Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan
A.Latar Belakang
Negara hukum menurut F.R Bothlingk sebagaimana dikutip Ridwan HR
dalam buku “Hukum Administrasi Negara” adalah Negara dimana kebebasan
kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh ketentuan hukum.1 Ketentuan hukum
itu terdiri dari banyak jenis salah satunya adalah Hukum Administrasi Negara.
Hukum Administrasi Negara merupakan fenomena kenegaraan dan pemerintahan
yang keberadaannya setua dengan konsepsi Negara hukum atau muncul
bersamaan dengan diselenggarakannya kekuasaan Negara dan pemerintahan
berdasarkan aturan hukum tertentu.2
Indonesia memiliki Hukum Administrasi Negara sehingga seharusnya para
sarjana hukum Indonesia harus mempelajari dan mengentahui kajian Hukum
Administrasi Negara ini supaya sarjana hukum dapat membedakan antara isi
Hukum Administrasi Negara (HAN) dengan Hukum Tata Negara (HTN).
Alasan mengapa kami mengambil topic ini adalah karena kami sebagai
mahasiswa yang dibebankan tugas oleh Dosen kami untuk membuat suatu
makalah, oleh karena itu untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kami, kamipun
mengerjakan makalah mengenai Hukum Administrasi Negara ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang mengenai Hukum Administrasi Negara
diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Hukum Administrasi Negara di
Indonesia?
2. Sistematika/Kodifikasi Hukum Administrasi Negara
3. Asas – Asas Hukum Administrasi Negara?

1
HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta; PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2007), hal 18.
2
Ibid, hal.22.
BAB II
Pembahasan
Sejarah Perkembangan Hukum Administrasi Negara
Sejarah dari hukum administrasi negara dari negara belanda yang disebut
administratif recht atau bestuursrecht yang berarti lingkungan kekuasaan/
administratif diluar dari legislatif dan yudisil. pada tahun 1946 di universitas
amsterdam baru diadakan pemisahan mata kuliah administrasi negara dari mata
kuliah hukum tata negara, dan mr. vegting sebagai guru besar yang memberikan
mata kuliah hukum administrasi negara. tahun 1948 universitas leiden mengikuti
jejak universitas amsterdam memisahkan hukum administrasi negara dari hukum
tata negara yang diberikan oleh kranenburg. di indonesia sebelum perang dunia
kedua pada rechtshogeschool di jakarta diberikan dalam satu mata kuliah dalam
staats en administratiefrecht yang diberikan oleh mr. logemann sampai tahun
1941. baru pada tahun 1946 universitas indonesia di jakarta hukum administrasi
negara dan hukum tata negara diberikan secara tersendiri. hukum tata negara
diberikan oleh prof. resink, sedangkan hukum administrasi negara diberikan oleh
mr. prins.
Hukum administrasi telah berkembang dalam suasana manakala pihak
Pemerintah mulai menata masyarakat dan dalam kaitan itu menggunakan sarana
hukum, umpanya meneribitkan system-sitem perizinan. Oleh karena itu dapat
disepakati bahwa, hukum administrasi dalam bentuk sangat awalnya sudah terlalu
kuno, oleh karena pihak Pemerintah juga sejak dahulu kala telah
bertanggungjawab atas penataan dan pengelolaan masyarkat secara lebih kurang.
Perkembangan hukum administrasi umum boleh dikatakan baru saja
tumbuh di banyak Negara. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa baru sejak
Perang Dunia Kedua mulai berkembang hukum administrasi umum sebagai
bagian dari ilmu hukum. Dapat dikatakan bahwa, perkembangan hukum
(pemerintahan) administrasi umum yang sedang giat dilaksanakan di banyak
Negara, bergerak dalam tiga taraf secara berturut-turut. Pada setiap taraf
ditambahkan suatu factor yang jangkauannya jauh.
1. Pada mulanya perkembangan hukum administrasi umum itu hanya
merupakan suatu perkembangan dalam ilmu pengetahuan sendiri.

2
Buku-buku diterbitkan yang menjelaskan bentuk-bentuk hukum
bersama dan dalam kaitannya dengan bentuk-bentuk itu membentuk
suatu teori. Namun, perkembangan ilmiah itu sendiri tidaklah
mencukupi untuk membuat hukum pemerintahan umum menjadi
berkembang dengan baik. Memang telah muncul buku-buku pertama
mengenai hukum pemerintahan umum.
2. Perkembangan kedua yang penting dimulai dengan diperkenalkannya
peradilan administrasi Negara. Manakala pembuat undang-undang
memutuskan untuk member kesempatan mengajukan banding pada
seorang hakim administrasi Negara terhadap keputusan-keputusan atas
dasar sejumlah besar undang-undang, maka melalui yurisprudensi
timbul suatu interprestasi (penafsiran) bersama atas unsur-unsur yang
serupa dalam berbagai undang-undang. Maka ada pula kemungkinan
bahwa, hakim menganggap pemerintah terikat pada prinsip-prinsip
etika pemerintahan yang tak tertulis; yang berakibatkan terjadinya
suatu pola norma-norma bersama yang berlaku bagi pelaksanaan
semua jenis nang dari instansi pemerintahan. Tanpa adanya suatu
peradilan administrasi Negara yang mencakup semuanya,
perkembangan hukum pemerintahan umum akan tetap bernasib
terbatas. Dengan diperkenalkannya peradilan administrasi Negara
dalam banyak hal sekaligus diberikan suatu dorongan yang besar
terhadap pembentukan teori dalam bidang hukum pemerintahan
umum.
3. Perkembangan yang ketiga timbul manakala pembuat undang-undang
memutuskan dengan tujuan menyelaraskan tindakan-tindakan
pemerintah untuk mengadakan “pembuatan undang-undang umum”,
yakni aturan-aturan sah yang dalam garis besarnya berlaku untuk
pelaksanaan wewenang atau dasar undang-undang yang sama sekali
berlainan. Dengan demikian, diberbagai Negara ada perundang-
undangan umum dalam kasus memasuki rumah, mempersiapkan
keputusan, memotivasi (mencari alasan bagi) yang berlaku ecara
bersamaan dengan semua bagian khusus dari hukum administrasi.

3
Untungnya ialah bahwa semua warganegara, senantiasa mengetahui
siapa pegawai dan alat pemerintahan, norma-norma mana yang
berlaku.
Ketiga taraf perkembangan hukum administrasi umum yang tadi diuraikan
itu biasanya dalam kurun waktu dilihat secara berturut-turut, namun hal itu tidak
selalu demikian.
Jika kita memberlakukan ajaran-tiga-taraf itu pada hukum administrasi
umum di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa dengan dibentuknya peradilan
administrasi Negara makatelah mulai dilaksanakan taraf yang kedua.3

3
Hadjon, Philipus M., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Surabaya; Gadjah Mada
University Press, 1994), hal.29-32.

4
BAB III
Pembahasan
Sistematika dan Kodifikasi HAN
Sistematika adalah suatu kebulatan susunan atau keseluruhan yang kompleks
atau terorganisir;atau satu himpunan dan perpaduan yang terdiri dari bagian-
bagian untuk mencapai tujuan dan bagian-bagian tersebut saling bergantung satu
dengan yang lain. Sedangkan kodifikasi adalah penyusunan satu jenis hukum ke
dalam satu jenis Kitab Undang-undang secara lengkap dan bulat.
Kodifikasi adalah istilah yang berasal dari codifiecatie yaitu suatu usaha untuk
menyusun satu bagian dari hukum secara lengkap dan merupakan suatu buku.
Menurut C.S.T. Kansil , bahwa kodifikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum
tentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap yang dilakukan
secara resmi pemerintah.4
HAN sampai sekarang ini belum memiliki Sistematika dan Kodifikasi
tersebut, Menurut Donner kesulitan membuat kodifikasi Hukum Administrasi
Negara tersebut disebabkan oleh:
(a) Peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat dan sering
secara mendadak, sedangkan peraturan-peraturan Hukum Privat dan Hukum
Pidana hanya berubah secara berangsur-angsur saja.
(b) Pembuatan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara tidak berada dalam
satu tangan. Di luar pembuat undang-undang pusat, hampir semua Departemen
dan semua Pemerintah Daerah Swatantra membuat juga peraturan-peraturan
Hukum Administrasi Negara sehingga lapangan Hukum Administrasi sangat
beraneka warna dan tidak bersistem (E. Utrecht, 1964-75).
Walaupun sekarang HAN belum memiliki sistematika dan kodifikasi,
pengembangan KUHAN (Kerangka Umum Hukum Administrasi Negara) merupakan
salah satu kegiatan kajian Lembaga Administrasi Negara yang dilaksanakan oleh Pusat
Kajian Hukum Administrasi Negara di lingkungan Kedeputian Penelitian dan
Pengembangan Administrasi Pembangunan dan Otomasi Administrasi Negara yang
telah menghasilkan Buku 1 mengenai Pokok-Pokok (Prinsip-prinsip) Hukum

4
Triwulan, Titik & Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hal 27.

5
Administrasi Negara; Buku 2 mengenai Kompilasi Intisari Materi Peraturan
Perundang-undangan Hukum Administrasi Negara Umum untuk Penyelenggaraan
Pemerintahan; dan Buku 3 mengenai Kompilasi Intisari Materi Peraturan Perundang-
undangan Hukum Administrasi Negara Khusus untuk Penyelenggaraan Pemerintahan
Pada Bidang/Sektor Tertentu.

6
BAB IV
Pembahasan
Asas-asas Hukum Administrasi Negara
1. Asas yuridikitas (rechtmatingheid)
bahwa setiap tindakan pejabat administrasi negara tidak boleh melanggar hukum
(harus sesuai dengan rasa keadilan dan kepatutan). Artinya Pejabat Administrasi
Negara dalam melakukan tugasnya tidak boleh hukum karena mereka adalah
aparat hukum yang seharusnya menegakkan keadilan sehingga dapat panutan bagi
rakyat. Contohnya: Pejabat Administrasi Negara tidak boleh menerima gratifikasi
ataupun melakukan korupsi dalam menjalankan tugasnya sebagai Pejabat
Administrasi Negara.
2. Asas legalitas (wetmatingheid)
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar
dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap Negara
hukum terutama bagi Negara-negara hukum dalam sistem kontinental.
bahwa setiap tindakan pejabat administrasi negara harus ada dasar hukumnya (ada
peraturan dasar yang melandasinya). Artinya Pejabat Administrasi Negara tidak
boleh melakukan suatu tindakan yang dasar hukumnya belum ada, apalagi
indonesia adalah negara hukum, maka asas legalitas adalah hal yang paling utama
dalam setiap tindakan pemerintah.
3. Asas diskresi
Berisi kebebasan dari seorang pejabat administrasi negara untuk mengambil
keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri tetapi tidak bertentangan dengan
legalitas. Artinya Pejabat Administrasi Negara boleh dengan inisiatifnya sendiri
mengambil keputusan sesuai dengan kewenangannya akan tetapi tidak boleh
sampai bertentangan dengan hukum yang ada. Contohnya: Pejabat Administrasi
Negara boleh secara bebas mengeluarkan suatu perundangan-undangan misalnya
undang-undang mengenai hasil tambang daerah, akan tetapi undang-undang itu
tidak boleh bertentangan dengan undang-undang yang berada diatasnya.

7
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
1. Hukum administrasi Negara muncul karena adanya pemerintahan yang
mengatur Negara. Perkembangan hukum administrasi Negara selalu
berubah-ubah sesuai dengan keadaan Negara hukum tersebut.
2. Sistematika & Kodifikasi Hukum Administrasi Negara di Indonesia belum
ada karena kodifikasi di Indonesia masih dalam proses pemindahan hukum
dari belanda ke Indonesia, sehingga sekarang hanya terdapat KUHAN
(Kerangka Umum Hukum Administrasi Negara)
3. Asas-asas yang berkaitan dengan Hukum Administrasi Negara ada 3 yaitu
Asas Yuridikitas, Asas Legalitas, dan Asas Diskresi. Asas-asas ini
mengkontrol Penjabat Administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya.
Saran
Diharapkan Sistematikan & Kodifikasi Hukum Administrasi Negara di
Indonesia cepat terealisasikan dalam lembaran Negara Republik Indonesia agar
ada kejelasan dan kepastian hukum mengenai Administrasi Negara, supaya dapat
menghindari pelanggaran yang merugikan Negara Republik Indonesia.

8
Daftar Pustaka

Hadjon, Philipus M., dkk. 1994. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.


Surabaya: Gadjah Mada University Press.

HR, Ridwan. 2007. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Triwulan, Titik & Ismu Gunadi Widodo. 2011. Hukum Tata Usaha Negara dan
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia. Jakarta: Kencana.

http://zkakangmas.wordpress.com/2013/08/30/landasan-hukum-administrasi-negara/
(diakses tanggal 11 Mei 2014).
http://stihyapertiba.blogspot.com/2012/06/indonesia-adalah-negara-hukum-
rechts.html (Diakses tanggal 11 Mei 2014).

http://www.lan.go.id/weblan/kajian/isi/pkhan/2011/2/ (diakses tanggal 12 Mei 2014).

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/13296/ (diakses tanggal 12 Mei 2014).

Anda mungkin juga menyukai