Anda di halaman 1dari 14

Puasa

(Tujuan, Hikmah, Macam dan Dasar Hukumnya)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Fiqih

Dosen pengampu : Drs. H. Suratman, M.Ag.

Disusun oleh :

Resti Alfiatun Nikmah (224110403120)

Restu Agiel Ryandhani (224110403121)

2 PBA-C

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT semata, serta Rabb
seluruh alam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta para sahabatnya, tabi’in tabi’ut, tabi’in dan keselamatan juga semoga tercurah
kepada seluruh kaum muslimin yang tetap istiqomah di atas jalan-Nya hingga waktu
yang telah Allah tetapkan untuk mereka.

Atas berkat karunia-Nya, kami telah selesai menyusun makalah yang berjudul
“Puasa (Tujuan, hikmah, macam dan dasar hukumnya)”. Makalah ini kami susun
guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Fiqih dengan Dosen Pengampu
Drs. H. Suratman, M.Ag.dengan ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini
meliputi: Definisi, Tujuan, hikmah, macam-macam dan dasar hukum dari puasa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna. Sehingga jika para
pembaca menjumpai kesalahan dalam makalah ini, sudilah para pembaca memberikan
teguran positif. Oleh sebab itu, semua kritik dan saran dari para pembaca penulis terima
dengan senang hati. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.

Purwokerto, 27 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Definisi Puasa.........................................................................................................3

B. Tujuan Melaksanakan Ibadah Puasa......................................................................4

C. Hikmah Menjalankan Ibadah Puasa.......................................................................4

D. Macam-macam Puasa dan Dasar Hukumnya.........................................................6

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................10

A. Kesimpulan...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat yang beragama Islam, kita harus patuh dan ta’at terhadap
perintah-perintahNya. Islam dibangun atas dasar lima pilar, hal ini sesuai dengan
sabda Nabi Saw yang artinya “Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian
(syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah
subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan”. (HR. Al
Bukhari dan Muslim). Kelima pilar ini wajib kita yakini, pahami dan kita amalkan
dalam kehidupan sehari-hari

Salah satu rukun Islam yang harus kita yakini dan di amalkan setiap muslim
adalah ibadah puasa. Dalam Islam , kita mengenal dua bentuk ibadah puasa, yaitu
puasa wajib dan puasa sunnah. Setiap muslim diwajibkan berpuasa sebagaimana
orang sebelum kita. Adapun hari-hari yang di haramkan puasa adalah hari tasyrik,
Idul Fitri dan Idul Adha.

Setiap syariat atau perintah apapun yang diperintahkan oleh Allah Swt pasti
memiliki tujuan dan hikmah serta manfaat di dalamnya. Hikmah dan manfaat ini
akan kembali kepada mereka yang benar-benar dalam menjalankan perintah Allah,
hikmah dan manfaat itu akan mereka dapatkan baik secara langsung atau tidak
langsung. Ibadah puasa banyak mengandung aspek sosial, karena dengan lewat
ibadah ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa juga menunjukkan
bahwa orang-orang yang beriman sangat patuh kepada Allah karena mereka mampu
menahan makan atau minum dan hal-hal yang membatalkan puasa.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan melaksanakan ibadah puasa?
2. Apa hikmah yang diperoleh jika melaksanakan ibadah puasa?
3. Berapa dan apa saja jenis puasa itu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan melaksanakan puasa.
2. Untuk mengetahui hikmah melaksanakan ibadah puasa.
3. Untuk mengetahui berapa dan apa saja jenis puasa.

2
BAB 2 PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

A. Definisi Puasa
Puasa menurut bahasa Arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti
menahan diri. Maksudnya menahan diri dari makan dan minum serta perbuatan yang
membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Umat Islam
juga dikehendaki untuk menahan diri dari mengeluarkan kata-kata kotor,
menggunjing orang lain, dan sebagainya.1 Sedangkan menurut syar’i, shaum adalah
menahan diri (mukallaf) dari makan, minum, masturbasi dan muntah disertai niat
sejak fajar hingga maghrib.2

Pengertian puasa secara istilah yaitu menahan diri. Menahan diri dari yang
membatalkan puasa seperti makan, minum, dan melakukan hubungan seksual
dilakukan secara total, sejak fajar hingga waktu maghrib atau selama kurang lebih 14
jam. Ketentuan tentang rentang waktu berpuasa selama sepanjang siang hari penuh
ini beserta laranganya disebut dalam surat Al Baqarah ayat 187, yang artinya

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

1
Rahmi, “Puasa Dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik Dan Mental Spiritual.”
2
Ii, “Cipto Sembodo, Puasa , (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Hlm. Iii Ibnu Hajar Al Asqalani,
Fathul Baari Terjemah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), Hlm. 2 14.”

3
Perintah puasa terdapat pada beberapa surat dalam Al-Qur’an, yaitu: surat Al-
Baqarah (183-187), Annisa’ (92), Al-Maidah (89), Al-Mujadilah (4), dan Maryam
(26), hal ini juga didukung oleh beberapa hadits yang menganjurkan mengenai
perintah puasa baik puasa wajib maupun puasa sunah3

B. Tujuan Melaksanakan Ibadah Puasa


Al – Qur‟an menjelaskan tujuan agung dan maksud dari puasa adalah
mencapai ketaqwaan. Seperti firman-Nya pada QS. Al Baqarah : 183. Menjadi
hamba yang terbimbing merupakan tujuan dari kewajiban berpuasa. Menjadi hamba
terbimbing yang merupakan tujuan dari puasa adalah sifat positif dan harus dimiliki
oleh setiap Muslim yang akan memberikan keseimbangan dalam jiwa, pikiran,
perasaan, dan emosi seseorang, sehingga membersihkan seseorang dari kepribadian
buruk akibat kehidupan modern yang tidak didasari oleh semangat al-Qur‟an dan
tidak terbimbing oleh ajaran – ajarannya. Akibatnya, muncul sifat – sifat seperti acuh
tak acuh, sembrono, lalai, egois, dan stres.

Tujuan puasa selanjutnya sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW, di


antara tujuan puasa adalah agar dosa kita diampuni dan kesalahan – kesalahan kita
dimaafkan.4

C. Hikmah Menjalankan Ibadah Puasa


Puasa wajib dalam Islam mempunyai makna mulia yang dilaksanakan tidak
memandang apakah orang itu dalam keadaan susah ataukah dalam keadaan senang.
Puasa dijalankan sebagai salah suatu ibadah kepada Allah SWT untuk mencapai
derajat “Muttaqin”, yaitu mencapai derajat rohani yang tinggi dimata Allah. 5

Mengenai hikmah, firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 269.

‫ُيْؤ ِتى ٱْلِح ْك َم َة َم ن َيَش ٓاُء ۚ َو َم ن ُيْؤ َت ٱْلِح ْك َم َة َفَقْد ُأوِتَى َخ ْيًرا َك ِثيًراۗ َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأ۟و ُلو۟ا ٱَأْلْلَٰب ِب‬
3
Goldschlag, Kim, and Kristin, “Konsep Puasa Dalam Al-Qur`an Al-Hadits Dan Kitab Tripitaka (Studi
Perbandingan ).”
4
Nurfadillah, “Puasa Dalam Agama Islam Dan Katolik.”
5
Ningsih, “Nilai-Nilai Ibadah Puasa Dalam Kitab Minhajul Muslim Karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al- Jaza ’
Iri Nilai-Nilai Ibadah Puasa Dalam Kitab Minhajul Muslim Karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al- Jaza ’ Iri.”

4
Artinya: Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang
Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa
yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.
Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari
firman Allah).

Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah memang senantiasa menyertakan


hikmah sebagai satu kesauan yang utuh pada setiap amal dan perbuatan. Namun
demikian, hanya orang-orang yang menggunakan potensi akal serta menggunakan
kemampuan daya berpikirnyalah yang akan dapat menyelami, memahami, dan
akhirnya mendapatkan hikmah. Berikut diantaranya hikmah menjalankan ibadah
puasa,

1. Ibadah puasa merupakan wujud rasa syukur kepada Allah karena ia


merupakan ibadah yang diwajibkan. Dari sini maka akan banyak sekali
manfaat yang bertaburan dari ibadah tersebut.
2. Puasa dan kebugaran. Manfaat puasa bagi kesehatan dapat dibuktikan
secara empiris ilmiah, meski harus menahan makan dan minum sekitar 12-
24 jam. Apabila orang lapar, perutnya akan memberikan reflex ke otak
secara fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan tadi, otak akan
memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat
inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri, khususnya bagi penderita maag.
Tapi, bagi orang yang berpuasa, rasa sakit tersebut tak timbul karena otak
tidak memerintah kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim tadi.6
3. Mmm Puasa adalah alat untuk mengetes ketaatan dan amanah seorang
muslim. Sebab, puasa adalah ibadah yang khusus dimana yang
mengetahuinya hanya orang yang berpuasa dan Allah semata.
4. Jika manusia dalam keadaan puasa ia akan merasakan panasnya lapar
sehingga membuahkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin yang tidak
mendapati pangan yang tidak bisa menutuoi lapar dan dahaganya
Puasa memperkokoh dan mendidik rasa kasih sayang, dari mulianya rasa
kebersamaan karena orang-orang yang puasa tinggal di banyak tempat

6
Rahmi, “Puasa Dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik Dan Mental Spiritual.”

5
yang jadi perjalanan kehidupan dan keindahannya. Ia tidak dirancang
untuk berlebihan dalam dunia yang disanggupinya tanpa letih dan
kepayahan.7

D. Macam-macam Puasa dan Dasar Hukumnya


Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunah.
Puasa wajib ada tiga macam, puasa yang terikat dengan waktu (puasa Ramadhan
selama sebulan), Puasa yang wajib karena ada illat, seperti puasa sebagai kafarat, dan
puasa seseorang yang mewajibkan pada dirinya sendiri, yaitu puasa nazar.

Menurut para ahli fiqih, puasa yang ditetapkan syari’at ada 4 (empat) macam,
yaitu puasa fardhu, puasa sunnat, puasa makruh dan puasa yang diharamkan

1. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang mesti dilaksanakan, tidak ada kompromi.
Puasa wajib haram di tinggalkan tanpa udzur syar’I, puasa wajib ada beberapa
jenis, di antaranya adalah:
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan diwajibkan Allah berdasarkan firmanNya
didalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183.

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم ٱلِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى ٱَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
‫َتَّتُقوَن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa,
Puasa Ramadhan diwajibkan bagi mereka yang beriman, sehat
akal dan badan,baligh (dewasa), tidak haid dan tidak nifas, tidak
dalam perjalanan jauh,dan kuat menjalankannya.
b. Puasa Qadha

7
Ii, “Cipto Sembodo, Puasa , (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Hlm. Iii Ibnu Hajar Al Asqalani,
Fathul Baari Terjemah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), Hlm. 2 14.”

6
Puasa qadha adalah puasa utang yang wajib dibayar. Jika kita
meninggalkan puasa pada bulan Ramadhan dan menurut aturan agama
harus diganti, berarti itu utang. Tentang kewajiban mengganti hari-
hari yang ditinggalkan dalam puasa Ramadhan Allah berfirman dalam
surah Al-Baqarah ayat 185
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu,pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu, agar
kamu bersyukur”
Berdasarkan ayat diatas puasa qadha diberlakukan bagi mereka
yang meninggalkan puasa Ramadhan karena sakit, bepergian, haid
atau nifas, hamil dan menyusui.8
c. Puasa Nadzar
Puasa nadzar pada dasarnya utang, bahkan lebih tegas lagi
karena biasanya dikaitkan dengan sesuatu. Oleh karena itu, seorang
yang bernadzar wajib melaksanakan puasa nadzar tersebut sebab ia
sendiri yang membuatnya wajib.
Diantara dalil-dalil yang mewajibkan seseorang mengerjakan
apa yang telah dinazarkannya adalah firman Allah SWT.,

‫َو ْلُيوُفو۟ا ُنُذ وَر ُهْم‬


“..... Dan hendaklah mereka menunaikan nazar-nazar mereka.”
(QS.Al-Hajj: 29)
Namun, nazar itu hanya terbatas jenis ibadah yang hukumnya
sunah. Sedangkan bila yang dinazarkan justru hal hal yang tidak
dibenarkan syariat, hukumnya haram untuk dilaksanakan. Nazar
hanya berlaku pada ibadah yang bukan wajib. Sebab bila ibadah itu

8
Ii.

7
hukumnya sudah wajib, tanpa perlu dinazarkan pun sudah wajib
dilakukan hukumnya.9
d. Puasa Kifarat (denda karena suatu pelanggaran)
Puasa kifarat ( atau kafarat) diberlakukan atas pelanggaran yang
dilakukan seorang muslim atas hukum Allah yang sudah berketetapan.
Karena perbuatan yang ia lakukan tersebut Allah masih memberikan
maaf, disamping bertaubat ia harus melakukan atau membayar kafarat
tersebut agar tobatnya diterima. Adapun pelanggaran yang dilakukan
seseorang hingga ia harus membayar kafarat adalah hubungan badan
di siang hari Ramadhan, membunuh orang tanpa hak, zhihar terhadap
istri dan sumpah palsu atau sumpah melanggar.
2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang dilakukan pada hari jum’at, hari kamis,
hari senin, tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Qamariyah, enam hari di bulan
Syawal, hari Arafah (9 Dzulhijjah), dan hari Asyura. Semua jenis puasa tersebut
hukumnya sunah, orang boleh melaksanakannya ataupun tidak.10
3. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang
muslim karena berdosa jika dilakukan. Ada beberapa hari yang seorang muslim
dilarang puasa didalamnya yaitu pada dua hari raya (hari raya Idul Fitri dan Idul
Adha), hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 bulan Dzulhijjah), berpuasa secara
terus menerus alias berbuka dan melanjutkan puasa besok harinya, puasa wanita
ketika haid atau nifas, puasa yang membuat diri menjadi celaka dan puasa
(sunnah) seorang istri tanpa izin suami.11
diriwayatkan oleh Nabisyah Al-Hadzali, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Hari – hari tasyriq adalah hari untuk makan, minum, dan berdzikir kepada
Allah.” (HR.Muslim).
4. Puasa Makruh
a. Puasa (sunnah) hari jum’at saja atau sabtu saja.

9
Nurfadillah, “Puasa Dalam Agama Islam Dan Katolik.”
10
Ii, “Cipto Sembodo, Puasa , (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Hlm. Iii Ibnu Hajar Al Asqalani,
Fathul Baari Terjemah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), Hlm. 2 14.”
11
Ii.

8
Mayoritas ulama berpendapat bahwa larangan puasa di hari
jum’at ini berarti larangan makruh, bukan menunjukkan haram.
Dari Abu Hurairah r.a berkata: “Saya mendengar Nabi SAW
bersabda: “ Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum‟at,
melainkan bersama satu hari sebelumnya atau sesudahnya.” (HR.
Bukhori dan Muslim).
b. Puasa yang membuat diri menderita
Puasa orang yang dalam perjalanan jauh atau sakit dengan
susah payah sehingga dapat memudharatkan diri, makruh
dilaksanakan.32 Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah
ayat 184:
Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka
barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa
yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka
itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui

BAB 3 PENUTUP
PENUTUP

9
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa, ibadah puasa adalah
bentuk ketaatan seorang muslim dalam menjalankan perintah Allah yang
dilaksanakan dengan menahan makan, minum, hubungan seksual dan hal-hal yang
membatalkan puasa disertai dengan niat yang dimulai dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari.

Setiap syariat atau perintah apapun yang diperintahkan oleh Allah Swt pasti
memiliki tujuan dan hikmah serta manfaat di dalamnya. Hikmah dan manfaat ini
akan kembali kepada mereka yang benar-benar dalam menjalankan perintah Allah,
hikmah dan manfaat itu akan mereka dapatkan baik secara langsung atau tidak
langsung. Begitu pula dengan syariat puasa yang memiliki hikmah bagi kesehatan
fisik maupun psikis. Bagi kesehatan fisik, yakni sangat berpengaruh baik terutama
bagi kesehatan organ pencernaan. Dengan berpuasa, bisa juga menghindarkan kita
dari berbagai macam penyakit kulit, mencegah penuaan, dan penyakit jantung.
Sedangkan bagi kesehatan psikis, puasa mampu mengembalikan manusia kepada
fitrahnya.

Menurut para ahli fiqih, puasa yang ditetapkan syari’at ada 4 (empat) macam,
yaitu puasa fardhu, puasa sunnah, puasa makruh dan puasa yang diharamkan .
Masing-masing puasa tersebut memiliki tujuan dan hikmahnya, serta tata cara
masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Goldschlag, Nathan, J Daniel Kim, and McCue Kristin. “Konsep Puasa Dalam Al-

10
Qur`an Al-Hadits Dan Kitab Tripitaka (Studi Perbandingan ).” Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta 53, no. 9 (2019): 1689–99.

Ii, B A B. “Cipto Sembodo, Puasa , (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Hlm. Iii
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Terjemah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011),
Hlm. 2 14,” n.d., 14–31.

Ningsih, Dina Destri Rahayu. “Nilai-Nilai Ibadah Puasa Dalam Kitab Minhajul Muslim
Karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al- Jaza ’ Iri Nilai-Nilai Ibadah Puasa Dalam Kitab
Minhajul Muslim Karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al- Jaza ’ Iri,” 2022, 1–64.

Nurfadillah, Intan. “Puasa Dalam Agama Islam Dan Katolik,” 2021, 1–50.

Rahmi, A. “Puasa Dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik Dan Mental Spiritual.”
Jurnal Studi Penelitian, Riset Dan Pengembangan Pendidikan Islam 3, no. 1
(2015): 89–106.

11

Anda mungkin juga menyukai