Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PUASA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam 3
Dosen Pengampu: Misbah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Heni Nuraini (132210179)


2. Lulu Hanagina Permadi (132210138)
3. Mia Amelia (132210230)
4. Siti Nabila Azahra (132210090)

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN HUMANIORA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
menjelaskan tentang “PUASA”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Misbah, S.Pd., M.Pd. pada matakuliah Pendidikan Agama Islam 3 selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca maupun bagi penulis.
Tidak lupa juga, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami pelajari.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini, makalah yang kami buat
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami,
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 01 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah............................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
1. Pengertian Puasa...........................................................................................................5
2. Dasar Hukum Puasa.....................................................................................................5
3. Syarat dan Rukun Puasa..............................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................7
KESIMPULAN.........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan disertai niat
berpuasa. Sebagian ulama mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua anggota
badan, perut dan alat kelamin sehari penuh, Sejak terbitnya fajar kedua sampai
terbenamnya matahari dengan berdasarkan niat. Puasa merupakan dasar praktis dan
teoritis bagi sisi pengendalian diri untuk menjalankan perintah Allah. Allah SWT
menetapkan kunci masuk surga terletak dalam masalah mengendalikan diri. Selain
mengendalikan diri dari syahwat-syahwat yang diharamkan dan dorongan-dorongan
terlarangnya, mengendalikan diri juga untuk menetapi akhlak yang agung dan baik.
Adapun macam-macam puasa ditinjau dari hukumnya, puasa bisa diklasifikasikan
menjadi puasa wajib, puasa sunah, puasa haram, dan puasa makruh. Puasa wajib.
Untuk melaksanakan puasa baik puasa wajib ataupun sunnah mempunyai syarat -
syarat dan juga rukunnnya. Puasa wajib merupakan puasa yang harus dilaksanakan
oleh seluruh umat islam di dunia. Sebagaimana kita ketahui bahwa puasa yang
dihukumi wajib adalah merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan dan apabila
puasa wajib ditinggalkan atau tidak dilaksanakan maka akan mendapat dosa.
Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam yakni
merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. Puasa mempunyai banyak faedah bagi
rohani dan jasmani kita. Ibadah puasa juga banyak mengandung aspek sosial, karena
lewat ibadah ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa juga
menunjukkan bahwa orang-orang beriman sangat patuh kepada Allah karena mereka
mampu menahan makan atau minum dan hal-hal yang membatalkan puasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puasa ?
2. Apa dasar hukum dari puasa ?
3. Apa saja syarat dan rukun puasa ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa pengertian puasa
2. Dapat mengetahui dasar hukum dari puasa
3. Dapat mengetahui apa saja syarat dan rukun puasa

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Puasa
Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Sebagaimana rukun-rukun Islam lainnya,
seperti ikrar dua kalimat syahadat, mengerjakan sholat, mengeluakan zakat,
menunaikan haji, jika puasa ditunaikan sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki.
Ibadah puasa adalah ibadah yang telah dipilih oleh Allah, Tuhan semesta alam,
sebagai milik-Nya. Sebab, orang yang berpuasa itu tidak melakukan sesuatu,
melainkan hanya meninggalkan syahwatnya (kesenangan nafsunya). Dengan puasa, ia
meninggalkan hal-hal yang dicintainya, semata hanya karena cintanya kepada Allah.
Dalam Bahasa Arab disebut shoum, shiyam yang berarti puasa.1 Menurut L.
Mardiwarsito dalam bahasa kawi disebut “upawasa” yang berarti berpuasa.2 Dalam
Bahasa Arab dan al-Qur‟an puasa disebut shaum atau shiyam yang berarti menahan
diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri.
Jadi, secara umum pengertian puasa menurut bahasa adalah menahan diri atau
mengendalikan diri baik dari makan, bicara, maupun berjalan.
Puasa (shiyam) adalah suatu substansi ibadah kepada Allah Swt. yang memiliki syarat dan
rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari segala keinginan syahwat, perut, dan dari segala
sesuatu yang masuk ke dalam kerongkongan, baik berupa makanan, minuman, obat dan
semacamnya, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari yang dilakukan oleh muslim yang
berakal, tidak haid, dan tidak pula nifas yang dilakukan dengan yakin dan disertai dengan niat.

2. Dasar Hukum Puasa


Sebagaimana dalam firman Allah SWT. surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (Q.S. al-Baqarah:
183)
Pada awal ayat dipergunakan kata-kata panggilan kepada orang-orang yang beriman
amanu tentu hal ini mempunyai maksud-maksud yang terkandung didalamnya.
Karena puasa itu bukan suatu ibadah yang ringan, yakni harus menahan makan,
minum, bersenggama dan keinginan-keinginan lainnya. Sudah tentu yang dapat
melaksanakan ibadah tersebut hanyalah orang-orang yang beriman saja
Berdasarkan ayat di atas tegas bahwa, Allah Swt. mewajibkan puasa kepada hamba-
hamba-Nya yang beriman, sebagaimana Dia telah mewajibkan kepada para pemeluk
agama sebelum mereka. Dia telah menerangkan sebab diperintahkannya puasa dengan
menerangkan sebab diperintahkannya puasa dengan menjelaskan faedahfaedahnya
yang besar dan hikmah-hikmahnya yang tinggi, yaitu mempersiapkan jiwa orang yang

5
berpuasa untuk mempercayai derajat yang takwa kepada Allah Swt dengan
meninggalkan keinginan-keinginan yang dibolehkan demi mematuhi perintah-Nya
dan demi mengharapkan pahala dari sisi-Nya, supaya orang mukmin
termasukgolongan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya yang menjauhi larangan-
larangan-Nya.
Perintah puasa bagi umat Islam diwajibkan oleh Allah SWT. pada bulan yang mulia
yaitu bulan Ramadhan karena di bulan Ramadhan itulah diturunkan al-Qur‟an kepada
umat manusia melalui Nabi besar Muhammad Saw.

3. Syarat dan Rukun Puasa


a. Syarat Puasa
Pada ulama ahli fiqh membedakan syarat-syarat puasa atas:
1. Syarat wajib puasa yang meliputi:
 Berakal („aqli) Orang yang gila tidak diwajibkan puasa
 Baligh (sampai umur) Oleh karena itu anak-anak belum wajib berpuasa
 Kuat berpuasa (qadir) Orang yang tidak kuat untuk berpuasa baik karena
tua atau sakit yang tidak dapat diharapkan sembuhnya, tidak diwajibkan
atasnya puasa, tapi wajib bayar fidyah.

2. Syarat Syah Yang Mencakup Puasa


 Islam Orang yang bukan Islam (kafir)
 Mumayiz (mengerti dan mampu membedakan yang baik dengan yang
baik)
 Suci dari pada darah haid, nifas dan wiladah
Wanita yang diwajibkan puasa selama mereka tidak haid. Jika mereka
sedang haid tidak diwajibkan puasa, teta diwajibkan mengerjakan
qadha sebanyak puasa yang ditinggalkan setelah selesai bulan puasa.

Nifas dan wiladah disamakan dengan haid. Bedanya bila sang ibu itu
menyusui anaknya ia boleh membayar fidyah. Disinilah letak
perbedaan antara meninggalkan shalat dan meninggalkan puasa bagi
orang yang sedang haid. Pada shalat, bagi orang haid lepas sama
sekali kewajiban shalat, sedangkan pada puasa tidak lepas, tetapi
didenda untuk dibayar (diqadha) pada waktu yang lain.
 Dikerjakan dalam waktu atau hari yang dibolehkan puasa.

b. Rukun Puasa
Ada dua rukun puasa. Tanpa memenuhi rukun puasa, tidak ada. Dua rukun puasa itu
yaitu:
1) Niat
2) Menahan diri dari segala yang membukakan

6
BAB III
KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan, ibadah puasa memiliki keutamaan ditinjau dari perspektif Sunnah
diantaranya: puasa merupakan amalan yang bisa menghapus dosa apabila didasari keimanan
dan semata-mata mengharap ridha-Nya, puasa juga merupakan ibadah yang istimewa, serta
puasa merupakan hikmah yang utama dalam membentuk akhlak seorang manusia. Puasa
tidak hanya sekedar tradisi, apalagi sekedar menahan lapar dan dahaga. Puasa merupakan
pengabdian yang paling tulus dari seorang hamba kepada Allah.
Jadi, telah jelas bahwa apabila kita melakukan puasa sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan, maka kita akan senantiasa memperoleh keberkahan puasa yang akan dirasakan
manfaatnya bagi kesehatan jasmani maupun rohani.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adib bisri dan Munawar al-fatah, Kamus Indonesia Arab, Arab Indonesia, (Surabaya: Pusaka
Progessifme, 1999). 272.
L. Mardiwarsito, Kamus Jawa Kuno (Kawi), (Indonesia: Nusa Indah, 1978). 380.
Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).
276.
Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Qurthubi al-
Andalusi, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, Dar al-Ihya al-Kutub al-
„Arabiyyah, Indonesia, t.t, Juz. 1. 207.
Team Penyusun Text Book Ilmu Fiqh I, Ilmu Fiqh, Jilid I (Jakarta: Proyek Pembinaan
Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN Jakarta, 1983). 302.
Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989). 44.

Anda mungkin juga menyukai