Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ILMU FIQH
KETENTUAN UMUM TENTANG PUASA
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu: Bpk. Khaerul Anwar, M. Pd

Disusun oleh kelompok 12:


1. Alfi Syahrin
2. KHafifah
3. Mona Wardayanti
4. Khatijah
5. Fadya Azzahra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN


KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL ( IAIN ) LAA RAIBA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Taufik Hidayah dan limpahan karunian Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu fiqh dengan tema “Ketentuan Umum Tentang
Puasa “, dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabiyana Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, shahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Dosen Pengampu yaitu Bpk. Khaerul Anwar, M.
Pd, atas segala ilmunya dan bimbingan serta pengarahannya sehingga makalah ini bisa tersusun.
Dan kami juga tak lupa berterima kasih kepada semua pihak yaitu teman-teman yang telah
membantu dari segi materil maupun spiritual sehinnga makalah selesai tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ilmu fiqh yang
membahas tentang ketentuan umum tentang puasa. Kami merasa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini oleh karena itu kami menerima kritik dan saran dari semua pihak mudah
– mudahan untuk kedepannya dalam pembuatan makalah bisa lebih baik lagi
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat sebagai pengetahuan kepada semua
pihak baik untuk penulis dan para pembaca.

Bogor, 2 Juni 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2


A. Pengertian Puasa .................................................................................................. 2
B. Dasar Hukum Puasa ............................................................................................ 2
C. Rukun Puasa Dan Syarat-Syarat Puaasa .............................................................. 3
D. Macam-macam Puasa .......................................................................................... 4
E. Hal-hal yang disunnahkan dalam Berpuasa .......................................................... 8
F. Rukhsah Dalam Berpuasa ...................................................................................... 11
G. Hal-hal yang Membatalkan Puasa......................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 5


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah puasa sebenarnya merupakan ibadah yang sudah lama berkembang dan
dilaksanakan oleh manusia sebelum munculnya islam. Puasa {saum} yaitu salah satu amalan
diagama islam yang memiliki arti menahan nafsu dari aktifitas seperti minum dan makan selam 12
jam lebih, dimulai dari kemunculan matahari fajarhingga matahari mega merah terbenam.
Didalam agama islam ada ibadah yang mahdhah yang telah ditentukan waktu ibadahnya dan yang
hanya dikerjakan satu bulan dalam satu tahun yakni ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa di
bulan Ramadhan adalah puasa yang wajib yang harus dikerjakan oleh seluruh umat islam yang
telah memenuhi syarat wajib puasa. Puasa bulan Ramadhan hukumnya wajib, apabila ada umat
islam yang tidak mengerjakannya mereka akan berdosa. Dan jika karena ada sesuatu hal atau
halangan ia batal puasanya wajib mengkodhonya. Ibadah puasa adalah merupakan rukun islam
yang ke tiga. dari lima rukun islam.
Selain ibadah puasa Ramadhan, juga di agama islam ada puasa sunnah, yaitu puasa yang
disunahkan untuk dikerjakan oleh umat islam yang mampu mengerjakan. Puasa sunnah hukumnya
tidak wajib, umat islam tidak wajib untuk melaksanakannya tapi seyogyanya untuk menambah
keimanan dan ketaqwaan kita bila kita mampu kenapa kita tidak melaksanakan puasa sunnah
tersebut. Karena kita akan mendapatkan pahala dan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah
SWT akan semakin bertambah.
Salah satu hadist yang menjelaskan kelebihan puasa dibanding ibadah lainnya adalah hadits
qudsi, berikut artinya, Semua amal perbuatan anak Adam yakni manusia, itu adalah untuknya,
melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan
memberikan balasan dengannya.
Pentingnya pembahasan mengenai bab puasa adalah yang pertama, adalah sebagai bentuk
rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rizki kepada kita semua. yang ked, sebagai
perisai diri kita dari nafsu dan amarah, yang ketiga puasa juga bisa di gunakan untuk menjaga
kesehatan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengrtian puasa, hukum berpuasa, jenis-jenis
puasa, syarat dan rukun puasa, hal- hal yang sunnah dalam puasa, hal-hal yang membatalkan puasa
rukhshah dalam berpuasa, waktu – waktu yang di larang puasa dan keutamaan dan hikmah
berpuasa.
A. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Puasa?
2. Apa itu Dasar Hukum Puasa?
3. Apa Saja Rukun Puasa Dan Syarat-Syarat Puaasa?
4. Apa Saja Macam-macam Puasa?
5. Apa Saja Hal-hal yang disunnahkan dalam Berpuasa?
6. Bagaimana Rukhsah Dalam Berpuasa?
7. Apa Saja Hal-hal yang Membatalkan Puasa?
B. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Puasa
2. Untuk Memahami Dasar Hukum Puasa
3. Untuk Mengetahui Rukun Puasa Dan Syarat-Syarat Puasa
4. Untuk Mengetahui Macam-Macam Puasa
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Yang Di Sunnahkan Dalam Berpuasa
6. Untuk Mengetahui Rukhsah Puasa Dalam Berpuasa
7. Untuk Mengetahui Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa

Arti puasa dari segi Bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah (kaff) dari
sesuatu. misalnya, dikatakan “shama ‘anil-kalam”, artinya menahan dari berbicara. Allah
SWT berfirman sebagai pemberitahuan tentang kisah Mariam Q.S. Maryam :26, yang
artinya,…..“ Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha
Pemurah…..”.
Maksudnya diam dan menahan diri dari berbicara. Orang Arab lazim mengatakan,
“shama an nahar”, maksudnya perjalanan matahari berhenti pada batas pertengahan siang.
Adapun pengertian puasa menurut syariah (syara’), puasa berarti menahan diri dari hal-
hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang bersangkutan pada siang
hari, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Sedangkan pengertian puasa menurut istilah adalah menahan diri dari perbuatan (fi’il)
yang berupa dua macam syahwat (syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan diri
dari segala sesuatu agar tidak masuk perut, seperti obat atau sejenisnya. Hal itu dilakukan
pada waktu yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari,
oleh orang tertentu yang berhak melakukannya, yaitu orang muslim, berakal, tidak sedang
haid, dan tidak sedang nifas.
Puasa harus dilakukan dengan niat, yakni bertekad dalam hati untuk mewujudkan
perbuatan itu dengan pasti, tidak ragu ragu. tujuan niat adalah membedakan antara
perbuatan ibadah dan perbuatan yang telah menjadi kebiasaan.
B. Dasar Hukum Puasa

Puasa di bulan Ramadhan merupakan puasa yang bersifat wajib bagi setiap muslim yang
berakal dan baligh. Kewajiban menjalankan puasa Ramadhan dijelaskan dalam Al qur’an
dan hadits, sehingga sumber hukum tersebut tidak diperdebatkan lagi oleh jumhur ulama.
Adapun dasar hukum tersebut yaitu sebagai berikut:

1. QS. Al Baqorah ayat 183


Puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang bertaqwa. Allah
SWT Berfirman,

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS.
AL Baqarah ayat 183).

2. QS. AL Baqorah ayat 185


Bagi umat muslim Selagi masih hidup dan bertemu dengan bulan seci Ramadhan,
umat muslim wajib manjalankan ibadah puasa, Allah SWT berfirman,

Artinya : “ Karena itu , barang siapa diantara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. AL Baqarah ayat 185)

3. HR. Abu Daud


Dari Ibnu Umara, ia berkata, “Orang-orang melihat terbitnya hilal (awal bulan), lalu
saya memberitahukan kepada Rasulullah, bahwa saya melihatnya. maka Beliau
berpuasa dan menyuruh orang-orang berpuasa.”(HR. Abu Dawud).

4. HR. Ibnu Umar


Puasa adalah bagian dari rukun islam, Rasullallah SAW bersabda, “Islam dibangun
atas lima pilar, syahadat bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain
Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, haji, dan puasa di bulan Ramadhan. “(HR. Ibnu Umar).

Dasar hukum puasa adalah bersumber pada Al Qur’an dan hadits yang
kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Dengan mengimani kedua sumber tersebut,
diharapkan umat muslim dapat lebih semangat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
C. Rukun puasa dan syarat- syarat puasa

➢ Rukun Puasa
Rukun puasa adalah hal – hal yang harus dilakukan dalam ibadah puasa agar
puasanya sah dan diterima oleh Allah SWT.

Dalam buku fiqh islam disebutkan ada 2 rukun puasa, yaitu:


1. Niat pada malamnya
Yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan. Yang dimaksud dengan malam
puasa ialah malam yang sebelumnya. Sabda Rasullullah SAW, yang artinya
“Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka
tiada puasa baginya ,” ( riwayat lima orang ahli hadits).
Kecuali puasa sunnah , boleh berniat pada siang hari , asal sebelum zawal (
matahari condong ke barat).

2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.

➢ Syarat – syarat puasa

a. Syarat wajib puasa


Syarat wajib puasa adalah syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang sebelum
melaksanakan ibadah puasa. Seseorang yang tidak memenuhi syarat wajib , maka
gugurlah tuntutan kewajiban kepadanya. Adapun syarat wajib puasa adalah sebagai
berikut:
1. Beragama islam
Syarat yang pertama adalah beragama islam. Oleh karenanya , mereka yang tidak
mengimani islam tidak berkewajiban untuk menjalankan puasa.
2. Baligh
Orang yang sudah mencapai usia baligh atau dewasa diwajibkan berpuasa .
tanda – tanda baligh adalah keluarnya mani dari kemaluan baik dalam keadaan tidur
atau terjaga untuk laki-laki dan keluarnya haid untuk perempuan . Batas usia
minimal baligh adalah 9 tahun untuk perempuan dan 12 tahun untuk laki-laki. Jika
belu keluar mania tau haid maka batas usia maksimal baligh adalah 15 tahun.
3. Berakal
Orang yang memiliki akal yang sempurna atau tidak gila diwajibkan berpuasa.
Orang yang gila atau tidak sadar karena mabuk atau sakit tidak diwajibkan berpuasa
karena tidak bisa membedakan antara halal dan haram. Pendapat ini dipahami dari
hadist Nabi SAW, yang artinya , “ Pena diangkat dari tiga orang ; dari anak kecil
sampai dia dewasa , dari orang gila sampai ia sadar , dan dari orang tidur sampai ia
terjaga.”
Orang yang akalnya (ingatannya ) hilang tidak dikenai kewajiban berpuasa .
Dengan demikian , puasa yang dilakukan oleh orang gila , orang pingsan, dan orang
mabok tidak sah, sebab mereka tidak berkemungkinan untuk melakukan niat..
4. Sehat
Orang yang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani diwajibkan berpuasa.
Orang yang sakit atau lemah sehingga puasa akan membahayakan dirinya atau
menambah parah penyakitnya tidak diwajibkan berpuasadan boleh mengantinya di
hari lain (qodho) atau membayar fidyah jika tidak mampu berpuasa sama sekali.
5. Bermukim ( tidak musafir )
Orang yang dalam keadaan menetap disuatu tempat diwajibkan berpuasa. Orang
yang dalam perjalanan jauh (musafir) lebih dari marhalah ( sekitar 88km) tidak
diwajibkan berpuasa dan boleh menggantinya di hari lain (qodho).
Kewajiban mengqodho untuk yang sakit dan musafir ini telah disepakati oleh
para ulama,. Tetapi jika dengan alasan sakit atau musafir ternyata tetap berpuasa
maka puasanya dipandang sah. Dalil nya adalah firman Allah SWT pada QS.
Albaqoroh ayat 184, yang artinya :
“ yaitu dalam bebrapa hari yang tertentu.Maka barang siapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalannan(lalu ia berbuka), maka ( wajiblah baginya berpuasa )
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-
orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah
yaitu memberi makan seorang miskin. Barang siapa dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan,maka itulah yang lebih baik baginya dan berpuasa lebih
baik bagimujika kamu mengetahui (QY. Albaqarah :184)
6. Mampu
Syarat sah puasa adalah mampu . maksudnya adalah wajib mereka yang
melakunnya untuk berpuasa jika mampu. Bagi mereka yang sudah lemah secara
fisik karena usia atau tidak memungkinkan untuk berpuasa , maka mereka tidak
wajib untuk puasa, tapi wajib membayar fidyah. Ini sesuai dengan firman Allah
SWT Al Baqoroh ayai 184 yang artinya ,….” Dan bagi orang yang berat
menjalankannya , wajib membayar fidyah , yaitu memberi makan orang miskin….”
7. Suci dari haid dan nifas
Wanita yang sedang haid atau nifas , menurut kesepakatan para ulama tidak
diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Dasarnya adalam berdasarkan hadist
yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, “ kami (wanita yang haid atau nifas)
diperintahkan untuk mengqodho puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqodho
sholat.
b. Syarat sah puasa
Syarat sah puasa adalah seseorang dinilai syah puasanya , apabila memenuhi
syarat-syaratnya . syarat syah puasa adalah
1. Beragama islam , artinya mereka yang kafir atau orang yang murtad tidak sah
puasanya.
2. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan , sehingga puasanya orang yang dalam
keadaan tersebut dinilai tidak sah dan haram hukumnya atas ketentuan ulama.
3. Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik)
4. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya.
Yaitu telah masuk waktu puasa , puasa dikatan sah apabila dilakukan
diwaktu yang telah ditentukan. Dan puasa juga menjadi tidak sah apabila
dilakukan di hari-hari yang haram untuk berpuasa.

D. Macam_macam Puasa
Puasa banyak macamnya diantaranya adalah :
1. Puasa wajib
2. Puasa sunnah (tathawwu)
3. Puasa yang diharamkan
4. Puasa yang dimakruhkan.
Dibawah ini akan diuraikan penjelasanya adalah sebagai berikut:
1. Puasa wajib
Puasa jenis ini terdiri dari empat macam yaitu:
a. Puasa nazar
Puas nazar wajib dilakukan apabila seseorang bernazar atau berjanji untuk
melakukan puasa baik satu hari atau satu bulan . sebagai contoh, seseorang berjanji
dengan mengatakan, “apabila aku berhasil dalam ujian , maka aku akan melakukan
puasa,” secara Bahasa nazar adalah aujaba yang artinya mewajibkan . oleh karena
itu , ketika seseorang bernazar untuk puasa , berari ia telah mewajibkan puasa
tersebu atas dirinya.
b. Puasa kifarat/kafarat
Secara Bahasa kafarat artinya menganti, menutupi, membayar dan
memperbaiki. Kafarat harus dilaksanakan oleh seseorang yang telah melakukan
kemaksiatan yang mengharuskannya membayar kafarat. Diantara contoh
kemaksiatan tersebut antara lain membunuh karena kesalahan , membatalkan
sumpah,membatalkan puasa Ramadhan karena melakukan hubungan suami istri
pada siang hari, dan zihar ( menganggap istri sebagai ibunya).
c. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa yang dijalankan selama 1 bulan penuh di bulan
Ramadhan. Kewajiban ini terdapat dalam surat Al Baqoroh, ayat 184.
d. Puasa qodho Ramadhan
Qodho berarti memenuhi , melaksanakan, membayar, atau melunasi, . terkait
puasa , qodho berarti mengganti kekurangan hari dalam puasa wajib di bulan
Ramadhan ketika seseorang tidak bisa melakukannya dengan sempurna karena ada
halangan atau uzur yang diperbolehkan oleh syara’ seperti sakit dan bepergian.

2. Puasa sunnah ( tathawwu )


Puasa sunnah dapat dibagi menjadi dua , yaitu puasa sunnah mutlaq atau puasa yang
diperintahkan oleh Al Qur’an dan sunnah, yang tidak terikat oleh waktu tertentu dan puasa
sunnah muqoyyad atau puasa yang terikat oleh waktu tertentu, yaitu puasa syawal, senin
dan kamis dan lain sebagainya
Puasa sunnah adalah puasa yang bernilai pahala bagi yang melakukannya , tetapi tidak
berdosa bagi yang meninggalkannya.
Menurut kesepakatan para ulama yang termasuk puasa sunnah ( tathawwu) adalah:
a. Puasa senen – kamis
Puasa senen – kamis dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, karena hari Senin
adalah hari kelahiran Nabi dan hari Kamis adalah hari pertama kali Al Qur’an turun.
Keutamaan lain puasa senin – kamis adalah sebagai hari penyetoran amal manusia ,
seperti dalam keterangan hadist, Rasulullah SAW bersabda , yang artinya
“ Amal perbuatan manusia akan disampaikan pada setiap hari kamis dan senin. Maka
aku ingin amalku diserahkan saat aku berpuasa,” (H.R.Tirmidzi )
b. Puasa syawal
Puasa syawal adalah puasa yang dilaksanakan setelah bulan Ramadhan yang
biasanya dilakukan enam hari di bulan syawal.
Puasa syawal memiliki keutamaan yaitu akan memperoleh pahala seperti berpuasa
selama satu tahun, hal itu di benarkan oleh Rosulullah SAW dalam sebuah hadist , yang
artinya :
“ Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari
syawal, maka seperti pahalaberpuasa setahun, “ (H.R. Muslim).
c. Puasa zulhijah
Salah satu amalan yang dianjurkan adalah melaksanakan sunnah puasa dari 1 – 9
zulhijah. Keutamaan puasa sunah zulhijah ini diterangkan dalam sebuah hadist , yang
artinya : “ Tidak ada hari – hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh
hari pertama bulan zulhijah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu
tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam
lailatul qodar, “ ( H.R. At tarmidji ).
d. Puasa Arafah
Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 zulhijjah sebagai penyambut hari idul
adha. Keutamaan puasa Arafah adalah terhindar dari siksa api neraka, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasullullah dalam sebuah hadist , yang artinya :
“ Tidak ada hari dimana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada
hari Arafah , dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para
Malaikat dan berkata ; Apa yang mereka inginkan ?”
Keutamaan lain dari puasa Arafah dalam sebuah hadist yang artinya :
“ Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun , tahun yang lalu
dan tahun yang akan datang (H.R. Muslim, Ahmad, An-Nasa’iIbnu Majah &Abu
DAwud , dari Abu Qatadah)
e. Puasa Tarwiyah
Puasa tarwiyah juga dilaksanakan pada bulan zulhijah, tepatnya pada tanggal 8.
Keutamaan puasa tarwiyah adalah dapat menghapus dosa setahun.
f. Puasa Daud
Puasa daud merupakan puasa yang menelADANI PUASANYA NABI Daud AS,
pelaksanaan puasa ini dilakukan secara bergantian ( sehari puasa, sehari berikutnya
tidak, dan seterusnya )
Puasa daud merupakan puasa sunah yang disukai oleh Allah SWT. Rosulullah SAW
bersabda yang artinya :
“ Puasa yang disukai oleh Allah SWT adalah puasa Daud , dan salat yang disukai Allah
adalah salat Nabi Daud. Beliau biasa tidur dipertengahan malam dan bangun pada
sepertiga malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari Dan berbuka sehari
berikutnya, “ ( h>R. Al BUkhari dan Muslim)
g. Puasa Asyura atau puasa Muharam.
Puasa Asyura atau puasa MUharam dikenal dengan istilah Yaumu Asyura, Puasa
ini memiliki keutamaan dapat meleburkan dosa selama satu tahun yang telah lewat,
Rasulullah SAW bersada yang artinya :
“ Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah SAW bersabda telah ditanya
tentang keutamaan puasa hari Asyura , lalu beliau menjawab ; puasa Asyura melebur
dosa setahun yang telah lewat,” (H.R.Muslim)
h. Puasa Ayyamul Bidh
Puasa Ayyumul BIDH merupakan puasa sunah yang dikerjakan setiap tanggal 13,
14, 15 dalam kalender Hijriah atau kalender Islam. Keutamaan puasa Ayyamul Bidh
adalah seperti puasa sepanjang tahun, seperti dalam hadist Nabi Muhammad SAW ,
yang artinya :
“ Diriwayatkan dari Abu Dzar R.A, sungguh Nabi SAW bersabda ; “ siapa saja yang
berpuasa tiga hari dari setiap bulan , maka puasa tersebut seperti puasa sepanjang tahun
. Lalu Allah menurunkan ayat dalam kitabnya yang mulai karena membenarkan hal
tersebut; ‘siapa saj yang datang dengan kebaikan maka baginya pahala sepuluh kali
lipatnya ‘ (QS Al An’am:160) satu hari sama dengan 10 hari,” (H.R. Ibnu Majah dan
Tarmidji).
i. Puasa Syakban ( Nisfu Syakban )
Puasa Nisfu Syakban yang dikerjakan pada pertengahan bulan syakban. Adapun
keutamaan puasa Nisfu Syakban adalah untuk mendapatkan syafaa nabu Muhammad
SAW di hari akhir nanti.

3. Puasa yang di haramkan


Ketika haram puasa adalah ketika dimana umat islam dilarang berpuasa.
Adapun puasa yang di haramkan adalah sebagai berikut:
a. Hari Raya Idul Fitri
Tanggal 1 syawal ditetapkan sebagai hari raya umat islam. Idul Fitri adalah hari
kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Syariat islam telah
mengatur pada tingkat haram bahwa pada hari itu diperkenankan seseorang untuk
berpuasa.
b. Hari raya Idul Adha
Tanggal 10 zulhijah adalah hari raya Idul Adha , hari raya umat islam , hari itu
di haramkan berpuasa dan umat islam disunahkan untuk menyembelih hewan
kurban dan membaginya kepada fakir miskin,kerabat, dan keluarga.
c. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12, 13 pada bulan zulhijah . Pada hari itu umat
islam masih dalam suasana perayaan idul adha , sehingga masih diharamkan
berpuasa.
d. Puasa sehari saja pada hari jumat
Puasa ini haram hukumnya bila tanpa mendahului dengan hari sebelum atau
sesudahnya , kecuali ada kaitannya dengan puasa sunahlainnya seperti puasa sunah
Nabi Daud dan puasa sunnah lainnya yang jatuh bertepatan pada hari
jumat.sebagian ulama tidak sampai mengharamkan secara mutlak, tetapi hanya
sampai makruh saja.
e. Puasa pada hari syak
Hari syak adalah tanggal 30 syakban . pada hari ini , bisa saja orang ragu tentang
penentuan awal bulan Ramadhan karena hilal ( bulan ) tidak terlihat sehingga tidak
ada kejelasan apakah sudah masuk bulan Ramahan atau belum. Ketidak jelasan ini
disebut syak dan secara syar’I umat islam dilarang berpuasa pada saat itu. Namun
, ada ulama yang berpendapat tidak mengharamkan tapi hanya memakruhkannya
saja.
f. Puasa selamanya
Seseorang diharamkan untuk berpuasa terus setiap hari , meskipunia sanggup
mengerjakannya. Akan tetapi secara syar’ I puasa seperti itu dilarang oleh islam .
Bagi mereka yang ingin banyak berpuasa , Nabi Muhammad SAW menyarankan
untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daudas yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.
g. Puasa wanita haid dan nifas
Wanita yang sedang haid dan nifas diharamkan berpuasa karena kondisi
tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadas besar. Apabila tetap
melakukan puasa , maka ia berdosa.
h. Puasa sunah bagi wanita tanpa izin suaminya
Seorang istri harus meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya bila akan
mengerjakan puasa sunah. Jika mendapatkan ijin , ia boleh puasa,. Namun , bila
tidak diijinkan tetapi tetap puasa, maka puasanya haram secara syr’i.
Nabi Muhammad SAW bersabda , yang artinya
“ bahwa tidak halal bagi wanita untuk berpuasa tanpa izin suaminya sedangkan
suaminya ada dihadapannya karena hak suami itu wajib di tunaikan dan merupakan
fardu bagi istri, sedangkan puasa itu hukumnya sunah. Kewajiban tidak boleh
ditinggalkan untuk mengejar yang sunah.
4. Puasa yang dimakruhkan
Puasa yang di makruhkan adalah sebagai berikut:
a. Puasa dhar ( puasa yang dilakukan selamanya )
b. Puasa hari jumat saja atau hari sabtu saja
c. Puasa hari Syak ( hari yag di ragukan )
Ada ulama yang menghukumi haram (menurut mazhab syafi’I) da nada pendapat
ulama yang menghukumi makhruh.
d. Puasa pada hari Arafah bagi orang yang menunaikan ibadah haji
e. Puasa di hari Tasyrik (11,12, 13 zulhijah).

E. Hal – Hal Yang Disunahkan Dalam Berpuasa


Menurut kitab fiqh islam terdapat beberapa amalan sunah yang menyertai ibadah puasa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menyegerakan berbuka puasa jika telah yakin bahwa matahari telah tenggelam.
Dalil menyegerakan berbuka puasa adalah hadist Nabi Muhammad SAW, dari Sahl
bin Sa’ad, Rasulullah SAW bersabda, “ Senantiasa manusia dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka puasa , “ (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Berbuka dengan korma, atau makanan ? minuman manis lainnya , atau cukup dengan
air putih.
Dalil berbuka dengan korma adalah dalam hadist sebagai berikut:
Dari Anas, “ Nabi SAW berbuka dengan ruthob (kurma matang) sebelum salat. Kalau
tidak ada dengan tamar (korma yang dikeringkan(. Kalau tidak ada korma juga , beliau
minum denga beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidji)
3. Berdoa sewaktu berbuka puasa
Doa yang dibaca pada saat berbuka salah satunya adalah dari hadist berikut, dari
Ibnu Umar, “ Rasulullah SAW apabila beliau berbuka puasa, membaca doa berikut;
“( Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu dzahabazhzhomau wabtallatil
‘uruuqu wa tsabatal ajru insyaaAllahu,’ ( HR. Bukhari dan Muslim)
4. Makan sahur
Makan sahur dimaksudkan supaya menambah kekuatan ketika puasa dan dilakukan
selewat tengah malam. Dalil makan sahur adalah sebagai berikut:
- Dari Anas , Rasulullah SAW telah berkata, “ makan sahurlah kamu. Sesungguhnya
makan sahur itu mengandung berkah.” ( HR. Bukhari dan Muslim )
- Dari kitab Al-fiqhul Muyassar terdapat hadist Nabi SAW; “ Makan sahurlah
walaupun dengan seteguk air .” ( HR. Ibnu Hibban )
5. Mengakhirkan makan sahur
Akhirkan makan sahur hingga kira – kira 15 menit sebelum fajar subuh.
Dalil mengakhirkan sahur adalah hadist sebagai berikut,
Dari Abu Dzar, Rasulullah SAW berkata, “ Senantiasa umatku dalam kebaikan selama
mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka puasa.” ( HR. Ahmad ).
6. Memberikan makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa
Dalil memberi makan untuk berbuka adalah hadist berikut:
“ Barang siapa yang memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa , maka
ia akan mendapatkan ganjaran sebanyak ganjaran orang yang berpuasa itu, tidak
dikurangi sedikitpun.” ( HR. Tirmidji ).
7. Banyak bersedekah
Dalil untuk banyak bersedekah di bulan Ramadhan adalah hadist .
Dari Anas, “ Orang- orang bertanya kepada Rasulullah SAW, “ Kapankah waktu
sedekah yang lebih baik, “ sedekah yang paling baik adalah sedekah pada bulan
Ramadhan .” ( HR. Tirmidji )
8. Banyak membaca Al Qur’an dan mempelajarinya
Dalil membaca Al Qur’an di bulan Ramadhan adalah hadist,
Dari Ibnu Abbas, “ Rosulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada
bulan Ramadhan ketika malaikat JIbril menemuinya.Adalah JIbril mendatanginya
setiap malam di bulan Ramadhan. Dimana JIbril mengajarkannya Al Qur’an. Sungguh
Rasulullah SAW orang yang paling lembut dari pada angin yang berhembus ,” ( HR.
Bukhari
9. Tidak mengucapkan perkataan yang buruk
Dalil untuk meninggalkan perkataan yang buruk adalah hadist berikut ,
“ Barang siapa tidak mengatakan perkataan dusta dan pengalamannya , maka Allah
SWT tidak memerlukan dia untuk meninggalkan makan dan minumnya,”( HR>
Bukhari ).

F. Hal – Hal yang Membatalkan Puasa

Hal – hal yang membatalkan puasa adalah sebagai berikut:


1. Makan dan minum
Firman Allah SWT, yang artinya :
“ Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar.”
( Q.S. Albaqoroh ayat 187 ).
Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah apabila dilakukan dengan sengaja,
misalnya lupa tidak membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah SAW : “ Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa,
kemudian ia makan dan minum , maka hendaklah puasanya disempurnakan, karena
sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum.” ( HR. Bukhari dan
Muslim)
Memasukan sesuatu kedalam lubang yang ada pada badan , seperti lubang hidung ,
lubang telinga , dan sebagainya , menurut sebagian ulama seperti makan dan minum,
artinya membatalkan puasa. Mereka mengambil alasan dengan qias, diqiaskan (
disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang lain berpendapat bahwa hal itu
tidak membatalkan karena tidak dapat diqiaskan dengan makan dan minum. Menurut
pendapat yang kedua itu , kemasukan air sewaktu mandi tidak membatalkan puasa,
begitu juga memasukan obat melalui lubang badan selain mulut , tidak membatalkan
puasa karena yang demikian tidak dinamakan makan dan minum.
2. Muntah yang di sengaja , sekalipun tidak ada yang kembali ke dalam.
Sedangkan muntah yang tidak disengaja tidaklah membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah SAW :
“ Dari Abu Hurairah , Rasulullah telah berkata, “ Barang siapa paksa muntah , tidaklah
wajib mengqada puasanya, dan barang siapa yang mengusahakan muntah , maka
hendaklah dia mengqada puasanya.” ( HR. Abu Dawud dan Ibnu Hibban )
3. Bersetubuh
Firman Allah SWT , pada Q.S Al baqarah ayat 187, yang artinya :
“ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri istri
kamu. ( Q>S> Al BAqarah;187)

Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu siang hari di


bulan Ramadhan , sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar
kafarat.
4. Keluar darah haid (darah kotor) atau nifas ( darah sehabis melahirkan ).
Dari Aisyah, ia berkata , “ kami disuruh oleh Rasulullah SAW mengqada puasa, dan
tidak disuruhnya untuk mengqada salat.”
5. Gila
Jika gila itu datang waktu siang hari , batallah puasa.
6. Keluar mani dengan sengaja ( karena bersentuhan dengan perempuan atau lainnya ).
Karena keluar air mani itu adalah puncak yang dituju orang pada bersetubuhan., maka
hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Adapun keluar air mani karena bermimpi,
menkhayal, dan sebagainya , tidak membatalkan puasa.

G. Rukhshah dalam berpuasa


Rukhshah puasa atau keringanan untuk tidak berpuasa dalam kondisi tertentu dapat di
berikan kepada seorang muslim , akan tetapi hal ini juga tidak dapat dijadikan alasan untuk
seseorang meninggalkan kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Ada dua bentuk pengganti
puasa Ramadhan yang bisa memperoleh keringanan atau rukhshah puasa, pertama , ada
bentuk pengganti puasa berupa qadha puasa, sedangkan yang kedua yakni dengan disertai
membayar fidyah sesuai dengan golongan yang berhak membayarnya.
Terdapat 7 golongan orang yang mendapat rukhsah puasa Ramadhan , hal ini ditegaskan
oleh Allah dalam firman di Q.S. Al Baqarah ayat 184, yang artinya:
“ (yaitu) beberapa hari tertentu . Maka barang siapa diantara kamu sakit atau dalam
perjalanan ( lalu tidak berpuasa ) maka ( wajib mengganti ) sebanyak hari ( yang dia tidak
berpuasa itu ) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya , wajib
membayar fidyah,yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan , maka itu lebih baik baginya, dan puasamu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.” ( Q.S.Al Baqarah;184 )
Berikut adalah golongan yang akan mendapatkan keringanan untuk meninggalkan
puasa antara lain :
1. Orang yang sedang sakit
Orang sakit yang diperbolehkan mendapat rukhsah puasa adalah mereka yang
apabila menjalankan puasa dapat memperparah kondisi penyakitnya. Walaupun
mereka tidak berpuasa , mereka ini tetap harus membayar puasanya di lain hari

2. Musafir
Pada dasarnya islam merupakan agama yang tidak menyulitkan umatnya , jadi
apabila seseorang tengah melakukan perjalanan jauh saat berpuasa maka diperbolehkan
untuk tidak berpuasa. Namun orang tersebut tetap wajib mengganti puasanya di
kemudian hari.
3. Perempuan hamil dan menyusui
Apabila ibu yang sedang mengandung dan menyusui tidak mampu berpuasa , Allah
SWT meringankan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari.
4. Orang lanjut usia ( lansia )
Orang tua lanjut usia ( lansia ) yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa , maka
diberikan kelonggaran untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya , ia diwajibkan untuk
membayar fidyah, yaitu dengan memberi fakir miskin makan setiap kali ia tidak
berpuasa . Adapun ukuran satu fidyah adalah setengah sho’ kurma , gandum, atau beras
yaitu sebesar 1,5 kg beras.
5. Perempuan yang sedang haid dan nifas
Seorang yang sedang haid dan nifas saat bulan puasa dilarang untuk menjalankan
ibadah puasa dan ibadah lainnya seperti salat. Bagi mereka yang meninggalkan puasa
diwaktu tersebut , maka wajib mengganti puasa dikemudian hari.
6. Anak kecil
Bagi mereka yang belum menginjak usia baligh juga diperbolehkan untuk tidak
berpuasa , jika ia sudah baligh baru diwajibkan puasa .
7. Hilang akal sehat
Seseorang yang akal sehatnya atau gila tidak wajib berpuasa , bahkan jika ia ikut
berpuasa maka puasa yang ia jalankan tidak sah , maka dalam hal ini tidak wajib
berpuasa dan mengqadha.
8. Orang yang bekerja berat
Terhadap mereka ini juga diperbolehkan untuk berbuka atau meninggalkan puasa
Ramadhan , karena akibat dari pekerjaan yang mereka lakukan memungkinkan lemah
fisik. Sehingga memberatkan bagi mereka untuk berpuasa berakibat tidak biasa bekerja
sebagaimana biasa. Bagi mereka yang meninggalkan puasa diwaktu tersebut , maka
wajib mengganti puasa dikemudian hari.

H. Keutamaan dan hikmah berpuasa


Dalam beribadah puasa tentunya memiliki keutamaan dan hikmah bagi orang yang
menjalankan ibadah puasa , terutama ibadah puasa di bulan Ramadhan . Di bulan
Ramadhan banyak keutamaan yang membuatnya spesial dan berbeda dengan bulan
lainnya. Amalan yang dilakukan juga di ganjar dengan pahala dan keberkahan yang
berlimpah..

Adapun keutamaan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:


1. Bulan di turunkannya Al quran
2. Setan di belenggu , pintu neraka ditutup dan pintu surge dibuka
3. Terdapat malam lailatul qadar
4. Salah satu waktu terbaik untuk dikabulnya doa
5. Bulan yang penuh ampuna
6. Bulan yang penuh syafaat
7. Meningkatkan ibadah dan amalan
8. Bulan penuh berkah yang berlimpah pahala
9. Terdapat ibadah sunah salat tarawih
10. Terjadi peristiwa perang badar yang berdampak besar pada kemuliaan islam
Puasa di bulan Ramadhan dan puasa sunah ada banyak hikmahnya . Berikut ini beberapa
diantaranya:
1. Tanda terima kasih kepada Allah karena semua ibadah mengandung terima kasih kepada
Allah atas nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya dan tidak ternilai
harganya.
2. Didikan kepercayaan . seseorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta
yang halal kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah , sudah tentu ia tidak akan
meninggalkan segala perintah Allah, dan tidak berani melanggar segala larangan-Nya.
3. Memberikan efek positif bagi kesehatan
4. Mengasah kemampuan mengontrol hawa nafsu amarah dan meruntuhkan kekuatannya
yang terslurkan dalam anggota tubuh , seperti mata, lidah , telinga dan kemaluan
5. Melatih empati dan kepeduliaan serta kebiasaan berbagi pada sesama.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari segi Bahasa , puasa berarti menahan dan
mencegah dari sesuatu. Sedang menurut istilah adalah menahan diri dari perbuatan (fi’li) yang
berupa dua macam syahwat ( syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan diri dari segala
sesuatu agar tidak masuk perut , seperti obat atau sejenisnya ). Hal ini dilakukan pada waktu yang
telah ditentukan , yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari .

Puasa dilakukan oleh umat muslim yang telah memenuhi syarat puasa yaitu orang muslim,
sudah , baligh, berakal,tidak sedang haid, dan tidak sedang nifas. Dan puasa juga harus dilakukan
dengan niat , yakni bertekad dalam hati untuk mewujudkan perbutan itu secara pasti tidak ragu-
ragu dan mampu menahan diri segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.

Puasa banyak macamnya , diantaranya puasa wajib, puasa sunnah, puasa yang diharamkan, dan
puasa yang dimakhruhkan . orang yang berpuasa disunahkan untuk melakukan sahur,
menyegerakan berbuka, berbuka dengan sesuatu yang manis, berdoa sewaktu berbuka puasa ,
memberi makan untuk orang –orang yang berpuasa, perbanyak sedekah, dan memperbanyak baca
Al Qur’an dan menyibukan diri dengan ilmu pengetahuan .

Ada beberapa uzur yang memperbolehkan seseorang untuk membatalkan puasanya,


diantaranya ketika sedang berada diperjalanan jauh, dalam keadaan sakit, bagi wanita hamil dan
menyusui, pekerja keras, bagi lansia.

Ada pula beberapa hal yang membatalkan puasa yaitu, makan dan minum yang disengaja,
muntah yang disengaja, bersetubuh, keluar darah haid atau nifas, dan keluar air mani dengan
sengaja. Pembatalan puasa juga dapat diganti dengan melakukan qadha, kifarat ataupun fidyah.

Puasa mengajar kita untuk lebih bersyukur terhadap segala hal yang telah kita miliki pada saat
ini. Menahan segala hawa nafsu dan mengajarkan kita untuk mampu membantu orang-orang fakir
dan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.orami.co.id/magazine/keutamaan-bulan-ramadhan
https://www.academia.edu/resource/work/39067438
https://gramedia.com/literasi/pengertian-puasa.
Bahreisj, Hussein, 1980, Pedoman fikih islam, Surabaya; Al Iklas
Latif, M Djamil, 2001, Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan, Jakarta; Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai