Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

NI NYOMAN APRIANTI

019.04.0098

KELAS C SORE

U1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam cabang ilmu hukum, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut Hukum Administrasi
Negara. Misalnya ada yang menggunakan istilah Hukum Tata Pemerintahan, dan ada juga yang
menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara. Meskipun dalam ruang penyebutan istilah yang
berbeda, namun dalam perkembangan selanjutnya pemakaian istilah untuk bidang ilmu hukum ini
diganti lagi menjadi istilah Hukum Administrasi Negara, setelah sebelumnya sempat menggunakan
istilah Hukum Tata Pemerintahan pada tahun 1972 atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tanggal 30 Desember 1972 Nomor 198/U/1972 tentang pedoman kurikulum minimal.

Hukum Administrasi Negara ini menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan dan yang
memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas istimewa mereka (definisi
Logemann). Administrasi Negara diberi tugas mengatur kepentingan umum, misalnya kesehatan
masyarakat, pengajaran, dan lain-lain. Agar alat-alat perlengkapan Negara, dalam hal ini organ
Administrasi Negara dapat menjalankan tugas menyelenggarakan kesejahteraan umum secara baik,
maka Administrasi Negara memerlukan kemerdekaan untuk bertindak atas inisiatif sendiri terutama
dalam menyelesaikan masalah-masalah penting yang timbul dengan sekonyong-konyong, yang
peraturan penyelesaiannya belum ada, atau belum dibuat oleh badan legislatif. Kemerdekaan tersebut
disebut Freies Ermessen.

Maka dari itu, untuk dapat mengetahui deskripsi lengkap tentang Hukum Administrasi Negara, maka
kami akan mengungkap pembahasan tersebut di dalam makalah ini meliputi definisi, sumber-sumber,
asas-asas dari Hukum Administrasi Negara sekaligus hubungan antara pembahasan ini dengan Hukum
Tata Negara.
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Hukum Administrasi Negara?

2. Apa saja sumber-sumber dan asas-asas dari Hukum Administrasi Negara?

3. Bagaimana hubungan antara Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mampu memahami definisi Hukum Administrasi Negara.

2. Agar mampu memahami sumber-sumber serta asas-asas dari Hukum Administrasi Negara.

3. Agar mampu memahami hubungan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara adalah rangkaian aturan-aturan hukum yang harus diperhatikan oleh alat-
alat perlengkapan Negara di dalam menjalankan tugasnya. Terhadap perumusan ini banyak diajukan
keberatan-keberatan. Perlu diketahui bahwa Negara adalah suatu pengertian yang abstrak dan
berwujud suatu bada hukum. Maka sudah barang tentu perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan
alat-alat perlengkapan Negara sebagai organ suatu badan hukum sangat heterogen, tidak hanya
perbuatan-perbuatan dalam hukum publik saja, akan tetapi juga melakukan perbuatan-perbuatan dalam
hukum perdata, hukum dagang, dan sebagainya. Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai
rangkaian-rangkaian aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan
Negara menjalankan tugasnya.

Selain itu, ada beberapa pula pendapat lain tentang pengetian Hukum Administrasi Negara ini yang
dikemukakan para sarjana, yaitu sebagai berikut.

1. Hukum administrasi Negara adalah peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu hubungan
antara warga Negara dan pemerintahnya yang menjadi sebab hingga Negara itu berfungsi. (R. Abdoel
Djamali)

2. Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana Negara
sebagai penguasa menjalankan usaha-usaha untuk memenuhi tugasnya. (Kusumadi Poedjosewojo)

3. Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan,
akan kemungkinan para pejabat melakukan tugas mereka yang khusus. (E. Utrecht)

4. Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang harus diperhatikan oleh para penguasa
yang diserahi tugas pemerintahan dalam menjalankan tugasnya. (Van Apeldoorn)

5. Hukum administrasi Negara adalah hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara
jabatan-jabatan dalam Negara dengan para warga masyarakat. (Djokosutono)

Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1969, pengertian istilah Hukum Administrasi Negara oleh
G. Pringgodigdo, SH (dosen Universitas Indonesia) secara luas terdiri atas tiga unsur, yaitu:

Hukum Tata Pemerintahan, yakni Hukum Eksekutif atau Hukum Tata Pelaksanaan Undang-undang;
dengan perkataan lain, Hukum Tata Pemerintahan ialah hukum mengenai aktivitas-aktivitas kekuasaan
eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang).
Hukum Administrasi Negara dalam arti sempit, yakni hukum tata pengurusan rumah tangga Negara
(rumah tangga Negara dimaksudkan, segala tugas-tugas yang ditetapkan dengan undang-undang
sebagai urusan Negara), dan

Hukum Tata Usaha Negara, yaitu hukum mengenai surat-menyurat, rahasia dinas dan jabatan, kearsipan
dan dokumentasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyimpanan berita acara, pencatatan sipil,
pencatatan nikah, talak dan rujuk, publikasi dan penerbitan-penerbitan negara.

Kesimpulan dari definisi-definisi di atas bahwasanya Hukum Administrasi Negara adalah permasalahan
yang masih bersifat abstrak sehingga melahirkan berbagai macam definisi-definisi dari para ahli dan
pakar hukum di bidangnya. Secara kasat pengertian, terlihat jelas bahwa perbedaan dalam pendefinisian
menjadi corak utama yang terlihat di atas, tetapi pada dasarnya hal itu kembali pada pandangan pribadi
masing-masing yang sesuai dengan hasil risetnya. Jadi Hukum Administrasi Negara adalah gabungan
ketentuan yang mengikat badan hukum tinggi dan rendah sehingga dapat berjalan secara bersamaan
untuk melaksanakan kebijakan dalam mencapai tujuan.

B. Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara

Sumber hukum pada umumnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi kaidah hukum. Sumber
hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam pergaulan masyarakat dari peristiwa-peristiwa
itu dapat mempengaruhi bahkan menentukan sikap manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut diberi
penilaian oleh masyarakat dan penilaian itu akan menjadi petunjuk hidup yang diterima masyarakat dan
diberi perlindungan oleh pemerintah.

2. Sumber hukum formal yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk tertentu. Agar berlaku umum,
suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga pemerintah dapat mempertahankannya. Penilaian dan
penghargaan manusia terhadap petunjuk hidup itu dipositifkan sehingga akhirnya dijadikan hukum
positif.

Sumber hukum formal hukum administrasi negara menurut Utrectht adalah:

1. Undang-undang (hukum administrasi negara tertulis).

2. Praktek administrasi negara (hukum administrasi negara yang merupakan kebiasaan).

3. Yurisprudensi adalah ajaran hukum melalui peradilan.

4. Pendapat para ahli hukum administrasi negara.

Hukum administrasi negara belum dikodifikasi sebagaimana hukum perdata, hukum pidana maupun
hukum dagang karena:
1. Peraturan-peraturan dalam bidang administrasi negara lebih cepat berubah bila dibandingkan
dengan hukum perdata, hukum pidana dan hukum dagang, bahkan perubahan itu kadang-kadang secara
mendadak.

2. Pembentukan hukum administrasi negara tidak berada dalam satu tangan, melainkan banyak
pejabat administrasi negara yang dapat membuat peraturan. Contoh: Di Indonesia, selain presiden dan
DPR yang berwenang membuat UU, masih terdapat lagi lembaga/pejabat ekskutif yang dapat membuat
peraturan perundang-undangan yang lain, misalnya:

a. Menteri mengeluarkan surat keputusan, intruksi dan lain-lain.

b. Gubernur mengeluarkan peraturan daerah.

c. Dirjen mengeluarkan surat keputusan dan lain-lain.

C. Asas-Asas Hukum Administrasi Negara

Dengan adanya kebebasan bertindak pada alat administrasi negara maka tidak jarang terjadi perbuatan
alat administrasi negara tersebut menyimpang dari peraturan hukum yang berlaku yang terdetensinya
dapat menimbulkan kerugian pada pihak administribale. Sehubungan dengan ini, guna meningkatkan
perlindungan hukum bagi penduduk, maka untuk penyelenggarakan tata pemerintahan di Indonesia
harus di pedomi dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, yang terdiri dari:

1. Asas kepastian hukum

Menurut Prof. Van der Pot menyatakan bahwa untuk sahnya suatu ketetapan administratip, harus
memenuhi persyaratan yang bersifat materil dan persyaratan yang bersifat formil. Persyaratan materil
yakni persyaratan yang berhubungan dengan kewenangan bertindak, meliputi:

a. Alat negara yang membuat ketetapan harus berwenang

b. Dalam kehendak alat negara yang membuat ketetapan tidak boleh ada kekurangan yuridis

c. Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu

d. Ketetapan harus dapat dilakukan, dan tanpa melanggar peraturan peraturan lain, menurut “isi dan
tujuan” sesuai dengan peraturan yang menjadi dasar ketetapan itu.

Sedangkan persyaratan formil yakni persyaratan yang berhubungan dengan bentuk dari ketetapan itu
sendiri, yaitu meliputi:

a. Syarat syarat yang di tentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan
berhubungan dengan cara dibuatnya ketetapan, harus dipenuhi

b. Ketetapan harus diberi bentuk yang ditentukan


c. Syarat-syarat yang di tentukan berhubung dengan dibuatnya ketetapan harus dipenuhi

d. Jangka waktu ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya ketetapan dan
diumumkannya ketetapan itu tidak boleh dilewati.

Apabila ketetapan itu telah memenuhi persyaratan seperti tersebut, maka ketetapan itu sudah sah dan
dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak administrabele negara dalam membuat ketetapan
tersebut. Hal ini perlu kepastian hukum serta perlindungan pihak administrable dari tindakan penguasa.

2. Asas keseimbangan

Dalam asas ini dinyatakan bahwa antara tindakan-tindakan disiplin yang di jatuhkan oleh atasan dan
kelalaian yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri harus proporsional atau sebanding/seimbang.

3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan

Yang dimaksud asas ini, bahwa hendaknya alat administrasi negara terhadap kasus kasus yang faktanya
sama diambil tindakan-tindakan yang sama pula.

4. Asas bertindak cermat

Asas ini menghendaki bahwa pemerintahan harus bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian
bagi warga masyarakatnya.

5. Asas motivasi

Yang dimaksud dengan asas ini adalah bahwa setiap keputusan badan badan pemerintah harus
mempunyai motivasi/alasan yang cukup sebagai dasar keputusan tersebut dan dituntut agar motivasi itu
benar dan jelas dengan adanya motivasi tersebut diharapkan pihak administrable memperoleh
pengertian yang cukup jelas atas keputusan yang ditujukan kepadanya, sehingga apabila tidak menerima
keputusan itu dapat mengambil alasan untuk naik badan guna mencari dan memperoleh keadilan.

6. Asas larangan mencampur adukan kewenangan

Asas ini menghendaki, apabila suatu instansi pemerintahan diberikan kekuasaan untuk memberikan
keputusan tentang suatu masalah maka kekuasaan ini tidak boleh dipergunakan untuk maksud yang
lain, kecuali maksud/tujuan diberikannya kekuasaan tersebut.

7. Asas permainan yang layak/asas perlakuan yang jujur

Yang dimaksud dengan asas ini, bahwa pemerintahan hendaknya memberi kesempatan yang seluas-
luasnya kepada warga negara untuk mencari kebenaran. Ini berarti bahwa asas ini sangat menghargai
instansi banding guna kesempatan bagi warga negara untuk dapat mencari kebanaran dan keadilan.

8. Asas keadilan atau kewajaran


Prinsip ini menyatakan bahwa bertindak secara sewenang-wenang atau tidak layak dilarang. Apabila
aparat pemerintahan bertindak bertentangan dengan asas ini, keputusannya dapat dibatalkan.

9. Asas menanggapi penghargaan yang wajar

Salah satu prinsip HAN di Niderland adalah bahwa tidakan pemerintah itu harus menimbulkan harapan-
harapan pada penduduk. Oleh karenanya, didalam melakukan tindakannya alat pemerintahan harus
memperhatikan asas ini.

10. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal

Dalam suatu keputusan pemberhentian seorang pegawai negara dinyatakan batal oleh Peradilan
Kepegawaian maka instansi pemerintah tidak saja harus menerima kembali pegawai yang diberhentikan
itu, akan tetapi juga harus membayar semua kerugian yang diderita oleh pegawai yang bersangkutan
yang disebabkan karena pemberhentian tersebut. Hal ini didasarkan atas asas pemulihan dalam hak-hak
dan kedudukan semula atau asas meniadakan suatu keputusan yang batal.

11. Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup

Atas ini menghendaki bahwa setiap pegawai negeri mempunyai hak atas kehidupan pribadinya, dan
pemerintah harus menghormati hak tersebut.

12. Asas kebijaksanaan

Asas ini menghendaki bahwa pemerintah dalam segala tindak tanduknya harus selalu berpandangan
dapat menghubungkan dalam menghadapi tugasnya itu gejala-gejala masyarakat yang harus
dihadapinya serta pandai memperhitungkan lingkungan akibat-akibat tindak pemerintahan itu dengan
penglihatan yang jauh kedepan.

13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum

Sebagai tindakan aktif dan positif dari pada tindak pemerintahan adalah penyelenggarakan kepentingan
umum ini merupakan tugas dari seluruh aparat pemerintahan. Kepentingan umum meliputi kepentingan
nasional dalam arti kepentingan bangsa, masyarakat dan negara. Kepentingan harus diutamakan dari
pada kepentingan individu, kepentingan golongan dan kepentingan daerah. Meskipun demikian tidak
berarti bahwa kita tidak mengakui adanya kepentingan individu sebagai hakikat pribadi manusia, hanya
saja dalam penyelenggaraan kepentingan umum ini kepentingan individu dibatasi, sehingga tidak
berbatas asas “Jussuum cuiquetribuere” dimana kepada masing-masing orang diberikan mutlak apa
yang jadi haknya.

D. Hubungan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara

Sebagai bagian dari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara tentu memiliki hubungan erat
dengan hukum yang mengatur tentang pembentukan bidang-bidang dalam sebuah Negara tersebut. Jika
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur pembentukan badan-badan Negara tingkat pusat
maupun daerah, maka Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang menjadikan sebab suatu tatanan
Negara tersebut berfungsi. Jika Hukum Tata Negara selain membentuk badan-badan Negara juga
membagi kekuasaan pada badan tersebut, maka Hukum Administrasi Negara adalah yang mengatur
hubungan warga Negara dengan badan-badan Negara tersebut.

Dalam hal objek hukum pun, sebenarnya hukum ini memiliki objek hukum yang berbeda. Jika pada
Hukum Tata Negara objek hukumnya adalah Negara itu sendiri, maka dalam Hukum Administrasi Negara
objek hukumnya adalah pemegang jabatan dalam negara itu atau alat-alat perlengkapan negara dan
warga masyarakat. Tetapi ada pula pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya objek Hukum
Administrasi Negara adalah sama dengan objek Hukum Tata Negara, yaitu negara (pendapat Soehino,
S.H.). Pendapat demikian dilandasi alasan bahwa Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara
sama-sama mengatur negara. Namun, kedua hukum tersebut berbeda, yaitu Hukum Administrasi
Negara mengatur negara dalam keadaan bergerak, sedangkan Hukum Tata Negara dalam keadaan diam.
Maksud dari istilah ”negara dalam keadaan bergerak” adalah nahwa negara tersebut dalam keadaan
hidup. Hal ini berarti bahwa jabatan-jabatan atau alat-alat perlengkapan negara yang ada pada negara
telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan fungsinya masing-masing. Istilah ”negara dalam
keadaan diam” berarti bahwa negara itu belum hidup sebagaimana mestinya. Hal ini berarti bahwa alat-
alat perlengkapan negara yang ada belum menjalankan fungsinya. Dari penjelasan tersebut dalam
ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara
sangatlah erat dan saling melengkapi satu sama lain. Jika salah satu diantara keduanya tidak ada atau
tidak berjalan sesuai dengan perannya masing-masing, maka dapat dipastikan bahwa sebuah Negara itu
akan menjadi objek hukum yang pasif.

E. Hubungan HAN dengan Cabang Ilmu Hukum Lainnya

1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara

Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali mempekenalkan ilmu hukum
administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang tumbuh langsung berdasarkan keputusan-keputusan alat
perlengkapan Negara berdasarkan praktik kenegaraan sehari-hari.

Maksudnya, keputusan raja dalam menyelesaikan sengketa antara pejabat dengan rakyat merupakan
kaidah Hukum Administrasi Negara.Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara
merupakan aanhangsel (embel-embel atau tambahan) dari hukum tata negara. Sementara Mr. Dr.
Romeyn menyatakan bahwa Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari pada negara dan Hukum
Administrasi Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya.

Pendapat Romeyn ini dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah sejenis hukum yang
melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan sejalan dengan teori Dwi Praja
dari Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas (taakstelling) sedangkan Hukum
Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara
(taakverwezenlijking).

Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah keseluruhan peraturan hukum
yang membentuk alat perlengkapan Negara dan menentukan kewenangan alat-alat perlengkapan
Negara tersebut, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat
alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun rendah ketika alat-alat itu akan menggunakan
kewenangan ketatanegaraan.

Pada pihak yang satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu kelompok peraturan hukum yang
mengadakan badan-badan kenegaraan, yang memberi wewenang kepada badan-badan itu, yang
membagi pekerjaan pemerintah serta memberi bagian-bagian itu kepada masing-masing badan tersebut
yang tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata Negara menurut Oppenheim yaitu memperhatikan
negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in rust).

Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok ketentuan-ketentuan yang
mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah bila badan-badan itu menggunakan wewenangnya
yang telah diberi kepadanya oleh hukum tata negara itu. Hukum Administrasi negara itu menurut
Oppenheim memperhatikan negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging).

Tidak ada pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum administrasi. Terhadap hukum tata
Negara, hukum administrasi merupakan perpanjangan dari hukum tata Negara. Hukum administrasi
melengkapi hukum tata Negara, disamping sebagai hukum instrumental (instrumenteel recht) juga
menetapkan perlindungan hukum terhadap keputusan – keputusan penguasa.

Yang menjadi sulit adalah ketika membicarakan distribusi kewenangan dari pejabat administrasi negara,
karena ketika kita menganalisis yang akan bertemu dengan teori steufen bau des recht nya Hans Kelsen
mau tidak mau kita akan melihat tata urutan perUUan mulai dari Norma dasar (grundnorm) yg
merupakan norma tertinggi sampai kepada norma yang paling bawah dengan melakukan analisis
sinkronisasi vertikal. Ketika membicarakan hal itu semuanya akan menjadi abu-abu antar HAN dengan
HTN. Akan tetapi mudahnya kita lihat saja kalau ujung tombaknya HTN adalah Konstitusi, sementara
Ujung tombaknya HAN adalah kewenangan.

Ketika kita berbicara kewenangan kita akan membicarakan kedua konsep HAN yaitu HAN HETERONOM
( bersumber pada UUD, Tap MPR, dan UU, yakni hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi
administrasi negara) dan HAN OTONOM ( adalah hukum operasional yang dicipta oleh Pemerintah dan
Administrasi Negara sendiri). Ketika melihat kedua definisi tersebut maka dapat disimpulkan kalau HAN
OTONOM sebagai pengopersionalisasian kewenangan bersumber pada HAN HETERONOM.

HTN bisa dikatakan sebagai dasar dai HAN namun pada penyelenggaraan pemerintahan HAN akan lebih
luas daripada HTN karena HAN yang mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan akan
mempunyai kebijakan-kebijakan lain, beschiking dan freis ermesen yang akan digunakan untuk
menjalankan pemerintahan sesuai dengan amanat perUUan dan sesuai dengan asas-asas pemerintahan.
Terkadang tindakan pejabat administrasi negara secara sepihak diperlukan ketika keadaan mendesak
dan perUUan belum ada yang mengatur akan hal itu.

2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana

Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai bahan pembantu atau “hulprecht”
bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan sanksi pidana merupakan satu sarana untuk
menegakkan hukum tata pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan hukum di dalam
perundang-undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan hukum Pidana. Sedangkan E.
Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana memberi sanksi istimewa baik atas pelanggaran kaidah
hukum privat, maupun atas pelanggaran kaidah hukum publik yang telah ada.

Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana. Hukum administrasi
dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-Juridisch Zakboekje h. B3/4). Sebagai contoh Izin
Bangunan. Dalam memberikan izin penguasa memperhatikan segi-segi keamanan dari bangunan yang
direncanakan. Dalam hal demikian, pemerintah menentukan syarat-syarat keamanan. Disamping itu
bagi yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana.
W.F. Prins mengemukakan bahwa “hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in
cauda venenum dengan sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti ada racun
di ekor/buntut).

3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata

Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa Hukum Administrasi Negara
itu merupakan hukum khusus hukum tentang organisasi negara dan hukum perdata sebagai hukum
umum. Pandangan ini mempunyai dua asas yaitu pertama, negara dan badan hukum publik lainnya
dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum
perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus
mengesampingkan hukum umum, yaitu bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum
Administrasi Negara maupun oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum
Administrasi negara sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai
hukum umum.

Oleh karena itu terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata
apabila:

a. Saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata menjadi kaidah hukum
Administrasi Negara

b. Badan Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh hukum perdata

c. Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi negara maka kasus itu diselesaikan
berdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Negara.

4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara


Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga mempunyai berbagai macam pengertian dan
makna. Dimock dan Dimock, menyatakan bahwa sebagai suatu studi, administrasi negara membahas
setiap aspek kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk melaksanakan hukum dan memberikan
pengaruh pada kebijakan publik (public policy); sebagai suatu proses, administrasi negara adalah seluruh
langkah-langkah yang diambil dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai suatu bidang kemampuan,
administrasi negara mengorganisasikan dan mengarahkan semua aktivitas yang dikerjakan orang-orang
dalam lembaga-lembaga publik.

Kegiatan administrasi negra tidak dapat dipisahkan dari kegiatan politik pemerintah, dengan kata lain
kegiatan-kegiatan administrasi negara bukanlah hanya melaksanakan keputusan-keputusan politik
pemerintah saja, melainkan juga mempersiapkan segala sesuatu guna penentuan kebijaksanaan
pemerintah, dan juga menentukan keputusan-keputusan politik.

5. Sistematika Hukum Administrasi Negara

Dalam sistematika Ilmu Hukum, Hukum Administrasi Negara termasuk dalam hukum publik dan
merupakan bagian dari pada hukum Tata Negara. Dilihat dari sejarahnya sebelum abad 19 Hukum
Administrasi Negara menyatu dengan Hukum Tata Negara dan baru setelah abad ke 19 Hukum
Administrasi Negara berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu hukum tersendiri.

Pada pertengahan abad 20 Hukum Administrasi Negara berkembang dengan pesat sebagai akibat
tuntutan timbulnya Negara hukum modern ( welfarestate ) yang mengutamakan kesejahteraan rakyat.
Hukum Administrasi Negara sebagai suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat dilihat dalam teori Residu dari
Van Vallen Hoven yang membagi seluruh materi hukum itu secara terperinsi sebagai berikut :

a. Hukum Tata Negara (materiil)

1) Pemerintahan

2) Peradilan

3) Kepolisian

b. Hukum Perdata ( materiil)

c. Hukum Pidana (materiil)

1) Hukum Pemerintahan

2) Hukum Peradilan

3) Peradilan Tata Negara

4) Hukum Acara Perdata

5) Hukum Acara Pidana


6) Hukum Peradilan Tata Usaha Negara

F. Fungsi Hukum Administrasi Negara

1. Menjamin Kepastian Hukum

Menjamin kepastian hukum yang menyangkut masalah bentuk dari hukum.

2. Menjamin Keadilan Hukum

Keadilan hukum yang dimaksud adalah keadilan yang telah ditentukan oleh undang-undang dan
peraturan tertulis.

3. Hukum Administrasi Berfungsi Sebagai Pedoman dan Ukuran

Pedoman artinya sebagai petunjuk arah dari perilaku manusia yaitu perilaku yang baik dan benar,
ukuran maksudnya untuk menilai apakah pelaksanaan tersebut telah dilaksanakan dengan benar atau
tidak.

G. Operasional Hukum Administrasi Negara

Untuk melaksanakan tugas menciptakan kesejahteraan (bestuurzorg) tersebut, negara melakukan


kegiatan utama:

1. Membuat peraturan (regeling)

Merupakan ciri negara hukum, yaitu semua perilaku negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
harus didasarkan pada hukum/peraturan perundangan.

Negara bisa disebut negara hukum (rechtstaat), menurut HD Van Wijk dan Willem Konijbelt yang dikutip
Ridwan, harus memenuhi prinsip-prinsip dari negara hukum:

a. Pemerintah berdasarkan Undang-Undang.

b. Hak-hak asasi

c. Pembagian Kekuasaan

d. Pengawasan Lembaga Kehakiman

Pandangan negara hukum tersebut didukung oleh seorang pakar yang bernama J.B.J.M.ten Berge,
parameter yang diajukan antara lain:

a. Asas Legalitas
b. Perlindungan Hak-Hak Asasi

c. Pemerintah terikat pada hukum

d. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum

e. Pengawasan oleh hakim yang merdeka

Akan tetapi, seperti yang dikemukakan oleh Sri Soemantri, bahwa tidak semua negara yang mempunya
konstitusi disebut negara hukum. Negara hukum yang dimaksud lebih ditekankan pada sisi jiwa atau
spirit, yakni setiap gerakan negara harus berdasarkan undang-undang yang ada. Montesquieu
menyebutnya l’ esprit des lois.

Ciri-ciri hukum modern menurut Ulrich K Preus yang telah dikutip oleh Teubner adalah:

a. Memisahkan sisi antara moral dan legalitas (legalitas hukum harus dipisahkan dari masalah moral,
sebab hukum harus berdiri bebas di atas berbagai moral dari masing-masing individu yang berbeda-
beda)

b. Positivitas hukum (memberlakukan positivitas hukum yang mengikat masyarakat, harus bersumber
pada otoritas kewenangan lembaga)

Setiap peraturan mempunyai tingkatan hierarki, sebagaimana tertuang dalam Pasal 7 ayat 1 UU No.12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:

a. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Undang-Undang/Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang

d. Peraturan Pemerintah

e. Peraturan Presiden

f. Peraturan Daerah Provinsi

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

2. Membuat keputusan (beschikking)

Prinsipnya membuat peraturan dan membuat keputusan adalah sama-sama mengatur, tetapi sisi
yang berbeda adalah pada subtansi dan adresat (sasaran) yang dituju. Dalam peraturan lebih bersifat
abstrak karena masih kemungkinan dan dalam keputusan lebih bersifat kongkrit karena pasti dan sudah
terjadi.
3. Melakukan perbuatan materiil (materiele daad)

Adalah perbuatan nyata yang dilakukan pemerintah, seperti wali kota/bupati meresmikan
pembuatan atau perbaikan jalan, presiden menerima tamu, dll.

Selain tiga tugas utama di atas, menurut Rasjid tugas-tugas negara lainnya dikelompokkan dalam:

1. Fungsi pengaturan yang lazimnya dikenal sebagai fungsi regulasi dengan segala bentuknya
dimaksudkan sebagai usaha untuk menciptakan kondisi yang tepat sehingga menjadi kondusif bagi
berlangsungnya berbagai aktivitas, selain terciptanya tatanan sosial yang baik di berbagai kehidupan
masyarakat.

2. Fungsi pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat.

Menurut pasal 2 UU pelayanan publik, janji negara dalam memberikan pelayanan berupa:

a. Kepentingan Umum

b. Kepastian Hukum

c. Kesamaan Hak

d. Keseimbangan Hak dan Kewaiban

e. Keprofesional

f. Partisipatif

g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif

h. Keterbukaan

i. Akuntabilitas

j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

k. Ketepatan Waktu

l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

3. Fungsi pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat dan pembangunan terciptanya


kemakmuran dalam masyarakat. Dalam fungsi pemberdayaan ini, negara berusaha menciptakan sarana
dan prasarana baik materiil maupun imateriil yang sifatnya mendukung kemandirian masyarakat.

Dalam penyelenggaran fungsi dan tugas negara untuk menciptakan kesejahteraan rakyat, ada
beberapa model/pola operasi yang digunakan, antara lain:

1. Operasi langsung (direct operation)


Pemerintah langsung aktif melakukan kegiatan, misal pelaksanaan program KB.

2. Pengendalian Langsung (direct control)

Langkah pemerintah diwujudkan dalam bentuk penggunaan perizinan, lisensi, penjatahan, dll.

3. Pengendalian tak langsung (indirect control)

Lewat peraturan perundang-undangan yang ada, pemerintah dapat menetapkan persyaratan-


persyaratan yang harus dipenuhi untuk terlaksananya suatu kegiatan tertentu.

4. Pemengaruh Langsung (direct influence)

Intervensi yang dilakukan dengan cara persuasive, pendekatan, ataupun nasihat agar masyarakat mau
mengikuti pemerintah.

5. Pemengaruh tak langsung (indirect influence)

Merupakan bentuk involment yang paling ringan, tetapi tujuannya tetap untuk menggiring masyarakat
mengikuti pemerintah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menarik kesimpulan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah suatu runtutan hukum yang
mengandung aturan tentang hubungan warga dengan badan hukum yang berada pada suatu Negara,
sehingga menimbulkan suatu pergerakan yang menyebabkan Negara tersebut berfungsi.

Adapun sumber-sumber dari Hukum Administrasi Negara adalah sumber hukum materil dan sumber
hukum formil. Sedangkan asas-asas yang berlaku pada Hukum Administrasi Negara meliputi asas
kepastian hukum, asas keseimbangan, asas kesamaan dalam mengambil keputusan, asas bertindak
cermat, asas motivasi, asas larangan mencampur adukan kewenangan, asas permainan yang layak/asas
perlakuan yang jujur, asas keadilan atau kewajaran.

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara sangatlah erat dan tidak dapat
terpisahkan antara satu dan yang lainnya. Sebagai bagian dari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi
Negara merupakan hukum yang menyebabkan suatu badan-badan hukum yang dibentuk dalam Hukum
Tata Negara itu dapat berfungsi. Jika Hukum Tata Negara dikatakan sebagai “Negara dalam keadaan
diam”, maka Hukum Adminstrasi Negara merupakan “Negara dalam keadaan bergerak”.

B. Saran

Dengan pemaparan yang cukup panjang ini, maka kiranya kita dapat mengambil sebagian ilmu baru
tentang Hukum Administrasi Negara yang jauh sebelum pembahasan ini tertulis tentu istilah ini
sangatlah asing ditelinga kita. Cukup sekian apa yang dapat kami sajikan kiranya ada kekurangan mohon
kritik dan sarannya dalam bentuk diskusi yang kemudian dapat kami jadikan sebagai rujukan pelengkap
dalam makalah revisi yang akan dibuat kemudian jika diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Telaah Kepustakaan Daliyo, J.B., Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: prenhallindo, 2001).

Hadisoeprapto, Hartono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, Cet. IV,
2000).

Kansil, C.S.T., Christien, S.T. Kansil, Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003).

Muchsan, SH, 1981, Peradilan Administrasi Negara, Liberty,Yogyakarta;

Muchsan, SH, 1982, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Liberty,Yogyakarta;

Phillipus M. Hadjon dkk, 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta;

Prajudi Atmosudirdjo, Prof. Dr. Mr., 1983, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta;

SF Marbun dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta;
Soetami, A. Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2001).

Sudarsono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991).

Yos Johan Utama , Hukum Administrasi Negara , BMP ADPU 4332 , Edisi 2 , 2016 , Universitas Terbuka.

Http://akucintahukum.blogspot.com/2011/08/pengertian-sumber-dan-objek-hukum.html, di akses pada


tanggal 04 April 2013.

http://www.landasanteori.com/2015/09/hukum-administrasi-negara-pengertian.html

http://pangeranarti.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-hukum-administrasi-negara.html

http://www.sumbbu.com/2016/05/mengenal-hukum-administrasi-negara-pengertian-kodifikasi-
sistematika-dan-sumber-HAN.html

Soal Essai

1. Freies Ermessen berasal dari kata frei artinya bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka. Freies artinya
orang yang bebas, tidak terikat, dan merdeka. Sedangkan Ermessen berarti mempertimbangkan,
menilai, menduga, dan memperkirakan. Jadi Freies ermessen merupakan kewenangan bebas yang
diberikan kepada pejabat pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik bagi warga
masyarakat, yang merupakan konsekuensi dari adanya konsep negara kesejahteraan (welfarestate) yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

Salah satu contoh " Freies Ermessen " yaitu Surat Edaran Walikota Bandarlampung, Herman HN, yang
terbit belum lama ini, mewajibkan setiap pemilik ruko ( rumah toko ) paling lama satu minggu, untuk
mengecat tokonya dengan warna cat yang seragam dan didepan rukonya juga diharuskan memasang
Ornament Lampung. Tetapi lebih dari sepekan kemudian, ternyata Surat Edaran Walikota
Bandarlampung itu , kurang diindahkan warga. Walaupun Herman HN , nampak kecewa, tapi dia tidak
bisa menjelaskan secara rinci sanksi bagi pemilik ruko yang telah mengabaikan surat edarannya ( Radar
lampung. 22 oktober 2010) Sepengetahuan saya ( mudah mudahan saya tidak salah ) , Surat Edaran
Walikota Bandarlampung tersebut, belum dilengkapi dengan ‘ Peraturan Daerah " sebagai payung
hukumnya. ujug ujug terbit Surat Edaran walikota , tanpa memiliki dasar hukum yang jelas. Sehingga
Ketika Walikota ditanya apa sanksi bagi pemilik usaha yang mengabaikan surat edarannya, Walikota
Herman HN, akan kesulitan menjawabnya. Surat edaran Walikota yang mengatur tentang pemasangan
ornament Lampung didepan setiap tempat usaha itu.

2. • Unsur dan ciri freies ermessen sebagai kebijakan meliputi 4 (empat) hal yaitu :

1) Apakah wewenang administrasi tertentu akan dipakai atau tidak;

2) Kapan wewenang administrasi akan dipakai;

3) Bagaimana wewenang administrasi akan dipakai;

4) Apa kriteria yang dipakai dalam penggunaan wewenang administrasi dalam menyelesaikan masalah.

3. A. Menurut UU Administrasi Pemerintahan AUPB terdiri dari 8 (delapan) asas sebagai berikut.

• Asas Kepastian Hukum

adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.

• Asas Kemanfaatan

adalah manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang antara:

(1) kepentingan individu yang satu dengan kepentingan individu yang lain;

(2) kepentingan individu dengan masyarakat;

(3) kepentingan Warga Masyarakat dan masyarakat asing;Â Â

(4) kepentingan kelompok masyarakat yang satu dan kepentingan kelompok masyarakat yang lain;

(5) kepentingan pemerintah dengan Warga Masyarakat;

(6) kepentingan generasi yang sekarang dan kepentingan generasi mendatang;

(7) kepentingan manusia dan ekosistemnya;

(8) kepentingan pria dan wanita

• Asas Ketidakberpihakan

adalah asas yang mewajibkan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak secara
keseluruhan dan tidak diskriminatif.

• Asas Kecermatan
adalah asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan pada
informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan
Keputusan dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang bersangkutan dipersiapkan
dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.

• Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan

adalah asas yang mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menggunakan
kewenangannya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan
pemberian kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan, dan/atau tidak
mencampuradukkan kewenangan.

• Asas Keterbukaan

adalah asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan akses dan memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

• Asas Kepentingan Umum

adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan umum  dengan    cara   Â
yang aspiratif, akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.

• Asas Pelayanan Yang Baik

adalah asas yang memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur dan biaya yang jelas, sesuai
dengan standar pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Menurut Bappenas Republik Indonesia, terdapat 14 prinsip yang menunjukkan tata kelola
pemerintahan yang baik atau good governance, yaitu : wawasan ke depan (visionary), keterbukaan dan
transparansi (openness and transparancy), partisipasi masyarakat (participation), akuntabilitas
(accountability), supremasi hukum (rule of law), demokrasi (democracy), profesionalisme dan
kompetensi (profesionalism and competency), daya tanggap (responsiveness), efisien dan efektif
(efficiency and effectiveness), desentralisasi (decentralization), kemitraan dengan dunia usaha swasta
dan masyarakat (private sector and civil society partnership), komitmen pada pengurangan kesenjangan
(commitment to reduce inequality), komitmen pada lingkungan hidup (commitment to environmental
protection), komitmen pada pasar yang fair, yaitu tidak ada monopoli, berkembangnya masyarakat, dan
kompetisi yang sehat (commitment to fair market).

4. HUBUNGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DENGAN HUKUM PERDATA

Menurut Paul Scolten,Hukum yang dapat dibedakan dari hukum perdata sebagai Hukum yang bersifat
Privat adalah Hukum tentang Organisasi kemasyarakatan,Misal: Hukum Konstitusionil.tetapi sepanjang
hukum Publik tidak mengadakan aturan yang lain,maka dimanapun hukum perdata itu berlaku umum.
Hukum administrasi negara merupakan hukum khusus tentang organisasi negara,sementara hukum
perdata merupakan hukum yang umum dan terdapat 2 asas yaitu :

Negara dan badan hukum publik lainnya dapat menggunakan peraturan dari hukum perdata,khususnya
hukum perjanjian.

Lex specialis derogant lex generalis (Aturan hukum yang khusus mengesampingkan aturan hukum
umum),maksudnya adalah bahwa apabila ada suatu peristiwa hukum diatur oleh Hukum administrasi
negara dan hukum perdata secara sekaligus,maka penyelesaian terhadap hal tersebut didasarkan
kepada hukum administrasi negara.

Menurut W.F Prins Hukum administrasi negara dapat dilengkapi oleh hukum perdata,atau hukum
perdata merupakan cadangan dari hukum administasi negara,karena lapangan hukum kedua hukum
tersebut berhubungan apabila :

Pada waktu terjadi adaptasi kaidah hukum perdata menjadi kaidah hukum administrasi negara.

Apabila badan administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasai oleh hukum perdata.

Apabila suatu kasus diatur oleh hukum perdata dan hukum administrasi negara,maka diselesaikan oleh
Hukum administrasi negara.

HUBUNGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DENGAN HUKUM PIDANA

Hubungan hukum administrasi negara dengan hukum pidana menurut pendapat para ahli hukum
diantaranya :

Menurut Prof.Van Khan dalam buku “Inleidingtot het rechtswatenacap” yang menyatakan bahwa ;
Hukum pidana pada dasarnya tidak membuat kaidah hukum baru,Hukum pidana tidak mengadakan
kewajiban hukum baru,namun kaidah hukum yang ada di dalam hukum perdata,hukum tata negara dan
hukum administrasi negara tetap dipertahankan dengan ancaman yang lebih berat.

Menurut Utrecht bahwa Hukum pidana memberi sanksi secara istimewa atas pelanggaran kaidah hukum
privat maupun hukum publik.

Hubungan hukum Administrasi negara dengan hukum pidana adalah dalam hal apabila ada kaidah
hukum administrasi negara yang di ulang kembali menjadi kaidah hukum pidana,atau apabila ada
pelanggaran kaidah hukum administrasi negara maka sanksinya terdapat dalam hukum pidana.

1. Sumber Hukum Materiil

Sumber hukum mareriil meliputi:

A. Sumber Hukum Sejarah Atau Historis

Dalam sumber hukum sejarah atau historis ini dibagi menjadi dua, yaitu;
- Tempat menemukan hukum pada saat-saat tertentu meliputi undang-undang, putusan hakim, serta
tulisan para ahli hukum

- Sebagai sumber dimana pembuat undang-undang mengambil bahan dalam membentuk peraturan
perundang-undangan, meliputi dokumen atau surat keterangan yang berkaitan dengan hukum pada
saat tertentu atau lampau, seperti system hukum Perancis, Belanda, atau system hukum Romawi

B. Sumber Hukum Sosiologis atau Antropologis

Pendekatan dengan kategori ini lebih menitikberatkan pada kondisi hukum yang sifatnya interdisipliner.
Hal ini berkaitan dengan aspek yang berhubungan dengan kehadiran hukum di masyarakat. Dengan kata
lain sumber hukum materiil jenis ini merepresentasikan kenyataan melalui keberadaan lembaga-
lembaga sosial, termasuk pandangan budaya, religi, dan psikologis masyarakat dimana hukum itu
terbentuk sacara otomatis.

C. Sumber Hukum Filosofis

Ada dua faktor penting yang menjadi sumber hukum secara filosofis yaitu;

- Tujuan hukum antara lain adalah untuk menciptakan keadilan, oleh karena itu hal-hal yang secara
filosofis dianggap adil dijadikan sebagai sumber hukum materiil, dengan kata lain sebagai sumber untuk
isi hukum yang adil.

- Sebagai sumber untuk menaati kewajiban terhadap hukum atau sebagai faktor-faktor yang mendorong
orang tunduk pada hukum. Diantara faktor-faktor tersebut adalah kekuasaan pemerintah/penguasa dan
kesadaran hukum masyarakat.

2. Sumber Hukum Formil

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sumber hukum formil adalah tempat atau sumber dari mana
suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum.

Beberapa sumber hukum formil Hukum Administrasi Negara yaitu;

A. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan perundang-undangan tercipta dalam konteks hukum positif tertulis yang dibuat, ditetapkan
atau di bentuk oleh pejabat yang berwenang yang berisi tingkah laku yang berlaku dan mengikat secara
umum. Kaitannya dengan ini suatu perundang-undangan menghasilkan peraturan yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut;
- Bersifat komprehensif / luas dan lengkap, merupakan kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan
terbatas

- Bersifat universal, diciptakan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan datang yang belum jelas
bentuk konkritnya. Oleh karenanya ia tidak dapat dirumuskan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa
tertentu saja.

- Bersifat memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri. Adalah lazim bagi suatu
peraturan mencantumkan klausul yang memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali.

B. Kebiasaan atau Praktek Tata Usaha Negara

Keputusan yang di keluarkan oleh alat administrasi negara dikenal sebagai keputusan Tata Usaha Negara
(beschikking). Dalam mengeluarkan keputusan atau ketetapan-ketetapan ini muncul praktek
administrasi negara yang melahirkan Hukum Administrasi Negara kebiasaan atau yang tidak tertulis. Hal
ini terjadi karena administrasi negara dapat mengambil tindakan-tindakan yang dianggap penting dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat, meskipun belum ada undang-undang ( hukum tertulis). Hukum
tidak tertulis atau kebiasaan atau praktek tata usaha negara inilah yang dapat menjadi sumber hukum
dalam arti formil.

C. Yurisprudensi

Dimaknai sebagai keputusan hakim terdahulu atau keputusan suatu badan peradilan terdahulu yang
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap kemudian diikuti oleh hakim yang lain secara terus
menerus pada kasus yang sama.

D. Doktrin

Dokrtin dipahami sebagai sebuah ajaran hukum atau pendapat para pakar atau ahli hukum yang
berpengaruh. Untuk menjadi sumber hukum formil doktrin memerlukan proses yang panjang. Doktrin
baru dapat dipakai sebagai sumber hukum apabila doktrin tersebut sudah diakui oleh umum.

5. Menurut Prins, ada empat macam Ketetapan Kilat: ketetapan yang berubah mengubah redaksi (teks)
ketetapan lama;

• Suatu Ketetapan Negatif;

• Penarikan atau pembatalan suatu ketetapan;

• Suatu pernyataan pelaksanaan (uitverbaarverklaring);

• Dispensasi, izin (vergunning), lisensi dan konsesi.


Syarat Sah, Batal dan Hapusnya Sebuah Keputusan Tata Usaha Negara

Harus dibuat oleh aparat yang berwenang;

Keputusan Tata Usaha Negara tidak mengalami kekurangan yuridis; ...

Tujuan ketetapan sama dengan tujuan yang mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai