Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Substans
i Hukum
Struktur
Hukum
Budaya
Hukum
1. Legal Subtance (Subtansi Hukum)
Substansi ini merujuk kepada aturan atau peraturan perundang-
2. Norma kesusilaan
3. Norma kesopanan
4. Norma kebiasaan
5. Norma hukum
Norma Agama
Kaidah sosial yang asalnya dari Tuhan dan berisikan larangan, perintah
dan anjuran. Kaidah ini merupakan tuntunan hidup manusia untuk
menuju ke arah yang baik dan benar. Pelanggaran terhadap kaidah
agama ada sanksinya, namun sanksi itu akan datang dari Tuhan.
Norma Kesusilaan
Kaidah/peraturan hidup yang berpangkal pada hati nurani manusia
sendiri, yang membisikkan agar melakukan perbuatan-perbuatan yang
baik dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela, oleh
karenanya kaidah kesusilaan bergantung pada setiap individu manusia
masing-masing.
Kaidah Kesusilaan ini bertujuan agar manusia memiliki akhlak yang
baik demi mencapai kesempurnaan hidup manusia itu sendiri.
Penerapan sanksinya berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, bukan
paksaan dari luar.
Norma Kesopanan
Peraturan hidup yang timbul atau diadakan dalam suatu
masyarakat, yang mengatur sopan santun dan perilaku dalam
pergaulan hidup antar-sesama anggota masyarakat tertentu.
Kaidah kesopanan ini didasarkan pada kebiasaan, kepantasan,
atau kepatutan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Kaidah ini ditujukan pada sikap lahir manusia (sama dengan
kaidah hukum) yang ditujukan pada pelakunya agar terwujud
ketertiban masyarakat dan suasana keakraban dalam
pergaulan.
Tujuannya, pada hakikatnya bukan pada manusia sebagai
pribadi, melainkan manusia sebagai makhluk sosial yang hidup
bersama dalam kelompok masyarakat.
Norma Kebiasaan
Diangkat dan dekat sekali dengan kenyataan, yaitu apa yang
biasa dilakukan orang sehari-hari, itulah yang kemudian
menjelma menjadi norma kebiasaan, melalui ujian keteraturan
dan kesadaran serta kesepakatan anggota-anggota masyarakat
tersebut untuk menerimanya sebagai norma masyarakat.
Faktor ideal (filosofis) dalam norma ini sangat kecil.
Norma kebiasaan dinilai banyak mengandung norma yang tidak
sesuai dengan hukum dan kesusilaan.
Norma Hukum
Peraturan-peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi
oleh penguasa masyarakat atau penguasa Negara, mengikat setiap
orang dan berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat masyarakat atau
aparat Negara, sehingga berlakunya kaidah hukum dapat
dipertahankan. Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia
atau perbuatan konkrit yang dilakukan oleh manusia.
Asal mula dan sanksi bagi pelanggar kaidah hukum datang dari luar diri
manusia maka heteronom sifatnya.
GUSTAV RADBRUCH
MEMBEDAKAN NORMA MENJADI DUA
2. Sesuatu yang dijadikan norma karena Sesuatu yang dijadikan norma, sekalipun ia
kesesuaiannya dengan dunia kenyataan. nantinya ternyata tidak bersesuaian dengan
kenyataannya.
Sasaran Aturan yang ditujukan kepada sikap Aturan yang ditujukan kepada perbuatan
batin konkrit (lahiriah)
Asal/Usul Dari Tuhan Diri sendiri Kekuasaan yang memaksa
Agama/
kesusilaan Kenyataan (sosiologis-das sein)
Kebiasaan
Definisi: “Hukum”
D. Machmudin: Hukum dalam arti luas dapat disamakan dengan
aturan, kaidah, norma, ketentuan-ketentuan baik tertulis maupun tidak
yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang
harus ditaati dalam kehidupan bermasyarakat dan apabila dilanggar
akan dikenakan sanksi.
Satjipto Rahardjo: Hukum adalah karya manusia, berupa norma-
norma, berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku, sebagai cerminan dari
kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu
dibina dan kemana harus diarahkan.
Bellefroid berpendapat bahwa hukum yang berlaku di suatu
masyarakat, mengatur tata tertib masyarakat itu didasarkan pada
kekuasaan yang ada pada masyarakat.
M. Meyers berpendapat bahwa hukum adalah semua aturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan yang ditujukan pada tingkah laku
manusia dalam amsyarakat dan menajdi pedoman penguasa negara
dalam melakukan tugasnya.
Leon Duguit berpendapat bahwa hukum adalah aturan tingkah laku
anggota masyarakat yang daya penggunaannya pada saat tertentu yang
diindahkan masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika
dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melanggar
peraturan itu.
Emmanuel Kant berpendapat bahwa hukum adalah keseluruhan syarat-
syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dengan
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang yang lain memenuhi
peraturan hukum tentang kemerdekaan.
Van Kant berpendapat bahwa hukum ialah serumpun peraturan yang
bersifat memaksa yang diadakan untuk mengatur, melindungi kepentingan
orang dalam masyarakat.
Apeldoorn berpendapat bahwa hukum ialah suatu gejala sosial, tidak ada
masyarakat yang tidak mengenal hukum. Hukum itu menjadi aspek dari
kebudayaan seperti agama, kesusilaan adat istiadat dan kebudayaan.
Sudiman Kartohadiprodjo berpendapat hukum ialah pikiran atau
gagasan-gagasan tentang adil dan tidaknya mengenai hubungan antar
manusia.
Utrecht berpendapat bahwa hukum ialah himpunan peraturan-peraturan
(perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
Grotius berpendapat bahwa hukum ialah peraturan tentang perbuatan
moral yang menjamin keadilan.
Van Vollenhoven berpendapat bahwa hukum ialah suatu gejala dalam
pergaulan hidup yang bergolak terus menerus dalam keadaan bentur
membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya.
J.C.T. Simorangkir berpendapat bahwa hukum ialah peraturan yang
bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwenang,
pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan
yaitu dengan hukuman tertentu.
S.M. Amin hukum ialah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma-norma
dan sanksi, dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia sehingga keamananb ketertiban terpelihara.
Unsur-unsur hukum:
1. Peraturan tentang tingkah laku manusia
2. Peraturan itu dibuat oleh badan berwenang
3. Bersifat memaksa, namun tidak dapat dipaksakan
4. Mempunyai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan nyata bagi
pelakunya.
Ciri-ciri Hukum:
1. Adanya perintah,larangan dan kebolehan
2. Larangan dan perintah itu harus ditaati
3. Adanya sanksi hukum yang tegas
Dari berbagai pengertian/definisi hukum dapat disimpulkan bahwa
hukum dapat diartikan sebagai:
teratur. Dalam arti hukum sebagai sikap tindak bekerjanya tidak nampak
seperti dalam arti petugas yang berpatroli, yang memeriksa orang yang
mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan hidup bersama dengan
perilaku individu terhadap yang lain secara terbiasa, dan senantiasa terasa
wajar serta rasional. Sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur yaitu
perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama yang bertujuan
untuk mencapai kedamaian.
yang pantas atau diharapkan. Sebab kaidah atau norma adalah ketentuan-
ketentuan tentang baik dan buruk perilaku manusia di tengah pergaulan
hidupnya.
5. Hukum dalam arti jalinan nilai
Hukum dalam arti ini bertujuan menserasikan nilai-nilai obyektif yang
universal tentang baik dan buruk, tentang patut dan tidak patut, sedemikian
rupa untuk mencerminkan rumusan perlindungan kepentingan antar
individu, pemenuhan kebutuhan dan perlindungan hak, dengan ketentuan
yang merupakan kepastian hukum.
pemikiran. Maka jelaslah bahwa dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai
ilmu pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang
berusaha, mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki cirri-ciri,
sistematis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.
yang dihadapi. Dalam hal ini hukum dalam arti disiplin melihat hukum
sebagai gejala dan kenyataan yang ada di tengah masyarakat. Apabila
pembicaraan dibatasi pada disiplin hukum maka secara umum disiplin
hukum menyangkut ilmu hukum, politik hukum, sosiologi hukum dan filsafat
hukum.
Tujuan Hukum
L.J.van Apeldoorn: Tujuan Hukum adalah mengatur pergaulan hidup
secara damai. Keadaan damai dalam masyarakat dapat terwujud apabila
keseimbangan, kepentingan masing-masing anggota masyarakat benar-
benar dijamin oleh hukum.
yang menjadi bagian atau haknya (jus sum cuique tribuere) Keadilan
Distributif.
Yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut
jasanya.
Dengan perkataan lain adalah kewajiban pimpinan suatu oraganisasi
3. Teori Pengayoman:
Adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun pasif.
Secara aktif: sebagai upaya menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan
yang manusiawi dalam proses yang berlangsung secara wajar.
Secara pasif: mengupayakan pencegahan atas tindakan yang sewenang-
wenang dan penyalahgunaan hak.
Chapter IV
Skema Penggolongan Hukum
-Hukum Undang-Undang
SKEMA PENGGOLONGAN HUKUM -Hukum kebiasaan/adat
-Hukum yurisprudensi
Menurut sumber formalnya -Hukum traktat
-Hukum perjanjian
-Hukum Ilmu
-Hukum memaksa
Menurut kekuatan -Hukum mengatur
berlakunya/sifatnya
-Hukum materiil
HUKUM Menurut fungsinya -Hukum formal
-Hukum umum
Menurut luas berlakunya -Hukum khusus
-Hukum tertulis
Menurut bentuknya (kodifikasi & tidak dikodifikasi)
-Hukum tidak tertulis
-Hukum nasional
Menurut tempat berlakunya -Hukum internasional
-Hukum asing
-Hukum positif
Menurut waktu berlakunya -Hukum yang diharapkan
Hukum berdasarkan kepentingan yang diatur/isinya:
Hukum Tertulis:
Hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, baik yang
dikodifikasi (contoh: KUHPidana, KUHPerdata, KUHAP, KUH Dagang),
atau tidak dikodifikasikan (Undang-Undang, PP, Perpu, Perpres, dsb.)
Hukum Umum:
Hukum yang berlaku bagi setiap orang dalam masyarakat tanpa
membedakan jenis kelamin, warga negara, maupun jabatan sesorang.
Contoh: Hukum Pidana
Hukum Khusus:
Hukum yang berlaku hanya bagi segolongan orang tertentu saja.
Contoh: Hukum Pidana Militer.
Hukum berdasarkan fungsinya:
Hukum Materiil:
Hukum yang mengatur tentang isi hubungan antara sesama anggota
masyarakat, anggota masyarakat dengan penguasa negara dan
masyarakat dengan negara. Isinya tentang tindakan-tindakan yang
diharuskan (gebod), yang dilarang (verbod), dan yang dibolehkan
(mogen) termasuk akibat hukum dan sanksi hukum bagi pelanggarnya.
Dengan demikian hukum materiil menimbulkan hak dan kewajiban.
Hukum Formal:
Hukum yang mengatur bagaimana penguasa mempertahankan dan
menegakkan serta melaksanakan hukum materiil dan bagaimana cara
menuntutnya apabila hak seseorang telah dilanggar oleh orang lain.
Hukum berdasarkan waktu berlakunya:
Keberlakuan Undang-Undang:
- Secara Yuridis: apabila persyaratan formal terbentuknya UU itu terpenuhi.
- Secara Sosiologis: apabila UU itu telah diterima dan ditaati oleh masyarakat tanpa
memperhatikan bagaimana terbentuknya UU itu, dengan perkataan lain apabila UU
itu efektif berlaku di masyarakat.
- Secara Filosofis: apabila UU itu memang sesuai dengan cita-cita hukum dan
nilai-nilai positif yang tertinggi yang dianut masyarakat tersebut.
Tentang berlakunya suatu undang-undang dalam arti materiil dikenal
beberapa asas, antara lain:
1. Undang-undang tidak berlaku surut. Maksud asas ini adalah bahwa
undang-undang hanya boleh dipergunakan terhadap peristiwa yang
disebut dalam undang-undang tersebut, dan terjadi setelah undang-
undang itu dinyatakan berlaku.
2. Undang-undang yang dibuat oleh Penguasa yang lebih tinggi
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula (lex superior derogat legi
inferior)
3. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang
yang bersifat umum jika dibuatnya sama (Lex Specialis derogat Legi
Generalis).
4. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-undang
yang berlaku terdahulu (Lex Posteriore derogat Legi Priori).
5. Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat
mencapai kesejahteraan spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun
individu melalui pembaharuan atau pelestarian (asas Welfarestaat). Agar
supaya pembuat undang-undang tidak sewenang-wenang atau undang-
undang itu sendiri tidak merupakan huruf mati sejak diundangkan.
Kebiasaan (custom)
Contoh:
3. Pembagian keuntungan bagi penggarap dan pemilik sawah;
4. Pembagian waris
5. Prosesi pernikahan adat
6. Dsb.
Yurisprudensi
Syarat Yurisprudensi:
Putusan atas peristiwa hukum yang belum jelas peraturannya;
1. Putusan telah berkekuatan hukum tetap (inkract van gewijsde);
2. Putusan berulang kali dijadikan dasar hukum untuk memutus perkara
sama;
3. Putusan telah memenuhi rasa keadilan masyarakat;
4. Putusan telah dibenarkan oleh MA-RI (teruji berdasarkan hasil
eksaminasi dan anotasi).
Perjanjian
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.
Traktat akan menjadi sumber hukum formal apabila telah diratifikasi menjadi
undang-undang oleh DPR bersama Presiden.
Bentuk-bentuk Traktat:
1. Traktat Bilateral, perjanjian antar negara yang diikuti dua negara;
2. Traktat Multilateral, perjanjian antar negara yang diikuti lebih dari dua
negara;
3. Traktat Kolektif, adalah traktat multilateral yang masih memungkinkan
masuknya negara lain menjadi peserta.
ada sanksi.
45
Contoh-contoh asas hukum:
Asas Presumption of innocence (praduga tak bersalah)
Asas Pacta sunt servanda, bahwa perjanjian yang sudah disepakati
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan.
Asas Geen straft zonder schuld, bahwa tiada hukuman tanpa
kesalahan.
Asas Nebis In idem, mengenai perkara yang sama dan sejenis tidak
boleh disidangkan untuk kedua kalinya.
Asas Joro suo uti nemo cogitur, tak ada seorangpun yang diwajibkan
menggunakan haknya.
Asas unus testis nullus testis, satu saksi bukanlah saksi.
Asas in dubio pro reo, dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang
menguntungkan bagi si terdakwa
Asas koop breekt geen huur, jual beli tidak menggugurkan/memutuskan
sewa menyewa.
Asas Cogatitoinis poenam nemo patitur, seseorang tidak dapat dihukum
karena hal yang baru dipikirkannya.
Asas Res Nullius credit occupanti, benda yang ditelantarkan pemiliknya
dapat diambil untuk dimiliki orang lain.
Asas Qui fact consentire videtur, berdiam diri dianggap setuju.
46
Chapter VII
Jenis-Jenis Lapangan Hukum
Jenis-jenis Lapangan Hukum
1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Administrasi Negara
3. Hukum Perdata
4. Hukum Dagang
5. Hukum Pidana
6. Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan
7. Hukum Agraria
8. Hukum Pajak
9. Hukum Antar Golongan
10. Hukum Perdata Internasional
11. Hukum Internasional
12. Hukum Acara (Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata,
dsb.)
13. Hukum Islam
14. Hukum Adat
43
1. Hukum Tata Negara:
Hukum yang mengatur bentuk negara, bentuk
pemerintahan, menunjukkan masyarakat hukum atasan dan
masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya,
menunjukkan alat-alat perlengkapan negara yang berkuasa,
wewenang, dsb.
3. Hukum Perdata
Aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap
orang terhadap orang lain berkaitan dengan hak dan
kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat
maupun pergaulan keluarga.
44
4. Hukum Dagang:
Hukum yang mengatur tentang beberapa perjanjian
(overeenkomst) dan perikatan-perikatan (verbintenissen). Hukum
dagang terkait dengan pengaturan berkenaan dengan perniagaan,
pengangkutan, perlindungan konsumen, dsb.
5. Hukum Pidana
Hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan
kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan
pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam denga hukuman
yang merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang
bersangkutan.
6. Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan
Peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur
hubungan kerja antara buruh dan majikan. Buruh bekerja pada
dan dibawah majikan dnegan mendapat upah sebagai balas
jasanya.
44
7. Hukum Agraria:
Hukum yang tertulis dan tidak tertulis yang mengatur
agraria, meliputi seluruh bumi, air, ruang angkasa dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
8. Hukum Pajak
Peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah
untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas
negara.
44
13. Hukum Islam
Hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan, Sunnah Rasul
dan Ijtihad.
44
Chapter VIII
Pembentukan, Penegakan dan Penerapan Hukum
Pembentukan, Penegakan dan
Penerapan hukum
Pembentukan
Penegakan Hukum Penerapan Hukum
hukum
Pembentukan Hukum
(law making process)