Tokoh – tokoh utama yang mencetuskan bidang ilmu ini antara lain
Belanda antara lain S.O. van Poelje (1980) dengan istilah Wetgevingsleer atau
berhubungan dengan ilmu politik dan sosiologi, secara garis besar dapat dibagi
normatif.
B. Peristilahan
berbeda.
berikut :
Daerah.
2. Perundang – undangan adalah segala peraturan negara, yang
jabatan yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat
tersebut dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 2, yang dirumuskan sebagai berikut
C. Norma Hukum
Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
ditinjau dari segi etimologinya, kata norma itu sendiri berasal dari bahasa latin,
sedangkan kaidah atau kaedah berasal dari bahasa Arab. Norma berasal dari
kata nomos yang berarti nilai dan kemudian dipersempit maknanya menjadi
norma hukum. Karya Plato yang berjudul nomoi biasa diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan istilah The Law. Sedangkan kaidah dalam bahasa Arab,
Jika pengertian norma atau kaidah sebagai pelembagaan nilai itu dirinci,
(permittere)
disebut sunnah
(obligattere)
5. Perintah negatif untuk tidak melakukan sesuatu atau yang dalam
hukum fiqh, menurut Profesor Hazairin, norma terdiri atas lima macam, yaitu
2. Sunnah
3. Makruh
4. Wajib (obligattere)
5. Haram (prohibere)
Dalam UUD 1945, tidak terang apa lingkup batasan pengertian undang –
Para ahli biasa membedakan arti undang – undang tersebut menjadi dua, yakni
– undang yang dilihat dari segi isi, materi, atau substansinya, sedangkan
undang – undang dalam arti formil dilihat dari segi bentuk dan
penekanan atau sudut penglihatan, yaitu suatu undang – undang yang dapat
dilihat dari segi materinya atau dilihat dari segi bentuknya, yang dapat dilihat
perundang – undangan. Dimana “asas” adalah suatu hal yang dianggap oleh
pertimbangan etis dan sosial masyarakat masuk ke dalam hukum, dan menjadi
Van der Vlies mengemukakan saran asas – asas formal dan material bagi
5. Asas konsensus
Sedangkan asas – asas material dalam pembentukan peraturan perundang
disebutkan oleh Van der Vlies, maka asas – asas dalam pembentukan peraturan
4. Dapat dilaksanakan
6. Kejelasan rumusan
7. Keterbukaan
F. Landasan Dalam Peraturan Perundang – Undangan
atau latar belakang mengapa peraturan tersebut harus dibuat. Dengan begitu
suatu peraturan yang akan dibuat memang memiliki pijakan dan alasan atas
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Yuridis
3. Landasan Sosiologis
kenyataan hidup. Ini berarti bahwa hukum yang dibentuk harus sesuai
4. Landasan Politis
Persada, Jakarta.
Kanisius, Yogyakarta.