internasional oleh penguasa terhadap rakyat akan
menyentuh lapangan hukum administrasi, karena hukum administrasi merupakan
“instrumenteel recht”. Dalam hal ini sistem hukum kita menganut stelsel dualisme,
artinya suatu perjanjian internasional hanya mengikat negara dan tidak mengikat
rakyat. Untuk dapat mengikat rakyat diperlukan suatu undang-undang tersendiri.

3. Berikan penjelasan mengenai Freies Ermessen!


Dalam hukum administrasi negara disebut dengan "pouvoir discrectionnaire"
atau "freies ermessen" atau asas diskresi, yang mengandung kewajiban dan kekuasaan
yang luas, yaitu terhadap tindakan yang akan dilakukan dan kebebasan untuk memilih
melakukan atau tidak tindakan tersebut.
Adanya "freies Ermessen" mempunyai konsekuensi sendiri dibidang
perundang-undangan, yakni adanya penyerahan kekuasaaan legislatif kepada
pemerintah, sehingga dalam keadaan tertentu dan/atau dalam porsi dan tingkat
tertentu pemerintah dapat mengeluarkan peraturan perundang-undangan (produk
legislasi) tanpa persetujuan lebih dulu dari parlemen. Dengan adanya freies ermessen
ini berarti bahwa sebagian kekuasaan yang dipegang oleh badan pembentuk undang-
undang dipindahkan ke dalam tangan pemerintah/ administrasi negara, sebagai badan
eksekutif.
Sjachran Basah® mengatakan bahwa freies ermessen adalah kebebasan untuk
bertindak atas inisiatif sendiri, akan tetapi dalam pelaksanaannya haruslah tindakan-
tindakan administrasi negara itu sesuai dengan hukum sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut Saut P.Panjaitan', Freies Ermessen adalah kebebasan atau keleluasaan
bertindak administrasi negara yang dimungkinkan oleh hukum untuk bertindak atas
inisiatifnya sendiri guna menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang mendesak
yang aturannya belum ada, dan tindakan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan.
Pendapat lain dari Bachsan Mustafa yang menyatakan bahwa Freies Ermessen
diberikan kepada pemerintah mengingat fungsi pemerintah atau administrasi negara
yaitu menyelenggarakan kesejahteraan umum yang berbeda dengan fungsi kehakiman
untuk menyelesaikan sengketa antar penduduk. Keputusan pemerintah lebih
mengutamakan pencapaian tujuan atau sasarannya (doelmatigheid) daripada sesuai
dengan hukum yang berlaku (rechtmatigheid)

Anda mungkin juga menyukai