Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH IBADAH PUASA DALAM ISLAM

Dosen Pengampu: Rijal Wakhid Rizkillah, Lc., M.Ag.

Disusun oleh: Kelompok 6

1. Richa Nur Afifah (1042311127)


2. Ridha Faradila (1042311128)
3. Rima Nafa Nafisah (1042311129)
4. Rimanda Bunga Olivia (1042311130)
5. Rizka Dwi Taskia (1042311131)
6. Rizki Syifa Najwa (1042311132)

KELAS C
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI SEMARANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
dan para sahabatnya, yang telah memberikan tauladan baik sehingga akal dan fikiran
penyusun mampu menyelesaikan makalah Agama ini, semoga kita termasuk umatnya yang
kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan serta cara penulisan makalah ini, karenanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan juga bermanfaat
bagi penulis khususnya.

Semarang, 12 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Puasa ......................................................................................................................... 6
D. Syarat Wajib Puasa ..................................................................................................................... 9
E. Rukun Puasa................................................................................................................................ 9
F. Sunnah Puasa ............................................................................................................................ 10
G. Orang Orang Yang di Perbolehkan Tidak Berpuasa ................................................................. 10
H. Hal yang Membatalkan Puasa ................................................................................................... 12
I. Yang Bukan Merupakan Pembatal Puasa ................................................................................. 13
J. Yang Dimakruhkan Ketika Puasa ............................................................................................. 13
K. Beberapa Kesalahpahaman Dalam Ibadah Puasa ..................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Puasa (disebut juga saum) yaitu salah satu amalan furu'uddin dalam agama
Islam yang memiliki arti menahan nafsu dari aktivitas seperti minum dan makan selama
12 jam lebih, mulai dari kemunculan matahari fajar hingga matahari mega merah
terbenam.
Puasa dalam kitab Al-Quran juga As-Sunnah memiliki arti menahan diri,
menjauhi, dan meninggalkan. Memiliki arti lain mencegah diriserta menjauhkan diri
dari hal-hal yang mencakup keinginan untuk makan dan minum, serta keinginan
syahwat atau birahi dengan niat mendapatkan pahala dan ridho Allah SWT (Al-
Qaradawi, 2014, h.6).
Sedangkan pengertian puasa dalam istilah syar’i memiliki arti mencegah dan
menjaga diri dari minum, makan, berhubungan intim, dan hal lain yang secara sadar
bisa membatalkan puasa mulai dari kemunculan fajar di waktu subuh hingga terbenam
matahari di waktu maghrib dengan niat berserah diri kepada Allah SWT dan tujuan
mematuhi perintah puasa dari Allah SWT (An-nuur, 2019, h.21). Puasa sunah
merupakan salah satu dari ibadah yang diperintahkan Allah SWT yang bersifat
tathawwu yaitu ibadah yang diatur oleh syariat Islam untuk dijalankan oleh setiap umat
muslim dengan aturan yang memiliki sifat sukarela atau anjuran, bukan keharusan atau
kewajiban (Al-Qaradawi, 2014, h.183).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa yang menjadi dasar hukum dan keutamaan puasa?
3. Apa saja macam-macam puasa?
4. Apa saja syarat wajib puasa?
5. Apa saja rukun puasa?
6. Apa sunnah-sunnah puasa?
7. Hal apa saja yang membatalkan puasa dan yang mewajibkan kafarat?
8. Bagaimana cara berpuasa orang sakit dan tua renta?
9. Bagaimana puasa bagi wanita yang hamil dan menyusui?
10. Bagaimana hukum puasa dalam perjalanan?

4
11. Bagaimana cara berpuasa di negara yang matahari tidak terbenam?
12. Apa hikmah berpuasa?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian puasa.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar hukum dan keutamaan puasa.
3. Untuk mengetahui macam-macam puasa.
4. Untuk mengetahui apa yang menjadi syarat wajib puasa
5. Untuk mengetahui rukun-rukun puasa
6. Untuk mengetahui apa sunnah-sunnah puasa.
7. Untuk mengetahui hal apa saja yang membatalkan puasa sehinggamewajibkan
kaffarat.
8. Untuk mengetahui cara berpuasa orang sakit dan tua renta.
9. Untuk mengetahui puasa bagi wanita hamil dan menyusui.
10. Untuk mengetahui hukum puasa dalam perjalanan.
11. Untuk mengetahui cara berpuasa di negara yang matahari tidakterbenam.
12. Untuk mengetahui hikma-hikmah dalam menjalankan puasa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa
Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai
kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan, minuman
atau juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal yang memiliki potensi untuk
membatalkan puasa tersebut selama masih dalam periode pelaksanaan puasa tresebut.
Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan menahan diri untuk makan dan minum
dalam kurun waktu tertentu, umumnya puasa dilaksanakan dalam kurun waktu satu hari
atau selama 24 jam, atau juga bisa beberapa hari. Lamanya periode puasa ini bergantung
pada ketentuan puasa.
Menurut agama islam, puasa disebut dengan Shaum yang berasal dari Bahasa
Arab: ‫ صوم‬merupakan ibadah yang bersifat wajib untuk dilaksanakan ketika bulan
Ramadhan telah tiba. Ibadah ini juga dilaksanakan selama satu bulan penuh lalu akan
ditutup dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan
syariat islam adalah dengan menahan diri dari makan minum serta semua perbuatan
yang dapat membatalkan puasa dari terbitnya matahari hingga matahari tenggelam
dengan diawali niat yang sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an. Puasa ditujukan
untuk dapat membentuk serta menanamkan sikap-sikap teladan dan meningkatkan
ketakwaan seorang Muslim kepada Allah SWT.
Menurut Bahasa, Puasa sendiri merupakan terjemahan dari istilah aslinya yang
berasal dari Bahasa Arab, yaitu kata Shaum. Kata tersebut secara Bahasa memiliki arti
mencegah atau menahan.

B. Dasar Hukum dan Keutamaan Puasa


A. Dasar Hukum Puasa
Ayat suci Al-Qur'an surat Al-Baqarah 183-185 menjadi dasar bagi umat
Muslim dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
a) Surat Al-Baqarah 183

ِ ‫َۙيا ُّيهاَۙالَّ ِذيْن َٰۙامنُ ْواَۙ ُكتِبَۙعل ْي ُك ُم‬


َۙ‫َۙالصيا ُمَۙكماَۙ ُكتِبَۙعلىَۙالَّ ِذيْنَۙمِ ْنَۙق ْب ِل ُك ْمَۙلعلَّ ُك ْمَۙتتََّۙقُ ْون‬ ٰٓ ٰ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,”

6
b) Surat Al-Baqarah 184
‫علَى الَّ ِذيْنَ يُطِ ْيقُ ْونَه‬ َ ‫ع ٰلى‬
َ ‫سف ٍَر فَ ِعدَّة ٌ ِ ِّم ْن اَي ٍَّام اُخ ََر ۗ َو‬ َ ‫ت فَ َم ْن َكانَ مِ ْن ُك ْم َّم ِر ْيضًا ا َ ْو‬ ٍ ۗ ‫اَيَّا ًما َّم ْعد ُْو ٰد‬
َ‫ص ْو ُم ْوا َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُم ْون‬
ُ َ‫ع َخي ًْرا فَ ُه َو َخي ٌْر لَّه ۗ َوا َ ْن ت‬ َ ٌ‫فِدْيَة‬
َ َ ‫طعَا ُم مِ ْس ِكي ۗ ٍْن فَ َم ْن ت‬
َ ‫ط َّو‬
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
c) Surat Al-Baqarah 185
َ ‫ان فَ َم ْن‬
َ‫ش ِهد‬ ِ ِۚ َ‫ت ِ ِّمنَ ْال ُه ٰدى َو ْالفُ ْرق‬ٍ ‫اس َو َب ِيِّ ٰن‬ِ َّ‫ِي ا ُ ْن ِز َل ِف ْي ِه ْالقُ ْر ٰا ُن هُدًى ِِّللن‬ ْ ‫ضانَ الَّذ‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
‫ّٰللاُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر‬ َ ‫ع ٰلى‬
‫سف ٍَر فَ ِعدَّة ٌ ِ ِّم ْن اَي ٍَّام اُخ ََر ۗ ي ُِر ْيدُ ه‬ َ ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا ا َ ْو‬ ُ َ‫ش ْه َر فَ ْلي‬
َّ ‫مِ ْن ُك ُم ال‬
َ‫ع ٰلى َما َه ٰدى ُك ْم َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬ َ ‫َو ََل ي ُِر ْيدُ بِ ُك ُم ْالعُس َْر ۖ َو ِلت ُ ْكمِ لُوا ْال ِعدَّة َ َو ِلت ُ َكبِِّ ُروا ه‬
َ ‫ّٰللا‬
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.”

B. Keutamaan Puasa
a) Puasa adalah jalan meraih ketakwaan.
b) Puasa adalah sebab dosa-dosa diampuni, apabila dikerjakan berdasar
iman, ikhlas serta meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
c) Pahala puasa melimpah ruah, apabila dilakukan sesuai dengan adab-
adabnya.
d) Puasa adalah perisai dari perbuatan yang haram.
e) Puasa adalah perisai dari api neraka.
7
f) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari aroma
kasturi.
g) Meraih dua kebahagiaan dengan puasa, yaitu kebahagiaan ketika
berbuka dan ketika berjumpa dengan Allah tabaraka wa ta’ala.
h) Masuk surga dari pintu khusus yang bernama Ar-Royyan.
i) Berpuasa dan membaca Al-Qur’an adalah dua amalan yang akan
memberi syafa’at bagi pemiliknya di hari kiamat.
j) Doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak.

C. Macam-macam Puasa
1) Puasa Wajib
Puasa wajib merupakan puasa yang harus dilakukan oleh semua umat Islam
yang memenuhi syarat. Ada empat jenis puasa wajib, yaitu:
• Puasa Ramadhan: puasa yang dilakukan hanya ketika bulan Ramadhan
• Puasa Qada: pengganti dari puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena
alasan syar'i
• Puasa Kafarat: puasa sebagai denda atau penebus dosa atas suatu
perbuatan, misalnya karena berhubungan badan di siang hari pada
bulan Ramadhan.
• Puasa Nazar: puasa yang dilakukan karena sebuah janji dengan tujuan
tertentu.
2) Puasa sunnah
Puasa sunah adalah puasa yang bernilai pahala bagi yang melakukannya,
tetapi tidak berdosa bagi yang meninggalkannya. Ada banyak jenis puasa
sunnah, di antaranya:
• Puasa Senin-Kamis Puasa Tasu'a (9 Muharram)
• Puasa Asyura (10 Muharram)
• Puasa di bulan Syakban
• Puasa Syawal Puasa Ayyamul Bidh (puasa tanggal 13, 14, dan 15
setiap bulan Hijriyah)
• Puasa Tarwiyah (8 Zulhijah)
• Puasa Arafah (9 Zulhijah)

8
3) Puasa Makruh
Puasa makruh adalah puasa yang tidak dianjurkan dan lebih baik untuk tidak
dilakukan. Beberapa jenis puasa makruh yaitu:
• Puasa setahun penuh (puasa dahr)
• Puasa hari Jumat (tanpa diikuti hari sebelum atau sesudahnya)
• Puasa Wishal (tidak ada saur dan tidak ada bukanya)
4) Puasa berhukum haram
Puasa yang hukumnya haram berarti tidak boleh dikerjakan sama sekali oleh
umat Islam. Beberapa jenis puasanya:
• Puasa pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
• Puasa pada hari tasyriq (11, 12, 13 Zulhijah)
• Puasa yaum syak (hari meragukan) yang terletak di akhir setiap
bulan kalender Hijriah.
(Beberapa ulama berpendapat puasa jenis ini termasuk makruh)

D. Syarat Wajib Puasa


• Islam
• Baligh
• Berakal
• Mampu
• Mukim (menetap)

E. Rukun Puasa
1) Niat.
Niat adalah menyengaja melakukan ibadah puasa karena Allah semata
dengan mengetahui jenis puasanya
2) Menahan diri
Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari.

9
F. Sunnah Puasa
1) Makan Sahur
Meskipun sahur tidak wajib dilakukan, akan tetapi ada berkah dibaliknya jika
kamu melaksanakannya. Makan sahur tetap disunnahkan walau tidak terlalu
banyak, meskipun hanya segelas air putih saja.
2) Mengakhirkan Sahur
Rasulullah Saw telah menegaskan bahwa makan sahur memiliki banyak
hikmah, salah satunya adalah agar puasa kita di siang hari menjadi semakin
tahan dan kuat sehingga fokus menjalankan ibadah yang lain.

G. Orang Orang Yang di Perbolehkan Tidak Berpuasa


• Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika berpuasa

Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak ada pengaruhnya
sama sekali atau pengaruhnya kecil, seperti pilek, sakit kepala, maka ulama
empat madzhab sepakat orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan tidak
boleh meninggalkan puasa.

Terkait adanya kewajiban qadha atau tidak, orang sakit dibagi menjadi
2 macam:

Orang yang sakitnya diperkirakan masih bisa sembuh, maka wajib meng-
qadha ketika sudah mampu untuk menjalankan puasa. Ulama ijma akan hal
ini.

yang sakitnya diperkirakan tidak bisa sembuh, maka membayar fidyah


kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Diqiyaskan
dengan keadaan orang yang sudah tua renta tidak mampu lagi berpuasa. Ini
disepakati oleh madzhab fikih yang empat.

• Musafir

Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik


perjalanannya sulit dan berat jika dilakukan dengan berpuasa, maupun
perjalanannya ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa.

10
Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di tempat tujuan
safarnya lebih dari 4 hari, maka tidak boleh meninggalkan puasa sejak ia
sampai di tempat tujuannya.

Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya ringan dan tidak
berat jika dilakukan dengan berpuasa, semisal menggunakan pesawat atau
kendaraan yang sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah tidak
berpuasa. Yang lebih kuat, dan ini adalah pendapat jumhur ulama, lebih
utama tetap berpuasa.

Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti pilot, supir bus, supir
truk, masinis, dan semacamnya, dibolehkan untuk tidak berpuasa selama
bersafar, selama itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan menetap.
Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al Utsaimin.

• Orang yang sudah tua renta

Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk berpuasa
dibolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan. Ulama ijma akan hal ini.

Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk
setiap hari yang ditinggalkan.

• Wanita hamil dan menyusui

Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan puasa Ramadhan,


baik karena ia khawatir terhadap kesehatan dirinya maupun khawatir
terhadap kesehatan si bayi.

Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup membayar fidyah tanpa


qadha, ini dikuatkan oleh Syaikh Al Albani.

Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup meng-qadha tanpa fidyah,


ini dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih
Al Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat Hanafiyah dan Malikiyah.

11
Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi mereka qadha dan fidyah
jika meninggalkan puasa karena khawatir akan kesehatan si bayi.

• Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan tidak berpuasa,


diantaranya:

a) Orang yang pekerjaannya terasa berat. Orang yang demikian tetap wajib
meniatkan diri berpuasa dan wajib berpuasa. Namun ketika tengah hari
bekerja lalu terasa sangat berat hingga dikhawatirkan dapat
membahayakan dirinya, boleh membatalkan puasa ketika itu, dan wajib
meng-qadha-nya di luar Ramadhan.
b) Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga bisa membuatnya
binasa. Orang yang demikian wajib berbuka dan meng-qadha-nya di hari
lain.
c) Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan makanan dan
minuman secara paksa ke mulutnya. Orang yang demikian boleh
berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain dan ia tidak berdosa
karenanya.
d) Mujahid fi sabilillah yang sedang berperang di medan perang.
Dibolehkan bagi mereka untuk meninggalkan berpuasa. Berdasarkan
hadits:

‫ فكانت رخصة‬،‫ والفطر أقوى لكم‬،‫إنكم قد دنوتم من عدوكم‬

“sesungguhnya musuh kalian telah mendekati kalian, maka berbuka itu


lebih menguatkan kalian, dan hal itu merupakan
rukhshah” (HR. Muslim).

H. Hal yang Membatalkan Puasa

• Makan dan minum dengan sengaja


• Keluar mani dengan sengaja
• Muntah dengan sengaja
• Keluarnya darah haid dan nifas

12
• Menjadi gila atau pingsan
• Riddah (murtad)
• Berniat untuk berbuka
• Merokok
• Jima

I. Yang Bukan Merupakan Pembatal Puasa


• Mengakhirkan mandi hingga terbit fajar, bagi orang yang junub atau wanita
yang sudah bersih dari haid dan nifas. Puasanya tetap sah.
• Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke hidung)
• Mandi di tengah hari puasa atau mendinginkan diri dengan air
• Menyicipi makanan ketika ada kebutuhan, selama tidak masuk ke
kerongkongan
• Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang mampu mengendalikan
birahinya
• Memakai parfum dan wangi-wangian
• Menggunakan siwak atau sikat gigi
• Menggunakan celak
• Menggunakan tetes mata
• Menggunakan tetes telinga
• Makan dan minum 5 menit sebelum terbit fajar yang ditandai dengan adzan
shubuh, yang biasanya disebut dengan waktu imsak. Karena batas awal
rentang waktu puasa adalah ketika terbit fajar yang ditandai dengan adzan
shubuh.

J. Yang Dimakruhkan Ketika Puasa


• Terlalu dalam dan berlebihan dalam berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup
air ke hidung)
• Puasa wishal, yaitu menyambung puasa selama dua hari tanpa diselingi makan
atau minum sama sekali.
• Menyicipi makanan tanpa ada kebutuhan, walaupun tidak masuk ke
kerongkongan
• Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang tidak mampu mengendalikan
birahinya
• Bermalas-malasan dan terlalu banyak tidur tanpa ada kebutuhan
• Berlebihan dan menghabiskan waktu dalam perkara mubah yang tidak
bermanfaat

K. Beberapa Kesalahpahaman Dalam Ibadah Puasa


• Niat puasa tidak perlu dilafalkan, karena niat adalah amalan hati.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal niat
puasa. Menetapkan itikad di dalam hati bahwa esok hari akan berpuasa, ini
sudah niat yang sah.

13
• Berpuasa namun tidak melaksanakan shalat fardhu adalah kesalahan fatal.
Diantara juga perilaku sebagian orang yang makan sahur untuk berpuasa namun
tidak bangun shalat shubuh. Karena dinukil bahwa para sahabat berijma tentang
kafirnya orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, sehingga tidak ada
faedahnya jika ia berpuasa jika statusnya kafir. Sebagian ulama berpendapat
orang yang meninggalkan shalat tidak sampai kafir namun termasuk dosa besar,
yang juga bisa membatalkan pahala puasa.
• Berbohong tidak membatalkan puasa, namun bisa jadi membatalkan atau
mengurangi pahala puasa karena berbohong adalah perbuatan maksiat.
• Sebagian orang menahan diri melakukan perbuatan maksiat hingga datang
waktu berbuka puasa. Padahal perbuatan maksiat tidak hanya terlarang
dilakukan ketika berpuasa, bahkan terlarang juga setelah berbuka puasa dan juga
terlarang dilakukan di luar bulan Ramadhan. Namun jika dilakukan ketika
berpuasa selain berdosa juga dapat membatalkan pahala puasa walaupun tidak
membatalkan puasanya.
• Hadits “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah” adalah hadits yang
lemah. tidur adalah perkara mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka,
sebagaimana perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan
sebagai sarana penunjang ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena khawatir
tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan
tubuh agar kuat dalam beribadah. Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa
itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur karena
kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa
dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan
ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan
bermalas-malasan.
• Tidak ada hadits “berbukalah dengan yang manis”. Pernyataan yang tersebar di
tengah masyarakat dengan bunyi demikian, bukanlah hadits
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
• Tidak tepat mendahulukan berbuka dengan makanan manis ketika tidak ada
kurma. Lebih salah lagi jika mendahulukan makanan manis padahal ada kurma.
Yang sesuai sunnah Nabi adalah mendahulukan berbuka dengan kurma, jika
tidak ada kurma maka dengan air minum. Adapun makanan manis sebagai
tambahan saja, sehingga tetap didapatkan faidah makanan manis yaitu
menguatkan fisik.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puasa dalam Islam
memiliki definisi, hukum, dan keutamaan yang penting. Puasa wajib dilakukan
selama bulan Ramadhan bagi semua Muslim yang mampu melakukannya.
Terdapat jenis-jenis puasa lainnya, seperti puasa sunnah, puasa makruh, dan
puasa haram. Syarat wajib puasa adalah Islam baligh, berakal, Mampu, dan
mukim (menetap). Rukun puasa yaitu niat dan menahan diri. Selain itu, juga ada
beberapa kesalahpahaman tentang puasa dan manfaat-manfaat dari
melaksanakan puasa serta beberapa tindakan yang dapat membatalkan puasa

B. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah
ini dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya di masa mendatang.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, Sulaiman. 2006. Fiqih Islam. Sinar Baru Algensindo.


‘Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad. 2006. Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Syahida, Aip. & Rahman, Irsyad Taufieq. Hiadayah. Pendidikan Agama Islam. Bandung:
CV. Thurisna.
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2006. Fiqih Lima Mudzhab. Jakarta: Penerbit Lentera

16

Anda mungkin juga menyukai