BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 merupakan negara
hukum. Semua yang dilakukan dalam ketataannegara harus berdasarkan hukum. Di
Indonesia hukum yang berlaku itu ada 2 macam yaitu hukum tertulis dan tidak tertulis.
Hukum adalah seperangkat aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat baik tertulis
maupun tidak tertulis yang bersifat memaksa dan ada sanksi yang diberikan apabila
melanggar ketentuan yang ada. Dalam mengatur keuangan negara juga harus berdasarkan
hukum agar aparat negara tidak sewenang-wenang dalam menjalankan tugasnya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hukum administrasi negara?
2. Apa saja yang termasuk dalam Hukum Administrasi Negara?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui untuk apa adanya hukum administrasi negara dan apa saja yang
termasuk dalam hukum administrasi negara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara adalah Hukum mengenai Pemerintahan di dalam
kedudukan, tugas, dan fungsinya sebagai Administator Negara.
Hukum Administrasi Negara terbagi menjadi dua yaitu, pengertian dalam arti luas dan
dalam arti sempit. Dalam arti luas, Hukum Administrasi Negara meliputi :
1.
Hukum Tata Pemerintahan, yakni hukum eksekutif atau hukum tata pelaksanaan undangundang yang menyangkut pengendalian penggunaan kekuasaan publik (kekuasaan yang
berasal dari kedaulatan negara).
2.
Hukum Tata Usaha Negara, yakni hukum mengenai surat-menyurat rahasia dinas dan
jabatan, registrasi, kearsipan dan dokumentasi, legalisasi, pelaporan, dan statistik, tata cara
penyusunan dan penyimpanan berita acara, pencatatan sipil, pencatatan NTR, publikasi,
penerangan dan penerbitan-penertiban negara. Secara singkat dapat pula disebut Hukum
Birokrasi.
3. Hukum Administrasi
4.
5.
1.
3.
4.
regles qui regissent les rapports recip-roques de Iadministration avec les administres).
Prof. Mr.J. Oppenheim : Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan
hukum yang harus menjalankan kekuasaannya. Jadi pada dasarnya mengatur negara dalam
3.
Sebagai sumber dari mana hukum dapat diketahui misalnya dokumen dokumen, undang-
Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi kaidah hukum.
Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam pergaulan
masyarakat
Undang-Undang
Traktat (perjanjian antar negara)
Yurisprodensi
Kebiasaan
Doktrin
1. Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan
negara yang berwenang dan mengikat masyarakat. Undang-undang dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Undang-undang dalam arti materil adalah setiap peraturan perundang-undangan yang isinya
mengikat langsung kepada masyarakat umum.
2) Undang-undang dalam arti formal adalah setiap peraturan perundang yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang melalui tata cara dan prosedur yang berlaku. Undangundang dalam arti formal pada hakikatnya adalah keputusan alat perlengkapan negara yang
karena cara pembentukannya disebut undang-undang.
Asas berlakunya undang-undang:
Undang-undang tidak boleh berlaku surut;
1)
undang-undang itu mengatur hal yang sama (lex posterior derogat legi priori).
2) Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai derajat yang lebih
tinggi, sehingga apabila ada dua macam undang-undang yang tidak sederajat mengatur obyek
yang sama dan saling bertentangan maka hakim harus menerapkan undang-undang yang
lebih tinggi dan menyatakan undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex superior
derogat legi inferiori).
3) Undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum (lex
specialis derogat legi generali).
4) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
2. Traktat
Traktat sebagai hukum formal harus disetujui oleh DPR kemudian baru diratifikasi
oleh Presiden dan setelah itu baru mengikat terhadap negara peserta dan warga
negaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang mengandung
materi sebagai berikut :
1) Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri misalnya
perubahan wilayah.
2) Perjanjian kerjasama ekonomi, pinjaman.
3) Soal-soal yang menurut UUD dan sistem perundang-undangan kita harus diatur dengan
bentuk undang-undang misalnya soal kewarganegaraan, kehakiman.
3. Yurisprodensi
Menurut ketentuan pasal 22 AB jo pasal 14 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970
bahwa seorang hakim tidak boleh menolak jika diminta memutuskan suatu perkara
dengan alasan karena belum ada aturan hukumnya.
Dari kenyataan yang demikian dapat dimengerti dalam praktek peradilan bahwa
hakim adalah pembentuk undang-undang.
Ada dua macam yurisprodensi yaitu :
1) Yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputusan serupa
dan dijadikan dasar atau patokan untuk memutuskan suatu perkara (standar arresten);
2) Yurisprudensi tidak tetap ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standar arresten.
4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang. Kebiasaan
tersebut diterima oleh masyarakat sehingga masyarakat beranggapan memang
harus berlaku demikian kalau tidak berbuat demikian merasa berlawanan dengan
kebiasaan dan merasa melakukan pelanggaraan terhadap hukum. Beberapa syarat
tertentu, yaitu :
1)
tertentu.
2) Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan.
Contoh : kebiasaan perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan
penggarapnya.
5. Doktrin
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum,
tempat hakim dapat menemukan hukumnya. Ilmu hukum adalah sumber hukum
tetapi ilmu hukum bukan hukum karena tidak mempunyai kekuatan mengikat
sebagai hukum seperti undang-undang.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 perihal sistem Pemerintahan Negara
ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat),
tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
1) Pancasila sebagai sumber hukum
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Maksudnya adalah sebagai pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
serta cita-cita kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan,
keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai
sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai perwujudan dari budi nurani
manusia.
Pancasila mewujudkan dirinya dalam:
1.
2.
3.
4.
8.
masyarakat
Asas-asas kesaksamaan dan kejujuran dalam mengambil keputusan terhadap permohonan
para warga masyarakat.
2.9 Sistem Peradilan Adminisrasi Negara
Peradilan Adminisrasi Negara adalah setiap bentuk penyelesaian daripada suatu
perbuatan (pejabat, instansi) Adminisrasi Negara yang dipersoalkan oleh warga
masyarakat, instansi masyarakat (perusahaan, yayasan, perhimpunan, dan
sebagainnya) atau sesama instansi Pemerintah.
Dengan adanya Peradilan Tata Usaha, maka sistem Peradilan Administrasi Negara
kita menjadi sebagai berikut:
undang.
Melakukan interpretasi yuridis terhadap undang-undang (interpretasi ang mempunyai
kekuatan undang-undang), dan
c)
Menjatuhkan putusan (vonis) yang pada waktunya mempunyai kekuataan hukum mutlak
yang
harus
administrasi
dapat
dipertanggung
jawabkan.
2. AV. DICEY (Bagir Manan) discreationary power adalah
berisi kebebasan Mahkota atau aparatnya untuk
melaksanakan suatu tin-dakan tanpa terlebih dahulu harus
meminta persetujuan/pengatur oleh parlemen.
3. S.F Marbun Freies Ermessen
adalah
kebebasan
untuk
bertindak atas inisiatif sendiri menyelesaikan persoalanpersoalan penting dan mendesak yang muncul secara tibatiba, dimana hukum tidak mengaturnya.
4. Tolak ukur penggunaan Freies Ermessen / Direction /
kebijakan:
1) Adanya kebebasan yang dimungkinkan oleh hukum
kepada administrasi negara untuk bertindak atas inisiatif
sendiri;
2) Terdapat persoalan yang penting dan segera mendesak
untuk segera diselesaikan;
3) Harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan
hukum.
a) Secara moral : berdasarkan Pancasila dan
b)
Sumpah/Janji;
Secara Hukum:
1) Persoalan legitimasi subyek hukum baik yang berupa orang, badan hukum ataupun
pejabat, yakni tentang nama, domisilinya, lahir dan mati atau awal dan akhir
keberadaannya.
2) Persoalan/hal perpajakan, termasuk di dalamnya bea cukai, bea materai dan
sebagainya
3) Persoalan kepegawaian negeri kekaryawanan Badan Usaha Milik Negara, yakni hal
legimitasi/identitasnya, golongan/pangkatnya/jabatannya, segenap hak dan
kewajiban serta tanggungjawabnya dan mekanisme kerja mereka.
4) Persoalan hubungan yuridis-prosedurel antar lembaga-lembaga.
5) Persoalan penyamaan dua hal berbeda yang demi hukum bisa dianggap sama:
Contoh/bukti:
Suatu kabupaten yang dipimpin oleh seorang bupati dan sebuah kotamadya yang dipimpin
oleh seorang walikota dapat dianggap sederajat/setingkat, yakni kedua-duanya termasuk
gelar Doktor (Dt.), karena DR. HC tingkatannya adalah sama dengan strata II/Magister bukti:
Persyaratan hukum untuk bisa memperoleh gelar Dr. HC ialah bahwa orang bersangkutan
minimal mesti memiliki gelar sarjana/stara I, dan sebagainya.
2.11 Metode Hukum Administrasi Negara
Metode yang digunakan adalah metode lokasi historis yang merupakan panduan dari metode
sosiologis dan historis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan