DOSEN PENGAMPU :
Zulfan Efendi
DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
Nama :
Lennsy Putri Dinata (2305170162)
Nur Halizah (2305170079)
Resti Puspita (2305170086)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah agama ini.
Makalah agama ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah agama tentang puasa ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di agama Islam sendiri, puasa menjadi ibadah wajib yang harus dilakukan oleh
umatnya. Hal ini dibuktikan dengan masuknya ibadah puasa dalam urutan ketiga di
Rukun Islam. Puasa wajib yang ada di agama islam biasanya disebut dengan Puasa
Ramadhan.
Seperti yang diketahui dalam melaksanakan ibadah puasa di agama islam, umat
muslim diberi kewajiban untuk menahan diri dari rasa lapar, haus, serta berbagai
hal yang memiliki potensi membatalkan ibadah puasa. Periode pelaksanaan puasa
sendiri dimulai dari saat matahari terbit ditandai dengan imsak dan diakhiri ketika
matahari sudah terbenam ditandai dengan dikumandangkannya adzan maghrib.
Untuk memenuhi tugas dari Dosen mata Kuliah Agama Islam Bapak zulfan
Efendi. Dan untuk menambah wawasan pada mata kuliah yang sedang kami
pelajari.
4
5. Hikmah berpuasa ?
5
BAB II
ISI
Dalam Bahasa arab, puasa disebut juga shaum atau shiam. Kata ini berasal dari
kata shaamu, yashuumu dan shauman wa shiyaaman. Arti puasa menurut bahasa
adalah menahan, yakni menahan diri dari melakukan sesuatu.
Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai
kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan,
minuman atau juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal yang memiliki
potensi untuk membatalkan puasa tersebut selama masih dalam periode
pelaksanaan puasa tersebut. Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan
menahan diri untuk makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, umumnya
puasa dilaksanakan dalam kurun waktu satu hari atau selama 24 jam, atau juga bisa
beberapa hari. Lamanya periode puasa ini bergantung pada ketentuan puasa.
Perlu diketahui bahwa puasa ada puasa lain yang hanya membatasi seseorang
untuk mengkonsumsi zat atau makanan tertentu. Bahwa puasa juga dapat
membatasi seseorang dari berbagai aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas
seksual. Karena umumnya puasa dilaksanakan untuk menunaikan ibadah dalam
suatu agama, selain itu puasa juga kerap dilaksanakan untuk menaikkan tingkat
kespiritualan seseorang.
6
Beragama Islam dan menyembah Allah SWT.
Sudah baligh atau sudah cukup umur.
Kondisi akalnya sehat dan waras.
Keadaan rohani dan jasmani yang sehat.
Bukan termasuk musafir yang sedang melakukan perjalanan panjang dan jauh.
Dalam keadaan yang suci dari hadas besar.
Memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan puasa.
Ibadah puasa dalam agama islam memberikan beberapa hal yang dapat
membatalkan puasa menurut syariat puasa dalam agama islam. Berikut ini
beberapa hal yang dapat membatalkan puasa dalam agama islam.
Makan, minum atau memasukkan benda dengan sengaja ke dalam lubang atau
rongga tubuh,
Melakukan kegiatan seksual,
Menyengajakan muntah,
Menyengajakan keluarnya air mani,
Tiba-tiba haid atau nifas,
Kehilangan akal (gila atau tiba-tiba pingsan),
Keluar dari agama islam dan memeluk agama lain (murtad).
Ada beberapa hal-hal yang membatalkan puasa apabila dilakukan dengan tidak
sengaja maka tidak akan batal batal puasanya, seperti apabila tidak sengaja makan
atau minum serta melakukan kegiatan seksual.
7
5. Wanita yang sedang haid atau nifas,
6. Seseorang yang tidak sengaja membatalkan puasanya.
Orang-orang dibawah ini adalah orang yang tidak berpuasa dan tidak diwajibkan
untuk menggantinya, namun mereka diwajibkan untuk membayar fidyah (memberi
makan fakir miskin di hari ia tidak berpuasa)
1. Tidak berpuasa karena sakit (tidak ada harapan pulih) dan
2. Orang tua yang sudah tidak mampu menjalankan puasa.
Bagi umat muslim yang membatalkan puasa dengan cara bersetubuh harus
menggantinya dengan mengqadha puasa tersebut disertai dengan melakukan
kafarat. kafarat sendiri berarti memerdekakan atau membebaskan hamba sahaya
yang mukmin. Jika tidak ada yang bisa dimerdekakan maka seorang muslim tadi
diperintahkan untuk berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Apabila dia tetap
tidak bisa, maka dia diperintahkan untuk memberi makan orang miskin dengan
jumlah yang ditentukan yaitu sebanyak 60 orang miskin, dengan masing-masing
mendapatkan 576 gram bahan makanan pokok.
Seperti dengan namanya, puasa wajib merupakan puasa yang harus dijalankan
oleh semua umat Islam. Jika umat Islam melakukannya maka mereka akan
mendapatkan pahala, sedangkan jika tidak melakukannya maka akan mendapat
dosa.
Puasa berhukumnya wajib terbagi menjadi tiga jenis, simak penjelasannya berikut
ini :
1. Puasa Ramadan
Puasa Ramadan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa
wajib selama sebulan penuh pada bulan Ramadan bagi setiap umat Islam yang
sudah baligh. Perintah melaksanakan ibadah puasa pada bulan suci Ramadan
disampaikan dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 183.
8
ۙ َتَّتُقْو َن يَٰٓاُّيَها اَّلِذ ْيَن اَٰم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
َاَّياًم ا َّم ْعُد ْو ٰدٍتۗ َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َّم ِرْيًضا َاْو َع ٰلى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر ۗ َو َع َلى اَّلِذ ْيَن
ُيِط ْيُقْو َنهٗ ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكْيٍن ۗ َفَم ْن َتَطَّوَع َخ ْيًرا َفُهَو َخ ْيٌر َّلهٗ ۗ َو َاْن َتُصْو ُم ْو ا َخ ْيٌر َّلُك ْم ِاْن
ُكْنُتْم َتْع َلُم ْو َن
Artinya: "(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu
sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti)
sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi
orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi
makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui."
Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar. Puasa jenis ini adalah puasa
yang dijanjikan oleh diri sendiri ketika meniatkan suatu hajat. Ketika hajat itu
tercapai, maka wajib hukumnya bagi yang berjanji untuk menunaikan puasanya.
Bagi Muslim yang tidak sanggup membayar puasa nazarnya, ada alternatif untuk
membayarnya. Puasa bisa digantikan dengan memberi makan ke 10 orang miskin,
memerdekakan 1 orang budak, atau memberi sebuah pakaian kepada 10 orang
miskin.
Jenis terakhir dari puasa wajib adalah puasa denda, yakni puasa yang dilakukan
setelah seorang Muslim bermaksiat atau berdosa. Dalam kata lain, puasa ini adalah
penebusan atas pelanggaaran yang dilakukan.
9
Jumlah puasa yang harus ditunaikan beragam, tergantung pelanggaran yang
dilakukan. Bahkan, ada yang jumlahnya mencapai puasa sebanyak 60 hari
berturut-turut.
4. Puasa Qadha
Puasa qadha merupakan pengganti puasa Ramadan bagi yang sudah baligh
namun berhalangan. Karena menggantikan puasa wajib, maka hukum puasa qadha
adalah wajib dilunasi sebleum bertemu Ramadan berikutnya. Bagaimana pun, Mus
limin/Muslimat yang tidak dapat membayar utang puasanya karena alasan
kesehatan atau usia dapat membayarnya dengan Fidyah.
Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh umat Islam. Jika
orang Islam melakukannya, maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan jika dia
tidak melakukannya maka dia tidak mendapatkan dosa. Puasa sunnah memiliki
beberapa jenis diantaranya sebagai berikut.
1. Puasa syawal
Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa Syawal. Syawal sendiri
adalah nama bulan setelah bulan Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama
enam hari di bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari
hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara tidak berurutan.
2. Puasa Arafah
Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam
yang tidak sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak
ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah.
Menurut hadits riwayat Muslim, puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan
bagi pelaksananya, yaitu akan dihapuskan dosa-dosanya selama dua tahun (1 tahun
ke belakang dan 1 tahun yang akan datang).
3. Puasa Tarwiyah
Seperti puasa Arafah, puasa Tarwiyah termasuk puasa di 10 hari pertama bulan
Dzulhijjah yang diutamakan. Tepatnya, puasa Tarwiyah jatuh pada tanggal 8
10
Dzulhijjah. Puasa Tarwiyah sangat dianjurkan karena menurut hadits, puasa di hari
ini dapat menghapuskan dosa sepanjang tahun yang telah lalu.
Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air.
Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air
zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.
Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah terpopuler. Puasa senin kamis
berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk senantiasa
berpuasa di hari-hari tersebut karena hari senin merupakan hari kelahiran beliau,
sedangkan hari kamis adalah hari pertama kali Al-Qur’an diturunkan.
Salah satu keutamaan berpuasa di hari Senin dan Kamis adalah karena kedua hari
tersebut adalah hari terbukanya pintu surga. Pernyataan tersebut berada dalam
hadits riwayat Muslim yang juga mengungkapkan bahwa (di hari tersebut) dosa
hamba yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni, kecuali bagi orang yang
antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.
5. Puasa Daud
jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya puasa Daud adalah puasa
yang dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud
bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi Daud AS.
Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT. Puasa Daud dapat
dilakukan pada hari apa saja termasuk hari Jumat. Namun, hari-hari yang
diharamkan untuk berpuasa tetap harus dihindari. Beberapa hari tersebut di
antaranya adalah 1 Syawal, 10 Dzulhijjah, dan hari Tasyrik (11–13 Dzulhijjah).
6. Puasa ‘Asyura
11
Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan. Namun
puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15
dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam.
Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-malam
tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.
8. Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)
Berpuasa dalam agama islam apalagi berpuasa Ramadhan yang diwajibkan oleh
Allah merupakan ibadah yang ditujukan agar umat islam selalu menghamba hanya
kepada Allah SWT.
Ibadah puasa memiliki beberapa keutamaan menurut syariat islam, seperti umat
muslim yang melaksanakan puasa akan melewati sebuah pintu di surga yang
bernama Rayyan, pintu surga tersebut adalah pintu yang di khususkan untuk
muslim yang berpuasa. Selain itu, Allah akan memberi kelebihan kepada muslim
yang berpuasa dengan menjauhkannya dari api neraka sejauh 70 tahub perjalanan
masa akhiratnya.
Berikut beberapa hikmah yang diperoleh dari melaksanakan ibadah puasa dalam
agama islam :
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu.
puasa dilakukan untuk menahan diri dengan cara mengekang diri dari berbagai
macam tujuan serta keinginan. Puasa kerap diartikan sebagai kegiatan yang sangat
berguna untuk menekan nafsu duniawi pada diri manusia.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam
berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
13
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16