Anda di halaman 1dari 27

PAPER ASAS-ASAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Politik Hukum Administrasi Negara

Nama Dosen : Prof. Dr. H. Zaidan Nawawi, M.Si

Disusun Oleh : Yeni Oktarina

NIM : 20150106

Mahasiswa : Pasca Sarjana Unisti Angkatan 28

Semester II

MANAJEMEN ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI PALEMBANG

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan


aktivitas perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara
keduanya. Di saat sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan public
menghadapi masalah yang fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi
kedudukan hukum administrasi negara menjadi satu keharusan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan penerapan good governance.

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem
penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, sedangkan dalam arti
sempit, SANRI adalah idiil Pancasila, Konstitusional – UUD 1945, operasional RPMJ
Nasional serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi dengan


faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam. Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas negara
diselenggarakan fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh Lembaga
Negara yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya.

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara merupakan bagian integral dari sistem


Penyelenggaraan negara. Operasionalisasi dari semua ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945
merupakan bagian yang sangat dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi,
yaitu pertama,hukum administrasi umum (allgemeem deel) , Yakni berkenaan dengan teori
teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi,tidak terikat
pada bidang-bidang tertentu , kedua hukum administrasi khusus (bijzonder deel) , yakni

2
hukum-hukum yang terkait dengan bidang-bidang pemerintahan tertentu seperti hukum
lingkungan, hukum tata ruang , hukum kesehatan dan sebagainya. Sekilas Tentang Negara
Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang
dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu , meskipun konsep Negara hukum dianggap
sebagai konsep universal. Secara embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh
plato.

Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu pertama, pemerintah
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum
yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum,bukan yang dibuat secara sewenang-
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah berkonstitusi
berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak rakyat,bukan berupa paksaan – tekanan
yang dilaksanakan pemerintah despotik.Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa konstitusi
meupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa yang dimaksudkan
dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Hukum Adminisrtasi Negara
2. Bagaimanakah letak Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia ?
3. Bagaimanakah hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu yang
lainnya?

C. Tujuan Penulisan

Paper ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Aplikasi
Metode Penelitian Administrasi Publik dan ingin lebih mengetahui serta mengkaji
tentang azas ilmu Hukum indonesia itu sendiri khususnya dalam sub materi azas hukum
administrasi negara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Administrasi Negara Dan Perkembangan Singkatnya

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara.

Hukum administrasi negara merupakan hukum yang mengatur segala tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat maupun tindakan-tindakan yang dilakukan
pejabat atau institusi satu ke institusi lainnya untuk menjalankan kepemerintahan, hukum
administrasi disebut juga hukum bergerak yang artinya segala sesuatu kegiatan yang dilakukan
oleh pejabat pemerintahan secara sempit maupun secara luas tunduk terhadap hukum
administrasi, dan dalam hal ini bebrapa pengertian menurut ephistimologi dan pengerti yang
diberikan oleh para ahli mengenai hukum administrasi negara secara sempit maupun secara luas.

a) Pengertian administrasi :

Menurut Prajudi Atmosudirdjo, administrasi dapat dipahami dalam dua pengertian :

a. Administrasi dalam pengertian sempit yaitu tata usaha ( office work). Contoh surat-menyurat.

b. Administrasi dalam pengertian luas dapat ditinjau dari tiga sudut yaitu:

 Administrasi sebagai proses dalam masyarakat


 Administrasi sebagai suatu jenis kegiatan manusia ( arti fungsional).
 Administrasi sebagai kelompok orang yang secara bersama-sama sedang menggerakkan
kegiatan-kegiatan diatas ( arti kepranataan/institusioanal).

4
b) Pengertian Administrasi Negara

Pengertian Administrasi Negara Menurut para ahli.

1) Van Vollenhoven mengartikan hukum Administrasi Negara akan meliputi seluruh


kegiatan negara dalam arti luas, jadi tidak hanya terbatas pada tugas pemerintah dalam
arti sempit saja, tetapi juga meliputi tugas peradilan,polisi, dan tugas membuat peraturan.

Menurut Van Vollenhoven Hukum Administrasi Negara dibagi dalam :

a. Bestuursrecht ( hukum pemerintahan),

b. Justitierecht (hukum peradilan),

c. Politierecht (hukum kepolisian), dan

d. Regelaarsrecht (hukum perundang-undangan).

Jadi menurut Van Vollenhoven dalam pendapatnya Hukum Administrasi Negara adalah
hukum tentang pendistribusiankekuasaan (fungsi-fungsi negara) kepada lembaga-
lembaga negara, dan hukum yang mengatur cara bekerjanya lembaga-lembaga tersebut
dalam menggunakan fungsi- fungsi yang telah diberikan (dalam HTN).

2) AM. Donner HAN lebih dispesifikan pada pemerintahan.


3) Prajudi Atmosudirdjo, HAN dapat dipahami dalam 2 katagori yaitu:
a. HAN heteronom, yaitu hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fugsi
administrasi negara,.
b. HAN otonom, yaitu hukum oprasional yang dibuat atau dibentuk oleh
pemerintah/administrasi negara itu sendiri.

5
4) Logemann mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari norma-
norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk memungkinkan
para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.”

5) Oppen Hein mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan
ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila
badan-badan itu menggunakan wewenagnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum
Tata Negara.”

Dari pengertian-pengertian para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwah


Hukum Adminstrasi Negara adalah:

1. Organisasi/institusi;

2. Bagaimana mengisi jabatan-jabatan dalam organisasi tersebut;

3. Bagaimana pemberian pelayanan dari aparatur pemerintah kepada masyarakat.

4. Bagaimana berlangsungnya kegiatan/ pelaksanaan tugas dari jabatan-jabatan tersebut.

6
Istilah-istilah yang berkaitan dengan HAN, antara lain: Hukum Administrasi
Negara,Hukum Tata usaha Negara, Hukum Tata pemerintahan, Hukum Pemerintahan, Hukum
Administrasi, Adminstratieve recht, dan bestuurrecht.

Akan tetapi Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih
belum ada kesepakatan atau kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh karena itu untuk
mendapatkan pemahaman yang cukup memadai maka dikemukakan batasan-batasan pengertian
Hukum Administrasi Negara.

Dari berbagai batasan pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut, maka dapat
disimpulakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang pengadministrasian
Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-peraturan di dalamnya serta
bagaiman menjalankan fungsi dan tugas pemerintahan tersebut dalam bidang kehidupan
masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.

2. Asas-asas Hukum Administrasi Negara

a. Asas yuridikitas (rechtmatingheid): yaitu bahwah setiap tindakan pejabat


administrasi negara tidak boleh melanggar hukum (harus sesuai dengan rasa keadilan
dan kepatutan).
b. Asas legalitas (wetmatingheid): yaitu bahwah setiap tindakan pejabat administrasi
negara harus ada dasar hukumnya (ada peraturan dasar yang melandasinya). Apalagi
indonesia adalah negara hukum, maka asas legalitas adalah hal yang paling utama
dalam setiap tindakan pemerintah.
c. Asas diskresi yaitu kebebasan dari seorang pejabat administrasi negara untuk
mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri tetapi tidak bertentangan
dengan legalitas.

7
3. Dasar hukum Administrasi Negara

DASAR HUKUM :

a. Pancasila
b. UUD 1945
c. TAP MPR
d. PERPU
e. PP
f. KEPPRES
g. PERMEN DAN KEPMEN
h. PERDA DAN KEPKADA
i. YURISPRODENSI
j. HUKUM TIDAK TERTULIS
k. HUKUM INTERNASIONAL
l. KEPTUN
m. DOKTRIN

4. Ruang lingkup Administrasi Negara

Isi dan ruang lingkup HAN secara tegas baru pada tahun 1926 diuraikan secara
konkrit oleh van vollenhoven. Setelah mengadakan peninjauan yang luas tentang
peninjauan yang luas tentang pembidangan hukum terutama dinegara-negara prancis,
jerman, dan amerika Van Vollenhoven telah menggambarkan suatu skema mengenai
tempat HAN didalam kerangka hukum seluruhnya.

Berdasarkan kesimpulan tersebut yang kemudian terkenal dengan sebutan


“Residu Theori “ Van Vollenhoven dalam skemanya itu menyajikan pembidangan
seluruh materi hukum sebagai berikut:

8
1. Staatsrecht (mwterieel/hukum Tata Negara) meliputi :
 bestuur (pemerintahan)
 rechtspark (peradilan)
 politie (kepolisian)
 regeling (perundang-undangan)

2. Burgelijikerecht (materieel/hukum perdata)

3. Starfrecht(materieel/hukum pidana)

Administrasi Negara /materil dan formil Hukum Administrasi Negara meliputi :

a. Bestuursrecht (hukum pemerintahan) yang meliputi :

1) Staatsrechterlijke rechtspleging (formil/staatsrecht/peradilan tata negara)


2) Administrative rechtspleging (formil) administratiefrecht (pradilan administrasi
negara)
3) Burgelijke rechtspleging/ hukum acara perdata
4) Strafrechtspleging/ hukum acara pidana

b. Politierecht (hukum kepolisian)

c. Regelaarsrecht (hukum proses perundang-undangan).

Fokus utama dalam memplajari HAN lebih mengutamakan kelanjutan dari


struktur negara (yang menjadi fokus dalam HTN),yaitu bagaimana berfungsinya
lembaga-lembaga negara dalam menjalankan apa yang menjadi fungsi, kewenagan, dan
tugas-tugasnya.

Tema-tema yang mendominasi dalam materi pelajaran HAN adalah hubungan


antara negara (khususnya pemeruntah) dengan warga negara (hubungan hukum pertikal
denganhukum publik).

9
5. Letak Hukum Administrasi Negara Dalam Sistimatika Ilmu Hukum

Ilmu Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem ilmiah dan merupakan
salah satu cabang ilmu Hukum yang lambat laun yang merupakan suatu displin hukum
tersendiri. Dengan memperlakukan hukum Administrasi negara sebagai suatu disiplin
ilmiah, maka kita menerima dua hal, yaitu:

a. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai objek dari studi dan


pendidikan ilmiah;
b. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai suatu kesatuan dari aturan
hukum tertentu yang memerlukan metode tersendiri.
6. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Pengetahuan lainnya

Hubungan Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu Lain :

a. Administrasi negara, sebagai salah satu cabang dari ilmu sosial, kehidupannya
berlangsung dalam suatu lingkungan sosial tertentu, sehingga perwujudan
aktivitasnya senantiasa berhubungan erat dengan berbagai cabang ilmu
sosial,khususnya dengan ilmu sejarah, antropologi budaya, ilmu ekonomi,
administrasiniaga, ilmu jiwa, sosiologi dan ilmu politik.
b. Perspektif administrasi negara akan lebih gampang diungkapkan Dengan
mempergunakan analisis sejarah dan antropologi budaya. Penggunaan analisis
antropologi budaya akan melengkapi analisis sejarah.
c. Ilmu ekonomi menyumbangkan analisis biaya dan manfaat, sedang
administrasi niaga menyumbangkan konsep PPBS dan makna Gerakan
Manajemen Ilmiah kepada administrasi negara. Sementara ilmu jiwa
membantu untuk memahami individu dalam situasi administrasi.
d. Sosiologi telah memberikan pambahasan yang mendalam mengenai birokrasi
dan kooptasi, yang merupakan hal-hal yang amat menonjol dalam studi
administrasi.

10
B. Letak Kedudukan Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia
1. Kedudukan Hukum Administrasi Negara

Keberadaan Hukum Administrasi Negara dalam suatu Negara sangatlah penting,


baik bagi administrasi Negara maupun masyarakat luas. Dengan adanya Hukum
Administrasi Negara, pihak administrasi Negara diharapkan dapat mengetahui batas-
batas dan hakekat kekuasaanya, tujuan dan sifat daripada kewajiban-kewajiban, juga
bagaiman bentuk-bentuk sanksinya bilamana mereka melakukan pelanggaran hukum.

Sedangkan dibagian yang lain, yakni bagi masyarakat, Hukum Administrasi


Negara merupakan perangkat norma-norma yang dapat digunakan untuk melindungi
kepentingan serta hak-hak mereka.

Seperti diketahui dalam ilmu hukum terdapat dua pembagian hukum, yaitu
Hukum Privat (Sipil) dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam hukum privat dan
publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur dan bersumber dari
kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat
perorangan tetapi ada pula yang bersifat umum. Hubungan hukum tersebut memerlukan
pembatasan yang jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban dari dan
terhadap siapa orang tersebut berhubungan.

Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya yang didalamnya termasuk Pidana, Hukum Tata Negara dan Hukum Tata
Pemerintahan (HAN). Pada mulanya, Hukum Administrasi Negara menjadi bagian dari
Hukum Tata Negara, tetapi karena perkembangan masyarakat dan studi hukum dimana
ada tuntutan akan munculnya kaidah-kaidah hukum baru dalam studi Hukum
Administrasi Negara maka lama kelamaan HAN menjadi lapangan studi sendiri, terpisah
bahkan mencakup masalah-masalah yang jauh lebih luas dari HTN. Kecenderungan
seperti ini tampak pula pada bagian-bagian tertentu dari HAN itu sendiri, seperti
kecenderungan Hukum Pajak yang cenderung untuk menjadi ilmu yang mandiri, terlepas
dari HAN.

11
Dengan demikian, HAN merupakan bagian dari hukum publik karena berisi
peraturan yang berkaitan dengan masalah-masalah umum. Kepentingan umum yang
dimaksud adalah kepentingan nasional, masyarakat dan negara. Kepentingan umum harus
lebih didahulukan daripada kepentingan individu, golongan dan kepentingan daerah
dengan pengertian bahwa kepentingan perseorangan harus dilindungi secara seimbang,
sehingga pada akhirnya akan tercapai tujuan negara dan pemerintahan seperti tertera
dengan jelas dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:

“…… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial…”

Hukum administrasi berisi peraturan-peraturan yang menyangkut “administrasi”.


Administrasi sendiri berarti “bestuur” (pemerintah). Dengan demikian, hukum
administrasi (administratief recht) dapat juga disebut dengan hukum tata pemerintahan
(bestuursrecht). Pemerintah (bestuur) juga dipandang sebagai fungsi pemerintahan
(bestuursfunctie) yang merupakan penguasa yang tidak termasuk pembentukan UU dan
peradilan.

Hukum Administrasi Negara merupakan salah satu cabang atau bagian dari
hukum yang khusus. Dalam studi Ilmu Administrasi, mata kuliah Hukum Administrasi
Negara merupakan bahasan khusus tentang salah satu aspek dari administrasi, yakni
bahasan mengenai aspek hukum dari administrasi Negara. Sedangkan dikalangan PBB
dan kesarjanaan internasional, Hukum Administrasi Negara diklasifikasi baik dalam
golongan ilmu-ilmu hukum maupun dalam ilmu-ilmu administrasi.

Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana.
Hukum administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-Juridisch Zakboekje
h. B3/4). Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam memberikan izin penguasa
memperhatikan segi-segi keamanan dari bangunan yang direncanakan. Dalam hal
demikian, pemerintah menentukan syarat-syarat keamanan. Disamping itu bagi yang

12
tidak mematuhi ketentuan-ketentuan tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi
pidana. W.F. Prins mengemukakan bahwa “hampir setiap peraturan berdasarkan hukum
administrasi diakhiri in cauda venenum dengan sejumlah ketentuan pidana (in cauda
venenum secara harfiah berarti ada racun di ekor/buntut).

Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam Hukum Privat dan Hukum Publik.
Hukum Privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan. Sedangkan Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara
dengan perseorangan (warga negara), yang termasuk dalam hukum publik ini salah
satunya adalah Hukum Administrasi Negara..

Hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian


lain lapangan pekerjaan administrasi negara diatur dalam HTN, Hukum Privat dsbnya.
Pengertian HAN tidak identik dengan pengertian “hukum yang mengatur pekerjaan
administrasi negara". Maka dapat dikatakan bahwa HAN adalah suatu sb sistem dari
Administrasi negara.

2. Fungsi-Fungsi Hukum Administrasi Negara

Hukum Adsministrasi Negara merupakan salah satu alat bagi implementasi tujuan
negara kesejahtraan welfare state, Maka pemahaman Hukum Administrasi Neagara
menjadi satu hal yang sangat vital untuk dikembangkan dalam kehidupan bernegara.
Dalam konsep welfare state, administrasi negara diwajibkan untuk berperan secara aktif
di seluruh segi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan
terkait dari fungsi dari Hukum Administrasi Negara sendiri, sebagai dasar dan alternative
dalam mewujudkan Negara yang sejahtera. Ada beberapa pakar Ilmu Hukum yang
mengungkapkan pendapatnya terkait dengan fungsi darai Hukum Administrasi Negara,
yakni sebagai berikut:
Dalam pengertian umum, menurut Budiono fungsi hukum adalah untuk
tercapainya ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum adalah suatu keadaan yang

13
menyangkut penyelenggaraan kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama. Keadaan
tertib yang umum menyiratkan suatu keteraturan yang diterima secara umum sebagai
suatu kepantasan minimal yang diperlukan, supaya kehidupan bersama tidak berubah
menjadi anarki. Menurut Sjachran Basah ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan
kehidupan masyarakat, yaitu sebagai berikut :

 Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang


hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
 Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
 Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
 Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara, maupun
sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
 Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapatkan
keadilan.

Secara spesifik, fungsi HAN dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, yakni fungsi
normatif, fungsi instrumental, dan fungsi jaminan. Ketiga fungsi ini saling berkaitan satu
sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut penormaan kekuasaan memerintah jelas
berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang menetapkan instrumen yang digunakan
oleh pemerintah untuk menggunakan kekuasaan memerintah dan pada akhirnya norma
pemerintahan dan instrumen pemerintahan yang digunakan harus menjamin perlindungan
hukum bagi rakyat.

1) Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara

Penentuan norma HAN dilakukan melalui tahap-tahap. Untuk dapat menemukan


normanya kita harus meneliti dan melacak melalui serangkaian peraturan perundang-
undangan. Artinya, peraturan hukum yang harus diterapkan tidak begitu saja kita
temukan dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-peraturan dan
keputusan-keputusan TUN yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Pada umumnya

14
ketentuan undang-undang yang berkaitan dengan HAN hanya memuat norma-norma
pokok atau umum, sementara periciannya diserahkan pada peraturan pelaksanaan.
Penyerahan ini dikenal dengan istilah terugtred atau sikap mundur dari pembuat undang-
undang. Hal ini terjadi karena tiga sebab, yaitu :

Karena keseluruhan hukum TUN itu demikian luasnya, sehingga tidak mungkin
bagi pembuat UU untuk mengatur seluruhnya dalam UU formal;

Norma-norma hukum TUN itu harus selalu disesuaikan de-ngan tiap perubahan-
perubahan keadaan yang terjadi sehubungan dengan kemajuan dan perkembangan
teknologi yang tidak mungkin selalu diikuti oleh pembuat UU dengan mengaturnya
dalam suatu UU formal;

Di samping itu tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut hal itu selalu berkaitan
dengan penilaian-penilaian dari segi teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak
sewajarnya harus diminta pembuat UU yang harus mengaturnya. Akan lebih cepat
dilakukan dengan pengeluaran peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan TUN yang
lebih rendah tingkatannya, seperti Keppres, Peraturan Menteri, dan sebagainya.

Seperti disebutkan di atas bahwa setiap tindakan pemerintah dalam negara hukum
harus didasarkan pada asas legalitas. Hal ini berarti ketika pemerintah akan melakukan
tindakan, terlebih dahulu mencari apakah legalitas tindakan tersebut ditemukan dalam
undang-undang. Jika tidak terdapat dalam UU, pemerintah mencari dalam berbagai
peraturan perundang-undangan terkait. Ketika pemerintah tidak menemukan dasar
legalitas dari tindakan yang akan diambil, sementara pemerintah harus segera mengambil
tindakan, maka pemerintah menggunakan kewenangan bebas yaitu dengan menggunakan
freies Ermessen. Meskipun penggunaan freies Ermessen dibenarkan, akan tetapi harus
dalam batas-batas tertentu. Menurut Sjachran Basah pelaksanaan freies Ermessen harus
dapat dipertanggung jawabkan, secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan secara
hukum berdasarkan batas-atas dan batas-bawah. Batas-atas yaitu peraturan yang tingkat
derajatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkat
derajatnya lebih tinggi. Sedangkan batas-bawah ialah peraturan yang dibuat atau sikap-

15
tindak administrasi negara (baik aktif maupun pasif), tidak boleh melanggar hak dan
kewajiban asasi warga. Di samping itu, pelaksanaan freies Ermessen juga harus
memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Berdasarkan keterangan
singkat ini dapat dikatakan bahwa fungsi normatif HAN adalah mengatur dan
menentukan penyelenggaraan pemerintahan agar sesuai dengan gagasan negara hukum
yang melatarbelakanginya, yakni negara hukum Pancasila.

2) Fungsi Instrumental Hukum Administrasi Negara

Pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatannya menggunakan instrumen


yuridis seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam negara sekarang ini khususnya yang
mengaut type welfare state, pemberian kewenangan yang luas bagi pemerintah
merupakan konsekuensi logis, termasuk memberikan kewenangan kepada pemerintah
untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis sebagai sarana untuk kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan.

3) Fungsi Jaminan Hukum Administrasi Negara

Menurut Sjachran Basah, perlindungan terhadap warga diberikan bilamana sikap


tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan
perlindungan terhadap administrasi negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap tindaknya
dengan baik dan benar menurut hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Dengan perkataan lain, melindungi administrasi negara dari melakukan perbuatan yang
salah menurut hokum. Di dalam negara hukum Pancasila, perlindungan hukum bagi
rakyat diarahkan kepada usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa antara
pemerintah dan rakyat, menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan rakyat secara
musayawarah serta peradilan merupakan sarana terakhir dalam usaha menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dengan rakyat.

Berdasarkan pemaparan fungsi-fungsi HAN ini, dapatlah disebutkan bahwa


dengan menerapkan fungsi-fungsi HAN ini akan tercipta pemerintahan yang bersih,
sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum. Pemerintah menjalankan aktifitas sesuai

16
dengan ketentuan yang berlaku atau berdasarkan asas legalitas, dan ketika menggunakan
freies Ermessen, pemerintah memperhatikan asas-asas umum yang berlaku sehingga
dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum. Ketika pemerintah menciptakan
dan menggunakan instrumen yuridis, maka dengan mengikuti ketentuan formal dan
material penggunaan instrumen tersebut tidak akan menyebabkan kerugian terhadap
masyarakat. Dengan demikian, jaminan perlindungan terhadap warga negarapun akan
terjamin dengan baik.

C. Penegakan Hukum Administrasi Negara

Setiap Negara memiliki tujuan bagaimana memberikan kesejahteraan dan


kemakmuran bagi warga negaranya. Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka dalam
menggerakkan roda pemerintahan diperlukan organ atau perangkat yang berkesesuaian
fungsi dan wewenang masing-masing. Pemberian kewenangan terhadap organ Negara
tadi merupakan salah satu dari ruang lingkup HTN. Sedangkan pembatasan kewenangan
organ tersebut termasuk dalam ruang lingkup HAN.

Sumber hukum dari Hukum Administrasi Negara pada umumnya, dapat


dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

 Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi kaidah
hukum. Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam pergaulan
masyarakat dan peristiwa-peristiwa itu dapat mempengaruhi bahkan menentukan sikap
manusia.
 Sumber hukum formal, yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk tertentu. Agar
berlaku umum, suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga pemerintah dapat
mempertahankannya.

Murid Oppenheim yaitu Van Vollenhoven membagi Hukum Administrasi Negara


menjadi 4 bagian yaitu:

1. Hukum Peraturan Perundangan (regelaarsrecht/the law of the legislative process

17
2. Hukum Tata Pemerintahan (bestuurssrecht/ the law of government)

3. Hukum Kepolisian (politierecht/ the law of the administration of security)

4. Hukum Acara Peradilan (justitierecht/ the law of the administration of justice), yang
terdiri dari:

a. Peradilan Ketatanegaraan

b. Peradilan Perdata

c. Peradilan Pidana

d. Peradilan Administrasi

Ditinjau dari sudut pertumbuhan dan perkembangan hukum administarsi negara,


dalam suatu negara modern, maka campur tangan pemerintah dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat menimbulakn kebutuhan akan adanya perangkat-perangkat HAN
yang dapat memberikan perlindungan dan jaminan hal-hal yang baru diberbagai sektor
kehidupan masyarakat.

Perwujudan peradilan administrasi negara dalam pengaturannya terdapat di dalam


pasal 10 ayat (1) sub d UU Nomor 4 Tahun 1970 . Menurut P.Nicolai dan kawan-kawan
sarana penegakan hukum administrasi berisi:

1. Pengawasasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan pada


atau berdasarkan undang-undang yang bditetapkan secara tertulis dan pengawasan
terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban kepada individu

2. Penerapan kewenangan sanksi pemerintahan Dalam menjalankan tugas,


seorang pejabat Administrasi Negara dibatasi oleh Asas-asas sebagai berikut:

18
1) Asas Yuridiksitas (Rechtmatingheid), yaitu:

Setiap tindakan pejabat Administrasi Negara tidak boleh melanggar hukum (harus
sesuai dengan rasa keadilan dan kepatutan). Dan asas ini termasuk dalam hukum tidak
tertulis.

2) Asas Legalitas (Wetmatingheid), yaitu:

Setiap tindakan pejabat Administrasi Negara harus ada dasar hukumnya (ada
peraturan dasar yang melandasinya). Apalagi Indonesia adalah Negara Hukum, maka
azas legalitas adalah hal yang paling utama dalam setiap tindakan pemerintah.

3) Asas Diskresi dari Freis Ermessen, yaitu:

Kebebasan dari seorang pejabat Administrasi Negara untuk mengambil keputusan


berdasarkan pendapatnya sendiri tetapi tidak bertentangan dengan legalitas (Peraturan
Perundang-Undangan).

Asas Diskresi dibagi dalam dua bagian yaitu:

a. Diskresi Terikat: Kebebasan dari seorang pejabat Adminsitrasi Negara untuk


mengambil keputusan, dengan menentukan pilihan yang telah ditentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

b. Diskresi Bebas: Kebebasan seorang pejabat Administrasi Negara untuk


mengambil keputusan dengan membentuk keputusan baru karena tidak ditentukan dalam
Peraturan Perundang-Undangan.

4) Asas-asas umum dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik /


AUPB[, yang terdiri dari:

a. Asas Kepastian Hukum

b. Asas Keseimbangan

19
c. Asas Kesamaan

d. Asas Bertindak Cepat

e. Asas Permainan yang layak

f. Asas Keadilan dan Kewajaran

g. Asas Perlindungan atas pandangan hidup

h. Asas Kebijaksanaan

i. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum

Bedasarkan berbagai yurispundensi di Belanda atau Peraturan Perundang-


Undangan di Indonesia, tampak bahwa pelaksanaan paksaan pemerintah adalah
wawanang yang diberikan undang-undang kepada pemerintah, bukan kewajiban.

Kebebasan pemerintah menggunakan wewenang paksaan dibatasi oleh asas-asas


umum pemerintahan yang layak, seperti asas kecermatan, asas keseimbangan, asas
kepestian hukum, dan sebagainya.

Disamping itu, ketika pemerintahan menghadapi suatu kasus pelanggaran kaidah


hukum administrasi negara, misalnya pelanggaran ketentuan perizinan, pemerintah harus
mengunakan asas kecermatan, asas kepastian hukum, atau asas kebijaksanaan dengan
mengkaji secara cermat apakah pelanggaran izin tersebut bersifat subtansial atau tidak.
Sebagai contoh dapat diperhatikan dari fakta pelanggaran berikut ini:

1. Pelanggaran yang tidak bersifat subtansial : Seseorang mendirikan rumah


tinggal di daerah pemukiman, akan tetapi orang tersebut tidak memiliki izin bagunan
(IMB). Dalam hal ini, pemerintah tidak seepatutnya langsung menggunakan paksaan
pemerintahan, dengan membongkar rumah tersebut. Terhadap pelanggaran yang tidak
bersifat subtansial ini masih dapat di legeslasi. Pemerintah harus memerintahkan kepada

20
orang yang bersangkutan untuk mengurus IMB. Jika orang tersebut, setelah diperintahkan
dengan baik, tidak mengurus izin, maka pemerintah bisa menerapkan
bestuursdwang ,yaitu pembongkaran.

2. Pelanggaran yang bersifat subtansial : Seorang membangun rumah dikawasan


industri atau seorang pengusaha membangun indusri dikawasan pemukiman penduduk,
yang berarti mendirikam bangunan tidak sesuai dengan tata ruang atau rencana
peruntukan (betemming) yang telah ditetapkan pemerintah dapat langsung menetapkan
bestuurswang.

Dengan demikian, maka untuk mewujudkan penegakan Hukum Administrasi


Negara yang baik, terutama di Indonesia sendiri, ada beberapa poin penting yang harus
diperhatikan oleh Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan dalam melakukan suatu
tindakan hokum, yaitu melakukan pengawasasan bahwa organ pemerintahan dapat
melaksanakan ketaatan pada atau berdasarkan undang-undang yang bditetapkan secara
tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban kepada individu
dan penerapan kewenangan sanksi pemerintahan. Selain itu pemerintah juga harus
memperhatkan asas-asas yang berlaku bagi pejabat pemerintah Administrasi Negara.

D. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum yang lainnya

Pada mulanya antara HTN dan HAN merupakan satu cabang ilmu yang bernama
Staats en Administratief recht, kemudian pada tahun 1946 diadakan pemisahan, dan
kedua cabang ilmu tersebut berdiri sendiri.
Hubungan antara HTN dengan HAN diantara para sarjana ternyata terdapat
perbedaan pandangan yaitu ada sarjana yang menganggap bahwa antara HTN dengan
HAN mempunyai perbedaan prinsip, namun ada sarjana lain yang menganggap tidak ada
perbedaan prinsip.
Kelompok sarjana yang membedakan secara prinsip diantaranya:
Oppenmeim, Van Vollenhoven, Logemen dan Van Praag.

 Menurut Oppenheim HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang membentuk


alat-alat perlengkapan negara dan aturan yang memberi wewenang kepada alat-alat

21
perlengkapan negara dan membagi-bagikan tugas pekerjaan pemmerintahan modern
antara beberapa alat perlengkapan negara di tingkat tinggi dan tingkat rendah. Artinya
negara dalam keadaan diam.

 HAN adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengikat alat-alat perlengkapan


negara yang tinggi dan yang rendah dalam rangka alat perlengkapan negara
mengunakan wewenang yang telah ditetapkan oleh HTN. Dengan demikian HAN
merupakan aturan-aturan mengenai negara dalam keadaan bergerak.

 Menurut Logeman HTN adalah mempelajari hubungan kompetensi sedangkan HAN


adalah mempelajari hubungan istimewa.

HTN mempelajari tentang:

1. Jabatan-jabatan yang ada dalam suatu negara.


2. Siapakah yang mengadakan jabatan
3. Dengan cara bagimana jabatan itu ditempati oleh pejabat.
4. Fungsi jabatan-jabatan,
5. Kekuasaan hukum jabatan-jabatan.
6. Hubungan antar masing-masing jabatan.
7. Dalam batas-batas manakah oran negara dapat melaksanakan tugasnya.

Sedangkan HAN merupakan pelajaran tentang hubungan istimewa, yang


mempelajari bentuk, sifat, dan akibat hukum yang ditimbulkan karena perbuatan-
perbuatan hukum istimewa yang dilakukan pejabat dalam melaksanakan tugasnya.

Kelompok yang tidak membedakan secara prinsip antara lain:


Kranenburg, Prins, Vigting, dan Van der Pot.

 Menurut Kranenbur hubungan antara HTN dengan HAN seperti hubungan BW (KUH
perdata) dengan WvK (Hukum dagang) yakni hubungan umum dan khusus. HTN
adalah peraturan-peraturan hukum yang mengandung struktur umum, misalnya UUD,

22
UU organik mengenai desentralisasi, sedangkan HAN merupakan peraturan-peraturan
khusus, UU kepegawaian, pajak, perburuhan dsb.

1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara

Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali


mempekenalkan ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang tumbuh
langsung berdasarkan keputusan-keputusan alat perlengkapan Negara berdasarkan
praktik kenegaraan sehari-hari. Maksudnya, keputusan raja dalam menyelesaikan
sengketa antara pejabat dengan rakyat merupakan kaidah Hukum Administrasi Negara.

Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan


aanhangsel (embel-embel atau tambahan) dari hukum tata negara. Sementara Mr. Dr.
Romeyn menyatakan bahwa Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari pada
negara dan Hukum Administrasi Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya.
Pendapat Romeyn ini dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah sejenis
hukum yang melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan
sejalan dengan teori Dwi Praja dari Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan
tugas (taakstelling) sedangkan Hukum Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang
telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara (taakverwezenlijking).

Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah


keseluruhan peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan Negara dan
menentukan kewenangan alat-alat perlengkapan Negara tersebut, sedangkan Hukum
Administrasi Negara adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan
Negara, baik tinggi maupun rendah ketika alat-alat itu akan menggunakan kewenangan
ketatanegaraan. Pada pihak yang satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu
kelompok peraturan hukum yang mengadakan badan-badan kenegaraan, yang memberi
wewenang kepada badan-badan itu, yang membagi pekerjaan pemerintah serta memberi
bagian-bagian itu kepada masing-masing badan tersebut yang tinggi maupun yang
rendah. Hukum Tata Negara menurut Oppenheim yaitu memperhatikan negara dalam
keadaan tidak bergerak (staat in rust).

23
Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok
ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah bila badan-
badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberi kepadanya oleh hukum tata
negara itu. Hukum Administrasi negara itu menurut Oppenheim memperhatikan negara
dalam keadaan bergerak (staat in beweging). Tidak ada pemisahan tegas antara hukum
tata Negara dan hukum administrasi. Terhadap hukum tata Negara, hukum administrasi
merupakan perpanjangan dari hukum tata Negara. Hukum administrasi melengkapi
hukum tata Negara, disamping sebagai hukum instrumental (instrumenteel recht) juga
menetapkan perlindungan hukum terhadap keputusan –keputusan penguasa.

2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana

Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai bahan


pembantu atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan sanksi
pidana merupakan satu sarana untuk menegakkan hukum tata pemerintahan, dan
sebaliknya peraturan-peraturan hukum di dalam perundang-undangan administratif dapat
dimasukkan dalam lingkungan hukum Pidana. Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa
Hukum Pidana memberi sanksi istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat,
maupun atas pelanggaran kaidah hukum publik yang telah ada. Pendapat lain
dikemukakan oleh Victor Situmorang bahwa “apabila ada kaidah Hukum Administrasi
negara yang diulang kembali menjadi kaidah hukum pidana, atau dengan perkataan lain
apabila ada pelanggaran kaidah hukum Administrasi negara, maka sanksinya terdapat
dalam hukum pidana”.

3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata

Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa


Hukum Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang organisasi
negara dan hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini mempunyai dua asas
yaitu pertama, negara dan badan hukum publik lainnya dapat menggunakan peraturan-
peraturan dari hukum perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua,
adalah asas Lex Specialis derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus

24
mengesampingkan hukum umum, yaitu bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik
oleh Hukum Administrasi Negara maupun oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu
diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi negara sebagai hukum khusus, tidak
diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai hukum umum.
Jadi terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata
apabila 1) saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata
menjadi kaidah hukum Administrasi Negara, 2) Badan Administrasi negara melakukan
perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh hukum perdata, 3) Suatu kasus dikuasai oleh
hukum perdata dan hukum administrasi negara maka kasus itu diselesaikan berdasarkan
ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Negara.

4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara

Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga mempunyai berbagai


macam pengertian dan makna. Dimock dan Dimock, menyatakan bahwa sebagai suatu
studi, administrasi negara membahas setiap aspek kegiatan pemerintah yang
dimaksudkan untuk melaksanakan hukum dan memberikan pengaruh pada kebijakan
publik (public policy); sebagai suatu proses, administrasi negara adalah seluruh langkah-
langkah yang diambil dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai suatu bidang
kemampuan, administrasi negara mengorganisasikan dan mengarahkan semua aktivitas
yang dikerjakan orang-orang dalam lembaga-lembaga publik.
Kegiatan administrasi negra tidak dapat dipisahkan dari kegiatan politik pemerintah,
dengan kata lain kegiatan-kegiatan administrasi negara bukanlah hanya melaksanakan
keputusan-keputusan politik pemerintah saja, melainkan juga mempersiapkan segala
sesuatu guna penentuan kebijaksanaan pemerintah, dan juga menentukan keputusan-
keputusan politik.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya . hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum
tata negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal
perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang
digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum
administrasi negara dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha
negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.

B. Saran

Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar
terciptalah Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat
terlendungi hukum dari hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakan, sebagai Negara
hukum Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman
dinegara Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar terciptalah kesejahteraan dan
ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah juga turut
turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi
oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu ataukah tidak mampu.
Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan masyarakatlah yang berhak
dijamin atas hukum.

Dalam penyusunan Paper ini penulis tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan
dan kehilafan oleh sebab itu penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.

26
D

27

Anda mungkin juga menyukai