Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum Administrasi Negara ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Hukum Administrasi Negara. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Hukum Administrasi Negara bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak PRIYO SAPTOMO , SH,M Hum, selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak, 02 Oktober 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG………………………………………………………………3
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………...3
TUJUAN…………………………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
Istilah dan Pengertian Hukum Administrasi Negara………………………………. 4
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara……………………..………………... 4
2. Pengertian Alat Administrasi Negara, Pemerintah dan Aparat Pemerintah…….7
3. Kedudukan Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia...…….8
Sumber- Sumber Hukum Administrasi Negara……………………………………. 10
Asas-Asas Hukum Administrasi Negara…………………………………………....11
Fungsi Hukum Administrasi Negara………………………………………………..13
Operasional Hukum Administrasi Negara…………………………………………. 13
Hubungan HAN dengan Cabang Ilmu Hukum Lainnya……………………………15
1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara……………………. 15
2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana…………………………..16
3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata………………………….17
4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara…………….... 17
Sistematika Hukum Administrasi Negara…………………………………………..18

BAB III PENUTUP


Kesimpulan………………………………………………………………… ……... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam cabang ilmu hukum, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut
Hukum Administrasi Negara. Misalnya ada yang menggunakan istilah Hukum Tata
Pemerintahan, dan ada juga yang menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara. Meskipun
dalam ruang penyebutan istilah yang berbeda, namun dalam perkembangan selanjutnya
pemakaian istilah untuk bidang ilmu hukum ini diganti lagi menjadi istilah Hukum
Administrasi Negara, setelah sebelumnya sempat menggunakan istilah Hukum Tata
Pemerintahan pada tahun 1972 atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tanggal 30 Desember 1972 Nomor 198/U/1972 tentang pedoman
kurikulum minimal.
Hukum Administrasi Negara ini menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan
dan yang memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas istimewa mereka
(definisi Logemann). Administrasi Negara diberi tugas mengatur kepentingan umum,
misalnya kesehatan masyarakat, pengajaran, dan lain-lain. Agar alat-alat perlengkapan
Negara, dalam hal ini organ Administrasi Negara dapat menjalankan tugas
menyelenggarakan kesejahteraan umum secara baik, maka Administrasi Negara memerlukan
kemerdekaan untuk bertindak atas inisiatif sendiri terutama dalam menyelesaikan masalah-
masalah penting yang timbul dengan sekonyong-konyong, yang peraturan penyelesaiannya
belum ada, atau belum dibuat oleh badan legislatif. Kemerdekaan tersebut disebut Freies
Ermessen.
Maka dari itu, untuk dapat mengetahui deskripsi lengkap tentang Hukum
Administrasi Negara, maka kami akan mengungkap pembahasan tersebut di dalam makalah
ini meliputi definisi, sumber-sumber, asas-asas dari Hukum Administrasi Negara sekaligus
hubungan antara pembahasan ini dengan Hukum Tata Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Hukum Administrasi Negara?
2. Apa saja sumber-sumber dan asas-asas dari Hukum Administrasi Negara?
3. Bagaimana hubungan antara Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mampu memahami definisi Hukum Administrasi Negara.
2. Agar mampu memahami sumber-sumber serta asas-asas dari Hukum Administrasi
Negara.
3. Agar mampu memahami hubungan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara.

3
BAB II
PEMBAHASAN
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

1. BERBAGAI ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM


ADMINISTRASI NEGARA
Ada berbagai istilah di dalam penyebutan Hukum Administrasi Negara yang
merupakan terjemahan dari Administratiefrecht yang dikenal di Negara Belanda,
Verwaltungsrecht di Jerman, Droit Administratif di Perancis, Administratif Law di negara
Inggris dan Amerika. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia dahulu merupakan bekas
jajahan Belanda, sehingga Hukum Administrasi Negara Indonesia merupakan terjemahan dari
Administratiefrecht.
Untuk menerjemahkan Administratiefrecht dari Hukum Belanda ini para ahli hukum
di Indonesia belum ada kata sepakat. Baru setelah dikeluarkannya UU No.5 tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh para ahli. E.Utrecht dalam
bukunya “Pengantar Hukum Administrasi” , mula-mula memakai istilah Hukum Administrasi
Negara Indonesia. WF Prins dalam bukunya “Inleiding in het administratiefrecht” memakai
istilah Hukum Tata Usaha Negara Indonesia. Wirjono Prodjodikoro memakai istilah Hukum
Tata Usaha Pemerintah. Prajudi Atmasudirdjo memakai istilah Hukum Administrasi Negara.
Dalam SK Mendikbud tanggal 30 Desember 1972 No.0198/U/1972 tentang Kurikulum
Minimal menggunakan istilah Hukum Tata Pemerintahan. Rapat staf dosen Fakultas-fakultas
Hukum Negeri seluruh Indonesia yang diadakan pada bulan Maret 1973 di Cibulan memakai
istilah Hukum Administrasi Negara dengan tidak menutup kemungkinan menggunakan
istilah lain. SK Kurikulum yang terakhir menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara.

A. Pengertian Hukum Administrasi Negara


Ada bebrapa ahli yang mencoba membirikan pengertian tentang Hukum Tata Usaha
Negara, diantaranya : JHP Bellafroid; Oppenheim; Logemann; E.Utrecht; dan Prajudi
Atmasudirdjo.
JHP Bellafroid menyatakan bahwa Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum Tata
Pemerintahan adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alat
perlengkapan pemerintahan dan badan-badan kenegaraan serta majelis-majelis pengadilan
khusus yang diserahi pengadilan tata usaha negara hendaknya memenuhi tugasnya.
Oppenheim mengemukakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah suatu
gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah
apabila badan-badan itu menggunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya oleh
Hukum Tata Negara. Hukum Administrai Negara menggambarkan negara dalam keadaan
bergerak.

4
Logemann mengetengahkan Hukum Pemerintahan atau Hukum Administrasi Negara
sebagai seperangkat norma-norma yang menguji hukum istimewa yang diadakan untuk
memungkinkan para pejabat (Alat Tata Usaha Negara/ Alat Administrasi Negara) melakukan
tugas mereka yang khusus. Hukum Administrasi Negara tidak identik/sama dengan hukum
yang mengatur pekerjaan administrasi negara, karena hukum yang mengatur pekerjaan
administrasi negara sudah termasuk dalam Hukum Tata Negara.
De La Bascecour Caan menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah
himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab maka negara berfungsi (bereaksi).
Dengan demikian peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara warga negara
dengan pemerintahannya. Hukum Administrasi Negara terbagi atas dua bagian, yakni :
Pertama, Hukum Administrasi Negara menjadi sebab maka negara berfungsi atau bereaksi;
Kedua, Hukum Administrasi Negara mengatur hubungan antara warga negara dengan
pemerintah.
Sir W.Ivor Jenning mengemukakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah
hukum yang berhubungan dengan administrasi negara. Hokum ini menentukan organisasi
kekuasaan dan tugas-tugas dari pejabat-pejabat administrasi.
R. Kranenburg memberikan definisi Hukum Administrasi Negara dengan
memperbandingkannya dengan Hukum Tata Negara, meskipun hanya sekedar perlu untuk
pembagian tugas. Menurutnya Hukum Administrasi Negara adalah meliputi hukum yang
mengatur susnan dan wewenang khusus dari alat perlengkapan badan-badan seperti
kepegawaian (termasuk mengenai pensiun) peraturan wajib militer, pengaturan mengenai
pendidikan/pengajaran, peraturan mengenai jaminan sosial, peraturan mengenai perumahan,
peraturan perburuhan, peraturan jaminan orang miskin, dan sebagainya.
E.Utrecht mengemukakan bahwa Hukum Administrasi Negara/Hukum Pemerintahan
adalah hukum yang menguji hubungan hukum istimewa yang bila diadakan akan
memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan tugas mereka yang khusus.
Prajudi Atmosudirdjo merumuskan HAN sebagai “…… Hukum yang mengenai
Pemerintah beserta aparatnya yang terpenting yakni Administrasi Negara” selanjutnya
dikatakan bahwa “…… hukum administrasi negara mengatur wewenang, tugas, fungsi dan
tingkah laku para pejabat Administrasi Negara……” bertujuan untuk menjamin adanya
Administrasi Negara yang bonafit, artinya yang tertib, sopan, berlaku adil dan obyektif, jujur,
efisien dan fair. Dinyatakan juga bahwa hukum administrasi negara itu merupakan hukum
mengenai Administrasi Negara dan hukum hasil ciptaan Administrasi Negara, sehingga
Hukum Administrasi Negara pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua klasifikasi yakni
Hukum Administrasi Negara heteronom dan Hukum Administrasi negara yang otonom.
Hukum Administrasi Negara heteronom bersumber pada UUD, TAP MPR dan UU, hukum
ini mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi Administrasi Negara (alat tata usaha negara)
dan tidak boleh dilawan, dilanggar serta tidak boleh diubah oleh Administrasi Negara.
Hukum Administrasi Negara heteronom ini mencakup aturan tentang :
a. Dasar-dasar dan prinsip umum administrasi negara;
b. Organisasi administrasi negara, termasuk juga pengertian dekonsentrasi
dan desentralisasi;
c. Berbagai aktivitas dari administrasi negara;

5
d. Seluruh sarana administrasi negara; serta
e. Badan peradilan administrasi
Sedangkan Hukum Administrasi Negara Otonom bersumber pada keputusan
pemerintah yang bersifat sebagai UU dalam arti yang luas, yurisprudensi danteori. Hukum ini
merupakan hukum operasional yang diciptakan oleh pemerintah dan administrasi negara
sendiri. Oleh karena itu dapat diubah oleh pemerintah/administrasi negara (alat tata usaha
negara) setiap waktu bila perlu tidak melanggar asas kepastian hukum, dan asas kepentingan
umum.
Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan bahwa pemerintah dijalankan oleh penguasa
eksekutif beserta aparatnya, sedangkan administrasi negara dijalankan oleh penguasa
administrasi beserta aparatnya. Oleh karena itu Indonesia berdasarkan ketentuan UUD 1945
kekuasaan eksekutif dan administratif berada dalam satu tangan yakni Presiden, maka
pengertian HAN yang luas terdiri atas lima (5) unsure, yaitu :
1) HTP : hukum eksekutif atau hokum tata pelaksanaan UU, yang
menyangkut pengendalian penggunaan kekuasaan public (kekuasaan yang
berasal dari kedaulatan rakyat).
2) HTUN : hukum mengenai surat menyurat, rahasia dinas dan jabatan,
registrasi, kearsipan dan dokumentasi, legalisasi, pelaporan dan statistic,
tata cara penyusunan dan penyimpanan berita acara, pencatatan sipil,
pencatatan NTR, publikasi, penerangan dan penerbitan-penerbitan negara.
Atau sering dikenal dengan Hukum Birokrasi.
3) Hikum Administrasi Negara dalam arti sempit : hukum tata pengurusan
rumah tangga negara baik intern maupun ekstern.
4) Hukum Administrasi Pembangunan : mengatur campur tangan pemerintah
dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat untuk mengarahkan kepada
perubahan yang telah direncanakan.
5) Hukum Administrasi Lingkungan : mengatur campur tangan pemerintah
dalam pengelolaan lingkungan.
Sjachran Basah mengemukakan bahwa sebagai inti hakekat Hukum Administrasi
Negara adalah : Pertama, memungkinkan administrasi negara untuk menjalankan fungsinya;
Kedua, melindungi keluarga terhadap sikap tindak (perbuatan) administrasi negara dan juga
melindungi administrasi negara itu sendiri. Selanjutnya dikatakan bahwa melindungi sikap
tindak administrasi negara di satu pihak dan warga negara di lain pihak, pada dasarnya
menciptakan kepastian hukum yaitu segala sikap tindak administrasi negara harus senantiasa
memperhatikan batas-batas, baik batas atas maupun bawah. Batas asas, dimaksudkan taat
asas yaitu bahwa sikap tindak administrasi negara dalam mewujudkan tugas kekuasaannya, di
antaranya mengeluarkan keputusan, maka putusan-putusan itu apabila lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi. Batas bawah,
maksudnya bahwa peraturan yang dibuat tidak boleh melanggar hak dan kewajiban asasi
warga negara.
Kesimpulan : dapat dikatakan secara ringkas bahwa yang dimaksudkan dengan
Hukum Administrasi negara adalah hukum yang mengatur dan mengikat alat administrasi
negara dalam menjalankan wewenang yang menjadi tugasnya selaku alat administrasi negara
dalam melayani warga negara harus senantiasa memperhatikan kepentingan warga negara.

6
HAN sangat penting dan dibutuhkan dalam penyelenggaraan kekuasaan negara oleh
administrasi negara. Keberadaan hukum administrasi negara berperan mengatur wewenang,
tugas dan fungsi administrasi negara, disamping itu juga berperan untuk membatasi
kekuasaan yang diselenggarakan oleh administrasi negara.

B. PENGERTIAN ALAT ADMINISTRASI NEGARA,


PEMERINTAH DAN APARAT PEMERINTAH
Victor Situmorang dalam bukunya “Dasar-dasar Hukum Administrasi Negara”
meninjau pengertian Administrasi Negara/Tata Usaha Negara dan Pemerintah dari dua (2)
segi :
a) Tinjauan dari para penganut teori residu yang terkena pengaruh teori Trias
Politika (dengan tokoh Van Vollen Hoven), menyatakan bahwa administrasi
negara/tata usaha negara adalah gabungan jabatan-jabatan, berupa aparat/alat
administrasi yang dibawah pimpinan pemerintah melaksanakan sebagian
pekerjaan pemerintah (tugas pemerintah) berupa fungsi administrasi yang tidak
ditugaskan kepada badan-badan pengadilan, badan legislatif dan badan-badan
pemerintah dari persekutuan hukum yang lebih rendah dari persekutuan negara.
Persekutuan-persekutuan hukum yang lebih rendah dari negara adalah daerah
yang masin-masing diberi kekuasaan untuk memerintah sendiri daerahnya atas
inisiatif sendiri atau berdasarkan suatu delegasi kekuasaan dari pemerintah pusat
(dulu dikenal dengan daerah swatantra tingkat I,II,III serta Daerah Istimewa).
b) Tanpa pengaruh teori Trias Politika, dikemukakan oleh AM Donner bahwa
Administrasi negara adalah badan yang melaksanakan/menyelenggarakan tujuan
negara. Pendapat ini dikemukakan oleh Donner karena dia meninjau dari segi
fungsinegara yakni sebagai penentu tujuan negara.
Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan ada tiga (3) arti daripada Administrasi Negara,
yaitu :
1) Sebagai aparatur negara, aparatur pemerintah, atau sebagai institusi
politik;
2) Sebagai “fungsi” atau sebagai aktivitas melayani atau sebagai kegiatan
“pemerintah operasional; dan
3) Sebagai proses teknis penyelenggaraan UU.
WF Prins membedakan pemerintah dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit.
Pemerintah dalam arti luas : seluruh kekuasaan yang ada dalam suatu negara (legislative,
eksekutif, yudikatif, dan polisionil), jadi identik dengan negara. Pemerintah dalam arti sempit
: kekuasaan yang mempunyai tugas khusus, yakni melaksanakan tujuan dari peraturan
perundangan (eksekutif).
Muchsan menyatakan bahwa aparat pemerintah (dalam arti sempit) adalah para
pejabat yang melaksanakan kekuasaan eksekutif. Di negara Indonesia berdasarkanketentuan
UUD1945 bentuk dari aparat pemerintah dalam arti sempit adalah Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan dengan para Mentri sebagai pembantu Presiden beserta jabatan-jabatan
bawahan lainnya.

7
Philipus M.Hadjon dkk mengemukakan bahwa pemerintahan dapat difahami melalui
dua pengertian : di satu pihak dalam arti “fungsi pemerintah” (kegiatan memerintah), di lain
pihak dalam arti “organisasi pemerintah” (kumpulan dari kesatuan-kesatuan pemerintah).
Fungsi dari pemerintah itu dapat ditentukan sedikit banyak dengan menempatkannya dalam
hubungan dengan fungsi perundang-undangan dan peradilan. Pemerintahan dapat dirumuskan
secara negatip sebagai segala macam kegiatan penguasa yang tidak dapat disebutkan sebagai
suatu kegiatan perundang-undangan atau peradilan. Perbedaan antaraperundang-undangan,
peradilan, dan pemerintah ini mengingatkan kita pada Trias Politika. Dalam ajaran yang
sudah lama ini dianut pandangan tentang adanya suatu pemisahan diantara kekuasaan
pembuat undang-undang kehakiman dan pihak pelaksana (eksekutif). Dewasa ini
“pemerintahan” ini tidak sama dengan “kekuasaan eksekutif”. Banyak jenis pemerintahan
yang tidak dapat dipandang sebagai pelaksanaan dari undangundang seperti pemberian
subsidi tertentu, atau tugas melaksanakan pekerjaan umum. Bagaimanapun di kalangan para
ahli hukum administrasi negara di tahun-tahun akhir ini telah berkembang perhatian yang
luas terhadap keputusankeputusan yang bersifat umum, yakni rencana-rencana, peraturan-
peraturan kebijaksanaan, juga peraturan pemberian kuasa (wewenang). Tetapi perhatian itu
lebih banyak terarah pada suatu pendekatan aturan-aturan yang sah dari sudut pandang
hukum administrasi, bukan pada suatu pendekatan dari sudut hukum politik tata negara.

C. Kedudukan Hukum Administrasi Negara dalam tata Hukum


Indonesia
Keberadaan hukum Administrasi Negara dalam suatu Negara sangatlah penting.Baik
bagi administrasi Negara maupun masyarakat luas.Dengan adanya Hukum Administrasi
Negara,pihak administrasi Negara diharapkan dapat mengetahui batas-batas dan hakekat
kekuasaannya, tujuan dan sifat daripada kewajiban-kewajibannya, juga bagaimana bentuk-
bentuk sanksinya bilamana mereka melakukan pelanggaran hukum.
Sedangkan dibagian yang lain, yakni bagi masyarakat, Hukum Administrasi Negara
merupakan perangkat norma-norma yang dapat digunakan untuk melindungi kepentingan
serta hak-hak mereka.
Seperti diketahui dalam ilmu hukum terdapat dua pembagian hukum, yaitu Hukum
Privat (Sipil) dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam hukum privat dan publik itu tidak
lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur dan bersumber dari kepentingan-kepentingan
yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan tetapi ada pula yang
bersifat umum. Hubungan hukum tersebut memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang
melingkupi hakhak dan kewajiban dari dan terhadap siapa orang tersebut berhubungan.
Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya yang didalamnya termasuk Pidana, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara(HAN). Pada mulanya, Hukum Administrasi Negara menjadi bagian dari Hukum Tata
Negara, tetapi karena perkembangan masyarakat dan studi hukum dimana ada tuntutan akan
munculnya kaidah-kaidah hukum baru dalam studi Hukum Administrasi Negara maka lama
kelamaan HAN menjadi lapangan studi sendiri, terpisah bahkan mencakup masalah-masalah
yang jauh lebih luas dari HTN. Kecenderungan seperti ini tampak pula pada bagian-bagian

8
tertentu dari HAN itu sendiri, seperti kecenderungan Hukum Pajak yang cenderung untuk
menjadi ilmu yang mandiri, terlepas dari HAN.
Dengan demikian, HAN merupakan bagian dari hukum publik karena berisi peraturan
yang berkaitan dengan masalah-masalah umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah
kepentingan nasional, masyarakat dan negara. Kepentingan umum harus lebih didahulukan
daripada kepentingan individu, golongan dan kepentingan daerah dengan pengertian bahwa
kepentingan perseorangan harus dilindungi secara seimbang, sehingga pada akhirnya akan
tercapai tujuan negara dan pemerintahan seperti tertera dengan jelas dalam pembukaan UUD
1945 yang berbunyi: “…… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial…”.
Hukum administrasi berisi peraturan-peraturan yang menyangkut “administrasi”.
Administrasi sendiri berarti “bestuur” (pemerintah). Dengan demikian, hukum administrasi
(administratief recht) dapat juga disebut dengan hukum tata pemerintahan (bestuursrecht).
Pemerintah (bestuur) juga dipandang sebagai fungsi pemerintahan (bestuursfunctie) yang
merupakan penguasa yang tidak termasuk pembentukan UU dan peradilan.
Hukum Administrasi Negara merupakan salah satu cabang atau bagian dari hukum
yang khusus. Dalam studi Ilmu Administrasi, mata kuliah Hukum Administrasi Negara
merupakan bahasan khusus tentang salah satu aspek dari administrasi, yakni bahasan
mengenai aspek hukum dari administrasi Negara. Sedangkan dikalangan PBB dan
kesarjanaan internasional, Hukum Administrasi Negara diklasifikasi baik dalam golongan
ilmu-ilmu hukum maupun dalam ilmuilmu administrasi.
Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana.
Hukum administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-Juridisch Zakboekje h.
B3/4). Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam memberikan izin penguasa memperhatikan
segi-segi keamanan dari bangunan yang direncanakan. Dalam hal demikian, pemerintah
menentukan syarat-syarat keamanan. Disamping itu bagi yang tidak mematuhi ketentuan-
ketentuan tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins mengemukakan
bahwa “hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in cauda venenum
dengan sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di
ekor/buntut).
Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam Hukum Privat dan Hukum Publik. Hukum
Privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu
dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Sedangkan Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan
(warga negara), yang termasuk dalam hukum publik ini salah satunya adalah Hukum
Administrasi Negara.
Hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain
lapangan pekerjaan administrasi negara diatur dalam HTN, Hukum Privat dsbnya. Pengertian
HAN tidak identik dengan pengertian “hukum yang mengatur pekerjaan administrasi

9
negara”. Maka dapat dikatakan bahwa HAN adalah suatu sub sistem dari Administrasi
Negara.

2. Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara

Sumber hukum pada umumnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi kaidah
hukum. Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam
pergaulan masyarakat dari peristiwa-peristiwa itu dapat mempengaruhi bahkan
menentukan sikap manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut diberi penilaian oleh
masyarakat dan penilaian itu akan menjadi petunjuk hidup yang diterima
masyarakat dan diberi perlindungan oleh pemerintah.
b. Sumber hukum formal yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk tertentu.
Agar berlaku umum, suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga pemerintah dapat
mempertahankannya. Penilaian dan penghargaan manusia terhadap petunjuk
hidup itu dipositifkan sehingga akhirnya dijadikan hukum positif.
Sumber hukum formal hukum administrasi negara menurut Utrectht adalah:
a. Undang-undang (hukum administrasi negara tertulis).
b. Praktek administrasi negara (hukum administrasi negara yang merupakan
kebiasaan).
c. Yurisprudensi adalah ajaran hukum melalui peradilan.
d. Pendapat para ahli hukum administrasi negara.

Hukum administrasi negara belum dikodifikasi sebagaimana hukum perdata, hukum


pidana maupun hukum dagang karena:
1. Peraturan-peraturan dalam bidang administrasi negara lebih cepat berubah bila
dibandingkan dengan hukum perdata, hukum pidana dan hukum dagang, bahkan
perubahan itu kadang-kadang secara mendadak.
2. Pembentukan hukum administrasi negara tidak berada dalam satu tangan, melainkan
banyak pejabat administrasi negara yang dapat membuat peraturan. Contoh: Di
Indonesia, selain presiden dan DPR yang berwenang membuat UU, masih terdapat lagi
lembaga/pejabat ekskutif yang dapat membuat peraturan perundang-undangan yang
lain, misalnya:
a. Menteri mengeluarkan surat keputusan, intruksi dan lain-lain.
b. Gubernur mengeluarkan peraturan daerah.
c. Dirjen mengeluarkan surat keputusan dan lain-lain.

10
3. Asas-Asas Hukum Administrasi Negara

Dengan adanya kebebasan bertindak pada alat administrasi negara maka tidak jarang
terjadi perbuatan alat administrasi negara tersebut menyimpang dari peraturan hukum yang
berlaku yang terdetensinya dapat menimbulkan kerugian pada pihak administribale.
Sehubungan dengan ini, guna meningkatkan perlindungan hukum bagi penduduk, maka
untuk penyelenggarakan tata pemerintahan di Indonesia harus di pedomi dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik, yang terdiri dari:

1. Asas kepastian hukum

Menurut Prof. Van der Pot menyatakan bahwa untuk sahnya suatu ketetapan
administratip, harus memenuhi persyaratan yang bersifat materil dan persyaratan yang
bersifat formil. Persyaratan materil yakni persyaratan yang berhubungan dengan kewenangan
bertindak, meliputi:
a. Alat negara yang membuat ketetapan harus berwenang
b. Dalam kehendak alat negara yang membuat ketetapan tidak boleh ada kekurangan yuridis
c. Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu
d. Ketetapan harus dapat dilakukan, dan tanpa melanggar peraturan peraturan lain, menurut
“isi dan tujuan” sesuai dengan peraturan yang menjadi dasar ketetapan itu.

Sedangkan persyaratan formil yakni persyaratan yang berhubungan dengan bentuk


dari ketetapan itu sendiri, yaitu meliputi:
a. Syarat syarat yang di tentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan
berhubungan dengan cara dibuatnya ketetapan, harus dipenuhi
b. Ketetapan harus diberi bentuk yang ditentukan
c. Syarat-syarat yang di tentukan berhubung dengan dibuatnya ketetapan harus dipenuhi
d. Jangka waktu ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya
ketetapan dan diumumkannya ketetapan itu tidak boleh dilewati.
Apabila ketetapan itu telah memenuhi persyaratan seperti tersebut, maka ketetapan itu
sudah sah dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak administrabele negara
dalam membuat ketetapan tersebut. Hal ini perlu kepastian hukum serta perlindungan pihak
administrable dari tindakan penguasa.

2. Asas keseimbangan
Dalam asas ini dinyatakan bahwa antara tindakan-tindakan disiplin yang di jatuhkan
oleh atasan dan kelalaian yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri harus proporsional
atau sebanding/seimbang.

3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan


Yang dimaksud asas ini, bahwa hendaknya alat administrasi negara terhadap kasus
kasus yang faktanya sama diambil tindakan-tindakan yang sama pula.

4. Asas bertindak cermat

11
Asas ini menghendaki bahwa pemerintahan harus bertindak hati-hati agar tidak
menimbulkan kerugian bagi warga masyarakatnya.

5. Asas motivasi
Yang dimaksud dengan asas ini adalah bahwa setiap keputusan badan badan
pemerintah harus mempunyai motivasi/alasan yang cukup sebagai dasar keputusan tersebut
dan dituntut agar motivasi itu benar dan jelas dengan adanya motivasi tersebut diharapkan
pihak administrable memperoleh pengertian yang cukup jelas atas keputusan yang ditujukan
kepadanya, sehingga apabila tidak menerima keputusan itu dapat mengambil alasan untuk
naik badan guna mencari dan memperoleh keadilan.

6. Asas larangan mencampur adukan kewenangan


Asas ini menghendaki, apabila suatu instansi pemerintahan diberikan kekuasaan untuk
memberikan keputusan tentang suatu masalah maka kekuasaan ini tidak boleh dipergunakan
untuk maksud yang lain, kecuali maksud/tujuan diberikannya kekuasaan tersebut.

7. Asas permainan yang layak/asas perlakuan yang jujur


Yang dimaksud dengan asas ini, bahwa pemerintahan hendaknya memberi
kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk mencari kebenaran. Ini berarti
bahwa asas ini sangat menghargai instansi banding guna kesempatan bagi warga negara
untuk dapat mencari kebanaran dan keadilan.

8. Asas keadilan atau kewajaran


Prinsip ini menyatakan bahwa bertindak secara sewenang-wenang atau tidak layak
dilarang. Apabila aparat pemerintahan bertindak bertentangan dengan asas ini, keputusannya
dapat dibatalkan.

9. Asas menanggapi penghargaan yang wajar


Salah satu prinsip HAN di Niderland adalah bahwa tidakan pemerintah itu harus
menimbulkan harapan-harapan pada penduduk. Oleh karenanya, didalam melakukan
tindakannya alat pemerintahan harus memperhatikan asas ini.

10. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal


Dalam suatu keputusan pemberhentian seorang pegawai negara dinyatakan batal oleh
Peradilan Kepegawaian maka instansi pemerintah tidak saja harus menerima kembali
pegawai yang diberhentikan itu, akan tetapi juga harus membayar semua kerugian yang
diderita oleh pegawai yang bersangkutan yang disebabkan karena pemberhentian tersebut.
Hal ini didasarkan atas asas pemulihan dalam hak-hak dan kedudukan semula atau asas
meniadakan suatu keputusan yang batal.

11. Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup


Atas ini menghendaki bahwa setiap pegawai negeri mempunyai hak atas kehidupan
pribadinya, dan pemerintah harus menghormati hak tersebut.

12. Asas kebijaksanaan


Asas ini menghendaki bahwa pemerintah dalam segala tindak tanduknya harus selalu
berpandangan dapat menghubungkan dalam menghadapi tugasnya itu gejala-gejala
masyarakat yang harus dihadapinya serta pandai memperhitungkan lingkungan akibat-akibat
tindak pemerintahan itu dengan penglihatan yang jauh kedepan.

12
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum
Sebagai tindakan aktif dan positif dari pada tindak pemerintahan adalah
penyelenggarakan kepentingan umum ini merupakan tugas dari seluruh aparat pemerintahan.
Kepentingan umum meliputi kepentingan nasional dalam arti kepentingan bangsa,
masyarakat dan negara. Kepentingan harus diutamakan dari pada kepentingan individu,
kepentingan golongan dan kepentingan daerah. Meskipun demikian tidak berarti bahwa kita
tidak mengakui adanya kepentingan individu sebagai hakikat pribadi manusia, hanya saja
dalam penyelenggaraan kepentingan umum ini kepentingan individu dibatasi, sehingga tidak
berbatas asas “Jussuum cuiquetribuere” dimana kepada masing-masing orang diberikan
mutlak apa yang jadi haknya.

4. Fungsi Hukum Administrasi Negara

Adapun fungsi dari Hukum Administrasi Negara ini ialah :


a. Menjamin Kepastian Hukum
Menjamin kepastian hukum yang menyangkut masalah bentuk dari hukum.
b. Menjamin Keadilan Hukum
Keadilan hukum yang dimaksud adalah keadilan yang telah ditentukan oleh undang-
undang dan peraturan tertulis.
c. Hukum Administrasi Berfungsi Sebagai Pedoman dan Ukuran
Pedoman artinya sebagai petunjuk arah dari perilaku manusia yaitu perilaku yang
baik dan benar, ukuran maksudnya untuk menilai apakah pelaksanaan tersebut telah
dilaksanakan dengan benar atau tidak.

5. Operasional Hukum Administrasi Negara

Untuk melaksanakan tugas menciptakan kesejahteraan (bestuurzorg) tersebut, negara


melakukan kegiatan utama:

1. Membuat peraturan (regeling)
Merupakan ciri negara hukum, yaitu semua perilaku negara dalam penyelenggaraan
pemerintahan harus didasarkan pada hukum/peraturan perundangan.
Negara bisa disebut negara hukum (rechtstaat), menurut HD Van Wijk dan Willem
Konijbelt yang dikutip Ridwan, harus memenuhi prinsip-prinsip dari negara hukum:
a. Pemerintah berdasarkan Undang-Undang.
b. Hak-hak asasi
c. Pembagian Kekuasaan
d. Pengawasan Lembaga Kehakiman

Pandangan negara hukum tersebut didukung oleh seorang pakar yang bernama
J.B.J.M.ten Berge, parameter yang diajukan antara lain:
a. Asas Legalitas
b. Perlindungan Hak-Hak Asasi
c. Pemerintah terikat pada hukum
d. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum
e. Pengawasan oleh hakim yang merdeka

Akan tetapi, seperti yang dikemukakan oleh Sri Soemantri, bahwa tidak semua negara
yang mempunya konstitusi disebut negara hukum. Negara hukum yang dimaksud lebih

13
ditekankan pada sisi jiwa atau spirit, yakni setiap gerakan negara harus berdasarkan undang-
undang yang ada. Montesquieu menyebutnya l’ esprit des lois.
Ciri-ciri hukum modern menurut Ulrich K Preus yang telah dikutip oleh Teubner
adalah: 
a. Memisahkan sisi antara moral dan legalitas (legalitas hukum harus dipisahkan dari
masalah moral, sebab hukum harus berdiri bebas di atas berbagai moral dari masing-
masing individu yang berbeda-beda)
b. Positivitas hukum (memberlakukan positivitas hukum yang mengikat masyarakat, harus
bersumber pada otoritas kewenangan lembaga)

Setiap peraturan mempunyai tingkatan hierarki, sebagaimana tertuang dalam Pasal 7


ayat 1 UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:
a. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-Undang/Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

2. Membuat keputusan (beschikking)
           Prinsipnya membuat peraturan dan membuat keputusan adalah sama-sama mengatur,
tetapi sisi yang berbeda adalah pada subtansi dan adresat (sasaran) yang dituju. Dalam
peraturan lebih bersifat abstrak karena masih kemungkinan dan dalam keputusan lebih
bersifat kongkrit karena pasti dan sudah terjadi.

3. Melakukan perbuatan materiil (materiele daad)


           Adalah perbuatan nyata yang dilakukan pemerintah, seperti wali kota/bupati
meresmikan pembuatan atau perbaikan jalan, presiden menerima tamu, dll.

Selain tiga tugas utama di atas, menurut Rasjid tugas-tugas negara lainnya
dikelompokkan dalam:
1. Fungsi pengaturan yang lazimnya dikenal sebagai fungsi regulasi dengan segala
bentuknya dimaksudkan sebagai usaha untuk menciptakan kondisi yang tepat sehingga
menjadi kondusif bagi berlangsungnya berbagai aktivitas, selain terciptanya tatanan sosial
yang baik di berbagai kehidupan masyarakat.
2. Fungsi pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat.

Menurut pasal 2 UU pelayanan publik, janji negara dalam memberikan pelayanan


berupa:
a. Kepentingan Umum
b. Kepastian Hukum
c. Kesamaan Hak
d. Keseimbangan Hak dan Kewaiban
e. Keprofesional
f. Partisipatif
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. Keterbukaan
i. Akuntabilitas

14
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
k. Ketepatan Waktu
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

3. Fungsi pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat dan pembangunan


terciptanya kemakmuran dalam masyarakat. Dalam fungsi pemberdayaan ini, negara
berusaha menciptakan sarana dan prasarana baik materiil maupun imateriil yang sifatnya
mendukung kemandirian masyarakat.
          

Dalam penyelenggaran fungsi dan tugas negara untuk menciptakan kesejahteraan


rakyat, ada beberapa model/pola operasi yang digunakan, antara lain:
1. Operasi langsung (direct operation)
Pemerintah langsung aktif melakukan kegiatan, misal pelaksanaan program KB.
2. Pengendalian Langsung (direct control)
Langkah pemerintah diwujudkan dalam bentuk penggunaan perizinan, lisensi, penjatahan,
dll.
3. Pengendalian tak langsung (indirect control)
Lewat peraturan perundang-undangan yang ada, pemerintah dapat menetapkan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk terlaksananya suatu kegiatan tertentu.
4. Pemengaruh Langsung (direct influence)
Intervensi yang dilakukan dengan cara persuasive, pendekatan, ataupun nasihat agar
masyarakat mau mengikuti pemerintah.
5. Pemengaruh tak langsung (indirect influence)
Merupakan bentuk involment yang paling ringan, tetapi tujuannya tetap untuk menggiring
masyarakat mengikuti pemerintah.

6. Hubungan HAN dengan Cabang Ilmu Hukum Lainnya

A. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara


Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali
mempekenalkan ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang tumbuh
langsung berdasarkan keputusan-keputusan alat perlengkapan Negara berdasarkan praktik
kenegaraan sehari-hari.
Maksudnya, keputusan raja dalam menyelesaikan sengketa antara pejabat dengan
rakyat merupakan kaidah Hukum Administrasi Negara.Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa
Hukum Administrasi Negara merupakan aanhangsel (embel-embel atau tambahan) dari
hukum tata negara. Sementara Mr. Dr. Romeyn menyatakan bahwa Hukum Tata Negara
menyinggung dasar-dasar dari pada negara dan Hukum Administrasi Negara adalah
mengenai pelaksanaan tekniknya.
Pendapat Romeyn ini dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah
sejenis hukum yang melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan
sejalan dengan teori Dwi Praja dari Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas
(taakstelling) sedangkan Hukum Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang telah
ditentukan oleh Hukum Tata Negara (taakverwezenlijking).
Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah keseluruhan
peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan Negara dan menentukan kewenangan
alat-alat perlengkapan Negara tersebut, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah

15
keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun
rendah ketika alat-alat itu akan menggunakan kewenangan ketatanegaraan.
Pada pihak yang satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu kelompok
peraturan hukum yang mengadakan badan-badan kenegaraan, yang memberi wewenang
kepada badan-badan itu, yang membagi pekerjaan pemerintah serta memberi bagian-bagian
itu kepada masing-masing badan tersebut yang tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata
Negara menurut Oppenheim yaitu memperhatikan negara dalam keadaan tidak bergerak
(staat in rust).
Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok
ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah bila badan-
badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberi kepadanya oleh hukum tata negara
itu. Hukum Administrasi negara itu menurut Oppenheim memperhatikan negara dalam
keadaan bergerak (staat in beweging).
Tidak ada pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum administrasi.
Terhadap hukum tata Negara, hukum administrasi merupakan perpanjangan dari hukum tata
Negara. Hukum administrasi melengkapi hukum tata Negara, disamping sebagai hukum
instrumental (instrumenteel recht) juga menetapkan perlindungan hukum terhadap keputusan
– keputusan penguasa.
Yang menjadi sulit adalah ketika membicarakan distribusi kewenangan dari pejabat
administrasi negara, karena ketika kita menganalisis yang akan bertemu dengan teori steufen
bau des recht nya Hans Kelsen mau tidak mau kita akan melihat tata urutan perUUan mulai
dari Norma dasar (grundnorm) yg merupakan norma tertinggi sampai kepada norma yang
paling bawah dengan melakukan analisis sinkronisasi vertikal. Ketika membicarakan hal itu
semuanya akan menjadi abu-abu antar HAN dengan HTN. Akan tetapi mudahnya kita lihat
saja kalau ujung tombaknya HTN adalah Konstitusi, sementara Ujung tombaknya HAN
adalah kewenangan.
Ketika kita berbicara kewenangan kita akan membicarakan kedua konsep HAN yaitu
HAN HETERONOM ( bersumber pada UUD, Tap MPR, dan UU, yakni hukum yang
mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara) dan HAN OTONOM
( adalah hukum operasional yang dicipta oleh Pemerintah dan Administrasi Negara sendiri).
Ketika melihat kedua definisi tersebut maka dapat disimpulkan kalau HAN OTONOM
sebagai pengopersionalisasian kewenangan bersumber pada HAN HETERONOM.
HTN bisa dikatakan sebagai dasar dai HAN namun pada penyelenggaraan
pemerintahan HAN akan lebih luas daripada HTN karena HAN yang mempunyai
kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan akan mempunyai kebijakan-kebijakan lain,
beschiking dan freis ermesen yang akan digunakan untuk menjalankan pemerintahan sesuai
dengan amanat perUUan dan sesuai dengan asas-asas pemerintahan. Terkadang tindakan
pejabat administrasi negara secara sepihak diperlukan ketika keadaan mendesak dan perUUan
belum ada yang mengatur akan hal itu.

B. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana

Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai bahan pembantu
atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan sanksi pidana merupakan
satu sarana untuk menegakkan hukum tata pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan
hukum di dalam perundang-undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan
hukum Pidana. Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana memberi sanksi
istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat, maupun atas pelanggaran kaidah
hukum publik yang telah ada.

16
Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana.
Hukum administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-Juridisch Zakboekje h.
B3/4). Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam memberikan izin penguasa memperhatikan
segi-segi keamanan dari bangunan yang direncanakan. Dalam hal demikian, pemerintah
menentukan syarat-syarat keamanan. Disamping itu bagi yang tidak mematuhi ketentuan-
ketentuan tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins mengemukakan
bahwa “hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in cauda venenum
dengan sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di
ekor/buntut).

C. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata

Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa Hukum
Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang organisasi negara dan
hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini mempunyai dua asas yaitu pertama,
negara dan badan hukum publik lainnya dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum
perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis
derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu
bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi Negara maupun
oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi
negara sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai hukum
umum.
Oleh karena itu terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan
Hukum Perdata apabila:
a. Saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata
menjadi kaidah hukum Administrasi Negara
b. Badan Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh
hukum perdata
c. Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi negara maka
kasus itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi
Negara.

D. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara

Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga mempunyai berbagai


macam pengertian dan makna. Dimock dan Dimock, menyatakan bahwa sebagai suatu studi,
administrasi negara membahas setiap aspek kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk
melaksanakan hukum dan memberikan pengaruh pada kebijakan publik (public policy);
sebagai suatu proses, administrasi negara adalah seluruh langkah-langkah yang diambil
dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai suatu bidang kemampuan, administrasi negara
mengorganisasikan dan mengarahkan semua aktivitas yang dikerjakan orang-orang dalam
lembaga-lembaga publik.
Kegiatan administrasi negra tidak dapat dipisahkan dari kegiatan politik pemerintah,
dengan kata lain kegiatan-kegiatan administrasi negara bukanlah hanya melaksanakan
keputusan-keputusan politik pemerintah saja, melainkan juga mempersiapkan segala sesuatu
guna penentuan kebijaksanaan pemerintah, dan juga menentukan keputusan-keputusan
politik.

17
7. Sistematika Hukum Administrasi Negara

Dalam sistematika Ilmu Hukum, Hukum Administrasi Negara termasuk dalam hukum
publik dan merupakan bagian dari pada hukum Tata Negara. Dilihat dari sejarahnya sebelum
abad 19 Hukum Administrasi Negara menyatu dengan Hukum Tata Negara dan baru setelah
abad ke 19 Hukum Administrasi Negara berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu hukum
tersendiri.
Pada pertengahan abad 20 Hukum Administrasi Negara berkembang dengan pesat
sebagai akibat tuntutan timbulnya Negara hukum modern ( welfarestate ) yang
mengutamakan kesejahteraan rakyat. Hukum Administrasi Negara sebagai suatu disiplin
ilmiah tersendiri dapat dilihat dalam teori Residu dari Van Vallen Hoven yang membagi
seluruh materi hukum itu secara terperinsi sebagai berikut :

a. Hukum Tata Negara (materiil)


1) Pemerintahan
2) Peradilan
3) Kepolisian
b. Hukum Perdata ( materiil)
c. Hukum Pidana (materiil)
1) Hukum Pemerintahan
2) Hukum Peradilan
3) Peradilan Tata Negara
4) Hukum Acara Perdata
5) Hukum Acara Pidana
6) Hukum Peradilan Tata Usaha Negara

18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Hukum Administrasi Negara adalah suatu runtutan hukum yang mengandung aturan
tentang hubungan warga dengan badan hukum yang berada pada suatu Negara, sehingga
menimbulkan suatu pergerakan yang menyebabkan Negara tersebut berfungsi.
Adapun sumber-sumber dari Hukum Administrasi Negara adalah sumber hukum
materil dan sumber hukum formil. Sedangkan asas-asas yang berlaku pada Hukum
Administrasi Negara meliputi asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas kesamaan
dalam mengambil keputusan, asas bertindak cermat, asas motivasi, asas larangan mencampur
adukan kewenangan, asas permainan yang layak/asas perlakuan yang jujur, asas keadilan atau
kewajaran.
Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara sangatlah erat
dan tidak dapat terpisahkan antara satu dan yang lainnya. Sebagai bagian dari Hukum Tata
Negara, Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang menyebabkan suatu badan-
badan hukum yang dibentuk dalam Hukum Tata Negara itu dapat berfungsi. Jika Hukum Tata
Negara dikatakan sebagai “Negara dalam keadaan diam”, maka Hukum Adminstrasi Negara
merupakan “Negara dalam keadaan bergerak”.

19

Anda mungkin juga menyukai