Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

AL ISLAM II
“PUASA”

Disusun Oleh :

IVAN ZUMARANO

No. ID / NIM : MJS3G14-16042 / 2014140185

PROGRAM PERKULIAHAN KARYAWAN

FAKULTAS ILMU SOSIOAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUHAMMDIAH JAKARTA

2015

1
Kata pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan  yang maha esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah maka saya bisa menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “PUASA”, yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.

Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.

 Amin

Jakarta, 4 April 2015

Ivan Zumarano

2
Daftar isi
Kata pengantar............................................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................................................4
Pendahuluan...............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................................4
B. Pokok Masalah.................................................................................................................................4
C. Tujuan makalah...............................................................................................................................5
Bab II............................................................................................................................................................6
Isi................................................................................................................................................................. 6
A. PUASA.................................................................................................................................................6
B. HAKEKAT PUASA................................................................................................................................14
C. ALLAH MEWAJIBKAN PUASA............................................................................................................15
D. TUJUAN DAN FUNGSI PUASA...........................................................................................................19
E. HIKMAT PUASA..................................................................................................................................21
F. MAKNA SPIRITUAL BERPUASA...........................................................................................................24
G. PUASA DAN PEMBENTUKAN INSAN BERKARAKTER..........................................................................26
Bab III.................................................................................................................................................29
KESIMPULAN......................................................................................................................................29

3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya ialah
puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu termasuk rukun
islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat
islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui
manfaat dan tujuan dari puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui
pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar.

 Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa


mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,pada saat
mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika
sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Seperti yang dikatakan hadits: urung
rampung

 Oleh karena itu dalam makalah ini saya akan membahas hakekat puasa, mengapa allah
mewajibkan puasa, tujuan dan fungsi puasa, hikmah puasa, makna spiritual puasa dan puasa
dan pembentukan insane berkarakter.

B. Pokok Masalah

Sebagai orang muslim sangatlah wajib bagi kita untuk mengetahui, bahkan untuk paham
betul apa itu puasa, mengapa kita wajib menjalankan puasa, apa tujuan dan fungsi dari puasa
Dan berdasarkan latar  belakang masalah yang telah dijelaskan, maka kami mendapatkan
beberapa pokok permasalahan di dalam pembahasan ini. Diantaranya ialah:

 Penyebab orang-orang tidak menjalankan ibadah puasa.


 Menjalani puasa tanpa mengerti tujuan dan fungsi berpuasa.
 Hikmah dan makna spiritiual kita saat menjalani puasa.

4
C. Tujuan makalah

Adapun tujuan dari makalah ini kami buat adalah :

Agar ummat islam selalu melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan benar sesuai tujuan
mengapa kita harus berpuasa.

Untuk mempelajari lebih dalam dan mengetahui makna yang terkandung dalam puasa dan
dalam diri kita.

Isi yang diuraikan

 Puasa
1. Pengertian puasa secara bahasa dan syar’i.
2. Rukun dan syarat puasa
3. Hal-hal yang membatalkan dan yang mengurangi puasa nilai puasa
4. Adab berpuasa
5. Macam-macam puasa
6. -          Halangan   puasa
7. Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa
8. Meng-qadha’ puasa Ramadhan
 Hakekat Puasa
 Allah mewajibakan kita berpuasa
 Tujuan dan fungsi puasa
 Hikmah puasa
 Puasa dan pembentukan insan berkarakter

5
Bab II
Isi
A. PUASA
 Definisi
Shaum (puasa) berasal dari kata bahasa arab yaitu shaama-yashuumu, yang
bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu menahan diri dari segala
apa yang membatalkan puasa.
Adapun puasa dalam pengertian terminology (istilah)  agama adalah menahan
diri dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu.

 MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM

Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi menjadi
empat macam, yaitu :

1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang
dilakukan secara tepat waktu artinya pada bulan Ramadhan secara ada’ dan demikian
pula yang dikerjakan secara qadha’. Termasuk puasa fardhu lagi ialah puasa kifarat dan
puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini telah disepakati menurut para imam-imam
madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah berbeda pendapat dalam hal puasa yang
dinazarkan. Mereka ini mengatakan bahwa puasa nazar itu puasa wajib bukan puasa
fardhu.

Puasa ramadhan dan dalil dasarnya

Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu
berpuasa. Puasa ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban satu
setengah tahun setelah hijrah. Tentang dalil dasarnya yang menyatakan kewajiban
puasa ramadhan ialah Al-qur’an, hadits dan ijma’. Dalil dari Al-qur’an iala firma Allah swt
:

١٨٥ ‫شهر رمضان الذي انزل فيه القران(البقرة‬

6
Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bu;lan ramdhan, yang
didlamanya diturunkan (permulaan) Al-qur’an.(Al-baqarah 185)

2. Puasa sunnah (mandub)

Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan
apabila kita tinggalkan atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa.

Berikut contoh-contoh puasa sunnat:

 Puasa hari Tasu’a – ‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya

Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang lebih utama
adalah tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut.

 Puasa hari arafah

Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu disebut hari
‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang sedang melaksanakan
ibadah haji

 Puasa hari senin dan kamis

Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di dalam
melakukan puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh. Hal demikian tak
ada keraguan lagi.

 Puasa 6 hari di bulan syawal

Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak dengan tanpa
syarat-syarat

 Puasa sehari dan berbuka sehari

Disunnahkan bagi oramg yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa
sehari. Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah satu macam puasa
sunnah yang lebih utama.

 Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.

Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan tiga
kalangan imam-imam madzhab.

7
Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4, dan yang tiga berturut-turut yakni:
Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram, dan yang satu sendiri yakni bulan Rajab,
maka berpuasa pada bulan-bulan tersebut memang disunnahkan .

 Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya

Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika


dibatalkan adalah disunnahkan menurut ulama syafi’iyyah dan hanafiyyah.

3. Puasa Makruh

Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari
perayaan besar yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau
sesudahnya selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu
dimakruhkan menurut tiga kelompok imam madzhab. Namun ulama madzhab syafi’I
mengatakan : tidak dimakruhkan berpuasa pada kedua hari itu secara mutlaq.

4. Puasa haram
Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat
itu, jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa
maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama
telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :
Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya kurban
(idul adha)
Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal
ini(fiqih empat madzhab hal 385)
Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat, atau
dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-terangan.
Kecuali jika sang suami memang tidak memerlukan istrinya, misalnya suami sedang
pergi, atau sedang ihram, atau sedang beri’tikaf.

 Syarat Wajib Puasa

 Beragama Islam  Berakal  Sehat


 Baligh (telah  Mumayyiz  Tidak musafir
mencapai umur  Berupaya untuk
dewasa) mengerjakannya.

8
 Syarat Sah Puasa

 Beragama Islam  Tidak dalam haid, nifas dan wiladah


 Berakal (melahirkan anak) bagi kaum wanita
 Hari yang sah berpuasa.

 Rukun-rukun puasa

Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib)


atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai daripada
terbenamnya matahari sehingga terbit fajar. Meninggalkan sesuatu yang membatalkan
puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari.

 Hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi nilai puasa

Beberapa hal yang membatalkan dan mengurangi nilai puasa:


 Makan

Ayat yang menjelaskan tentang batalnya puasa karena makan adalah Surah Al-
baqarah ayat 187.

Artinya : dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-
istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena
itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan
minumlam hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai(datang) malam.

 Minum
 Hubungan seksual

Sama seperti surat diatas tapi yang membedakan adalah konsekuensi hukumnya
yang lebih berat yaitu bagi suami istri yamg vberhubungan sex saat puasa Ramadhan
maka ia harus membebaskan budak jika punya, atau jika tidak punya, berpuasalah
selama 2 bulan berturut-turut, atau jika tidak mampu, memberi makan fakir miskin
60 orang, dan mengganti puasanya. Adapun jika bermimpi di siang hari atau bangun
kesiangan padahal dia lupa mandi zunub maka hal itu tidak membatalkan puasa.

9
 Muntah dengan sengaja
Hadist yang menjelaskan tentang muntah yang disengaja yang artinya :
Barang siapa yang muntah maka tidak ada kewajiban mengganti terhadapnya.
Namun barang siapa muntah denjgan sengaja maka hendaklah ia menggantinya.
(HR. Tirmidzi, abu daud, ibn mazah, dari abu hurairah)

 Keluar darah haidh dan nifas sebagai konsekwensi dari syarat syahnya puasa.
 Gila saat sedang puasa

Sedangkan hal yang mengurangi nilai puasa adalah mengerjakan hal-hal yang memang
dibenci oleh Allah swt, seperti bertengkar berkata jorok, berperilaku curang, atau berbuat
sesuatu yang tidak ada manfaatnya dan semacamnya.

Intinya, bila seluruh panca indera dan anggota badannya tidak ikut dipuasakan terhadap
hal-hal yang memang dibenci bahkan dilarang oleh allah swt maka dapat mengurangi bahkan
menghilangkan bobot puasanya, sehingga dia termasuk orang yang merugi.

 Adab-adab berpuasa

Niat karena Allah swt semata.

Niat ini cukup dalam hati tanpa diucapkan. Akan tetapi banyak ulama yang
berbeda pendapat tentang hal ini. Yang pertama ialah menurut imam hanbali, menurut
beliau niat cukup pada awal puasa saja untuk satu bulan penuh. Kedua, ialah menurut
imam Maliki yang mengatakan niat bisa dimulai ketika awal ramadhan sekaligus. Yang
terakhir yaitu menurut imam Syafii yang mengatakan bahwa niat dilakukan setiap
malam atau bertepatan dengan terbitnya fajar shadiq. Bahkan jika semisal ada
seseorang yang berniat puasa satu tahun yang lalu itupun sebenarnya sudah bisa
dikatakan niat.

Berbeda halnya dengan puasa wajib, untuk puasa sunat kebanyakan ulama
membolehkan berniat puasa pada siang hari, sebagaimana riwayat dari Aisyah bahwa
Rosululloh saw pernah datang kepadanya dan bertanya “ apakah kamu punya sesuatu
(maksudnya makanan?) jawab aisyah “ tidak! Kata Nabi saw “ kalau begitu saya puasa
saja”. Dan dari riwayat tersebut dapat disimpulkanb bahwa niat puasa sunat bisa
dilakukan pada siang hari.

10
 Makan sahur
Nabi saw bersabda yang artinya “ sahurlah kalian, karena pada sahur itu
terdapat berkah” (HR. Jama’ah kecuali abu Daud, dari Anas ra). Dari riwayat
tersebut sudahlah jelas bahwa sahur pada saat akan berbuasa sangatlah
dianjurkan.
Sedangkan waktu makan sahur yang disunatkan dan yang paling baik
menurut Nabi saw yaitu diakhir malam.
 Menjahui hal-hal yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi nilai puasa.
Selain yang telah disebutkan di atas berkumur secara berlebihan saat
berwudu juga termasuk salah satu hal yang bisa mengurangi nilai puasa. Seperti
sabda Nabi saw yang artinya “ sempurnakanlah dalam berwudhu, sela-selailah
diantara jari-jemarimu dan smpikanlah (ke dalam-dalam) dalam berkumur,
kecualai kamu berpuasa”. ( HR. Imam yang lima, dari Laqith bin Shabirah).
 Berbuka puasa dengan segera.
Bila waktu berbuka sudah tiba, sangat dianjurkan untuk
menygerakannya. Hal ini karena Nabi saw bersabda yang artinaya: manusia
senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.
Segerakanlah berbuka karena orang Yahudi mengakhirkannya.
 Halangan puasa

Beberapa uzur (halangan) yang membolehkan berbuka(tidak berpuasa)

 Sakit dan menderita kepayahan yang sangat


Beberapa uzur atau halangan yang membolehkan orang yang berpuasa, berbuka
atau membatalkan puasanya diantaranya ialah sakit. Apabila orang yang berpuasa
jatuh sakit dan ia merasa khawatir bertambah sakit jika berpuasa atau ia khawatir
terlambat kesembuhannya, atau ia malah menderita kepayahan yang sangat jika
berpuasa maka ia diperbolehkan berbuka.
 Khawatirnya wanita hamil dan wanita menyusui terhadap bahaya bila berpuasa.
Apabila wanita hamil dan wanita menyusui merasa khawatir ditimpa bahaya
akibat berpuasa yang kelak akan menimpa pada diri mereka dan anak mereka
sekaligus, atau pada dirinya saja, atau pada anak mereka saja, maka mereka
diperbolehkan tidak berpuasa(berbuka).
 Berbuka sebab bepergian
Diperbolehkan berbuka(tidak berpuasa) bagi orang yang bepergian dengan
syarat bepergiannya itu dalam jarak yang jauh yang membolehkan shalat qashar,
sesuai dengan ketentuannya. Dan dengan syarat hendaknya ia telah mulai pergi
sebelum terbit fajar, yaitu sekiranya ia bisa sampai di tempat dimana ia memulai

11
meng-qashar shalat sebelum terbit fajar. Apabila keadaan pergi itu yang
membolehlkan meng-qashar shalat, maka ia tidak boleh berbuka.
 Puasa wanita yang sedang haidh dan nifas
Apanila wanita yang sedang berpuasa datang bulan atau haidh, atau nifas, maka
wajiblah berbuka dan haramlah baginya berpuassa. Jikalau ia memaksakan diri
berpuasa, maka puasanya adalah batal dan dalam hal ini ia berkewajiban meng-
qadha’.
 Orang yang ditimpa kelaparan atau kehausan yang sangat.
Adapun kelaparan dan kedahagaan yang sangat yang dengan kedua-duanya itu
seorang seseorang tidak kuat berpuasa, maka bagi orang yang tertimpa hal seperti
itu boleh berbuka dan ia berkewajiban meng-qadha’.
 Orang yang sudah lanjut usia
Orang yang telah berusia lanjut, yang tidak kuat melakukan puasa pada seluruh
masa dalam setahun, ia boleh berbuka, artinya ia boleh tidak berpuasa Ramadhan,
tetapi ia berkewajiban membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin.
 Orang yang sudah lanjut usia tidak berkewajiban meng-qadha’. Sebab sudah tidak
mampu melakukan puasa.
 Orang yang ditimpa penyakit gila disaat berpuasa.
Apabila orang yang berpuasa ditimpa penyakit gila, meskipun hanya sekejap
mata, maka ia tidak berkewajiban berpuasa dan puasanya tidak sah. Kewajiban atas
meng-qadaha’ puasanya itu dijelaskan oleh imam syafi’I sebagai berikut: “bila ia
sengaja dengan penyakit gilanya misalnya di malam harinya secara sengaja
memakan sesuatu benda yang pagi harinya bisa menghilangkan akalnya, maka ia
berkewajiban meng-qadha’ hari-hari dimana ia gila. Tetapi kalau ia tidak bersengaja
gila, maka ia tidak berkewajiban meng-qadha’.

 Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa

Disunnahkan bagi orang yang berpuasa itu beberapa hal, yaitu:

1. Bersegera untuk berbuka setelah nyata-nyata matahari terbenam. Dan berbuka itu
dilakukan sebelum shalat. Dan disunnahkan berbuka itu dengan kurma basah, atau
kurma kering, atau manisan atau air. Hendaknya yang dibuat berbuka itu ganjil, yaitu
tiga atau lebih.
2. Berdo’a setelah berbuka dengan do’a yang telah diajarkan oleh Nabi SAW.
3. Makan sahur dengan sesuatu makanan walaupun sedikit. Meskipun hanya seteguk
air. Seperti sabda Nabi SAW yang menjelaskan tentang makan sahur itu adalah
berkah.

12
4. Mencegah lisan dari omongan yang tidak berfaidah. Sedangkan mencegah lisan dari
hal yang haram seperti menggunjing (ghibah) dan adu domba, maka hal itu adalah
wajib setiap saat, dan hal itu lebih dikukuhkan pada bulan Ramadhan.
5. Memperbanyak sedekah dan berbuat baik kepada sanak saudara, kaum fakir dan
miskin.
6. Menyibukkan diri dalam menunutut ilmu, membaca Al-Qur’an, berzikir, membaca
shalawat atas Nabi SAW. Bilamana ada kesempatan untuknya baik siang hari
maupun malamnya.
7. Beri’tikaf.

 Meng-qadha’ puasa Ramadhan


Barang siapa berkewajiban meng-qadha’ puasa Ramadhan karena
membatalkannya secara sengaja, atau karena suatu sebab dari beberapa sebab
terdahulu, maka ia berkewajiban meng-qadha’ sebagai pengganti hari-hari yang ia
batalkan dan ia qadha’ pada masa yang diperbolehkan melakukan puasa sunnah. Jadi
tidak dianggap mencukupi meng-qadha’ puasa Ramadhan pada hari-hari yang dilarang
berpuasa padanya. Seperti hari raya, baik idul fitri maupun idul adha’. Juga tidak
dianggap mencukupi pada hari-hari yang memang ditentukan untuk berpuasa fardhu,
seperti bulan ramadhan yang sedang tiba waktunya, hari-hari nazar yang ditentukan,
misalnya ia bernazar akan berpuasa sepuluh hari diawal bulan bulan Dzulqo’dah. Jadi
meng-qadha’ puasa ramadhan pada hari-hari itu tidak bisa dinilai mencukupi. Sebab
telah ditentukan untuk nazar. Demikianlah menurut kalangan ulama Malikiyah dan
Syafi’iyyah.
Begitu juga tidak bisa mencukupi melakukan qadha’ pada bulan Ramadhan yang
sedang tiba saatnya. Sebab bulan tersebut ditentukan untuk menunaikan kewajiban
puasa secara khusus. Jadi tidak bisa untuk dibuat melakukan puasa selainnya.
Melakukan puasa qadha’ dianggap sah pada hari syak, karena pada hari itu melakukan
puasa sunnah dianggap sah. Ketentuan meng-qadha’ ialah dengan cara mengikuti
jumlah puasa yang terluput(tertinggal), bukan mengikuti hilal atau tanggal bulan. Jadi
kalau seseorang meninggalkan puasa selama 30 hari atau sebulan penuh, maka ia harus
meng-qadha(berpuasa) selama 30 hari juga. Jika dalam bulan yang ia puasa tersebut ada
29 hari, maka ia harus menambah 1 hari lagi.
Bagi yang mempunyai kewajiban meng-qadha’ puasa disunnahkan untuk segera
meng-qadha’ puasanya. Disunnahkan juga agar dilakukan secara berturut-turut dalam
melakukannya. Dan berkewajiban juga meng-qadha’ secara segera apabila Ramadhan
yang selanjutnya akan segera tiba. Barang siapa mengundur-undur qadha’ hingga bulan
Ramadhan keduanya tiba maka ia berkewajiban membayar fidyah sebagai tambahan
atas kewajiban meng-qadha’. Yang dimaksud fidyah ialah memberi makanan orang

13
miskin untuk setiap hari dari hari-hari qadha’. Ukurannya ialah sebagaimana yang
diberikan kepada orang miskin dalam kifarat.

 Cara mengeluarkan fidyah


Maksud Fidyah ialah satu cupak makanan asasi tempatan yang disedekahkan
kepada fakir miskin mewakilli satu hari yang tertinggal puasa Ramadhan padanya.
Makanan asasi masyarakat Malaysia adalah beras, maka wajib menyedekahkan secupak
beras kepada fakir miskin bagi mewakili sehari puasa. Ukuran secupak beras secara lebih
kurang sebanyak 670gram. Contohnya sipulan telah meninggalkan puasanya sebanyak 5
hari, maka dia wajib membayar Fidyahnya sebanyak 5 cupak beras kepada fakir miskin.
Firman Allah yang bermaksud :
“(Puasa Yang Diwajibkan itu ialah beberapa hari Yang tertentu; maka sesiapa di
antara kamu Yang sakit, atau Dalam musafir, (bolehlah ia berbuka), kemudian wajiblah
ia berpuasa sebanyak (hari Yang dibuka) itu pada hari-hari Yang lain; dan wajib atas
orang-orang Yang tidak terdaya berpuasa (kerana tua dan sebagainya) membayar Fidyah
Iaitu memberi makan orang miskin. maka sesiapa Yang Dengan sukarela memberikan
(bayaran Fidyah) lebih dari Yang ditentukan itu, maka itu adalah suatu kebaikan baginya;
dan (Walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu daripada memberi Fidyah),
kalau kamu mengetahui.” (Al-Baqarah : 184)
Fidyah dikenakan kepada orang yang tidak mampu berpuasa dan memang tidak
boleh berpuasa lagi. Maka dengan itu Islam telah memberikan keringanan (rukshoh)
kepada mereka yang tidak boleh berpuasa dengan cara membayar Fidyah yaitu
memberikan secupak beras kepada orang fakir miskin. Begitu juga kepada orang yang
meninggalkan puasa dan tidak menggantikan puasanya sehingga menjelang puasa
Ramadhan kembali (setahun), maka dengan itu mereka dikehendaki berpuasa dan juga
wajib memberikan secupak beras kepada fakir miskin. Begitu juga pada tahun
seterusnya. Fidyah akan naik setiap tahun selagi mana orang tersebut tidak
menggantikan puasanya.

B. HAKEKAT PUASA
Hakikat puasa yang sesungguhnya menurut baginda nabi yakni taat dan patuhuntuk
melaksanakan segala yang di perintahkan Allah, dan meninggalkan kehendak dirinya yang selalu
dipenuhi dengan syaithoni, sesungguhnya tak di pungkiri bagi orang – orang yang berpuasa,
maka akan mendapatkan dua kebahigiaan sekaligus, yaitu kebahagian ketika ia berbuka puasa
dan yang terpenting kebahagian ketika ia berjumpa dengan tuhannya.

Menjalankan ibadah puasa berarti meninggalkan sekecil apapun perbuatan


dosa . karena hakekat puasa adalah bukan hanya menahan lapar dan dahaga saja . Tapi

14
menghindari perbuatan-perbuatan yang bisa membatalkan puasa . Diantaranya berbohong ,
mengunjingkan orang lain , tidak bisa menjaga penglihatan dan melakukan perbuatan sia-sia
lainnya . Untuk itulah Idul Fitri dikatakan hari kemenengan bagi umat Islam . dan nikmatnya Idul
Fitri hanya bisa dirasakan oleh umat Islam yang berpusa dengan iman dan ihtisab ( ketulusan ) .

Tidak dipungkiri, banyak umat Islam saat ini yang tidak memahami betul ada apa dibalik bulan
suci Ramadhan . Baginya , bulan puasa adalah saat untuk bekerja keras demi memenuhi
kebutuhan Hari Raya . Karena tradisi idul Fitri tidak bisa dijauhkan dari makanan enak yang
jarang dinikmati dihari biasa . Tidak heran jika hampir semua harga bahan pokok melambung
dan anggaran belanjapun meningkat . Selain itu , juga harus menyiapkan anggaran untuk
memperbaiki rumah dan menyiapkan uang untuk dibagi-bagikan kepada saudara , tetangga dan
teman-temannya . jadi , bulan Ramadhan menjadi bulan sibuk . Para penjaga toko sibuk , para
pegawai sibuk ,lembur dan ibu rumah tangga sibuk menyiapkan serba-serbi Idul Fitri .

kesibukan akan semakin terasa ketika menjelang hari raya . Mulai dari membeli baju ,
mempersiapkan makanan , menata rumah dan lain sebagainya . Dan tradisi seperti itu sudah
membudidaya dilingkungan kita . Lantas , apakah kita sudah menjalankan ibadah di bulan
Ramadhan sesuai tuntunan sunnah Rasulullah SAW ?? Pada bulan Ramadhan kita disunnahkan
untuk memperbanyak tilawah , berdzikir , dan ibadah lainya untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT . Ironisnya , banyak umat muslim yang meninggalkan puasa dengan alasan
pekerjaan . Kerja berat atau hal-hal yang tidak memungkinkanya berpuasa padahal tidak sedang
sakit atau udzur .

C. ALLAH MEWAJIBKAN PUASA


Mengapa Allah mewajibkan kita berpuasa ? Berikut penjelasan sedikit mengapa kita di wajibkan
untuk berpuasa :

 Karena Puasa Adalah Perintah Agama

Ini adalah jawaban yang paling utama dan paling mutlak. Dalam segala bentuk ibadah,
ketika ditanya mengapa, jawabnya “ karena ini adalah perintah agama “. Seseorang tidaklah
layak beragama islam sampai ia menyerahkan diri dan menerima sepenuhnya agama islam,
karena arti dari islam sendiri itu adalah “ menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah “.
Sehingga segala bentuk perintah agama wajib diterima dan dilaksanakan termasuk diantaranya
adalah puasa.

 Karena Puasa Adalah Rukun Islam

15
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu umar radhiallahu anhuma Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda  :

‫بني اإلسالم على خمس شهادة أن ال إله إال هللا و أن محمدا رسول هللا و إقاق الصالة و إيتاء الزكاة و صوم رمضان و الحج و‬
‫صوم رمضان‬

( Islam dibangun diatas lima ( pondasi ) : Syahadat laa ilaaha illallah wa anna Muhammad
Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji ( bagi yang
mampu ), dan berpuasa di bulan Ramadhan ) diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Ibarat sebuah tenda kehilangan satu tiang, masihkah ia tegak menjulang ?. inilah islam, yang tak
akan tegak tanpa tiang – tiang nya, yang diantaranya adalah puasa.

 Karena Dengan Puasa Kita Bisa Bertakwa

Mengapa kita diwajibkan berpuasa ?, “ agar kalian kalian bisa bertakwa…… “.

Allah sendirilah yang memberikan jawaban ini kepada kita. Allah ta’ala berfirman :

“ wahai orang – orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas  umat  – umat sebelum kalian agar kalian bertakwa “ ( Al Baqarah : 183 )

Dengan berpuasa terwujudlah hakekat takwa. Bagaimana tidak, sedangkan orang yang
berpuasa menjauhi segala hal yang dapat membatalkan puasanya karena taat kepada Allah dan
menjauhi larangan-Nya, dengan ini terwujudlah takwa. Karena ia menaati perintah Allah berupa
puasa, dan menjauhi larangan Nya yang berupa pembatal – pembatal puasa.

 Agar Terhapus Dosa Dan Mendapat Banyak Pahala

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

‫من صام رمضان إيمانا ً واحتسابا ً ُغفر له ما تقدم من ذنبه‬

“ barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka
akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )

Tidak hanya dihapusnya dosa, pahala yang tak terhingga pun didapat juga, sebagaimana dalam
hadits qudsi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

‫ ترك شهوته وطعامه وشرابه من‬،‫ إال الصيام فإنه لي وأنا أجزي به‬،‫ الحسنة بعشر أمثالها‬،‫ كل عمل ابن آدم له‬:‫يقول هللا تعالى‬
‫ ولَخلوف فم الصائم أطيب عند هللا من ريح المسك‬،‫ وفرحة عند لقاء ربه‬،‫ فرحة عند فطره‬:‫ للصائم فرحتان‬،‫أجلي‬

Allah ta’ala berfirman “ setiap amalan anak Adam adalah untuk dirinya sendiri, dan setiap
kebaikan akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat kecuali puasa, karena puasa itu adalah

16
untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat, makanan,
dan minumnya hanya karena untuk-Ku. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan :
bahagia ketika ia berbuka, dan bahagia ketika ia bertemu dengan Rabb-nya, dan sungguh bau
mulut orang yang berpuasa lebih harum dari bau misk “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim ).

 Agar Mudah Masuk Surga Dan Terhidar Dari Neraka

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“ sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu yang disebut sebagai Ar Rayyan, yang
hanya dimasuki oleh orang – orang berpuasa dan tidak ada satupun yang masuk kecuali
mereka. Tatkala ada yang menyeru “ manakah orang – orang yang berpuasa ? “ maka
merekapun memasuki pintu tersebut dan tak ada yang masuk dari pintu tersebut selain
mereka. Hingga apabila mereka telah memasukinya pintu tersebut akan ditutup dan tak ada
lagi yang akan memasukinya “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ).

Tidak hanya itu, orang yang gemar berpuasa akan terhindar dari adzab neraka. Dalam hadits
lain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“ barangsiapa yang berpuasa satu hari fi sabilillah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari
neraka sejauh 70 tahun ( perjalanan ) “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )

 Karena Begitu Banyaknya Keutamaan Di Bulan Ramadhan

Mari kita merenung sejenak, “ mengapa puasa diwajibkan pada bulan Ramadhan ? “

sebelum menjawab pertanyaan ini, timbul pertanyaan lain yang perlu kita jawab terlebih
dahulu “ apa saja keutamaan yang ada di bulan Ramadhan ? “, sedikit akan kami sebutkan
beberapa keutamaan bulan Ramadhan yang diantaranya :

1. Al Qur’an Diturunkan Pada Bulan Ramadhan

Allah ta'ala berfiman :

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan  (permulaan ) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda  ( antara yang hak dan yang bathil ) “
( Al Baqarah : 185 ).

2. Bulan Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah, Rahmat, Dan Mustajabnya Doa

17
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

‫إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب الرحمة و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطين‬

“ apabila telah masuk bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu – pintu rahmat,
sedangkan pintu – pintu neraka jahannam ditutup, dan setanpun dibelenggu “
( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan ini adalah lafadz Muslim )

3. Bulan Ramadhan Bulan Ibadah Dan Amal Kebaikan

Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila telah memasuki sepuluh


malam terakhir, beliau mengencangkan sarungnya untuk beribadah dan beliau
membangunkan keluarganya untuk menghidupkan malam hari dengan ibadah.

Lalu Bagaimana Dengan Orang Yang Tidak Mau Berpuasa ?

Orang yang tidak mau berpuasa terbagi menjadi dua :

 Tidak mau berpuasa karena ingkar

 Seperti mengingkari kewajiban puasa Ramadhan, meyakini bahwa khusus untuk  dirinya


terbebas dari kewajiban puasa, atau menganggap bahwa puasa yang wajib bukan di bulan
Ramadhan, dan masih banyak lagi contoh sejenis, maka yang demikian ini hukumnya kafir,
karena ia telah mengingkari salah satu rukun islam yang disyareatkan kepadanya.

Imam Ad Dzahaby rahimahullah berkata :

( Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata ( tiang – tiang islam dan intinya ada tiga : syahadat laa
ilaaha illallah, melaksanakan shalat, dan berpuasa Ramadhan. Barangsiapa yang
meninggalkan salah satu dari tiga hal itu maka dia telah kafir ) naudzu billah min dzalik ) lihat
Al Kabair karangan imam Dzahaby.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

( apabila ada orang yang sengaja berbuka di siang hari Ramadhan dengan anggapan bahwa
hal itu halal padahal ia mengetahui bahwa hal tersebut adalah haram maka orang itu harus
dibunuh…) lihat Majmu’ Fatawa 25 / 265.

18
Serta telah menjadi Ijma’ seluruh kaum muslimin bahwa puasa Ramadhan hukumnya wajib, dan
barangsiapa yang mengingkarinya maka ia telah kafir. ( lihat Maratib Ijma oleh Ibnu hazm hal.
70 ).

 Tidak Mau berpuasa Karena malas

Seperti orang yang mengakui bahwa puasa Ramadhan adalah wajib tapi ia tidak berpuasa


karena malas – malasan, menganggap remeh urusan puasa, dan karena mengikuti hawa nafsu,
atau tidak mau berpuasa tanpa alasan syar’i, maka ulama berbeda pendapat, dan yang paling
rajih adalah bahwasannya ia tidak kafir, akan tetapi ia telah berdosa besar dan wajib bertaubat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata :

( orang yang meninggalkan puasa karena malas atau meremehkan tidaklah kafir, karena


hukum asalnya adalah seorang muslim masih dalam keadaan islam sampai ada dalil yang
menyatakan bahwa ia telah keluar dari islam, sedangkan orang yang
meninggalkan puasa karena malas – malasan tidak ada satupun dalil yang menyatakan bahwa
ia telah keluar dari Islam, berbeda halnya dengan shalat, karena sesungguhnya telah banyak
sekali dalil dari Al Qur,an, sunnah, maupun atsar para sahabat yang menyatakan bahwa orang
yang meninggalkan shalat karena malas – malasan maka ia telah kafir ) lihat seri ebook
Majmu’ Fatawa wa Rasail Syaikh Utsaimin yang ke 19.

D. TUJUAN DAN FUNGSI PUASA


Puasa wajib ramadhan adalah puasa dengan hukum wajib 'ain yang harus dilakukan oleh
setiap orang islam beriman di bulan ramadan yang telah dewasa (akil balig), waras, mampu,
merdeka dan tidak dalam safar sesuai dengan perintah langsung dari Allah SWT dalam
firmanNya di dalam Kita Suci Al-Qur'an.
Puasa merupakan ibadah wajib... yang ada dalam rukun islam dengan menahan lapar dan haus
serta hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar di timur hingga
terbenam matahari di barat. Orang yang melanggar aturan puasa akan batal puasanya dan
wajib mengganti puasanya dengan hari lain di luar romadon.

Firman Allah Mengenai Puasa Ramadhan :

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa"
(Q.S. Al-Baqarah: 183)

19
"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan
seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah
yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(Q.S. Al-Baqarah: 184).

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa
di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Dan
hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.”
(Q.S. Al-Baqarah: 185)

Fungsi / tujuan puasa selama satu bulan penuh di bulan suci ramadhan adalah sangat
baik, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Tuhan yang menciptakan kita Allah
SWT. Di samping itu juga terdapat banyak sekali guna dan manfaat dari melaksanakan puasa
ramadhan yaitu baik untuk jasmani maupun rohani. Berikut ini adalah beberapa Manfaat dan
Hikmah Puasa Ramadhan :
1. Membuat kita lebih taqwa kepada Allah SWT.
2. Mendapatkan pahala yang melimpah ruah.
3. Memberikan efek yang menyehatkan tubuh kita dan dapat menyembuhkan berbagai
penyakit.
4. Melatih kita untuk menahan nafsu bejat selama hidup di dunia fana.
5. Mendorong kita untuk selalu berbuat kebajikan.
6. Bisa memasukkan kita ke dalam surga jika kita telah mati.
7. Melatih sabar, pengendalian diri, disiplin, jujur, emosi, dll.
8. Mempersempit jalan aliran darah di mana setan berlalu-lalang.
9. Mempererat tali silaturahmi dengan sahur dan buka puasa bersama.
10. Menghilangkan dosa di antara manusia dengan saling maaf-memaafkan di hari lebaran idul
fitri kembali ke fitrah manusia.

20
Berikut ini adalah beberapa Keutamaan Puasa Ramadhan :
1. Orang yang berpuasa ramadhan bisa masuk ke dalam surga ar-raiyan.
2. Puasa bisa menjadi penebus dosa.
3. Orang yang berpuasa akan mendapatkan kegembiraan.
4. Puasa adalah penangkal.
5. Mendapatkan ganjaran dari Allah tanpa hitungan.
6. Bau mulut orang yang melakukan puasa bagi Allah SWT wanginya lebih wangi dari bau
kesturi.
7. Puasa dan Al-quran memberikan syafaat.
Puasa hanya wajib bagi orang islam yang beriman kepada Allah SWT. Jika anda tidak beriman,
maka anda tidak wajib puasa. Selamat menunaikan ibadah Puasa bagi yang menjalankannya.
Semoga pol puasanya dan jangan lupa niat puasa sebelum menjalankan ibadah puasanya.

E. HIKMAT PUASA
Sebagian hikmah puasa bisa dilihat dalam firman Allah yang artinya: “agar kamu
bertakwa.”Puasa tidak diwajibkan sepanjang tahun, juga tidak dalam waktu yang sebentar
melainkan pada hari-hari yang terbatas, yaitu hari-hari bulan Ramadan, dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari. Karena, jika puasa diwajibkan secara terus menerus sepanjang tahun
atau sehari semalam tanpa henti, tentu akan memberatkan. Begitu pula jika hanya untuk waktu
separuh hari, tentu tak akan memiliki pengaruh apa-apa, akan tetapi puasa diwajibkan untuk
waktu sepanjang hari mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam, dan dalam hari-hari
yang telah ditentukan.Selain keringanan dalam masalah waktu, Allah juga membuktikan kasih
sayang-Nya kepada hamba dengan memberikan keringanan-keringanan yang lain, di antaranya:
orang sakit (yang membahayakan dirinya jika berpuasa) dan orang yang dalam perjalanan jauh
(yang memberatkan dirinya jika melaksanakan puasa) diperbolehkan untuk berbuka dan
menggantinya pada hari yang lain, sesuai dengan jumlah puasa yang ia tinggalkan.

Berikut adalah beberapa Hikmah Puasa :

1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita
dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan,
waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf,
baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita
dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.

21
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup.
Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang monoton dan
lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan
pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering terabaikan. Atau
waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan
siang bersama kekasih. Sholat? tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup
seimbang, antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan
Ibadah untuk kepentingan Akhirat.

3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti
persaudaraan, dan silaturahmi. Di keluarga orang yang tidak mengerti akan arti
persaudaraan. Persaudaraan di keluarga tidak begitu akrab, adik beradik bertengkar, Ibu
dan Ayah kadang saling tidak memperhatikan. Persaudaraan dari Gang Jalanan, banyak
juga perkelahiannya. Persaudaraan atas satu kelompok, satu bangsa, satu tanah air,
hanya selogan dan nama, kurang sekali mendapat makna. Dalam Islam ada
persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang
memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam
dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di
Masjid. Semuanya didapat gratis tanpa bayaran. Sesama muslim saling bersalaman,
bercengkrama saling menanyakan kabar. Sama-sama sholat tarawih tadarus dengan
saling mengajarkan Qur'an, dan banyak makanan sedekah di Masjid. Ya tentunya Gratis.
Persaudaraan sesama muslim sebenarnya punya pelajaran dan bab khusus, ada ayat
qur'an tentang persaudaraan, ada banyak hadits nabi, tetapi jarang diperhatikan orang
betapa pentingnya arti persaudaraan itu. Tetapi dibulan Ramadha ia akan tampak
dengan sendirinya.

4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di bulan
Ramadhan kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa sedihnya
nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim yang tiada orang tuanya,
fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak. Apakah kita tidak merasa prihatin?
Sehingga kita peduli untuk membantu saudara-saudara kita yang kelaparan. Baik karena
kondisi ekonomi, atau disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang yang tidak
peduli pada nasib orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga Allah
mengataka orang yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai
orang yang tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan

22
sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai orang
yang salah menilai atau memandang kehidupan.

5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan.
Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat
yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan puasa adalah untuk melatih
diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan.
Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak
ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala
macam amal ibadah.

6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah.
Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada
manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah,
sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah.
Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.

7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan,
terutama yang mengandung dosa. Dibulan Ramadhan kita berpuasa. Kita menahan
Lapar dan dahaga. Bukan itu saja. Tetapi juga menahan segala yang dapat membatalkan
puasa, juga segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang dapat
menimbulkan dosa. Sehingga di dalam bulan Ramadhan kita dapat terbiasa dan terlatih
untuk menghindari dosa-dosa kita agar kita senantiasa bersih dari perbuatan yang dapat
menimbulkan dosa. Latihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan
Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti
bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan
lain sebagainya.

8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan
rintangan. Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik
dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas
segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita,
atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan
Puasa. Dengan Sabar hasutan Syeitan untuk memperuncing konflik menjadi gagal.

23
Kitalah pemenangnya dari godaan Syeitan tersebut. Masalah orang menggunjing,
memfitnah, biarlah itu jadi dosa-dosanya, janganlah kita ikut berdosa dengan dosa
orang lain.

9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana. Setiap
hari kita membeli kue dan minuman untuk berbuka puasa. Dari sekian banya kue dan
minuman yang kita beli. Hanya minuman segelas teh buatan kita sendiri yang diminum.
Yang lain banyak tertinggal dan sebagian terbuang keesokan harinya. Hal ini
menyadarkan kita, bahwa apa yang kita beli banyak-banyak sebelum berbuka, hanyalah
hawa nafsu saja. Kebutuhan kita hanyalah segelas teh manis! Mengapa kita harus
membeli banyak-banyak minuman dan kue-kue yang akhirnya tidak kita makan? Hal ini
menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang dibutuhkan.
Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita sedekahkan bagi yang lebih
membutuhkan.

10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-
nikmat yang diberikan pada kita. Rasa syukur kita akan adanya nikmat makanan yang
telah kita punyai terasa ketika kita puasa. Kita merasakan lapar, tetapi kita masih
mempunyai makanan. Bagaimana dengan orang yang merasakan lapar tetapi bukan
karena ia juga puasa, tetapi karena memang tidak punya makanan? Kita sakit, kita dapat
makan obat ketika buka, tetapi bagaimana dengan orang yang tidak punya obat, ketika
ia sakit? Kita enak, ketika kita puasa merasa lapar dan haus, kita lengahkan dengan
menonton televisi atau hal-hal lain seperti internet. Bagaimana dengan orang ketika ia
lapa dan haus mereka lengahkan lapar dan hausnya dengan bekerja memenuhi tuntutan
majikannya? Bukan karena memang tidak punya televisi atau internet, tetapi karena
tuntutan hidup, yang mengharuskan ia bekerja untuk makan hari ini dan hari ketika ia
tidak bekerja. Tidakkah harusnya kita bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan
pada kita?

F. MAKNA SPIRITUAL BERPUASA


Kehidupan manusia adalah kehidupan yang penuh misteri, bukan karena asal mula kejadiannya
yang kompleks, tetapi juga perjalanan kehidupannya yang tidak pernah dapat dipastikan.
Secara individual tidak pernah ada peristiwa di mana seseorang terlibat dalam proses kejadian
penciptaan dirinya, sejak dari proses dalam kandungan sampai kelahirannya. Seseorang lahir
dalam ketidakberdayaan sempurna tidak mampu untuk menghidupi diri sendiri, sepenuhnya
24
tergantung perawatan dan kasih sayang ibu atau orang lain. Ia lahir dengan warna kulit dan
jenis kelamin yang sudah melekat tanpa ada persetujuan lebih dulu dari dirinya, demikian juga
yang berkaitan dengan hari, tanggal, tempat, dan jam serta caranya keluar dari rahim ibunya.

Hal sama terjadi dengan kematiannya. Seseorang tidak pernah tahu pasti kapan ajal kematian
akan menjemputnya dan dengan cara bagaimana kematian datang seperti musibah kecelakaan
bus wisata pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Yayasan Pembinaan Generasi Muda
(Yapemda) Yogyakarta di Situbondo dengan merenggut nyawa 55 penumpang, meninggal
terbakar dalam bus yang terkunci, semua orang terkaget dan keluarganya tidak pernah
menduganya. Kehidupan dan kematian manusia penuh misteri dan sepenuhnya ada dalam
genggaman perkasa dari kekuatan gaib yang berada di luar dirinya.

Maka dalam ibadah puasa, seseorang belajar betapa berat menahan haus dan lapar dalam
kehidupan normal, sebagai proses pelepasan memasuki dimensi pengalaman spiritual yang
aktual. Pada saat dorongan jasmani membutuhkan makan dan minum dan melampiaskan
hasrat seksual di siang hari, ia harus segera menahannya. Tidak boleh hanya sampai di situ,
karena yang lebih penting dalam puasa adalah munculnya kesadaran transendental dengan
menahannya, lalu mengantarkan seseorang memasuki pengalaman spiritual yang
mencerahkan.

Pengalaman spiritual yang diolah dan dimaksimalkan melalui qiyamul-lail, yaitu bangun malam
untuk melakukan shalat, memperbanyak dzikir dan pikir mengenai perjalanan hidupnya akan
menjadi proses pembebasan rohani untuk memasuki pengalaman berada di sisi Allah. Karena
itu, jika puasa seseorang hanya sampai pada kemampuan menahan rasa haus dan lapar saja,
tetapi tidak dilanjutkan dengan olah batin guna memasuki dan mengalami hidup dalam realitas
spiritual, puasanya hanya menyentuh dimensi fisik saja, ia hanya merasakan kehausan dan
kelaparan yang melelahkan.

Dimensi spiritualitas puasa terasa kian diperlukan, di saat kehidupan modern semakin intensif
menawarkan kenikmatan dan kesenangan jasmani yang hanya sesaat, apalagi dihadapkan pada
sempitnya waktu dan terburu-buru, membuat banyak orang yang jatuh dalam perbuatan
bodoh, yang kemudian amat disesalinya. Maka ibadah puasa adalah masa jeda di mana
manusia mengambil jarak dengan kepentingan dan kesenangan yang bersifat fisik dengan

25
menghitung baik buruknya dan untung ruginya secara spiritual. Karena itu, ibadah puasa amat
mengasyikkan dan selalu ditunggu-tunggu datangnya, marhaban ya ramadhan, selamat datang
wahai bulan ramadhan, bulan yang penuh ampunan, berkat, dan rahmat.

G. PUASA DAN PEMBENTUKAN INSAN BERKARAKTER

Ketika kita menyatakan bahwa diri kita beragama Islam, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, setelah itu dilakukan baru bisa disebut seorang Muslim. Ada 5 syarat yang wajib kita
laksanakan sebagai bukti bahwa kita beragama Islam, salah satunya adalah melaksanakan
Puasa Ramadhan. (yang lainnya adalah: mengucap dua kalima syahadat, sholat, zakat dan haji).
Puasa Ramadhan merupakan kewajiban rutin sebulan satu kali dalam setiap tahunnya yang
dikerjakan oleh setiap umat Muslim. Kewajiban melaksanakan puasa ini dengan tegas
dijelaskan oleh Allah dalam al-quran surat al-baqarah ayat 183-186. Bagi kita yang dilahirkan
dari kalangan keluarga Muslim, melaksakan puasa ini bukanlah sesuatu hal yang asing lagi tapi
sudah menjadi kegiatan rutinanitas setiap tahunnya. Hampir seluruh umat Islam bergembira
menyambut momentum tersebut. Bagi yang berumur 40 tahun, berarti dia sudah diwajibkan
melaksanakan puasa ramadhan sekitar 27 kali atau 26 kali, tergantung sejak mulai usia berap ia
diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa tersebut.
Jika sudah sebanyak itu melaksanakan puasa ramadhan, maka muncul beberapa pertanyaan:
apa yang kita dapat dari menjalankan ibadah puasa? apa hanya sekedar mendapat lapar dan
haus saja? dan apa tujuan Allah memerintah puasa kepada kita? apa hanya sekedar sebatas
kewajiban seorang hamba kepada khaliknya? atau ada tujuan lain dari perintah tersebut?
Sebenarnya, jika kita bisa cerdas memahami makna surat al-baqarah ayat 183 itu lebih dalam,
maka secara otomatis pertanyaan diatas bisa terjawab. Dalam ayat tersebut ada beberapa kata
kunci yang bisa kita lihat. Pertama: orang yang beriman, Kedua:diwajibkan atas kamu berpuasa,
dan Ketiga: menjadi orang yang bertakwa. Jadi yang diwajib oleh Allah disini adalah orang yang
beriman, (yaitu orang-orang yang percaya kepada Allah, kepada Malaikat, kepada Kitab, kepada
Rasul, kepada hari kiamat dan kepada takdir) untuk melaksanakan puasa (yaitu orang-orang
yang telah menjalankan rukun Islam) dan di akhir ayat, Allah mengatakan semoga menjadi
orang yang bertakwa.
Sekarang mari kita lihat hubungan dari ketiga kata kunci tersebut, Ketika seseorang telah
mengakui bahwa ia telah beriman maka secara otomatis ia akan melaksanakan puasa
ramadhan karena puasa ramadhan merupakan perintah dari Allah yang dibawa oleh Rasul-Nya
dan tertulis dalam kitab-Nya. Berarti hubungan sangat jelas sekali. Yang menjadi persoalan
adalah apa hubungannya dengan takwa? apakah setelah seseorang menjalan puasa ramadhan,
ia sudah bisa dikatakan bertakwa?

26
Sebelum dijawab pertanyaan ini, mari kita lihat sifat-sifat orang yang bertakwa dalam al-Qur'an.
agar kita bisa tahu seperti apakah orang yang bertakwa itu. Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-
ayat yang menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, diantaranya

al-Baqarah (2) : 177, sifat orang yang bertakwa adalah: Menepati janji, sabar, benar/jujur.

Ali imran (3) : 102-103, sifat orang yang bertakwa adalah: menjalin siraturrahim, syukur,
menjaga diri.

Ali imran (3) : 133-135, sifat orang yang bertakwa adalah: Kepedulian sosial, mengendalikan diri
(menahan amarah), pemaaf, berbuat kebaikan, bertaubat.

al- Ahzab (33) : 35, sifat orang bertakwa adalah: taat, benar/jujur, sabar, khusyu', bersedekah
(kepedulian sosial), memelihara diri, zikir

di ayat-ayat lain mengatakan sifat orang bertakwa itu, ikhlas, tawadu', penyayang, tanggung
jawab, amanah dan lain-lain

Maka dengan demikian, ketika Allah mewajibkan orang beriman untuk melaksanakan puasa
khususnya puasa ramadhan seharus dapat melahir sifat-sifat di atas, bukan hanya sekedar
sebatas kewajiban tapi yang paling penting adalah pembentukan karakter kejiwaan dengan
menampilkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari hari. Ramadhan merupakan
"Madrasah Spiritual" karena di dalam pelaksanaan ibadah tersebut banyak mengajarkan nilai-
nilai kebaikan dalam upaya pembentukan pribadi yang takwa. Jika ini semua bisa terbentuk
maka apa yang diharapakan oleh Allah dalam surat al-baqarah ayat 183 bisa bisa terwujud.
Akan tetapi dengan melaksanakan puasa tidak bisa melahirkan sifat-sifat di atas, maka bisa
dikatakan puasa yang kita laksanakan tidak ada arti kerena tujuan ibadah puasa di perintahkan
adalah agar kita semua bertakwa.
selama 29-30 hari (1 bulan) dalam setahun kita dididik oleh Allah untuk melaksanakan akhlak-
akhlak tersebut dan diharapkan selama 11 bulan kedepan kita bisa menjaga untuk
mempertahankan pelaksanaan akhlak-akhlak itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika akhlak
ini bisa kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari barulah kita bisa mencapai tujuan
sebagimana yang diharpkan oleh Allah, yaitu TAKWA.
Akan tetapi jika kita tidak mendapat nilai-nilai akhlak itu setelah melaksankan ibadah puasa
maka benarlah apa yang telah dikhawatir oleh Rasulullah dalam haditsnya, "Betapa banyak
orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja".
Sekarang kembali kepada kita semua sudah berapa lama kita melaksanakan ibadah puasa
dalam hidup kita?, apakah sifat-sifat di atas sudah kita dapatkan dan sudah diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari? hanya diri kita sendiri, sejauhmana khalitas puasa yang telah kita jalani.
Jika belum mendapatkan apa-apa dari ibadah puasa yang telah kita jalani, belum terlambat,

27
mari renungkan bersama dan memperbaiki diri kita agar bisa melaksanakan ibadah puasa
ramadhan dengan lebih baik lagi agar kita semua bisa menjadi orang-orang bertakwa. amin.
Selamat menyambut bulan suci Ramadhan, semoga ramadhan kali ini dapat memberi makna
dan perubahan yang berarti dalam kehidupan kita kedepan.

28
Bab III
KESIMPULAN

Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk melaksanakan puasa
dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain. Jika kita berpuasa dengan niat
agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah
kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita
kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)

Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah telah
memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika kita
berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri akan
merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari
berpuasa ini

Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan puasa, karena
puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan apapun pekerjaan orang yang
berpuasa itu adalah ibadah.

29

Anda mungkin juga menyukai