Anda di halaman 1dari 24

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas individu mata kuliah hukum administrasi negara

Disusun oleh

Nama : Linda

Nim : 23 210 003.p

Dosen pengampu : Evi Purnawati ,SH,MH

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah hukum administrasi negara yang berjudul “hukum administrasi negara”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah hukum administrasi
negara semester III. Tidak Lupa saya sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah HAN yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan Makalah ini yaitu
ibu Evi Purnawati,SH,,MH . dan orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas ini.

Saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,dan saya harap
semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan kita semua khususnya. dengan segala
kerendahan hati,saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain pada waktu mendatang.

Universitas Palembang, 3 November 2023


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam cabang ilmu hukum, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut
Hukum Administrasi Negara. Misalnya ada yang menggunakan istilah Hukum Tata
Pemerintahan, dan ada juga yang menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara.
Meskipun dalam ruang penyebutan istilah yang berbeda, namun dalam perkembangan
selanjutnya pemakaian istilah untuk bidang ilmu hukum ini diganti lagi menjadi istilah
Hukum Administrasi Negara, setelah sebelumnya sempat menggunakan istilah Hukum Tata
Pemerintahan pada tahun 1972 atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tanggal 30 Desember 1972 Nomor 198/U/1972 tentang pedoman
kurikulum minimal.

Hukum Administrasi Negara ini menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan
dan yang memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas istimewa
mereka (definisi Logemann). Administrasi Negara diberi tugas mengatur kepentingan
umum, misalnya kesehatan masyarakat, pengajaran, dan lain-lain. Agar alat-alat
perlengkapan Negara, dalam hal ini organ Administrasi Negara dapat menjalankan tugas
menyelenggarakan kesejahteraan umum secara baik, maka Administrasi Negara
memerlukan kemerdekaan untuk bertindak atas inisiatif sendiri terutama dalam
menyelesaikan masalah-masalah penting yang timbul dengan sekonyong-konyong, yang
peraturan penyelesaiannya belum ada, atau belum dibuat oleh badan legislatif.
Kemerdekaan tersebut disebut Freies Ermessen.

Maka dari itu, untuk dapat mengetahui deskripsi lengkap tentang Hukum
Administrasi Negara, maka kami akan mengungkap pembahasan tersebut di dalam makalah
ini meliputi definisi, sumber-sumber, asas-asas dari Hukum Administrasi Negara sekaligus
hubungan antara pembahasan ini dengan Hukum Tata Negara.
B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari Hukum Administrasi Negara?


2. Apa saja sumber-sumber dan asas-asas dari Hukum Administrasi Negara?
3. Bagaimana hubungan antara Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara?
4. Apa saja fungsi hukum administrasi negara?
5. Jelaskan hubungan HAN dengan cabang ilmu lainnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mampu memahami definisi Hukum Administrasi Negara.
2. Agar mampu memahami sumber-sumber serta asas-asas dari Hukum Administrasi
Negara.
3. Agar mampu memahami hubungan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara

.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara adalah rangkaian aturan-aturan hukum yang


harus diperhatikan oleh alat-alat perlengkapan Negara di dalam menjalankan
tugasnya. Terhadap perumusan ini banyak diajukan keberatan-keberatan. Perlu
diketahui bahwa Negara adalah suatu pengertian yang abstrak dan berwujud suatu
bada hukum. Maka sudah barang tentu perbuatan-perbuatan hukum yang
dilakukan alat-alat perlengkapan Negara sebagai organ suatu badan hukum sangat
heterogen, tidak hanya perbuatan-perbuatan dalam hukum publik saja, akan tetapi
juga melakukan perbuatan-perbuatan dalam hukum perdata, hukum dagang, dan
sebagainya. Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-rangkaian
aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan
Negara menjalankan tugasnya.

Selain itu, ada beberapa pula pendapat lain tentang pengetian Hukum
Administrasi Negara ini yang dikemukakan para sarjana, yaitu sebagai berikut.

1. Hukum administrasi Negara adalah peraturan hukum yang mengatur


administrasi, yaitu hubungan antara warga Negara dan pemerintahnya yang
menjadi sebab hingga Negara itu berfungsi. (R. Abdoel Djamali)

2. Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan hukum yang


mengatur bagaimana Negara sebagai penguasa menjalankan usaha-usaha untuk
memenuhi tugasnya. (Kusumadi Poedjosewojo)
3. Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang menguji hubungan hukum
istimewa yang diadakan, akan kemungkinan para pejabat melakukan tugas
mereka yang khusus. (E. Utrecht)

4. Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang harus


diperhatikan oleh para penguasa yang diserahi tugas pemerintahan dalam
menjalankan tugasnya. (Van Apeldoorn)

5. Hukum administrasi Negara adalah hukum yang mengatur hubungan-


hubungan hukum antara jabatan-jabatan dalam Negara dengan para warga
masyarakat. (Djokosutono)

Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1969, pengertian istilah


Hukum Administrasi Negara oleh G. Pringgodigdo, SH (dosen Universitas
Indonesia) secara luas terdiri atas tiga unsur, yaitu:

▪ Hukum Tata Pemerintahan, yakni Hukum Eksekutif atau Hukum Tata


Pelaksanaan Undang-undang; dengan perkataan lain, Hukum Tata
Pemerintahan ialah hukum mengenai aktivitas-aktivitas kekuasaan
eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang).
▪ Hukum Administrasi Negara dalam arti sempit, yakni hukum tata
pengurusan rumah tangga Negara (rumah tangga Negara dimaksudkan,
segala tugas-tugas yang ditetapkan dengan undang-undang sebagai urusan
Negara), dan
▪ Hukum Tata Usaha Negara, yaitu hukum mengenai surat-menyurat, rahasia
dinas dan jabatan, kearsipan dan dokumentasi, pelaporan dan statistik, tata
cara penyimpanan berita acara, pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak
dan rujuk, publikasi dan penerbitan-penerbitan negara.

Kami menyimpulkan dari definisi-definisi di atas bahwasanya Hukum


Administrasi Negara adalah permasalahan yang masih bersifat abstrak sehingga
melahirkan berbagai macam definisi-definisi dari para ahli dan pakar hukum di
bidangnya. Secara kasat pengertian, terlihat jelas bahwa perbedaan dalam
pendefinisian menjadi corak utama yang terlihat di atas, tetapi pada dasarnya hal
itu kembali pada pandangan pribadi masing-masing yang sesuai dengan hasil
risetnya. Jadi menurut pandangan kami, Hukum Administrasi Negara adalah
gabungan ketentuan yang mengikat badan hukum tinggi dan rendah sehingga
dapat berjalan secara bersamaan untuk melaksanakan kebijakan dalam mencapai
tujuan.

2. Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara

Sumber hukum pada umumnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi
kaidah hukum. Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam
pergaulan masyarakat dari peristiwa-peristiwa itu dapat mempengaruhi bahkan
menentukan sikap manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut diberi penilaian oleh
masyarakat dan penilaian itu akan menjadi petunjuk hidup yang diterima
masyarakat dan diberi perlindungan oleh pemerintah.

2. Sumber hukum formal yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk tertentu.
Agar berlaku umum, suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga pemerintah dapat
mempertahankannya. Penilaian dan penghargaan manusia terhadap petunjuk
hidup itu dipositifkan sehingga akhirnya dijadikan hukum positif.

Sumber hukum formal hukum administrasi negara menurut Utrectht adalah:

1. Undang-undang (hukum administrasi negara tertulis).

2. Praktek administrasi negara (hukum administrasi negara yang merupakan


kebiasaan).

3. Yurisprudensi adalah ajaran hukum melalui peradilan.

4. Pendapat para ahli hukum administrasi negara.


Hukum administrasi negara belum dikodifikasi sebagaimana hukum perdata,
hukum pidana maupun hukum dagang karena:

1. Peraturan-peraturan dalam bidang administrasi negara lebih cepat berubah


bila dibandingkan dengan hukum perdata, hukum pidana dan hukum dagang,
bahkan perubahan itu kadang-kadang secara mendadak.

2. Pembentukan hukum administrasi negara tidak berada dalam satu tangan,


melainkan banyak pejabat administrasi negara yang dapat membuat peraturan.
Contoh: Di Indonesia, selain presiden dan DPR yang berwenang membuat UU,
masih terdapat lagi lembaga/pejabat ekskutif yang dapat membuat peraturan
perundang-undangan yang lain, misalnya:

a. Menteri mengeluarkan surat keputusan, intruksi dan lain-lain.

b. Gubernur mengeluarkan peraturan daerah.

c. Dirjen mengeluarkan surat keputusan dan lain-lain.

3. Asas-Asas Hukum Administrasi Negara

Dengan adanya kebebasan bertindak pada alat administrasi negara maka tidak
jarang terjadi perbuatan alat administrasi negara tersebut menyimpang dari
peraturan hukum yang berlaku yang terdetensinya dapat menimbulkan kerugian
pada pihak administribale. Sehubungan dengan ini, guna meningkatkan
perlindungan hukum bagi penduduk, maka untuk penyelenggarakan tata
pemerintahan di Indonesia harus di pedomi dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, yang terdiri dari:

a. Asas kepastian hukum


Menurut Prof. Van der Pot menyatakan bahwa untuk sahnya suatu ketetapan
administratip, harus memenuhi persyaratan yang bersifat materil dan persyaratan
yang bersifat formil. Persyaratan materil yakni persyaratan yang berhubungan
dengan kewenangan bertindak, meliputi:

a. Alat negara yang membuat ketetapan harus berwenang

b. Dalam kehendak alat negara yang membuat ketetapan tidak boleh ada
kekurangan yuridis

c. Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu

d. Ketetapan harus dapat dilakukan, dan tanpa melanggar peraturan peraturan


lain, menurut “isi dan tujuan” sesuai dengan peraturan yang menjadi dasar
ketetapan itu.

Sedangkan persyaratan formil yakni persyaratan yang berhubungan dengan


bentuk dari ketetapan itu sendiri, yaitu meliputi:

a. Syarat syarat yang di tentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya


ketetapan dan berhubungan dengan cara dibuatnya ketetapan, harus dipenuhi

b. Ketetapan harus diberi bentuk yang ditentukan

c. Syarat-syarat yang di tentukan berhubung dengan dibuatnya ketetapan harus


dipenuhi

d.Jangka waktu ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan


dibuatnya ketetapan dan diumumkannya ketetapan itu tidak boleh dilewati.

Apabila ketetapan itu telah memenuhi persyaratan seperti tersebut, maka


ketetapan itu sudah sah dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak
administrabele negara dalam membuat ketetapan tersebut. Hal ini perlu kepastian
hukum serta perlindungan pihak administrable dari tindakan penguasa.

b. Asas keseimbangan
Dalam asas ini dinyatakan bahwa antara tindakan-tindakan disiplin yang di
jatuhkan oleh atasan dan kelalaian yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri
harus proporsional atau sebanding/seimbang.

c. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan

Yang dimaksud asas ini, bahwa hendaknya alat administrasi negara terhadap
kasus kasus yang faktanya sama diambil tindakan-tindakan yang sama pula.

d. Asas bertindak cermat

Asas ini menghendaki bahwa pemerintahan harus bertindak hati-hati agar tidak
menimbulkan kerugian bagi warga masyarakatnya.

e. Asas motivasi

Yang dimaksud dengan asas ini adalah bahwa setiap keputusan badan badan
pemerintah harus mempunyai motivasi/alasan yang cukup sebagai dasar
keputusan tersebut dan dituntut agar motivasi itu benar dan jelas dengan adanya
motivasi tersebut diharapkan pihak administrable memperoleh pengertian yang
cukup jelas atas keputusan yang ditujukan kepadanya, sehingga apabila tidak
menerima keputusan itu dapat mengambil alasan untuk naik badan guna mencari
dan memperoleh keadilan.

f. Asas larangan mencampur adukan kewenangan

Asas ini menghendaki, apabila suatu instansi pemerintahan diberikan kekuasaan


untuk memberikan keputusan tentang suatu masalah maka kekuasaan ini tidak
boleh dipergunakan untuk maksud yang lain, kecuali maksud/tujuan diberikannya
kekuasaan tersebut.

g. Asas permainan yang layak/asas perlakuan yang jujur

Yang dimaksud dengan asas ini, bahwa pemerintahan hendaknya memberi


kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk mencari kebenaran.
Ini berarti bahwa asas ini sangat menghargai instansi banding guna kesempatan
bagi warga negara untuk dapat mencari kebanaran dan keadilan.

h. Asas keadilan atau kewajaran

Prinsip ini menyatakan bahwa bertindak secara sewenang-wenang atau tidak


layak dilarang. Apabila aparat pemerintahan bertindak bertentangan dengan asas
ini, keputusannya dapat dibatalkan.

i. Asas menanggapi penghargaan yang wajar

Salah satu prinsip HAN di Niderland adalah bahwa tidakan pemerintah itu harus
menimbulkan harapan-harapan pada penduduk. Oleh karenanya, didalam
melakukan tindakannya alat pemerintahan harus memperhatikan asas ini.

j. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal

Dalam suatu keputusan pemberhentian seorang pegawai negara dinyatakan batal


oleh Peradilan Kepegawaian maka instansi pemerintah tidak saja harus menerima
kembali pegawai yang diberhentikan itu, akan tetapi juga harus membayar semua
kerugian yang diderita oleh pegawai yang bersangkutan yang disebabkan karena
pemberhentian tersebut. Hal ini didasarkan atas asas pemulihan dalam hak-hak
dan kedudukan semula atau asas meniadakan suatu keputusan yang batal.

k. Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup

Atas ini menghendaki bahwa setiap pegawai negeri mempunyai hak atas
kehidupan pribadinya, dan pemerintah harus menghormati hak tersebut.

l. Asas kebijaksanaan

Asas ini menghendaki bahwa pemerintah dalam segala tindak tanduknya harus
selalu berpandangan dapat menghubungkan dalam menghadapi tugasnya itu
gejala-gejala masyarakat yang harus dihadapinya serta pandai memperhitungkan
lingkungan akibat-akibat tindak pemerintahan itu dengan penglihatan yang jauh
kedepan.

m. Asas penyelenggaraan kepentingan umum

Sebagai tindakan aktif dan positif dari pada tindak pemerintahan adalah
penyelenggarakan kepentingan umum ini merupakan tugas dari seluruh aparat
pemerintahan. Kepentingan umum meliputi kepentingan nasional dalam arti
kepentingan bangsa, masyarakat dan negara. Kepentingan harus diutamakan dari
pada kepentingan individu, kepentingan golongan dan kepentingan daerah.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa kita tidak mengakui adanya kepentingan
individu sebagai hakikat pribadi manusia, hanya saja dalam penyelenggaraan
kepentingan umum ini kepentingan individu dibatasi, sehingga tidak berbatas
asas “Jussuum cuiquetribuere” dimana kepada masing-masing orang diberikan
mutlak apa yang jadi haknya.

4. Fungsi-Fungsi Hukum Administrasi Negara

Dalam pengertian umum, menurut Budiono fungsi hukum adalah untuk

Tercapainya ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum adalah suatu


keadaan yang Menyangkut penyelenggaraan kehidupan manusia scbagai
kehidupan bersama. Keadaan Tertib yang umum menyiratkan suatu keteraturan
yang diterima secara umum sebagai Suatu kepantasan minimal yang diperlukan,
supaya kehidupan bersama tidak berubah Menjadi anarki.Menurut Sjachran
Basah ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan Kehidupan masyarakat,
yaitu sebagai berikut:

• Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat


yang Hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.

• Integratif, scbagai pembina kesatuan bangsa.


• Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-basil
pembangunan) danPenjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam
kehidupan bemegara dan Bermasyarakat.

• Perfektif, scbagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi


negara, maupun Sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara
dalam mendapatkan Keadilan.

Secara spesifik, fungsi HAN dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, yakni


fungsi Normatif, fungsi instrumental, dan fungsi jaminan. Ketiga fungsi ini saling
berkaitan satu Sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut penormaan
kekuasaan memerintah jelas Berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang
menetapkan instrumen yang digunakan Oleh pemerintah untuk menggunakan
kekuasaan memerintah dan pada akhirnya norma

Pemerintahan dan instrumen pemerintahan yang digunakan harus menjamin


perlindungan Hukum bagi rakyat.

1. Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara

Penentuan norma HAN dilakukan melalui tahap-tahap. Untuk dapat


menemukan Normanya kita harus meneliti dan melacak melalui serangkaian
peraturan perundang-Undangan. Artinya, peraturan hukum yang harus diterapkan
tidak begitu saja kita Temukan dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi
peraturan-peraturan dan Keputusan-keputusan TUN yang satu dengan yang lain
saling berkaitan.

Pada umumnya Ketentuan undang-undang yang berkaitan dengan HAN


hanya memuat norma-norma Pokok atau umum, sementara periciannya
diserahkan pada peraturan pelaksanaan.Penyerahan ini dikenal dengan istilah
terugtred atau sikap mundur dari pembuat undang-Undang. Hal ini terjadi karena
tiga sebab, yaitu : Karena keseluruhan hukum TUN itu demikian luasnya,
sehingga tidak mungkin Bagi pembuat UU untuk mengatur seluruhnya dalam UU
formal; Norma-norma hukum TUN itu harus selalu disesuaikan de-ngan tiap
perubahan-Perubahan keadaan yang terjadi sehubungan dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi yang tidak mungkin selalu diikuti oleh pembuat UU
dengan mengaturnya Dalam suatu UU formal; Di samping itu tiap kali diperlukan
pengaturan lebih lanjut hal itu selalu berkaitan Dengan penilaian-penilaian dari
segi teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak Sewajarnya harus diminta
pembuat UU yang harus mengaturmya. Akan lebih cepat Dilakukan dengan
pengeluaran peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan TUN yang Lebih
rendah tingkatannya, seperti Keppres, Peraturan Menteri, dan sebagainya. Seperti
disebutkan di atas bahwa setiap tindakan pemerintah dalam negara hukum Harus
didasarkan pada asas legalitas. Hal ini berarti ketika pemerintah akan melakukan

Tindakan, terlebih dahulu mencari apakah legalitas tindakan tersebut ditemukan


dalam Undang-undang. Jika tidak terdapat dalam UU, pemerintah mencari dalam
berbagai Peraturan perundang-undangan terkait. Ketika pemerintah tidak
menemukan dasar Legalitas dari tindakan yang akan diambil, sementara
pemerintah harus segera mengambil Tindakan, maka pemerintah menggunakan
kewenangan bebas yaitu dengan menggunakan Freies Ermessen. Meskipun
penggunaan freies Ermessen dibenarkan, akan tetapi harus Dalam batas-batas
tertentu. Menurut Sjachran Basah pelaksanaan freies Ermessen harus Dapat
dipertanggung jawabkan, secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan secara

Hukum berdasarkan batas-atas dan batas-bawah. Batas-atas yaitu peraturan yang


tingkat Derajatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang
tingkat Derajatnya lebih tinggi. Sedangkan batas-bawah ialah peraturan yang
dibuat atau sikap-Tindak administrasi negara (baik aktif maupun pasif), tidak
boleh melanggar hak dan Kewajiban asasi warga. Di samping itu, pelaksanaan
freies Emessen juga harus Memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang
baik. Berdasarkan keterangan Singkat ini dapat dikatakan bahwa fungsi normatif
HAN adalah mengatur dan Menentukan penyelenggaraan pemerintahan agar
sesuai dengan gagasan negara hukum Yang melatarbelakanginya, yakni negara
hukum Pancasila.

Pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatannya menggunakan instrumen

Yuridis seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya.

Scbagaimana telah disebutkan bahwa dalam negara sekarang ini khususnya yang

Mengaut type wel fare state, pemberian kewenangan yang luas bagi pemerintah

Merupakan konsekuensi logis, termasuk memberikan kewenangan kepada


pemerintah

Untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis sebagai sarana untuk kelancaran

Penyelenggaraan pemerintahan.

2. Fungsi Jaminan Hukum Administrasi Negara

Menurut Sjachran Basah, perlindungan terhadap warga diberikan bilamana


sikap Tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya.
Sedangkan

Perlindungan terhadap administrasi negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap


tindaknya Dengan baik dan benar menurut hukum, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis.

Dengan perkataan lain, melindungi administrasi negara dari melakukan


perbuatan yang Salah menurut hokum. Di dalam negara hukum Pancasila,
perlindungan hukum bagi Rakyat diarahkan kepada usaha-usaha untuk
mnencegah terjadinya sengketa antara Pemerintah dan rakyat, menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dan rakyat sccara Musayawarah serta peradilan
merupakan sarana terakhir dalam usaha menyelesaikan Sengketa antara
pemerintah dengan rakyat.

Berdasarkan pemaparan fungsi-fungsi HAN ini, dapatlah disebutkan bahwa


Dengan menerapkan fungsi-fungsi HAN ini akan tercipta pemerintahan yang
bersih, Sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum. Pemerintah menjalankan
aktifitas sesuai Dengan ketentuan yang berlaku atau berdasarkan asas legalitas,
dan ketika menggunakan Freies Emessen, pemerintah memperhatikan asas-asas
umum yang berlaku sehingga Dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan
hukum. Ketika pemerintah menciptakan Dan menggunakan instrumen yuridis,
maka dengan mengikuti ketentuan formal dan Material penggunaan instrumen
tersebut tidak akan menyebabkan kerugian terhadap Masyarakat. Dengan
demikian, jaminan perlindungan terhadap warga negarapun akan Terjamin
dengan baik.

Hubungan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara

Sebagai bagian dari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara tentu
memiliki hubungan erat dengan hukum yang mengatur tentang pembentukan
bidang-bidang dalam sebuah Negara tersebut. Jika Hukum Tata Negara adalah
hukum yang mengatur pembentukan badan-badan Negara tingkat pusat maupun
daerah, maka Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang menjadikan sebab
suatu tatanan Negara tersebut berfungsi. Jika Hukum Tata Negara selain
membentuk badan-badan Negara juga membagi kekuasaan pada badan tersebut,
maka Hukum Administrasi Negara adalah yang mengatur hubungan warga
Negara dengan badan-badan Negara tersebut.

Dalam hal objek hukum pun, sebenarnya hukum ini memiliki objek hukum
yang berbeda. Jika pada Hukum Tata Negara objek hukumnya adalah Negara itu
sendiri, maka dalam Hukum Administrasi Negara objek hukumnya adalah
pemegang jabatan dalam negara itu atau alat-alat perlengkapan negara dan warga
masyarakat. Tetapi ada pula pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya objek
Hukum Administrasi Negara adalah sama dengan objek Hukum Tata Negara,
yaitu negara (pendapat Soehino, S.H.). Pendapat demikian dilandasi alasan
bahwa Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara sama-sama
mengatur negara. Namun, kedua hukum tersebut berbeda, yaitu Hukum
Administrasi Negara mengatur negara dalam keadaan bergerak, sedangkan
Hukum Tata Negara dalam keadaan diam. Maksud dari istilah ”negara dalam
keadaan bergerak” adalah nahwa negara tersebut dalam keadaan hidup. Hal ini
berarti bahwa jabatan-jabatan atau alat-alat perlengkapan negara yang ada pada
negara telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan fungsinya masing-
masing. Istilah ”negara dalam keadaan diam” berarti bahwa negara itu belum
hidup sebagaimana mestinya. Hal ini berarti bahwa alat-alat perlengkapan negara
yang ada belum menjalankan fungsinya. Dari penjelasan tersebut dalam ditarik
kesimpulan bahwa hubungan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum
Administrasi Negara sangatlah erat dan saling melengkapi satu sama lain. Jika
salah satu diantara keduanya tidak ada atau tidak berjalan sesuai dengan perannya
masing-masing, maka dapat dipastikan bahwa sebuah Negara itu akan menjadi
objek hukum yang pasif.

Hubungan HAN dengan Cabang Ilmu Hukum Lainnya

1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara

Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali


mempekenalkan ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang
tumbuh langsung berdasarkan keputusan-keputusan alat perlengkapan Negara
berdasarkan praktik kenegaraan sehari-hari. Maksudnya, keputusan raja
dalam menyelesaikan sengketa antara pejabat dengan rakyat merupakan
kaidah Hukum Administrasi Negara.Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa
Hukum Administrasi Negara merupakan aanhangsel (embel-embel atau
tambahan) dari hukum tata negara. Sementara Mr. Dr. Romeyn menyatakan
bahwa Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari pada negara dan
Hukum Administrasi Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya.

Pendapat Romeyn ini dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi


Negara adalah sejenis hukum yang melaksanakan apa yang telah ditentukan
oleh Hukum Tata Negara, dan sejalan dengan teori Dwi Praja dari Donner,
maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas (taakstelling) sedangkan
Hukum Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh
Hukum Tata Negara (taakverwezenlijking).

Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah


keseluruhan peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan Negara dan
menentukan kewenangan alat-alat perlengkapan Negara tersebut, sedangkan
Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat
alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun rendah ketika alat-alat itu
akan menggunakan kewenangan ketatanegaraan.

Pada pihak yang satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu kelompok
peraturan hukum yang mengadakan badan-badan kenegaraan, yang memberi
wewenang kepada badan-badan itu, yang membagi pekerjaan pemerintah
serta memberi bagian-bagian itu kepada masing-masing badan tersebut yang
tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata Negara menurut Oppenheim yaitu
memperhatikan negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in rust).

Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok
ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah
bila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberi
kepadanya oleh hukum tata negara itu. Hukum Administrasi negara itu
menurut Oppenheim memperhatikan negara dalam keadaan bergerak (staat in
beweging).

Tidak ada pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum administrasi.
Terhadap hukum tata Negara, hukum administrasi merupakan perpanjangan
dari hukum tata Negara. Hukum administrasi melengkapi hukum tata Negara,
disamping sebagai hukum instrumental (instrumenteel recht) juga menetapkan
perlindungan hukum terhadap keputusan – keputusan penguasa.

Yang menjadi sulit adalah ketika membicarakan distribusi kewenangan dari


pejabat administrasi negara, karena ketika kita menganalisis yang akan
bertemu dengan teori steufen bau des recht nya Hans Kelsen mau tidak mau
kita akan melihat tata urutan perUUan mulai dari Norma dasar (grundnorm)
yg merupakan norma tertinggi sampai kepada norma yang paling bawah
dengan melakukan analisis sinkronisasi vertikal. Ketika membicarakan hal itu
semuanya akan menjadi abu-abu antar HAN dengan HTN. Akan tetapi
mudahnya kita lihat saja kalau ujung tombaknya HTN adalah Konstitusi,
sementara Ujung tombaknya HAN adalah kewenangan.

Ketika kita berbicara kewenangan kita akan membicarakan kedua konsep


HAN yaitu HAN HETERONOM ( bersumber pada UUD, Tap MPR, dan UU,
yakni hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi
negara) dan HAN OTONOM ( adalah hukum operasional yang dicipta oleh
Pemerintah dan Administrasi Negara sendiri). Ketika melihat kedua definisi
tersebut maka dapat disimpulkan kalau HAN OTONOM sebagai
pengopersionalisasian kewenangan bersumber pada HAN HETERONOM.

2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana

Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai


bahan pembantu atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena
penetapan sanksi pidana merupakan satu sarana untuk menegakkan hukum
tata pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan hukum di dalam
perundang-undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan
hukum Pidana. Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana
memberi sanksi istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat, maupun
atas pelanggaran kaidah hukum publik yang telah ada.

Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum


pidana. Hukum administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-
Juridisch Zakboekje h. B3/4). Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam
memberikan izin penguasa memperhatikan segi-segi keamanan dari bangunan
yang direncanakan. Dalam hal demikian, pemerintah menentukan syarat-
syarat keamanan. Disamping itu bagi yang tidak mematuhi ketentuan-
ketentuan tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins
mengemukakan bahwa “hampir setiap peraturan berdasarkan hukum
administrasi diakhiri in cauda venenum dengan sejumlah ketentuan pidana (in
cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di ekor/buntut).

3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata

Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa


Hukum Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang
organisasi negara dan hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini
mempunyai dua asas yaitu pertama, negara dan badan hukum publik lainnya
dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum perdata, seperti
peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis
derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan
hukum umum, yaitu bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh
Hukum Administrasi Negara maupun oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu
diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi negara sebagai hukum khusus,
tidak diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai hukum umum.

Oleh karena itu terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara


dengan Hukum Perdata apabila:

a. Saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata
menjadi kaidah hukum Administrasi Negara

b. Badan Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasasi


oleh hukum perdata

c. Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi negara
maka kasus itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum
Administrasi Negara.

4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara

Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga mempunyai


berbagai macam pengertian dan makna. Dimock dan Dimock, menyatakan
bahwa sebagai suatu studi, administrasi negara membahas setiap aspek
kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk melaksanakan hukum dan
memberikan pengaruh pada kebijakan publik (public policy); sebagai suatu
proses, administrasi negara adalah seluruh langkah-langkah yang diambil
dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai suatu bidang kemampuan,
administrasi negara mengorganisasikan dan mengarahkan semua aktivitas
yang dikerjakan orang-orang dalam lembaga-lembaga publik.

5. Sistematika Hukum Administrasi Negara

Dalam sistematika Ilmu Hukum, Hukum Administrasi Negara termasuk


dalam hukum publik dan merupakan bagian dari pada hukum Tata Negara.
Dilihat dari sejarahnya sebelum abad 19 Hukum Administrasi Negara
menyatu dengan Hukum Tata Negara dan baru setelah abad ke 19 Hukum
Administrasi Negara berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu hukum
tersendiri.

Pada pertengahan abad 20 Hukum Administrasi Negara berkembang dengan


pesat sebagai akibat tuntutan timbulnya Negara hukum modern ( welfarestate
) yang mengutamakan kesejahteraan rakyat. Hukum Administrasi Negara
sebagai suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat dilihat dalam teori Residu dari
Van Vallen Hoven yang membagi seluruh materi hukum itu secara terperinsi
sebagai berikut

a. Hukum Tata Negara (materiil)

1) Pemerintahan

2) Peradilan

3) Kepolisian

b. Hukum Perdata ( materiil)

c. Hukum Pidana (materiil)

1) Hukum Pemerintahan

2) Hukum Peradilan

3) Peradilan Tata Negara

4) Hukum Acara Perdata

5) Hukum Acara Pidana

6) Hukum Peradilan Tata Usaha Negara


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menarik kesimpulan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah


suatu runtutan hukum yang mengandung aturan tentang hubungan warga dengan
badan hukum yang berada pada suatu Negara, sehingga menimbulkan suatu
pergerakan yang menyebabkan Negara tersebut berfungsi.

Adapun sumber-sumber dari Hukum Administrasi Negara adalah sumber


hukum materil dan sumber hukum formil. Sedangkan asas-asas yang berlaku
pada Hukum Administrasi Negara meliputi asas kepastian hukum, asas
keseimbangan, asas kesamaan dalam mengambil keputusan, asas bertindak
cermat, asas motivasi, asas larangan mencampur adukan kewenangan, asas
permainan yang layak/asas perlakuan yang jujur, asas keadilan atau kewajaran.

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara


sangatlah erat dan tidak dapat terpisahkan antara satu dan yang lainnya. Sebagai
bagian dari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara merupakan hukum
yang menyebabkan suatu badan-badan hukum yang dibentuk dalam Hukum Tata
Negara itu dapat berfungsi. Jika Hukum Tata Negara dikatakan sebagai “Negara
dalam keadaan diam”, maka Hukum Adminstrasi Negara merupakan “Negara
dalam keadaan bergerak”.

B. Saran
Cukup sekian apa yang dapat kami sajikan kiranya ada kekurangan mohon
kritik dan sarannya dalam bentukdiskusi yang kemudian dapat kami jadikan
sebagai rujukan pelengkap dalam makalah revisi yang akan dibuat kemudian jika
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Makalah hukum administrasi negara(HAN). Diakses pada 28 Oktober 2023 dari


https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-hukum-administrasi-negara-
han.html?m=1

Makalah hukum administrasi negara. Diakses pada 28 Oktober 2023 dari

https://www.slideshare.net/NinaCivic/makalah-hukum-administrasi-negara

Anda mungkin juga menyukai