BAB 2 KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN KARAKTER HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA
A. Kedudukan Hukum Administrasi Negara
Hadjon (1996: 45-46) Hukum administrasi negara merupakan “hukum antara” yang terletak di antara hukum privat dan hukum pidana. Sanksi hukum administrasi negara diletakkan sebelum sanksi pidana dan sanksi perdata. Penegakan norma hukum administrasi negara selalu menghendaki kerja sama 2 (dua) pihak, harus ada peran serta masyarakat dalam melaksanakan kewajiban dalam undang-undang agar pemerintah dapat melakukukan tindakan hukum administrasi negara yang di kehendaki. Hukum administrasi negara memiliki karakter sebagai hukum publik. Suatu pengkhususan atau spesialisasi dari hukum tata negara, mengenai bagian administrasi dari negara (Atmosudirdjo, 1994: 47). Administrasi salah satu cabang dari ilmu pengetahuan mempunyai objek yang dipelajarinya. Objek kajian hukum administrasi negara ada 2 macam (Bachsan Mustafa, 2001: 31) 1. Objek Material - Aparat pemerintah atau aparat administrasi negara sebagai pihak yang memerintah dan warga atau suatu badan hukum privat sebagai pihak yang diperintah. Terdapat hubungan hukm publik, bukn suatu hubungan hukum privat. 2. Objek Formal - Perilaku atau kegiatan atau keputusan hukum badan pemerintah, baik yang bersifat peraturan (regeling) maupun yang bersifat ketetapan ( beschikking).
B. Fungsi Hukum Administrasi Negara
Dalam suatu negara kesejahteraan, perkembangan fungsi hukum administrasi negara menjadi semakin luas. Menelusup/menyusup/memasuki/masuk ke segala aspek kehidupan masyarakat. Perkembangan hukum administrasi negara membawa pengaruh dalam ranah umum (hukum administrasi negara umum) dan ranah khusus/sektoral (hukum administrasi negara sektoral). Hukum administrasi negara memungkinkan pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan (bestuurstaak) dengan cara menyediakan sarana pemerintahan yang mendukung pelaksanaan fungsi pemerintahan secara efektif. Hukum administrasi negara juga memiliki fungsi pengendalian agar pelaksanaan tugas pemerintahan selalu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. De Haan, dkk. (1986: 30), hukum administrasi negara memenuhi fungsi dilakukan penormaan yang paling umum dan paling khusus. Fungsi instrumen sebagai fungsi jaminan membentuk dua aspek dari penormaan hukum administrasi negara dan menormakan pekerjaan yang lahir dari hukum administrasi negara dalam fungsi instrumental juga dilakukan penormaan hukum administrasi negara. Sadjijono (2008: 26-27) mengatakan fungsi hukum administrasi negara adalah fungsi normatif (normatieve functie) meliputi fungsi organisasi (pemerintah) dan instrumen pemerintahan dan fungsi instrumental (instrumentele functie) fungsi instrumental aktif dan fungsi instrumental pasif. Fungsi insrtumental aktif dalam bentuk kewenangan dan fungsi instrumental pasif dalam bentuk kebijakasanaan (beleid). Diarahkan pada pencapaian tuuan pemerintahan, mengandung asas efisiensi (daya guna) dan asas efektivitas (hasil guna). Fungsi jaminan pemerintahan (bestuurlijke waarborgen) tentang aspek doelmatige dan democratie, antara lain keterbukaan (openbaarheid), inspraak, dan berbagai mekanisme pengawasan (controle), perlindungan hukum (rechtsbescherming), ganti rugi (de schadevergoeding). Bachsan Mustafa, mengatakan fungsi ilmu hukum administrasi negara adalah menciptakan pemerintahan yang baik, bersih, adil, dan berwibawa, tanpa cacat hukum, tanpa korupsi, kolusi, dan tanpa nepotisme. Menciptakan pemerintahan yang baik secara moral. Menjamin kepastian yang bersifat konkrit dan mencegah timbulnya perbuatan sewenang-wenang. Menjamin keadilan hukum yang ditentukan dalam peraturan perundang-undang. Hukum administrasi negara berfungsi ganda sebagai pedoman dan ukuran. Pedoman sebagai petunjuk arah bagi perilaku manusia yang baik dan benar. Ukuran keabsahan tindakan administrasi negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Hukum administrasi dalam suatu negara berperan sebagai jembatan penghubung antara kepentingan rakyat dan kepentingan pemerintah. Fungsinya sebagai pengatur hubungan hukum antara pemerintah dan yang diperintah (masyarakat) dan mengkoordinasikannya sedemikian rupa serta melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanan peraturan perundang-undangan. Hamid Khan mendefinisikan tindakan pemerintah dengan 3 pendekatan klasifikasi peemrintahan. Pertama, rule making action dari delegasi peraturan perundang-undangan (legilasi) parlemen. Pemerintah memiliki kekuasaan untuk membuat peraturan delegasian, maka pada saat yang sama sebenarnya pemerintah telah bertindak seperti parlemen. Rule making disebut juga sebagai quasi-legislative action. Kedua, decision-making action. Kekuasaan pemerintah untuk membuat keputusan yang berimplikasi terhadap individu melalui mekanisme adjudikasi. Memiliki karakter administratif dan yudisial. Menimbulkan akibat hukum dan mengikat pada individu tertentu. Diklasifikasikan sebagai quasi-judicial action. Ketiga, rule-application action tindakan reisidu (residuary power) dari kekuasaan legislatif dan yudikatif berupa tindakan hukum yang memiliki kekuasatan hukum dan non-hukum yang tidak memiliki kekuatan hukum dan konsekuensi hukum. Pemerintah melakukan tindakan non-hukum, jika melanggar hanya dikenakan sanksi disiplin.
C. Karakter Hukum Administrasi Negara
A.M. Donner mengemukakan sistematika dan kodifikasi hukum administrasi negara peka terhadap politik. Disebabkan oleh karena pemerintah beserta aparatur yang bertugas menyelenggarakan kebijaksanaan negara. Peraturan perundang- undangan hukum administrasi negara tidak seragam disebabkan alasan berikut : 1. Peraturan perundangan HAN berubah lebih cepat dan sering mendadak dibandingkan dengan ilmu hukum yang lain. 2. Pembuatan peraturan perundangan HAN tidak hanya terletak di satu tangan, sebab hampir semua kementerian dan pemerintah daerah otonom (UU, PP, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri/Ketua Lembaga,Peraturan Daerah) membuat peraturan perundangan HAN sehingga sangat beraneka ragam dan tidak bersistem. 3. Hukum administrasi negara peka terhadap politik. 4. HAN menelusup dan merembas ke segala aspek kehidupan manusia. Hukum administrasi negara mengurusi semua urusan manusia mulai dari lahir dengan mati (from the cradle to the grave).
D. Pendekatan dalam Studi Hukum Administrasi Negara
Objek materil hukum administrasi negara adalah manusia, yaitu aparat pemerintah sebagai ihak yang melaksanakan fungsi pemerintahan (bestuursfunctie) dan warga masyarakat sebagai pihak yang diperintah dalam hubungan hukum publik bukan hukum privat. Objek formal adalah perilaku atau kegiatan atau keputusan hukum badan pemerintah baik yang bersifat peraturan (regeling) maupun bersifat ketetapan (beschikking). Hubungan objek formal dan objek materiil dan hukum administrasi negara menurut Bachsan Mustafa dalam gambar berikut.
Bachsan Mustafa (2001: 19) mengatakan fungsi hukum administrasi negara
adalah melaksanakan kehendak pemerintah, yang berarti melaksanakan peraturan perundangan. Menunjukkan korelasi antara objek formal dan objek materiil dalam studi hukum administrasi negara. Prajudi Atmosudirdjo (1994) hukum administrasi negara dibedakan dua klasifikasi, yakni hukum administrasi negara heteronom dan hukum administrasi negara otonom. Hukum administrasi negara heteronom bersumber pada UUD, TAP MPR, dan UU, hukum ini mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara (alat tata usaha negara) dan tidak boleh dilawan, dilanggar serta tidak boleh diubah oleh administrasi negara. HAN heteronom mencakup aturan tentang : 1. Dasar dan prinsip umum administrasi negara. 2. Organisasi administrasi negara (dekonsentrasi dan desentralisasi). 3. Berbagai aktivitas dari organisasi negara. 4. Seluruh sarana administrasi negara 5. Badan peradilan administrasi Hukum administrasi negara otonom bersumber pada keputusan pemerintah yang bersifat sebagai UU dalam arti luas, yurisprudensi, dan teori. Hukum operasional yang diciptakan oleh pemerintah administrasi negara sendiri dapat diubah oleh pemeirntah/administrasi negara (alat tata usaha negara) setiap waktu apabila perlu dengan tidak melanggar kepatian hukum, asas keadilan, dan asas kepentingan umum. Pendekatan perbandingan hukum dalam studi hukum administrasi negara misalnya, perkembangan hukum administrasi negara materiil di Belanda dan Jerman. Agar pembandingan menjadi berguna, dua tujuan pembandingan (comparatum dan comparandum) harus memiliki ciri yang sama, yang dapat digunakan sebagai kesamaan karakteristik. Ada 3 unsur perbandingan hukum yaitu : 1. Hukum yang akan dibandingkan. Misalnya hukum administrasi negara Indonesia. 2. Comparandum, hukum yang digunakan untuk membandingkan. Misalnya hukum administrasi negara Belanda. 3. Tertium comparationis, unsur. Yang digunakan utuk membandingkan.misalnya keputusan tata usaha negara (antara hukum administrasi negara Indonesia dan hukum administrasi negara Belanda). Syarat agar dapat melakukan perbandingan hukum dengan baik adalah harus ada dua atau lebih karakteristik yang sama dari hukum di dua atau lebih negara untuk menelaah hukum secara komprehensif dengan mengkaji juga sistem hukum, kaidah, ranata, dan sejarah hukum yang terdapat pada lebih dari suatu negara atau lebih dari satu sistem hukum. Dua pendekatan perbandingan hukum meliputi pendekatan perbandingan hukum substantif, membandingkan antara dua atau lebih dari hukum substantif seperti perbandingan tentang hukum administasi, hukum tata negara, dan lain-lain. Pendekatan perbandingan infrastruktur hukum, membandingkan kultur hukum, sejarah hukum, metode pembagian hukum, sumber hukum, dan lain-lain. Perbandingan dari UU Prosedur Administrasi Jerman dan UU Administrasi Pemerintahan Indonesia memperlihatkan relevansi digunakannya studi perbandingan hukum yang berpengaruh terhadap pembentukan norma hukum administrasi umum di Indonesia. K.J. de Graaf dan A.T. Marseille menganalisis pengujian atas suatu keputusan tata usaha negara di Belanda dan Jerman menggunakan studi perbandingan hukum untuk mencari, menemukan, dan mengembangkan prinsip penting dalam pengujian KTUN (Keputusan Tata Usaha Negara).
E. Pengembangan Prinsip Fundamental Hukum Administrasi Negara
Asas umum pemerintahan yang baik (the principles of good administration) sebagai prinsip fundamental dalam hukum administrasi negara dasar bagi pengembangan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan hubungan yang serasi antara pemerintah dengan rakyat. Asas umum yang dirumuskan Komisi de Monchy tahun 1950 untuk pelaksanaan suatu pemerintahan yang baik (General Principle of Good Government), yaitu : 1. Asas Kepastian Hukum 2. Asas Keseimbangan 3. Asas Kesamaan 4. Asas Bertindak Cermat 5. Asas Jangan Mencampuradukkan Kewenangan 6. Asas Fair Play 7. Asas Keadilan dan Kewajaran 8. Asas Menanggapi Pengharapan yang wajar 9. Asas Meniadakan Akibat Suatu Keputusan yang Batal 10. Asas Perlindungan Hukum 11. Asas Kebijaksanaan 12. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur (ABBB) bersifat formal dan meteriil dalam Hukum Administrasi Negara Belanda. Hukum administrasi negara berupaya untuk menemukan prinsip fundamental dalam hukum administrasi negara untuk meletakkan landasan dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik. Prinsip fundamental menjadi fondasi bagi pengembangan norma hukum administrasi negara dan menjadi pedoman dalam penggunaan wewenang tata usaha negara.