Anda di halaman 1dari 29

RESUME REGULASI BISNIS

MATA KULIAH : REGULASI BISNIS


Dosen Pengampu:
Muhammad Rizal, M.Si., Ak., CMA., CSRS, CSRA

Disusun Oleh Kelompok 8 :

TIOPAN RIMHOT RUMAPEA (7223250009)


SHEZY RATISYA DWINA (7223250018)
WAHYU SIMANUNGKALIT (7223550005)

PROGRAM STUDI BISNIS DIGITAL


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
I. Sistem Hukum di Indonesia
Istilah Hukum dan Defenisi Hukum

Istilah "hukum" di Indonesia berasal dari bahasa arab "qonun" atau ham atau
"hukm" yang mempunyai arti hukum. Secara etimologi, istilah hukum dalam
bahasa Inggris "law", dalam bahasa Belanda dan Jerman Trechf, dalam bahasa
Perancis "droif".

Jika di tempat tertentu tidak ada manusia maka disitu tidak ada Hukum.
Berdasarkan jalan pikiran tersebut, berlaku adagium yang mengatakan ada hukum
ada masyarakat (ubi su ubi cietas). Agar tujuan hukum tersebut dapat terwujud,
maka hukum menentukan norma-norma yang berisi perintah dan larangan, yang
harus dipatuhi oleh setiap orang. Oleh karena itu, pelaksanaan hukum dapat
dipaksakan. Paksaan seperti ini merupakan ciri khas hakum, jika dibandingkan
dengan norma-norma lainnya. Selain itu, hukum pun menentukan bermacam-
macam petunjuk tentang hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain di
dalam pergaulan hidup. Misalnya, larangan membunuh, larangan mencuri,
perintah membayar jak dan sebagainya.

Ada sebuah definisi yang lebih dapat diterima sebagai rumusan hukum, yaitu
yang dikemukakan oleh Suyling, sebagai berikut: Hukum adalah keseluruhan
daripada segenap peraturan mengenai perikelakuan manusia yang mengikat dan
yang ditetapkan atau diakui oleh pemerintah. Walaupun definisi ini agak lengkap,
namun juga tidak lepas dari kekurangan-kekurangannya. Misalnya, tidaklah
hukum adat juga dilindungi oleh pemerintah, sedangkan hal itu tidak ditetapkan
oleh pemerintah. Jadi kesimpulannya hingga sekarang belum ada rumusan hukum
yang memuaskan. Dari berbagai definisi yang ada, kiranya dapat disimpulkan
bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum, yang mengatur
hubungan antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan barangsiapa yang
melanggar norma hukum dapat dijatuhi sanksi atau dituntur oleh pihak yang
berwenang atau oleh pihak yang hak- haknya dirugikan.

1.1 Sumber Hukum

Sumber hukum adalah asal mulanya hukum, segala sesuatu yang dapat
menimbulkan aturan-aturan hukum sehingga mempunyai kekuatan mengikat
Yang dimaksud dengan segala sesuatu adalah faktor- faktor yang mempengaruhi
terhadap timbulnya hukum, darimana hukum ditemukan atau darimana
berasalnya isi norma hukum. Sumber hukum pada hakekatnya dapat dibedakan 2
(dua) macam yaitu sumber hukum materiel dan sumber hukum formal.

Pengertian sumber hukum materiel adalah kesadaran hukum yang ditemukan


dalam kesadaran masyarakat tentang sesuatu yang dianggap sebagai yang
seharusnya atau sepantasnya. Ada dua faktor yang menentukan isi hukum
tersebut yaitu :
• Faktor ideal
• Faktor-faktor kemasyarakatan.
Sumber Hukum Formal adalah tempat dimana dapat ditemukan atau diperoleh
aturan-aturan hukum yang berlaku yang mempunyal kekuatan mengikat
masyarakat dan pemerintah, sehingga ditaati Sumber Hukum Formal menurut E.
Utrecht adalah hal yang bersangkut paut dengan masalah prosedur atau cara
pembentukan dari undang- undang yang menjadi tugas dari lembaga legislatif.
Bentuk sumber hukum formal adalah Undang-Undang (statute) Kebiasaan
(custom); Keputusan-keputusan hakim (Yurisprudensi); Traktat (Treaty), dan
pendapat sarjana hukum (doktrin)
Undang-Undang adalah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara. Kebiasaan
(custom) adalah adalah perbuatan manusia yang terus dilakukan berulang-ulang
dalam hal yang sama. Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang
sering dikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh halam yang lam mengenai
masalah yang sama. Apabila dua orang atau lebih mengadakan kata sepakat
(konsensus) tentang sesuatu hal, maka mereka itu mengadakan perjanjian. Akibat
dari perjanjian ini adalah kedua belah pihak terikat pada isi dari perjanjian yang
disepakatinya. Hal seperti ini disebut pacta sunt servanda yang berarti bahwa
perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian
harus ditaati dan ditepati. Perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih
disebut perjanjian anitarnegara atau perjanjian internasional ataupun traktat.

1.2 Asas Hukum

Pada dasarnya asas hukum merupakan aturan dasar yang bersifat abstrak dan
pa0da umumnya asas hukum tersebut melatar belakangi peratur5an konkret dan
pelaksanan hukum itu sendiri. Dari kajian filsafat, asas dapat diartikan sebagai
berikut :

1. Sumber atau asal-usul sesuatu; 2. Sebab yang paling dasar


2. Suatu kemampuan atau anugerah asli. Dalam ketiga arti yang per- tama
ini. suatu asas biasanya dipikirkan sebagai pembawaan lahir, bersifat
permanen, dan ditemukan sebagai pelaku dalam hal-hal tertentu
3. Peraturan atau dasar bagi tindakan seseorang.
4. Suatu pernyataan umum (hukum, peraturan, atau kebenaran) yang
berfungsi sebagai dasar untuk menjelaskan gejala-gejala. Dalam arti yang
keempat dan kelinu, kata-kata peraturan hukum dan hukum sering
digunakan sebagai ganti asas
5. Unsur dasar, de pembimbing, aturan dasar bertingkah laku

Mempelajari filsafat hukum adalah melakukan study terhadap hukum secara


menyeluruh dan mendalam. Berfilsafat hukum berarti melakukan anatomi
terhadap hukum sebagai objek filsafat hukum. Dalam melakukan anatomi
terhadap hukum, maka akan bertemu dengan salah satunya yang disebut dengan
asas hukum. Pada basis (landasan) suatu sistem kaidah/norma hukum terdapat
kaidah-kaidah penilaian yang fundamental, yang dinamakan asas-asas hukum.
Apabila kata asas digabungkan dengan kata hukum, yakni menjadi asas hukum,
maka maknanya adalah kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan berpikir dan
alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum."
Pemaknaan sederhana terhadap asas hukum tersebut memberikan gambaran
kepada kita bahwa asas hukum merupakan landasan atau dasar segala sesuatu
yang berkaitan dengan hukum, baik ia merupakan materi, penegakan, maupun
pelaksanaannya.

Dari definisi Scholten, peranan ganda dari asas hukum berkenaan dengan
sistem hukum positif itu berkaitan dengan sifat (karakter) khas atas hukum
sebagai kaidah penilaian (warnderinginomen) Asas hukum mengungkapkan nilai
yang harus diperjuangkan untuk mewujudkannya, tetapi yang hanya sebagian
saja dapat direalisasikan dalam hukum positif, maka asas hukum itu berada di
dalam sistem tersebut.

Asas hukum pembentukan perundangan-undangan dibagi menjadi dua hal


yaitu: (1) asas hukum yang bersifat formal dan (2) asas hukum yang bersifat
material. Asas hukum yang bersifat formal berkaitan dengan cara pembentukan
dan bentuk perundang-undangan, sedangkan asas hukum yang bersifat material
berkaitan dengan isi atau materi perundang-undangan. Adapun asas hukum yang
bersifat formal dan bersifat material adalah:
(1) Asas hukum yang bersifat formal ialah (a) tujuan yang jelas, (b) perlunya
aturan, (e) oran/lembaga yang tepat, (d) materi muatan yang tepat, (e) dapat
dilaksanakan, dan (f) dapat dikenali.

(2) Asas hukum yang bersifat material ialah: (a) sesuai dengan cita hukum dan
norma fundamental negara. (b) sesuai dengan asas-asas negara berdasar hukum,
(c) sesuai dengan hukum dasar negara, (d) sesuai dengan asas-asas pemerintahan
berdasarkan sistem konsitusi.

Penjelasan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011,


menentukan bahwa yang dimaksud dengan "asas lain sesuai dengan bidang
hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan antara lain:

1. Dalam hukum pidana, misalnya asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana,dan asas praduga tak bersalah;
2. Dalam hukum perdata, misalnya dalam hukum perjanjian, antara lain,
asas kesepakatan, asas kebebasan berkontrak, dan asas itikad baik.

Asas hukum merupakan dasar atau petunjuk arah dalam pembentu- kan norma
hukum disebut dengan meta norma/kaidah yaitu sesuatu yang ada di balik norma
atau kaidah hukum. Asas hukum bukanlah merupakan peraturan hukum. Namun
demikian tidak ada peraturan hukum yang dapat dipahami tanpa mengamati atau
memahami asas hukum. Oleh karena itu, memahami sistem hukum suatu negara
tidak bisa hanya memahami peraturan hukum saja.
Apabila asas hukum hendak dibedakan dengan aturan hukum, maka yang
harus dikedepankan adah bahwa asas hukum merupakan sesuatu yang abstrak,
sedangkan aturan hukum merupakan sesuatu yang konkret dan bersifat khusus.
Kemudian cakupan (ruang lingkup) asas hukam yang lebih luas daripada aturan
hukum Asas hukum tidak dapat diterapkan terhadap peristiwa konkret. Ia hanya
dapa0t diterapkan psecara tidak langsung dalam suatu penemuan hukum.
1.3 Perbedaan Antara Asas Hukum dan N orma Hukum

Asas hukum merupakan dasar atau petunjuk arah dalam pem- bentukan norma
hukum sesuatu yang yang disebut dengan meta norma/kaidah yaitu ada di balik
norma atau kaidah hukum. "Asax hukum bakan merupakan peraturan hukum,
namun demikian tidak ada peraturan hukum yang dapat dipahami tanpa
mengamati atau memahami asas hukum. Asas hukum sifatnya umum dan sangat
luas sedangkan norma hukum konkrit. Asas hukum memiliki warna sedangkan
norma sudah membayang warna, dari norma itu diturunkan pada norma hukum.
Asas hukum memiliki sifat abstrak, asas hukum bukan norma yang konkrit
melainkan latar belakang peraturan yang konkrit, asas hukum adalah jiwa suatu
norma atau peraturan yang sifatnya konkrit.

Teori hukum mengenal adanya perbedaan antara asas hukum dengan norma
atau kaidah hukum yang diuraikan yaitu :
1) Asas hukum bersifat umum, sedangkan norma hukum bersifat khusus.
2) Asas hukum hanya dapat diterapkan secara tidak langsung, sementara
norma hukum mempunyai isi jauh lebih konkrit dibandingkan dengan asas
hukum.
3) Asas hukum tidak bisa kehilangan keberlakuannya, sedangkan peraturan
hukum dapat kehilangan keberlakuannya.
4) Asas hukum tidak dapat diterapkan secara langsung dalam peristiwa
konkrit, ia hanya dapat diterapkan secara tidak langsung melalui
penemuan hukum (rechtsvinding). Sementara norma hukum dapat
diterapkan secara langsung dalam peristiwa konkrit.

Asas hukum adalah sejenis meta-kaidah berkenaan dengan kaidah-- kaidah


perilaku Asas hukum itu di satu pihak memilki suatu sifat yang berbeda dari
kaidah perilaku, karena sebagai kaidah penilaian berada pada landasan dari
kaidah-kaidah perilaku dan dalam interpretasi aturan-aturan hukum turut
menentukan wilayah penerapan aturan- aturan.

II. Hukum dan Ekonomi


2.1 Pengaruh Praktek Ekonomi terhadap pembentukan Hukum
Salah satu tujuan dibentuknya hukum adalah kepentin untuk menjamin
berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perlindungan terhadap
kepentingan pribadi, kehormatan perorangan, politik, agama dan lain sebagainya.
Dari kepentingan-kepentingan diatas tersebut kepentingan ekonomi merupakan
salah satu indikator yang paling kuat yang menpengaruhi penciptaan hukum.
Sebagaimana diketahui pembentukan hukum sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor diluar hukum seperti faktor sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

Hukum dipandang sebagai kekuatan otonom dalam per-kembangan sosial,


sehingga hukum mempengaruhi perkembang-an ekonomi sementara hukum
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi, namun Weber tetap menyadari
bahwa hukum selalu saja dimaksudkan untuk melayani kepentingan-kepentingan
ekonomi.

Hukum sebagai alat perubahan sosial sekaligus sarana pengatur ketertiban


masyarakat haruslah mencerminkan keadaan masyarakat yang diaturnya.
Disamping itu hukum yang berlaku juga harus mampu menyelesaikan konflik-
konflik yang ada dimasyarakat.Berkaitan dengan makin modernya sistem
ekonomi dan teknologi yang membutuhkan pengaturan hukum dalam setiap
transaksi yang diadakannya,maka pembentukan hukum tidak lepas dari pengaruh
kepentingan ekonomi sebagaimana yang telah dikemukankan oleh Max Weber.
Namun demikian pembentuk undang-undang hendaklah mempertimbangkan
secara masak apakah kepentingan ekonomi yang akan menjadi dasar
pembentukan suatu undang-undang tidak mengabaikan keadilan masyarakat
dalam arti yang luas.Hal ini sesuai dengan pendapat aliran hukum kritis yang
memandang hukum sebagai bagian dari masyarakat dan hukum disatu pihak
merupakan unsur dari perbandingan kekuatan yang nyata dan kepentingan-
kepentingan yang dominan sedang dilain pihak hukum merupakan aspirasi
keadilan dan legistimistis. Semakin kompleksnya masalah ekonomi,
penggabungan ekonomi Negara-negara serta teknologi dalam proses perdagangan
telah banyak membuat undang –undang yang didalam terkandung kepentingan
ekonomi sehingga begitu banyaknya undang-undang sebenarnya menimbulkan
salah penafsiran oleh masyarakat awam sehingga perlu adanya penegakan hukum
yang tegas dari aparat pemerintah.

III. Kasus Perdata dan Pidana pada Transaksi Bisnis E-commerce

Makin canggihnya teknologi, ternyata sejalan juga dengan kejahatan yang


dihasilkannya. Sebagai contoh dalam dunia maya. Banyak sekali kita dengar
penipuan dalam bisnis e-commerce. Seorang konsumen yang tergiur membeli barang
melalui internet, namun setelah uangnya ditransfer barang tak kunjung datang. Ini
salah satu bentuk kejahatan yang ada di dunia maya. Masalah sengketa di dunia maya
khususnya dalam transaksi e-commerce mengalami banyak kendala endala hukum
dalam penerapan sistem penyelesaian sengketa ini di Indonesia. Dalam perdagangan
e-commerce struktur hubungan hukum terdiri dari beberapa pihak yaitu penjual,
pembeli, bank, perusahaan pengiriman barang/jasa, serta media yang digunakan
untuk bertransaksi. Struktur hubungan hukum ini merupakan pola hubungan hukum
yang terbentuk dalam transaksi perdagangan secara elektronik (e-commerce).
Salah satu kasus perdata dan pidana pada transaksi Bisnis E-commerce terjadi
pada seorang konsumen beli barang online. Setelah konsumen menerima barang
pesanan yang dibeli dalam situs jual beli online mendapati bahwa barang yang
diterima tidak sesuai dengan yang pesanan. Kejadian ini dialami oleh seorang
pemuda bernama Chandra M pada Januari 2021. Dia menjadi korban penipuan
belanja online dan mengaku rugi Rp 3,6 juta. Semua berawal dari jual beli handphone
POCO C3 NFC secara online di marketplace FB. Salah satu akun menawarkan secara
terbuka. Chandra melihat penawaran akun tersebut pada 1 Januari 2021, lantas
tertarik. Ia menghubungi via messenger chat FB pada hari itu juga. Akun 'penjual'
merespons dengan memberi nomor WhatsApp. Sehari kemudian sekitar pukul 08.00
WIB, keduanya sepakat pembelian handphone itu. Tak lama berselang, Chandra
menerima pesan dari nomor berbeda yang mengaku sebagai teman akun penjual HP
sebelumnya. Chandra dan pemilik nomor baru ini menyepakati HP POCO itu seharga
Rp 3,6 juta. Chandra mentransfer via Bank BRI Wates pada 2 Januari 2021, sekitar
pukul 15.00 WIB. Paket datang sehari berselang. Namun, Chandra kecewa setelah
menerima kiriman karena barang tidak sesuai pesanan. Barang yang datang hanya dus
kosong, tanpa isi. Chandra kemudian melaporkan kejadian ini ke polisi. Unit II
Satreskrim Polres menyelidik dan mengarah pada pelaku dengan inisial S di Kudus.
Polisi mengamankan dia di sana.

Pada kasus ini, perbuatan pelaku yang dengan sengaja memanipulasi barang
sehingga merugikan orang lain yaitu konsumen, merupakan perbuatan penipuan dan
dapat dikenakan Pasal 378 KUHP. Perbuatan pelaku dalam kasus ini telah memenuhi
unsur-unsur penipuan pada Pasal 378 KUHP, yaitu: Pelaku dengan sengaja
menukarkan barang yang seharusnya dikirim kepada pembeli dengan barang lain.
Pelaku mendapatkan keuntungan dari barang yang didapatkan dari penukaraan
barang yang harusnya dikirim ke pembeli. Perbuatan pelaku secara melawan hukum.
Pelaku melakukan tipu muslihat dan kebohongan karena pelaku menukarkan isi paket
dengan barang lain dan mengemasnya menyerupai barang yang seharusnya dikirim
ke pembeli. Perbuatan-perbuatan pelaku memenuhi unsur-unsur penipuan pada pasal
378 KUHP dan dapat dikenakan hukuman penjara selama empat tahun.

IV. Bentuk-Bentuk Organisasi Bisnis

A. Badan Usaha Perorangan


Perusahaan perorangan merupakan suatu usaha yang kepemilikan dan
pengelolaaannya dilakukan oleh perorangan (individu). Kelebihan dari
perusahaan perorangan yaitu mudah mendirikannya, keuntungan menjadi
milik sendiri, tidak dikenai pajak ganda, dan memiliki kebanggaan atas usaha
sendiri. Adapun kekurangannya yaitu Risiko ditanggung sendiri, keterbatasan
sumber dana, kesulitan pengelolaan, keuntungan dan pertumbuhan usaha
terbatas.
B. Persekutuan
Persekutuan merupakan suatu usaha bisnis yang dimiliki dua orang
atau lebih untuk memperoleh keuntungan bisnis secara bersama. Keuntungan
utama persekutuan yaitu kemudahan dalam pembentukan, adanya kolaborasi
pengetahuan dan keterampilan dari masing – masing anggota, sumber daya
lebih besar, dan juga belum dikenai pajak ganda.
Persekutuan secara umum dibagi menjadi dua kategori yaitu :
Persekutuan umum (general partnership), yaitu pihak yang terlibat
aktif dalam pengelolaan usaha dan memiliki tanggung jawab yang tidak
terbatas.
Persekutuan terbatas (limited partnership), yaitu pihak yang terlibat
tidak secara aktif terlibat dalam pengelolaan usaha dan kewajiban yang
dimiliki hanya sebesar dana yang disetorkan dalam persekutuan yang ada.
Bentuk-bentuk persekutuan yang ada yaitu :
1. Firma
2. Persekutuan Komanditer (CV)
3. Perseroan Terbatas
V. Kontrak bisnis
Kontrak berasal dari istilah perjanjian. Kontrak adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh dua atau lebih pihak dimana masing-masing pihak yang ada
didalamnya dituntut untuk melakukan satu atau lebih prestasi. Sedangkan Bisnis
adalah tindakan-tindakan yang mempunyai nilai komersial. Jadi, Kontrak Bisnis
merupakan suatu perjanjian dalam bentuk tertulis dimana substansi yang disetujui
oleh para pihak yang terikat didalamnya bermuatan bisnis.

A. Hukum Kontrak Bisnis


• Perjanjian yang dibuat tertulis disebut Kontrak.
• Perjanjian adalah dua pihak atau lebih yang saling
mengikat janji untuk melakukan sesuatu hal.
• Dasar Pengaturan: Buku ke III KUHPerdata
• Suatu hal = obyek perjanjian, dapat berupa:
a. Menyerahkan sesuatu;
b. Melakukan sesuatu perbuatan; dan
c. Tidak melaksanakan sesuatu.
B. Asas-asas Hukum Kontrak
• Asas kebebasan berkontrak :
Para pihak mempunyai kebebasan menentukan isi perjanjian sejauh tidak
melanggar perundangan , kepatutan dan kesusilaan.
• Asas pucta sunt servanda
Semua perjanjian yang dibuat secara sah menjadi undang undang/hukum
bagi mereka yang membuatnya.
• Asas konsensualisme
Perjanjian itu lahir sejak adanya kesepakatan (consensus)
• Asas iktikad baik
Perjanjian harus dibuat tanpa adanya paksaan dan penyalahgunaan situasi ,
kepatutan dan kewajaran.
VI. Laporan Keuangan dan Rahasia Dagang

6.1 Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan dokumen yang sangat penting bagi perusahaan
untuk memberikan informasi keuangan mereka kepada pihak-pihak terkait seperti
investor, kreditor, dan pemerintah. Laporan keuangan terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
a. Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan suatu
perusahaan pada suatu waktu tertentu.
b. Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menunjukkan kinerja
keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode.
c. Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menunjukkan aliran kas
masuk dan keluar suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

6.2 Rahasia Dagang


Rahasia dagang merupakan informasi yang sangat penting dan memiliki nilai
yang besar bagi perusahaan, seperti formula rahasia, teknologi, desain produk, atau
informasi bisnis lainnya yang tidak diketahui oleh pesaing. Untuk melindungi rahasia
dagang, perusahaan dapat menggunakan beberapa cara seperti membuat kontrak
kerahasiaan dengan karyawan atau pihak luar yang terlibat dalam pengembangan atau
produksi rahasia dagang, mendaftarkan hak cipta untuk produk atau informasi bisnis
yang dimiliki, dan mendaftarkan paten untuk produk atau teknologi yang dimiliki.
Namun, perusahaan juga harus berhati-hati dalam mengungkapkan informasi
rahasia dagang. Dalam beberapa kasus, perusahaan dapat mengalami kehilangan
rahasia dagang jika informasi tersebut diketahui oleh pihak yang tidak berwenang.
Oleh karena itu, perusahaan harus selalu memperhatikan keamanan informasi mereka
dengan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang tepat, seperti penggunaan
sandi atau enkripsi data, penggunaan jaringan aman, dan membatasi akses informasi
hanya kepada pihak yang berwenang.
Selain itu, perusahaan juga harus siap menghadapi risiko kehilangan rahasia
dagang. Jika terjadi kebocoran informasi, perusahaan harus memiliki rencana
tindakan yang telah disiapkan sebelumnya untuk mengurangi dampaknya. Hal ini
bisa meliputi pemberitahuan kepada pihak yang terkena dampak, pencarian dan
penangkapan pelaku, dan perbaikan sistem keamanan untuk menghindari kejadian
serupa di masa depan.
Dalam menjaga keamanan informasi mereka, perusahaan harus mengambil
tindakan pencegahan dan memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan dapat diimplementasikan secara efektif. Selain itu, perusahaan juga harus
siap menghadapi risiko dan memiliki rencana tindakan yang telah disiapkan
sebelumnya untuk mengurangi dampak jika terjadi kebocoran informasi. Dengan
memperhatikan baik laporan keuangan dan rahasia dagang mereka, perusahaan dapat
mempertahankan keunggulan mereka di pasar dan meraih kesuksesan jangka panjang.

VII. Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta atau pemilik hak
untuk mengumumkan, memperbanyak atau melisensikan ciptaannya tanpa batasan,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. pencipta merupakan
orang atau orang-orang yang bersama-sama dengan inspirasi yang dimana
menghasilkan suatu karya berdasarkan pemikiran, imajinasi, kemampuan,
keterampilan, atau kompetensi yang diekspresikan dalam bentuk yang unik dan
personal. Ciptaan merupakan hasil karya apapun dari pencipta yang membuktikan
keasliannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. Pemilik hak cipta
adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau badan hukum yang menerima hak
dari pemilik hak cipta, atau badan hukum lain yang menerima hak tambahan dari
penerima hak.
Hak cipta mencakup dua jenis hak:
1. Hak ekonomi, meliputi: hak atas pemberitahuan dan/atau memperbanyak
penemuannya dan memberikan izin dan hak kepada pihak lain untuk
melakukannya. Mengizinkan atau melarang orang lain untuk menyewa kreasi
mereka di bagian Karya pencitraan dan program komputer;
2. Hak moral, meliputi: Hak pencipta atau ahli warisnya mewajibkan pemilik
hak cipta untuk tetap mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya;
melarang pemilik hak cipta untuk mengubah ciptaan (nama ciptaan, sub judul,
termasuk dan mengubah nama atau nama panggilan pencipta), termasuk hak
cipta Buat perubahan pada kreasi mereka agar sesuai dengan masyarakat.
Jenis-jenis karya yang dilindungi:
● Buku, program komputer, brosur, selebaran dari majalah cetak, dan semua
karya sastra lainnya;
● Ceramah, kuliah dan sejenisnya;
● Bahan ajar pendidikan dan ilmu pengetahuan;
● Lagu atau musik dengan atau tanpa subtitle;
● Drama atau drama musikal, tari, koreografi, wayang dan pantomim;
● Seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni
rupa memahat, memahat dan kerajinan tangan;
● Arsitektur;
● kartu;
● Seni Batik;
● Fotografi;
● Sinematografi;

Jenis yang tidak memiliki hak cipta:


1. Hasil rapat umum lembaga negara;
2. perundang-undangan;
3. pidato kenegaraan atau pidato pejabat negara;
4. Keputusan pengadilan atau vonis; atau
5. Keputusan dewan arbitrase atau keputusan badan serupa lainnya.

Pembatasan Hak Cipta Tanpa Syarat:


1. Tampilan dan/atau tampilan lambang negara dan lagu kebangsaan keaslian;
2. Pengumuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau
diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu
dinyatakan dilindungi baik dengan peraturan perundang-undangan maupun
dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika ciptaan itu diumumkan
dan/atau diperbanyak
3. Pelaporan pekerjaan untuk kepentingan pemerintah melalui radio, televisi
dan/atau sarana lain dapat dilakukan tanpa izin Pemilik hak cipta, asalkan
kepentingannya yang sah tidak dirugikan Pemegang hak cipta dan kompensasi
yang sepatutnya

Pembatasan hak cipta dengan syarat sumber harus disebutkan atau diberi nama secara
lengkap
1. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian;
2. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan dengan tidak
merugikan Pencipta;
3. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan pembelaan didalam atau diluar pengadilan;
4. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
kepentingan : ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
5. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dalam
huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu
bersifat komersial;
6. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan
cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum,
lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang non
komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya
7. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas
karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan.

Hak cipta adalah hak hukum yang diberikan kepada pemilik hak cipta untuk
melindungi karya asli mereka dari penggunaan yang tidak sah oleh pihak lain.
Pelanggaran hak cipta terjadi ketika seseorang menggunakan atau menyalin karya
tersebut tanpa izin atau persetujuan dari pemilik hak cipta. Pelanggaran hak cipta
dapat terjadi dalam bentuk apapun, termasuk reproduksi, distribusi, penjualan, atau
penggunaan karya asli dalam bentuk apapun tanpa izin pemilik hak cipta.
Sanksi atas pelanggaran hak cipta bisa beragam, mulai dari peringatan hingga
tuntutan pidana. Beberapa sanksi yang mungkin diberikan atas pelanggaran hak cipta
antara lain: Peringatan, Ganti rugi, Injunction, Pidana, Persekusi.
Penting untuk diingat bahwa pelanggaran hak cipta sangat serius dan dapat
merugikan pemilik hak cipta secara finansial dan kreatif. Oleh karena itu, penting
bagi semua pihak untuk memahami dan menghargai hak cipta dan memastikan bahwa
penggunaan karya asli dilakukan dengan izin dari pemilik hak cipta atau dalam batas-
batas yang diizinkan oleh undang-undang hak cipta.

VIII. Hukum Ketenagakerjaan


Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
ketenagakerjaan mencakup tenaga kerja sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Tenaga kerja adalah orang yang dapat melakukan pekerjaan di dalam atau di luar
hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri atau masyarakat.
Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang mengatur tentang tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Sebelumnya, hukum
ketenagakerjaan dikenal sebagai hukum perburuhan. Di Indonesia, hukum
ketenagakerjaan diatur oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Undang-undang ini berisi ketentuan-ketentuan mengenai hak dan
kewajiban pekerja dan pengusaha, keselamatan kerja, jaminan sosial tenaga kerja,
perselisihan hubungan industrial, dan ketentuan lain yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan.
Selain itu, terdapat juga beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan ketenagakerjaan, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015
tentang Pengupahan, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Jaminan
Kehilangan Pekerjaan, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
6 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pelaporan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
Hukum ketenagakerjaan merupakan konsep hukum yang terdiri dari norma-
norma hukum yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang berwenang. Hukum
ketenagakerjaan mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh
dengan buruh, dan antara buruh dengan penguasa.
Sumber hukum ketenagakerjaan dalam arti materiil adalah Pancasila,
sedangkan sumber hukum ketenagakerjaan dalam arti formal terdiri dari sebagai
berikut:
a. Undang-Undang;
b. Peraturan lain;
c. Kebiasaan;
d. Putusan;
e. Perjanjian.
Peran yang penting dalam memantau kepatuhan peraturan ketenagakerjaan
dan memberlakukan hukum pada kasus pelanggaran ketenagakerjaan dipegang oleh
pemerintah. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menjaga hak dan kepentingan baik
pekerja maupun pengusaha sehingga keduanya tidak merasa dirugikan dalam
menjalankan hubungan kerja. Hukum ketenagakerjaan memiliki peran penting dalam
membentuk peraturan dan mengeluarkan kebijakan untuk mengisi kekosongan
hukum yang terjadi di masyarakat

IX. Hukum Jaminan

Dalam setiap transaksi atau perjanjian, kepercayaan antara para pihak dapat
dipertanyakan. Oleh karena itu, jaminan diperlukan untuk memperkuat hubungan
bisnis dan hukum dalam jangka waktu yang panjang. Kepercayaan tidak hanya cukup
dengan sepakat secara etika dan moral, tetapi juga perlu dijamin dengan keberadaan
jaminan yang konkret. Oleh karena itu, pemerintah membentuk lembaga hukum
jaminan dan mengembangkan asas-asas hukum yang diatur dalam hukum perdata,
termasuk Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Fidusia dan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
Jaminan adalah hal yang diberikan untuk memberikan keyakinan kepada
kreditur bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya. Ini sangat penting dalam
praktek perbankan terutama dalam kredit yang diberikan kepada nasabah. Jenis-jenis
lembaga jaminan dapat digolongkan berdasarkan cara terjadinya, sifatnya, objeknya,
dan kewenangan menguasainya, menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan.
Penggolongan lembaga jaminan tersebut sebagai berikut:
1. Jaminan yang ditentukan Undang-Undang dan jaminan yang diperjanjikan.
2. Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan yang bersifat perorangan.
3. Jaminan yang memiliki objek benda bergerak dan jaminan yang memiliki
objek atas benda tidak bergerak.
4. Jaminan yang menguasai bendanya dan jaminan yang tidak menguasai
bendanya.
5. Jaminan yang tergolong jaminan umum dan jaminan khusus.

Ada beberapa prinsip yang berlaku pada hak jaminan kebendaan, seperti pada
Gadai, Hipotik, Hak Tanggungan, dan Fidusia. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Prinsip Droit de Suite: Hak kebendaan memiliki zaaksgevolg atau droit de
suite (hak yang mengikuti) yang artinya hak tersebut tetap melekat pada
benda tersebut, dimanapun benda tersebut berada.
2. Prinsip Preference atau prinsip keutamaan adalah prinsip yang menyatakan
bahwa hak jaminan kebendaan memberikan kedudukan yang didahulukan
bagi kreditur lainnya. Prinsip ini diatur dalam Buku II KUH Perdata yang
mengatur tentang jaminan. Pasal 1133 ayat (1) KUH Perdata menyatakan
bahwa "Hak untuk didahulukan di antara orang-orang berpiutang terbit dari
hak istimewa, dari gadai, dan dari hipotik". Hal ini menunjukkan bahwa hak
jaminan kebendaan memiliki prioritas yang lebih tinggi dalam pelunasan
hutang dibandingkan dengan kreditur lainnya.
3. Prinsip Publisitas: Pihak ketiga dapat mengetahui adanya jaminan yang
terdaftar dan tercatat di lembaga yang berwenang.

Jaminan dapat berupa keamanan seperti properti, kendaraan, atau aset lainnya
yang dapat digunakan untuk melunasi hutang jika debitur gagal memenuhi kewajiban
mereka. Hukum jaminan juga memberikan perlindungan bagi pihak debitur dengan
membatasi kewajiban jaminan sesuai dengan nilai hutang yang harus dibayar. Selain
itu, hukum jaminan juga mengatur bagaimana jaminan dapat dipindahkan atau dijual
dan bagaimana pihak kreditur dapat melaksanakan jaminan jika debitur gagal
membayar hutang.

X. Hukum Kepailitan

Pailit dan kepailitan adalah status hukum yang dapat terjadi pada badan
hukum, yang hanya dapat dicapai melalui putusan pengadilan tata usaha. Ini
membuat badan hukum menjadi tidak mampu melakukan tindakan hukum terutama
terkait dengan harta kekayaannya.
Kepailitan adalah proses di mana seorang debitur yang mengalami kesulitan
keuangan dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga karena tidak mampu membayar
hutangnya. Dalam hal ini, harta debitur dapat dibagikan kepada kreditur sesuai
dengan peraturan pemerintah. Jika seorang debitur hanya memiliki satu kreditur,
maka kreditur dapat mengajukan tuntutan perdata ke pengadilan negeri dan seluruh
harta debitur akan menjadi sumber pembayaran hutangnya kepada kreditur tersebut.
Namun, jika seorang debitur memiliki banyak kreditur dan harta kekayaannya tidak
cukup untuk membayar seluruh kreditur, maka para kreditur akan bersaing dengan
cara yang legal maupun ilegal untuk mendapatkan pelunasan tagihannya. Oleh karena
itu, Undang-Undang Kepailitan dibuat untuk mencegah situasi yang merugikan
seperti ini.
Tujuan utama dari kepailitan adalah untuk mengatur pembagian kekayaan
debitur kepada para kreditur oleh kurator, dengan tujuan untuk mencegah sitaan dan
eksekusi terpisah yang dilakukan oleh para kreditur, serta menggantikannya dengan
sitaan bersama agar kekayaan debitur dapat dibagi secara adil sesuai dengan hak
masing-masing kreditur. Kepailitan merupakan lembaga yang memberikan solusi
ketika seorang debitur tidak dapat lagi membayar hutangnya. Lembaga kepailitan
memiliki dua fungsi, yaitu memberikan jaminan kepada kreditur bahwa debitur tetap
bertanggung jawab atas hutangnya dan memberikan perlindungan kepada debitur dari
kemungkinan eksekusi massal oleh kreditur. Oleh karena itu, ketentuan kepailitan
baik sebagai lembaga maupun upaya hukum khusus merupakan konsep yang
mematuhi prinsip asas sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1131 dan
1132 KUH Perdata. Yang dimana pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata memberikan
jaminan kepastian pembayaran atas transaksi yang dilakukan oleh debitur kepada
krediturnya dengan posisi yang seimbang. Kekayaan debitur dianggap sebagai
jaminan bersama bagi semua krediturnya secara proporsional, kecuali kreditur dengan
hak preferensinya. Dalam hal ini, Pasal 1132 memberikan jaminan bahwa setiap
kreditur akan memperoleh bagian dari kekayaan debitur secara adil dan proporsional
Dalam undang-undang Kepailitan, terdapat persyaratan sederhana yang harus
dipenuhi agar seorang debitur dapat dinyatakan pailit. Menurut Pasal 1 ayat (1) UUK
PKPU, debitur yang memiliki minimal dua kreditur dan tidak membayar minimal
satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat dinyatakan pailit oleh
pengadilan yang berwenang baik atas permintaannya sendiri maupun atas permintaan
satu atau lebih krediturnya.
Jadi, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi agar seorang debitur dapat
dinyatakan pailit, yaitu minimal dua kreditur, minimal satu utang jatuh tempo dan
dapat ditagih, serta kreditur yang dapat dan sah secara hukum mempailitkan debitur
tersebut.

XI. Penyelesaian Sengketa Bisnis

Badan pengadilan telah berperan dalam penyelesaian sengketa selama ratusan


tahun, namun semakin sulit bagi para pencari keadilan, terutama dalam sengketa
bisnis. Oleh karena itu, badan-badan penyelesaian sengketa alternatif, seperti
arbitrase, telah berkembang sebagai alternatif yang diterima secara hukum di mana-
mana. Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan umum
yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa, di mana arbiter yang independen dipilih untuk memeriksa dan
memberi putusan terhadap sengketa tersebut. Arbiter adalah orang yang bertindak
sebagai penyelesai sengketa dalam arbitrase, baik tunggal maupun majelis yang
terdiri dari 3 orang.
Terdapat beberapa model alternatif penyelesaian sengketa selain melalui
pengadilan yang dapat dipilih, di antaranya adalah lembaga arbitrase yang menjadi
pilihan utama. Namun, ada beberapa alternatif lain yang dapat dipertimbangkan,
antara lain: Arbitrase, Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, Pencari Fakta, Minitrial,
Ombudsman, Penilaian Ahli, Pengadilan Kasus Kecil (Small Claim Court), Peradilan
Adat
Arbitrase merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa ekonomi
yang sering digunakan. Namun, terdapat berbagai macam jenis arbitrase yang dapat
dipilih dalam praktik, yaitu sebagai berikut: Arbitrase meningkat, Arbitrase tidak
meningkat, Arbitrase kepentingan, Arbitrase hak, Arbitrase sukarela, Arbitrase wajib,
Arbitrase ad hoc, Arbitrase lembaga, Arbitrase nasional, Arbitrase internasional
teknis, Arbitrase kualitas, Arbitrase teknis, Arbitrase umum, Arbitrase bidang khusus
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase memiliki kelebihan dan kekurangan.
Berikut adalah kelebihan dari arbitrase:
1. Prosedur yang sederhana dan cepat dalam memberikan keputusan.
2. Biaya yang lebih murah dibandingkan pengadilan.
3. Putusan tidak dibuka untuk umum.
4. Prosedur pembuktian dan hukum yang digunakan lebih fleksibel.
5. Para pihak dapat memilih hukum yang diterapkan oleh arbitrase.
Di sisi lain, terdapat kelemahan dalam arbitrase, yaitu:
1. Tidak terbuka bagi perusahaan kecil.
2. Proses hukum yang kurang jelas.
3. Tidak memiliki unsur finalitas yang cukup.
4. Tidak memiliki kekuatan untuk memaksa para pihak untuk mencapai
kesepakatan.
5. Tidak memiliki kekuatan dalam hal penegakan hukum dan eksekusi.
Arbitrase internasional adalah proses arbitrase yang melibatkan pihak dari dua
negara yang berbeda, yang dapat dilakukan melalui arbitrase lembaga atau ad-hoc.
Terdapat banyak arbitrase lembaga di dunia yang mengkhususkan diri dalam
menyelesaikan sengketa internasional.
XII. Perdagangan Internasional

Pada dasarnya, Perdagangan internasional sama dengan jual beli biasa dan
aturan hukum tentang jual beli biasa berlaku pada jual beli internasional. Yang
membedakan adalah bahwa dalam jual beli internasional, penjual dan pembeli berada
di negara yang berbeda dan barang harus dikirim antar negara. Oleh karena itu,
hukum tentang jual beli internasional akan berjalan seiring dengan hukum tentang
ekspor-impor.
Dalam jual beli internasional, hukum dari dua negara yang terlibat dapat
saling berbeda, sehingga menimbulkan benturan hukum yang harus diselesaikan. Hal
ini dapat dilakukan melalui pembuatan konvensi internasional, penyelesaian melalui
Hukum Perdata Internasional, atau pengaturan dalam kontrak. Beberapa hal yang
sering timbul dalam jual beli internasional terkait dengan perbedaan hukum antara
negara pembeli dan penjual antara lain adalah kekuatan hukum negosiasi, akseptasi
yang berbeda dengan tawaran, pembatalan suatu tawaran, perlu tidaknya suatu
consideration, keharusan kontrak tertulis, dan waktu dianggap tercapainya kata
sepakat
Dasar hukum kontrak jual beli internasional sebagai berikut:
1. Prinsip kebebasan berkontrak
2. Undang-undang tentang Hukum Kontrak nasional
3. Kebiasaan bisnis atau trade usage
4. Yurisprudensi atau putusan pengadilan
5. Kaidah Hukum Perdata Internasional
6. Konvensi-konvensi internasional, seperti United Nation Convention on
Contracts for the International Sale.
Dengan memperhatikan dasar hukum yang berkaitan dengan kontrak jual beli
internasional, pihak-pihak yang terlibat dapat meminimalkan risiko dan menghindari
perselisihan yang tidak perlu terjadi
Pengaturan Resiko dalam Jual Beli Internasional perlu diperhatikan karena
adanya perbedaan negara antara pembeli dan penjual yang memerlukan pengiriman
barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, masalah seringkali muncul
tentang siapa yang harus bertanggung jawab atas risiko tersebut, apakah penjual atau
pembeli.
Untuk mengatur resiko dalam jual beli internasional, terdapat beberapa jalan
yuridis yang diberikan oleh hukum, yaitu:
● Resiko dapat diatur dalam kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak.
● Resiko dapat mengikuti kepemilikan barang. Jika hak milik telah berpindah
kepada penjual, maka resiko juga berpindah kepada penjual.
● Resiko dapat mengikuti hukum yang berlaku di negara tempat transaksi jual
beli dilakukan.
● Resiko dapat mengikuti prinsip reservasi kepemilikan.
● Resiko dapat mengikuti penyerahan benda.
Dengan memperhatikan pengaturan resiko dalam jual beli internasional,
kedua belah pihak dapat meminimalkan risiko dan menghindari perselisihan yang
tidak perlu terjadi
Metode Pembayaran Internasional mengalami perkembangan evolutif yang
mencakup: Barter, Pembayaran tunai, Pembayaran dengan cek, Metode pembayaran
modern seperti L/C, kartu kredit, dan kartu debit.
Dalam perdagangan internasional, metode pembayaran dibedakan
berdasarkan waktu pembayaran: Pembayaran terlebih dahulu, Pembayaran dengan
open account, Pembayaran atas dasar konsinyasi, Pembayaran dengan documentary
collection, Pembayaran dengan documentary credit (L/C).

Imbal Beli Internasional, juga dikenal dengan istilah "barter", "counter


purchase", atau "counter trade", adalah transaksi dagang di mana perusahaan
mengekspor barang ke suatu negara dengan syarat bahwa mereka juga harus
mengimpor barang lain dari negara tersebut sebagai imbalannya. Dasar hukum
transaksi ini meliputi ketentuan umum tentang kontrak, ketentuan jual-beli, tukar-
menukar, hukum perdata internasional, dan perjanjian internasional. Jenis-jenis
transaksi ini meliputi Commercial Counter Trade, Industrial Countertrade, Counter
Purchase, Compensation/Buyback, Barter, Perjanjian Swap, Perjanjian Clearing,
Switch Trading, Transaksi Offset, Program Import Entitlement, Perjanjian
Framework, dan Imbal Beli Pro Active

Untuk mengatur agar perdagangan Internasional berjalan secara baik, lancar


dan saling menguntungkan, maka masyarakat Internasional telah membentuk
instrumen hukum Internasional dibidang perdagangan Internasional. GAT atau
General Agreement on Tariffs and Trade (Perjanjian Umum tentang Tarif dan
Perdagangan) adalah perjanjian multilateral yang ditandatangani oleh negara-negara
anggota di Jenewa, Swiss pada tahun 1947. GAT bertujuan untuk mengurangi
hambatan perdagangan internasional, termasuk tarif dan regulasi perdagangan
lainnya.
GAT dan WTO berperan penting dalam mendorong liberalisasi perdagangan
global dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Meskipun GAT
telah digantikan oleh WTO, prinsip-prinsip GAT tetap menjadi bagian integral dari
sistem perdagangan internasional dan menjadi dasar bagi perjanjian-perjanjian
perdagangan multilateral yang saat ini dikelola oleh WTO

XIII. Perlindungan Konsumen dan Anti Monopoli

A. Hukum Perlindungan Konsumen


Hukum Perlindungan Konsumen memiliki tujuan untuk melindungi dan
memberdayakan konsumen dalam hubungan bisnis dengan pelaku usaha. Konsumen
seringkali berada pada posisi tawar-menawar yang lemah dan rentan menjadi sasaran
eksploitasi oleh pelaku usaha yang memiliki posisi yang kuat secara sosial dan
ekonomi. Untuk mengatasi ketidaksetaraan ini, negara perlu campur tangan dengan
menerapkan sistem perlindungan hukum terhadap konsumen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen mengakui bahwa perlindungan hukum konsumen sangat
penting dalam era globalisasi saat ini. Dunia usaha menghasilkan beraneka ragam
produk (barang dan/atau jasa) dengan kandungan teknologi yang semakin maju,
sehingga konsumen perlu dilindungi dari kemungkinan kerugian akibat penggunaan
produk tersebut. Selain itu, pasar nasional yang terbuka terhadap produk dari dalam
dan luar negeri juga perlu diimbangi dengan upaya perlindungan konsumen untuk
mencegah kerugian dari ketidakpastian atas mutu, jumlah, dan keamanan barang
dan/atau jasa yang diperoleh di pasar tersebut.
Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen adalah:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta memberikan akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan konsumen.

Hak konsumen mencakup kenyamanan, keamanan, informasi yang benar,


advokasi, pendidikan konsumen, diperlakukan secara jujur, kompensasi, dan hak-hak
lainnya. Kewajiban konsumen meliputi membaca petunjuk, beritikad baik dalam
transaksi, membayar sesuai nilai tukar, dan mengikuti upaya penyelesaian sengketa
dengan patut. Selain itu, ada juga penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui
perdamaian atau melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang dibentuk
pemerintah. Badan tersebut memiliki tugas dan wewenang untuk menyelesaikan
sengketa konsumen dengan cara mediasi, arbitrase atau konsiliasi, memberikan
konsultasi perlindungan konsumen, melakukan pengawasan terhadap klausula baku,
menerima pengaduan konsumen, memanggil pelaku usaha, saksi, dan mengeluarkan
putusan serta sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
Undang-Undang Perlindungan Konsumen

B. Anti Monopoli
Anti Monopoli adalah tindakan yang diambil oleh pemerintah untuk
mencegah atau mengurangi kekuatan pasar yang dimiliki oleh satu atau beberapa
perusahaan dalam suatu industri atau sektor tertentu. Tujuannya adalah untuk
mendorong persaingan sehat, inovasi, dan kreativitas, serta melindungi kepentingan
konsumen. Ada beberapa bentuk praktek anti monopoli yang dapat dilarang oleh
pemerintah, seperti monopoli, oligopoli, kartel, dan penyalahgunaan kekuasaan pasar.
Untuk mencegah praktek anti monopoli, pemerintah dapat menerapkan berbagai
kebijakan, seperti undang-undang anti monopoli, komisi anti monopoli, regulasi
industri, dan peningkatan persaingan.
Kebijakan anti monopoli dapat memberikan dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya termasuk mendorong inovasi, menurunkan harga, meningkatkan
kualitas produk, dan melindungi konsumen dari praktek bisnis yang tidak sehat.
Dampak negatifnya adalah membatasi inovasi dan kreativitas dari perusahaan besar
serta meningkatkan biaya untuk kepatuhan terhadap regulasi anti monopoli. Oleh
karena itu, kebijakan anti monopoli harus dilakukan dengan hati-hati dan seimbang
agar dapat menciptakan persaingan sehat dalam industri dan sektor tertentu tanpa
menghambat pertumbuhan dan inovasi.

XIV. Perusahaan Go public dan Pasar Modal

A. Perusahaan Go Publik
Pengertian Perusahaan Go Public
Perusahaan Go Public adalah perusahaan yang telah menjual sahamnya kepada publik
dan sahamnya diperdagangkan di bursa efek. Proses menjual saham tersebut disebut
dengan Initial Public Offering (IPO). Dengan melakukan IPO, perusahaan bisa
mendapatkan dana segar untuk mengembangkan bisnisnya dan meningkatkan citra
perusahaan.
Keuntungan dan Risiko Perusahaan Go Public.
Keuntungan perusahaan Go Public adalah:
● Memperoleh dana segar untuk memperluas bisnis
● Meningkatkan citra perusahaan dan kepercayaan publik
● Memperoleh akses ke sumber daya yang lebih banyak seperti tenaga ahli,
teknologi, dan kemitraan strategis
● Kemudahan untuk memperoleh modal dengan cara menjual saham baru
Namun, menjadi perusahaan Go Public juga memiliki risiko seperti:
● Keterbukaan perusahaan terhadap publik yang dapat mempengaruhi reputasi
perusahaan
● Kewajiban untuk memberikan laporan keuangan dan kinerja perusahaan
secara teratur kepada publik
● Biaya yang tinggi untuk memenuhi persyaratan regulasi dan tata kelola
perusahaan yang baik
Jenis-jenis Saham yang Dijual oleh Perusahaan Go Public
Perusahaan Go Public dapat menjual beberapa jenis saham, di antaranya:
1. Saham biasa (common stock): memberikan hak kepada pemegang saham
untuk memperoleh dividen dan memiliki hak suara dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS)
2. Saham preferen (preferred stock): memberikan hak kepada pemegang saham
untuk memperoleh dividen lebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa
dan umumnya tidak memiliki hak suara dalam RUPS
3. Saham konversi (convertible stock): memberikan hak kepada pemegang
saham untuk mengonversi saham tersebut menjadi saham biasa pada waktu
yang ditentukan
4. Saham partisipasi (participating stock): memberikan hak kepada pemegang
saham untuk memperoleh dividen lebih banyak dibandingkan pemegang
saham biasa jika perusahaan memperoleh keuntungan yang besar

B. Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar yang memfasilitasi perdagangan saham, obligasi,
dan instrumen keuangan lainnya antara investor dan emiten (perusahaan yang
menerbitkan saham atau obligasi). Tujuan dari pasar modal adalah mempertemukan
investor yang membutuhkan investasi dengan emiten yang membutuhkan dana.

Fungsi Pasar Modal


Fungsi pasar modal antara lain:
● Memperoleh dana bagi perusahaan melalui penjualan saham atau obligasi
● Memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh penghasilan atau
keuntungan melalui investasi pada saham atau obligasi
● Memberikan informasi kepada investor mengenai kinerja perusahaan dan
prospeknya melalui laporan keuangan dan informasi lainnya yang
disampaikan oleh emiten
● Menentukan harga pasar saham atau obligasi berdasarkan kekuatan
penawaran dan permintaan
Pelaku Pasar Modal
Pelaku pasar modal terdiri dari:
● Emiten: perusahaan yang menerbitkan saham atau obligasi
● Investor: individu atau institusi yang membeli saham atau obligasi
● Broker: perusahaan atau individu yang membantu investor dalam melakukan
perdagangan saham atau obligasi
● Underwriter: perusahaan atau bank yang membantu emiten dalam proses
penjualan saham atau obligasi pada saat IPO
● Bursa Efek: tempat perdagangan saham dan obligasi
● Otoritas Jasa Keuangan (OJK): regulator pasar modal di Indonesia yang
bertugas untuk memastikan terciptanya pasar modal yang sehat dan adil

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham di Pasar Modal


Harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Kinerja perusahaan: kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan harga
saham, sementara kinerja yang buruk akan menurunkan harga saham
2. Tingkat suku bunga: jika tingkat suku bunga naik, harga saham umumnya
akan turun, karena investor akan beralih ke instrumen investasi yang
memberikan imbal hasil yang lebih tinggi
3. Perspektif pasar: kondisi ekonomi, politik, dan sosial di suatu negara dapat
mempengaruhi harga saham di pasar modal
4. Berita dan rumor: berita dan rumor yang beredar di pasar dapat
mempengaruhi harga saham secara signifikan
5. Tingkat likuiditas: semakin mudah saham diperjualbelikan, semakin tinggi
tingkat likuiditasnya, yang dapat meningkatkan harga saham.
Jenis-jenis Instrumen Keuangan yang Diperdagangkan di Pasar Modal
Pasar modal tidak hanya memperdagangkan saham, tetapi juga instrumen
keuangan lainnya, diantaranya: Obligasi, Reksadana, Exchange Traded
Fund (ETF), dan Derivatif
Bibliography

Purwanto, E. (2020). Pengantar Bisnis. Purwokerto: Sasanti institute.


Ubaidillah Kamal, N. F. (2018). Hukum Ekonomi. Semarang: BPFH UNNES.
Umarwan Sutopo, L. M. (2021). Pengantar Tata Hukum Indonesia. Ponorogo:
Sinergi Karya Mulia Digiprint.

Anda mungkin juga menyukai