Anda di halaman 1dari 16

Makalah

RUANG LINGKUP, SUMBER HUKUM DAN HUBUNGAN HUKUM TATA


NEGARA DENGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara

Dosen Pengampu : Luqman Nurhisam, M.S.I

Disusun Oleh :

1. Tamammul Hilal 1720110039


2. Muhammad Muhibbin 1720110044
3. Quthrotun Nada 1720110045
4. Noor Rachmatun Ni’mah 1720110057

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM ISLAM

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

TAHUN 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah Hukum Administrasi Negara berasal dari bahasa Belanda
Administratiefrecht, Administrative Law (Inggris), Droit Administratief (Perancis),
atau Verwaltungsrecht (Jerman). Alasan penggunaan istilah Hukum Administrasi
Negara ini adalah bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan istilah yang luas
pengertiannya sehingga membuka kemungkinan ke arah pengembangan yang sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan negara Republik Indonesia ke depan. Hukum
Administrasi Negara sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan hukum; dan oleh
karena hukum itu sukar dirumuskan dalam suatu definisi yang tepat, maka demikian
pula halnya dengan Hukum Administrasi Negara juga sukar diadakan suatu
perumusan yang sesuai dan tepat.
Mengenai Hukum Administrasi Negara para sarjana hukum di negeri Belanda
selalu berpegang pada paham Thorbecke, beliau dikenal sebagai Bapak Sistematik
Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Adapun salah satu muridnya
adalah Oppenheim, yang juga memiliki murid Mr. C. Van Vollenhoven. Thorbecke
menulis buku yang berjudul Aantekeningen op de Grondwet (Catatan atas undang-
undang dasar) yang pada pokoknya isi buku ini mengkritik kebijaksanaan Raja
Belanda Willem I, Thorbecke adalah orang yang pertama kali mengadakan organisasi
pemerintahan atau mengadakan sistem pemerintahan di Belanda, dimana pada saat itu
Raja Willem I memerintah menurut kehendaknya sendiri pemerintahan di Den Haag,
membentuk dan mengubah kementerian-kementerian menurut orang-orang dalam
pemerintahan. Sehingga dengan demikian perlu diketahui mengenai pengertian serta
sumber-sumber dari hukum administrasi negara tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Ruang lingkup Hukum Administrasi Negara ?
2. Apa saja Sumber Hukum Administrasi Negara?
3. Bagaimana hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Ruang lingkup dari hukum administrasi negara bertalian erat dengan tugas dan
wewenang lembaga negara, baik dari tingkat pusat maupun daerah, dimana terdapat
keterkaitan dari kekuasaan antarlembaga negara yang satu dengan lainnya. Begitu
pula antara lembaga negara dengan warga masyarakat serta jaminan perlindungan
hukum kepada keduanya, yakni kepada warga masyarakat dan administrasi negara itu
sendiri.

Menurut Prajudi Atmosudirdjo, ada enam ruang lingkup yang dipelajari dalam
studi Hukum Administrasi Negara, yaitu:1

a. Hukum tentang dasar-dasar dan Prinsip-prinsip umum dari administrasi negara;


b. Hukum tentang organisasi negara;
c. Hukum tentang aktivitas-aktivitas dari administrasi negara, terutama yang bersifat
yuridis;
d. Hukum tentang sarana-sarana dari administrasi negara terutama mengenai
kepegawaian negara dan keuangan negara;
e. Hukum administrai pemerintah daerah dan wilayah; yang dibagi menjadi:
1.) Hukum Administrasi Kepegawaian;
2.) Hukum Administasi Keuangan;
3.) Hukum Administrasi Materiil;
4.) Hukum Administrasi Perusahaan Negara.
f. Hukum tentang Peradilan Administrasi Negara.
Kusumadi Pudjosewojo membagi bidang – bidang pokok hukum administrasi
negara sebagai berikut :
a. Hukum Tata Pemerintahan;
b. Hukum Tata Keuangan termasuk Hukum Pajak;
c. Hukum Hubungan Luar Negeri;
d. Hukum Pertahanan dan Keamanan Umum.

1
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara & Pengadilan Tata Usaha Negara, hal. 9-10.

2
Kekuasaan pemerintahan yang menjadi objek kajian hukum administrasi
negara sangat luas. Oleh karena itu, tidak mudah menentukan ruang lingkup hukum
administrasi negara. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Pertama, HAN
berkaitan dengan tindakan pemerintahan yang tidak semuanya dapat ditentukan secara
tertulis dalam peraturan perundang-undangan, seiring dengan perkembangan
kemasyarakatan yang memerlukan pelayanan pemerintah dan masing-masing
masyarakat di suatu daerah atau negara berbeda tuntutan dan kebutuhan. Kedua,
pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-keputusan dan instrumen yuridis bidang
administrasi lainnya tidak hanya terletak pada satu tangan atau lembaga. Ketiga,
hukum administrasi negara berkembang sejalan dengan perkembangan tugas-tugas
pemerintahan dan kemasyarakatan, yang menyebabkan pertumbuhan bidang hukum
administrasi negara tertentu berjalan secara sektoral. Karena inilah, HAN tidak dapat
dikodifikasikan.2

B. SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


1. Pengertian Sumber Hukum
Sumber Hukum adalah segala hal yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.3 Menurut Sudikno
Mertokusumo, kata sumber hukum (sources of law) sering digunajan dalam
beberapa arti, yaitu :
a) Sebagai asas hukum, yakni sesuatu yang merupakan permulaan hukum.
b) Sebagai petunjuk bagi hukum terdahulu yang memberikan bahan-bahan
hukum kepada yang berlaku sekarang, misalnya hukum Perancis, Romawi, dll.
c) Sebagai sumber berlakunya hukum, memberika kekuatan berlaku secara
formal kepada peraturan hukum.
d) Sebagai sumber dimana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen,
undang-undang, lontar, dll.
e) Sebagai sumber terjadinya hukum, yakni sumber yang menimbulkan hukum.4

Dari uraian diatas dapat dirumuskan pengertian sumber hukum mencakup asas
hukum, sejarah hukum dan formil hukum serta hukum materiil, atau segala
sesuatu yang dapat menimbulkan hukum dan tempat ditemukannya aturan
2
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, hal. 38.
3
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal. 46.
4
Marbun, Hukum Administrasi Negara I, hal.27.

3
hukum. Dengan demikian sumber hukum dapat digolongkan menjadi 2
pengertian, yakni sumber hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam
arti formil.

Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber dimana ditemukannya isi
(materi) hukum itu, atau faktor-faktor yang mempengaruhi isi (materi)
pembentukan hukum, seperti faktor sosial, faktor politik, ekonomi, tradisi
(pandangan keagamaan, kesusilaan), dan lain-lain.

Sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang dilihat dari cara
terjadi dan bentuk aturan hukum, sehingga aturan hukum itu diketahui, ditaati,
berlaku umum dan mengikat atau secara formal dipositifkan. Pada umumnya
dalam ilmu hukum diterima sebagai sumber hukum formal adalah :

a. Undang-Undang;
b. Kebiasaan Atau Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Yang
Layak;
c. Yurisprudensi;
d. Perjanjian.5

2. Sumber Hukum Administrasi Negara


Sumber hukum administrasi indonesia dapat dikelompokkan atas dua
kelompok, yakni sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.
a) Sumber Hukum Materiil Hukum Administrasi Negara
Sumber hukum materiil Hukum Administrasi Negara adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat undang-
undang, pengaruh terhadap keputusan hakim, dan sebagainya) atau faktor-faktor
yang ikut mempengaruhi isi (materi) dari aturan-aturan hukum., atau tempat
darimana hukum itu diambil.
Sumber hukum materiil ini adalah sumber hukum yang membantu
pembentukan hukum. Dalam kepustakaan hukum ditemukan bahwa sumber-
sumber hukum materiil ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1) Sumber Hukum Historis (rechtsbron in historische zin)
Dalam arti sejarah, istilah sumber hukum mempunyai dua makna:

5
Marbun, Hukum Administrasi Negara I, hal. 28.

4
a. Sebagai sumber pengenal dari hukum yang berlaku pada suatu saat
tertentu;
b. Sebagai sumber tempat asal pembuat undang-undang menggalinya
dalam penyusunan suatu aturan menurut undang-undang.
Sumber hukum dari sudut historis ini yang paling relevan adalah
undang-undang dan sistem hukum tertulis dimasa lampau. Hal itu
dikarenakan undang-undang dan sistem hukum tertulis itulah yang
merupakan hukum yang betul-betul berlaku, sedangkan dokumen dan
surat-surat keterangan hanya bersifat mengenalkan hukum yang
berlaku dimasa lampau. Dimasa lampau indonesia merupakan jajahan
belanda , pada sisten HAN di indonesia tentu saja masih berbau
warisan kolonial.
2) Sumber Hukum Sosiologis/Antropologis
Berdasarkan faktor sosiologis/antropologis ditegaskan bahwa
sumber hukum materiil adalah seluruh masyarakat. Hal ini menyoroti
lembaga-lembaga sosial, sehingga dapat diketahui aoakah yang
dirasakan sebagai hukum oleh lembaga-lembaga tersebut. Dari
pengetahuan itulah dapat dibuat materi hukum yang sesuai dengan
kenyataan sosiologisnya. Dapat juga dikatakan bahwa dari sudut
sosiologis/antropologis ini, yang dimaksud dengan sumber hukum
adalah faktor-faktor dalam masyarakat yang ikut menentukan hukum
positif, meliputi pandangan ekonomi, agama, dan psikologis.6
3) Sumber Hukum Filosofis
Hukum dimaksudkan untuk menciptakan keadilan dan hukum itu
diciptakan agar ditaati. Oleh sebab itu, semua faktor yang dapat
mendorong seseorang taat pada hukum harus diperhatikan dalam
pembuatan aturan hukum positif.

b) Sumber Formil Hukum Administrasi Negara

6
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara & Pengeadilan Tata Usaha Negara, hal. 19-20.

5
Sumber hukum formil adalah tempat atau sumber di mana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum, hal ini berkaitan dengan bentuk atau
cara yang menyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal. Meliputi :
a. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Perundang-Undangan mengandung dua makna yakni
peraturan dan undang-undang. Pengertian peraturan atau regeling adalah
keseluruhan aturan hukum yang tercakup di dalam undang-undang dalam
arti materiil. Peraturan dalam arti materiil adalah hukum yang in abstrakto
atau general norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan
tugasnya mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).7
Bagir Manan menyebut peraturan perundang-undangan sebagi hukum
postitif tertulis yang dibuat, ditetapkan, atau dibentuk pejabat atau
lingkungan jabatan yang berwenang atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tertentu dalam bentuk tertulis yang berisi aturan
tingkah laku yang berlaku atau mengikat (secara) umum. (Berdasarkan
penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara).
Secara formal undang-undang adalah segala peraturan hukum yang
dibuat oleh lembaga legislatif, yang di Indonesia dibuat bersama-sama
dengan lembaga eksekutif. Dalam negara hukum demokratis
(democratishe rechtsstaat), undang-undang dianggap sumber hukum yang
penting , karena undang-undang merupakan pengejawatahan aspirasi
rakyat yang diformalkan, juga karena berdasarkan undang-undang ini
pemerin tah memperoleh wewenang utama (wewenang atributif) untuk
melakukan tindakan hukum atau wewenang untuk membuat peraturan
perundang-undangan tertentu. Tanpa dasar undang-undang pemerintah
tidak memiliki kewenangan yang bersifat memaksa.8
Dengan wewenang yang diberikan undang-undang/peraturan daerah,
pemerintah/pemerintah daerah dapat membentuk peraturan
pemerintah/kepala daerah, yang termasuk sebagai peraturan perundang-
undangan dan dapat menjadi dasar bagi pemerintah/pemerintah daerah
untuk mengeluarkan keputusan.

7
Marbun, Hukum Administrasi Negara I, hal. 37.
8
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, hal.61-62.

6
b. Praktik Administrasi Negara/Hukum Tidak Tertulis
Meskipun undang-undang dianggap sebagai sumber hukum
Administrasi Negara yang paling penting, namun undang-undang sebagai
sumber hukum tertulis memiliki kelemahan. Menurut Bagir Manan,
sebagai ketentuan tertulis atau hukum tertulis, peraturan perundang-
undangan mempunyai jangkauan terbatas, sekadar “moment opname” dari
unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam yang paling
berpengaruh pada saaat pembentukan, karena itu mudah sekali aus bila
dibandingkan dengan perubahan masyarakat yang semakin menyepat atau
dipercepat. Disamping itu, undang-undang tidak akan mampu mencakup
semua persoalan yang dihadapi oleh administrasi negara.
Oleh karena itu, administrasi negara dapat mengambil tindakan-
tindakan yang dianggap penting dala rangka pelayaran kepada
masyarakat, meskipun belum ada aturannya dalam undang-undang
(hukum tertulis). Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh administrasi
negara ini akan melahirkan hukum yang tidak tertulis atau konvensi, jika
dilakukan secara teratur dan tanpa keberatan atau banding dari warga
masyarakat. Hukum tidak tertulis yang lahir dari tindakan administrasi
negara inilah yang dapat menjadi sumber hukum dalam arti formal dalam
rangka pembuatan peraturan perundang-undang dalam bidang Hukum
Administrasi Negara.9

c. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah suatu keputusan hakim atau keputusan suatu
badan peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Yurisprudensi sebagai sumber hukum ini berkaitan dengan prinsip bahwa
hakim tidak boleh menolak mengadili perkara yang diajukan kepadanya
dengan alasan belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
perkara tersebut, sehingga seorang hakim harus melihat juga nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat dan keputusan hakim yang terdahulu, apabila
ia bertugas menyelesaikan permasalahan yang belum ada peraturan
perundang-undangannya.10

9
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, hal. 63-64.
10
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara & Pengeadilan Tata Usaha Negara, hal. 25.

7
d. Doktrin / Pendapat Para Ahli HAN
Alasan mengapa doktrin dapat dipakai sebagai sumber hukum formil
HAN, adalah karena doktrin/pendapat para ahli tersebut dapat melahirkan
teori-teori baru dalam lapangan HAN, yang kemudian dapat mendorong
atau menimbulkan kaidah-kaidah HAN. Sebagai contoh ajaran functionare
de fait,yaitu suatu ajaran yang menyatakan dianggap sah keputusan-
keputusan yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh seorang alat
Administrasi Negara yang sebetulnya secara yuridis formil
kewenangannya untuk mengeluarkan atau menerbitkan keputusan-
keputusan dianggap tidak sah.
Doktrin sebagai sumber hukum formil HAN, berlainan dengan
sumber-sumber hukum yang lain karena doktrin ini diakui sebagai sumber
hukum formil HAN memerlukan waktu yang lama dan proses yang
panjang. Undang-undang begitu diundangkan (sudah mengikat umum),
langsung dapat dipakai sebagai sumber hukum. Yurisprudensi begitu
mempunyai kekuatan hukum yang tetap langsung bisa menjadi sumber
hukum. Begitu juga kebiasaan/praktek administrasi negara, setelah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap langsung bisa dipakai sebagai
sumber hukum. Akan tetapi doktrin atau pendapat para ahli HAN, baru
dapat dipakai sebagai sumber hukum HAN apabila doktrin tersebut sudah
diakui oleh umum.11

e. Traktat
Traktat sebagai sumber hukum formal dari sumber hukum administrasi
negara ini berasal dari perjanjian internasional yang kemudian diratifikasi
oleh pemerintah untuk dilaksanakan di negara yang telah meratifikasi
perjanjian Internasional tersebut. Namun demikian perjanjian
internasional yang dapat dijadikan sumber hukum formal hanyalah
perjanjian internasional yang penting, lazimnya berbentuk traktat atau
traty. Kalau tidak dibatasi demukian menurut Sudikno Mertokusumo
pemerintah tidak mempunyai cukup keleluasaan bergerak untuk
menjalankan hubungan internasional dengan sewajarnya. Apalagi untuk
11
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara & Pengeadilan Tata Usaha Negara, hal. 25-26.

8
berlakunya traktat di suatu negara ini diharuskan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari wakil-wakil rakyat.12

C. HUBUNGAN HUKUM TATA NEGARA DENGAN HUKUM ADMINISTRASI


NEGARA
Menurut teori Residu, HAN adalah bagian dari HTN dalam arti luas. HAN
merupakan HTN dalam arti luas dikurangi dengan HTN dalam arti sempit (teori
residu). Ada dua golongan yang mempunyai pendapat tentang hubungan kedua
bidang ilmu hukum ini.

1. Golongan Pertama

Golongan pertama yang berpendapat bahwa antara HAN dan HTN tidak
terdapat perbedaan yang hakiki atau tidak terdapat perbedaan yuridis yang
prinsipiil. Pendapat ini pada umumnya dianut oleh para sarjana hukum di
Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara sosialis. Prins berpendapat
bahwa HTN mengenai hal yang pokok seperti dasar susunan negara yang
langsung mengenai setiap warga negara, sedangkan HAN mengenai peraturan
teknis. Di Indonesia yang menganut pendapat ini adalah Prajudiyang berpendapat
bahwa: tidak ada perbedaan-perbedaan yuridis prinsipiil antara HAN dan HTN.13

HTN diartikan sebagai hukum konstitusi negara secara keseluruhan yang


menyoroti hukum dasar daripada negara secara keseluruhan sedangkan HAN:
menitik beratkan perhatian kita secara khas atau khusus kepada administrasi saja
daripada negara. Jadi administrasi merupakan salah satu bab yang terpenting
dalam konstitusi negara disamping legislasi dan yudikasi. Pada intinya Prajudi
beranggapan bahwa HAN sebagai suatu pengkhususan atau spesialisasi belaka
dari salah satu bagian daripada HTN, yakni bagian hukum mengenai administrasi
daripada negara.

Menurut beliau yang membedakan HAN dan HTN adalah:

a. kesatuan obyek studi


b. metodologi pengkajian.
2. Golongan Kedua
12
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara & Pengeadilan Tata Usaha Negara, hal. 26.
13
Ahmad Sukardja,Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara, hal. 10.

9
Golongan kedua yang mengatakan bahwa Terdapat perbedaan yang hakiki
antara HAN dan HTN. Pendapat ini banyak dianut di negara Belanda yang
kemudian di ikuti oleh Sarjana Hukum Indonesia. Para ahli hukum itu antara lain:

a. Oppen heim
HTN adalah: keseluruhan aturan-aturan hukum yang mengadakan alat-
alat perlengkapan negara dan mengatur kekuasaannya (negara dalam keadaan
tidak bergerak). HAN adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengikat
badan-badan negara baik yang tinggi maupun yang rendah jika badan-badan
itu mulai menggunakan wewenangnya yang ditentukan dalam HTN (negara
dalam keadaan bergerak).14

b. Van Vollenhoven
Van Vollenhoven berpendapat. bahwa HTN berbicara tentang
distribusi kekuasaan-kekuasaan negara, sedangkan HAN adalah hukum
mengenai pelaksanaan atau penggunaan daripada kekuasaan-kekuasaan atau
kewenangan-kewenangan tersebut. Dijelaskan lebih lanjut bahwa, HAN
meliputi seluruh kegiatan negara dalam arti luas, jadi tidak hanya terbatas pada
tugas pemerintahan dalam arti sempit saja, tetapi juga meliputi tugas
peradilan, polisi dan tugas pembuat peraturan. Van Vollenhoven berpendapat
bahwa, badan-badan negara tanpa HTN itu bagaikan tanpa sayap, karena
badan-badan itu tidak mempunyai wewenang sehingga keadaannya tidak
menentu Sebaliknya badan-badan negara tanpa adanya HAN menjadi bebas
tanpa batas, karena mereka dapat berbuat menurut apa yang mereka inginkan.

c. Logeman
Menurut logemann, perbedaan antara HTN dan HAN adalah sebagai
beñkut:
a) persoonsleer yaitu yang mengenai persoon dalam arti hukum yang
meliputi hak dan kewajiban manusia, personifikasi, pertanggung-jawaban,

14
Ahmad Sukardja,Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara, hal. 11.

10
lahir dan hilangnya hak dan kewajiban tersebut, hak organisasi, batasan-
batasan dan wewenang.
b) Gebiedsleer, yaitu yang menyangkut wilayah atau lingkungan dimana
hukum itu berlaku dan yang termasuk dalam lingkungan itu adalah waktu,
tempat dan manusia atau kelompok dan benda. Hukum administrasi negara
meliputi : ajaran mengenai hubungan hukum. HAN mempelajari jenisnya,
bentuk serta akibat hukum yang dilakukan oleh para pejabat dalam
melakukan tugasnya.15
d. Vegting
Menurut Vegting, HTN dan HAN mempunyai lapangan pe nyelidikan
yang sama, yang membedakannya hanya dalam cara pendekatan yang
digunakan. Cara pendekatan yang dilakukan oleh HTN ialah untuk
mengetahui organisasi dari negara, sera badan-badan lainnya, sedangkan HAN
menghendaki bagaimana caranya negara serta organ-organnya melakukan
tugasnya. Vegting berpendapat bahwa HTN mempunyai obyek penyelidikan
hal-hal yang pokok mengenai organisasi daripada negara, sedangkan bagi
HAN obyek penyelidikannya adalah mengenai peraturan-peraturan yang
bersifat tertulis.

e. Sri Soemantri
Menurut Sri Soemantri Hubungan HTN dan HAN adalah sebagai
berikut :
HTN mempelajari Negara dalam keadaan diam, HAN mempelajari
negara dalam keadaan bergerak Kalau HTN dengan meminjam istilah
kedokteran di ibaratkan anatomi, maka HAN diibaratkan dengan fisiologi
(ilmu faal) HTN berkenaan dengan pembuatan kebijakan, HAN sebagai
pelaksanaan kebijakan.16

Secara sekilas dari pengertian yang sudah dijelaskan di atas, hubungan antara
HTN dengan HAN adalah ruang lingkup HAN terdapat dalam HTN. Hal ini terlihat
pada penjelasan para pakar bahwa HTN terdiri dari HTN dalam arti luas dan HTN
dalam arti sempit. HTN dalam arti sempit merupakan pengertian lain dari HAN.
Karena kedua bidang hukum ini memiliki keterkaitan yang erat, maka Kranenburg
15
Ahmad Sukardja,Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara.,hal. 12.
16
Anggriani, Jum, Hukum Administrasi Negara, hal. 30.

11
berpendapat bahwa, “kita tidak mungkin mempelajari HAN tanpa didahului dengan
pelajaran HTN” (Ridwan 2011, 48).

Para cendekiawan pun memahami hubungan antara HAN dan HTN harus
melalui pembelajaran yang intensif dengan HTN terlebih dahulu. Ditambah lagi
dengan melihat apa yang dikemukakan oleh Van Vollenhoven yang berpendapat
bahwa Hubungan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara
yang berdasarkan fungsi Hukum Administrasi Negara menurut Van
Vollenhoven adalah bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan perpanjangan
(verlengstuk) dari Hukum Tata Negara.

Untuk lebih memahami korelasi antara HTN dan HAN, patut diperhatikan
pendapat Stroink dan Steenbeek, yang menyebutkan bahwa susunan dan kegiatan
organ pemerintahan dan kenegaraan diatur dalam konstitusi yang merupakan hukum
tertulis, disebutkan sebagai berikut:

“Disamping peraturan perundang-undangan (UUD) tertulis, ada peraturan-


peraturan tidak tertulis yang melengkapi konstitusi tertulis. Keseluruhan dari
peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis ini dinamakan hukum konstitusi. Istilah
ini sinonim dengan HTN dalam arti sempit. HTN dalam arti sempit bersama-sama
HAN dinamakan HTN dalam arti luas”17

Hukum Adminitrasi Negara merupakan peraturan-peraturan hukum yang


melaksanakan Hukum Tata Negara, sesuai dengan pandangan: Prof Donner, dalam
teori “Dwipraja” membagi pekerjaan pemerintahan dalam “menentukan tugas” dan
“mewujudkan tugas”. Fungsi menentukan tugas adalah Hukum Tata
Negara. Sedangkan Fungsi mewujudkan tugas adalah Hukum Administrasi
Negara. Hukum Tata Negara mempunyai tugas politik, Hukum Administrasi Negara
mempunyai tugas teknis.

Contoh dari HTN adalah Undang Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan tentang susunan,
jumlah, prosedur maupun tugas-tugas kementerian negara. Pada dasarnya,
pembentukan kementerian negara berlandaskan hak prerogatif presiden sebagai
kepala pemerintahan, yang kemudian harus dituangkan dalam suatu peraturan tertulis

17
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, hal. 52.

12
supaya masyarakat memahami struktur organisasi pemerintahan di bawah presiden.
Lebih jauh lagi diteruskan dalam Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Jika undang-undang membahas
secara general, peraturan presiden dibentuk menyesuaikan dengan siklus pergantian
terpilihnya presiden sehingga probabilitas jumlah kementerian berubah-ubah.18

Sedangkan contoh dari HAN ialah Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara. Dalam peraturan tersebut diatur mengenai asas,
prinsip, hak kewajiban, tugas dari aparatur negara dan hubungan yang jelas antara
pegawai negeri dengan pemerintah diatasnya. Pengaturan ini sesuai dengan penjelasan
HAN yang mengupas teknis dari penyelenggaraan pemerintahan dan relasi yang
gamblang soal masyarakat dengan pemerintah sebagai pelayan publik, yaitu aparatur
sipil negara sebagai perantaranya. Konteks peraturan daerah, ada Peraturan Daerah
Kota Surabaya yang mengatur tentang penyelenggaraan administrasi kependudukan.
Tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Sama halnya dengan pendapat
Kranenburg dan Vegting, HTN berkenaan dengan struktut umum dari negara, UUD
dan undang-undang organik, yaitu undang-undang provinsi, undang-undang kotapraja
dan undang-undang perairan, sedangkan HAN mempelajari undang-undang yang
khusus, yang mengatur susunan dan wewenang yang khusus dari organ-organ jawatan
umum, hukum kepegawaian termasuk didalamnya hukum pension pegawai, undang-
undang milisi, peraturan yang mengatur pengajaran beserta bagian-bagiannya,
undang-undang sosial, undang-undang perumahan, undang-undang perburuhan, dan
sebagainya

Hal tersebut selaras dengan penjelasan di atas mengenai Hukum Tata Negara
dan Hukum Administrasi Negara. Di mana Hubungan Hukum Tata Negara dengan
Hukum Administrasi Negara adalah bahwa Hukum Tata Negara merupakan penentu
atau penentu tugas dan Hukum Administrasi Negaralah yang mewujudkan Tugas
yang telah ditentukan dalam Hukum Tata Negara tersebut.19

18
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, hal. 53.
19
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, hal. 54.

13
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Ruang lingkup dari Hukum Administrasi Negara adalah bertalian erat
dengan tugas dan wewenang lembaga negara (administrasi negara) baik di
tingkat pusat maupun daerah, perhubungan kekuasaan antar lenbaga negara
(administrasi negara), dan antara lembaga negara dengan warga masyarakat
(warga negara) serta memberikan jaminan perlindungan hukum kepada
keduanya, yakni kepada warga masyarakat dan administrasi negar itu sendiri.
Dalam Hukum Administrasi Negara terdapat dua sumber hukum, yaitu sumber
hukum materiil dan sumber hukum formil.
a) Sumber hukum materiil Hukum Administrasi Negara.
Sumber hukum materiil Hukum Administrasi Negara adalah meliputi
faktor-faktor yang ikut mempengaruhi isi/materi dari aturan-aturan hukum.
b) Sumber hukum formil hukum administrasi negara
Sumber hukum formil adalah sumber hukum materiil yang sudah dibentuk
melalui proses-proses tertentu, sehingga sumber hukum tadi menjadi
berlaku umum dan ditaati berlakunya oleh umum.
Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara adalah
bahwa Hukum Tata Negara merupakan penentu atau penentu tugas dan Hukum
Administrasi Negaralah yang mewujudkan Tugas yang telah ditentukan dalam
Hukum Tata Negara tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sukardja. 2012. Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Jakarta. Sinar
Grafika.

Anggriani, Jum,. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Darda Syahrizal. 2013. Hukum Administrasi Negara & Pengadilan Tata Usaha Negara.
Yogyakarta. Medpress Digital.

Kansil. 1898. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka

Marbun. 2013. Hukum Administrasi Negara I. FH UII Press. Yogyakarta.

Ridwan HR. 2013. Hukum Administrasi Negara. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai