Anda di halaman 1dari 16

AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU :

Zulfan Efendi

DISUSUN OLEH :

Kelompok 7

Nama :
Lennsy Putri Dinata (2305170162)
Nur Halizah (2305170079)
Resti Puspita (2305170086)
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah agama ini.

Makalah agama ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah agama tentang puasa ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tanjung pinang, 7 oktober 2023

2
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 4

A. 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4

B. 1.2 Alasan Penulis …………………………………………………………. 4

C. 1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4

D. 1.4 Tujuan Penulisan ……………………………………………………… 5

BAB II ISI ……………………………………………………………………… 6

A. 2.1 Pengertian Puasa ………………………………………………………. 6

B. 2.2 Syarat Sah Puasa ………………………………………………………. 6

C. 2.3 Apa Saja Yang Dapat Membatalkan Puasa ……………………………. 7

D. 2.4 Macam macam Puasa …………………………………………………. 8

E. 2.5 Hikmah Berpuasa ………………………………………………………12

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………13

A. 3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….13

B. 3.2 Saran ……………………………………………………………………14

Daftar Puastaka …………………………………………………………………15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di agama Islam sendiri, puasa menjadi ibadah wajib yang harus dilakukan oleh
umatnya. Hal ini dibuktikan dengan masuknya ibadah puasa dalam urutan ketiga di
Rukun Islam. Puasa wajib yang ada di agama islam biasanya disebut dengan Puasa
Ramadhan.

Sama seperti namanya, Puasa Ramadhan ini dilaksanakan ketika sudah


memasuki tanggal 1 bulan Ramadhan menurut tanggalan hijriyah. Secara harfiah,
pelaksanaan puasa Ramadhan ini dilakukan selama satu bulan penuh dalam bulan
Ramadhan, yang artinya sekitar 29 sampai 30 hari.

Seperti yang diketahui dalam melaksanakan ibadah puasa di agama islam, umat
muslim diberi kewajiban untuk menahan diri dari rasa lapar, haus, serta berbagai
hal yang memiliki potensi membatalkan ibadah puasa. Periode pelaksanaan puasa
sendiri dimulai dari saat matahari terbit ditandai dengan imsak dan diakhiri ketika
matahari sudah terbenam ditandai dengan dikumandangkannya adzan maghrib.

1.2 Alasan Penulisan

Untuk memenuhi tugas dari Dosen mata Kuliah Agama Islam Bapak zulfan
Efendi. Dan untuk menambah wawasan pada mata kuliah yang sedang kami
pelajari.

1.3 Rumusan Masalah

1. Pengertian Puasa secara umum ?

2. Syarat sah Puasa ?

3. Apa saja yang dapat membatalkan Puasa ?

4. Macam macam Puasa ?

4
5. Hikmah berpuasa ?

1.4 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian puasa

2. Untuk mengetahui syarat sah puasa

3. Untuk mengetahui yang dapat membatalkan puasa

4. Untuk mengetahui macam macam puasa

5. Untuk mengetahui hikmah berpuasa

5
BAB II

ISI

2.1 Pengertian puasa

Dalam Bahasa arab, puasa disebut juga shaum atau shiam. Kata ini berasal dari
kata shaamu, yashuumu dan shauman wa shiyaaman. Arti puasa menurut bahasa
adalah menahan, yakni menahan diri dari melakukan sesuatu.

Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai
kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan,
minuman atau juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal yang memiliki
potensi untuk membatalkan puasa tersebut selama masih dalam periode
pelaksanaan puasa tersebut. Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan
menahan diri untuk makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, umumnya
puasa dilaksanakan dalam kurun waktu satu hari atau selama 24 jam, atau juga bisa
beberapa hari. Lamanya periode puasa ini bergantung pada ketentuan puasa.

Perlu diketahui bahwa puasa ada puasa lain yang hanya membatasi seseorang
untuk mengkonsumsi zat atau makanan tertentu. Bahwa puasa juga dapat
membatasi seseorang dari berbagai aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas
seksual. Karena umumnya puasa dilaksanakan untuk menunaikan ibadah dalam
suatu agama, selain itu puasa juga kerap dilaksanakan untuk menaikkan tingkat
kespiritualan seseorang.

2.2 Syarat sah Puasa

Syarat Sah Puasa Menurut Syariat Islam :

 Beragama islam dan tidak murtad.


 Dapat membedakan yang mana yang baik dan buruk (mumayyiz)
 Tidak dalam keadaan najis yang suci dari nifas dan haid (khusus wanita)
 Memiliki pengetahuan mengenai waktu diterimanya puasa.

Syarat Wajib Puasa Menurut Syariat Islam :

6
 Beragama Islam dan menyembah Allah SWT.
 Sudah baligh atau sudah cukup umur.
 Kondisi akalnya sehat dan waras.
 Keadaan rohani dan jasmani yang sehat.
 Bukan termasuk musafir yang sedang melakukan perjalanan panjang dan jauh.
 Dalam keadaan yang suci dari hadas besar.
 Memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan puasa.

2.3 Apa saja yang dapat membatalkan Puasa

Ibadah puasa dalam agama islam memberikan beberapa hal yang dapat
membatalkan puasa menurut syariat puasa dalam agama islam. Berikut ini
beberapa hal yang dapat membatalkan puasa dalam agama islam.

 Makan, minum atau memasukkan benda dengan sengaja ke dalam lubang atau
rongga tubuh,
 Melakukan kegiatan seksual,
 Menyengajakan muntah,
 Menyengajakan keluarnya air mani,
 Tiba-tiba haid atau nifas,
 Kehilangan akal (gila atau tiba-tiba pingsan),
 Keluar dari agama islam dan memeluk agama lain (murtad).

Ada beberapa hal-hal yang membatalkan puasa apabila dilakukan dengan tidak
sengaja maka tidak akan batal batal puasanya, seperti apabila tidak sengaja makan
atau minum serta melakukan kegiatan seksual.

Jenis-jenis Orang yang Membatalkan Puasa Dalam Agama Islam :

 Orang yang wajib mengqadha

Orang-orang dibawah ini diberi kesempatan untuk boleh tidak melakukan


puasa, namun mereka harus menggantinya dengan berpuasa dilain hari sebanyak
jumlah puasa yang ditinggalkannya.
1. Tidak berpuasa karena sakit (ada harapan pulih),
2. Seorang musafir atau berpergian jauh dengan jarak minimal 89 km dari rumah,
3. Wanita yang sedang hamil,
4. Ibu-ibu yang sedang fase menyusui anak,

7
5. Wanita yang sedang haid atau nifas,
6. Seseorang yang tidak sengaja membatalkan puasanya.

 Orang yang tidak wajib mengqadha, namun wajib fidyah

Orang-orang dibawah ini adalah orang yang tidak berpuasa dan tidak diwajibkan
untuk menggantinya, namun mereka diwajibkan untuk membayar fidyah (memberi
makan fakir miskin di hari ia tidak berpuasa)
1. Tidak berpuasa karena sakit (tidak ada harapan pulih) dan
2. Orang tua yang sudah tidak mampu menjalankan puasa.

 Orang yang wajib mengqadha dan melaksanakan kafarat

Bagi umat muslim yang membatalkan puasa dengan cara bersetubuh harus
menggantinya dengan mengqadha puasa tersebut disertai dengan melakukan
kafarat. kafarat sendiri berarti memerdekakan atau membebaskan hamba sahaya
yang mukmin. Jika tidak ada yang bisa dimerdekakan maka seorang muslim tadi
diperintahkan untuk berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Apabila dia tetap
tidak bisa, maka dia diperintahkan untuk memberi makan orang miskin dengan
jumlah yang ditentukan yaitu sebanyak 60 orang miskin, dengan masing-masing
mendapatkan 576 gram bahan makanan pokok.

2.4 Macam macam Puasa

Seperti dengan namanya, puasa wajib merupakan puasa yang harus dijalankan
oleh semua umat Islam. Jika umat Islam melakukannya maka mereka akan
mendapatkan pahala, sedangkan jika tidak melakukannya maka akan mendapat
dosa.

Puasa berhukumnya wajib terbagi menjadi tiga jenis, simak penjelasannya berikut
ini :

1. Puasa Ramadan

Puasa Ramadan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa
wajib selama sebulan penuh pada bulan Ramadan bagi setiap umat Islam yang
sudah baligh. Perintah melaksanakan ibadah puasa pada bulan suci Ramadan
disampaikan dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 183.

8
ۙ ‫َتَّتُقْو َن‬ ‫يَٰٓاُّيَها اَّلِذ ْيَن اَٰم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

Dan di surah Al Baqarah Ayat 184

‫َاَّياًم ا َّم ْعُد ْو ٰدٍتۗ َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َّم ِرْيًضا َاْو َع ٰلى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر ۗ َو َع َلى اَّلِذ ْيَن‬
‫ُيِط ْيُقْو َنهٗ ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكْيٍن ۗ َفَم ْن َتَطَّوَع َخ ْيًرا َفُهَو َخ ْيٌر َّلهٗ ۗ َو َاْن َتُصْو ُم ْو ا َخ ْيٌر َّلُك ْم ِاْن‬
‫ُكْنُتْم َتْع َلُم ْو َن‬
Artinya: "(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu
sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti)
sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi
orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi
makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui."

Bulan Ramadan identik dengan suasana yang tidak didapatkan di bulan-bulan


lainnya. Mulai dari suasana sahur maupun buka bersama, tarawih, hingga serunya
takbiran di akhir bulan Ramadan dalam rangka menyambut hari lebaran.
2. Puasa Nazar

Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar. Puasa jenis ini adalah puasa
yang dijanjikan oleh diri sendiri ketika meniatkan suatu hajat. Ketika hajat itu
tercapai, maka wajib hukumnya bagi yang berjanji untuk menunaikan puasanya.
Bagi Muslim yang tidak sanggup membayar puasa nazarnya, ada alternatif untuk
membayarnya. Puasa bisa digantikan dengan memberi makan ke 10 orang miskin,
memerdekakan 1 orang budak, atau memberi sebuah pakaian kepada 10 orang
miskin.

3. Puasa Denda atau Kafarat

Jenis terakhir dari puasa wajib adalah puasa denda, yakni puasa yang dilakukan
setelah seorang Muslim bermaksiat atau berdosa. Dalam kata lain, puasa ini adalah
penebusan atas pelanggaaran yang dilakukan.

9
Jumlah puasa yang harus ditunaikan beragam, tergantung pelanggaran yang
dilakukan. Bahkan, ada yang jumlahnya mencapai puasa sebanyak 60 hari
berturut-turut.

4. Puasa Qadha

Puasa qadha merupakan pengganti puasa Ramadan bagi yang sudah baligh
namun berhalangan. Karena menggantikan puasa wajib, maka hukum puasa qadha
adalah wajib dilunasi sebleum bertemu Ramadan berikutnya. Bagaimana pun, Mus
limin/Muslimat yang tidak dapat membayar utang puasanya karena alasan
kesehatan atau usia dapat membayarnya dengan Fidyah.

Macam-Macam Puasa Sunnah

Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh umat Islam. Jika
orang Islam melakukannya, maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan jika dia
tidak melakukannya maka dia tidak mendapatkan dosa. Puasa sunnah memiliki
beberapa jenis diantaranya sebagai berikut.

1. Puasa syawal

Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa Syawal. Syawal sendiri
adalah nama bulan setelah bulan Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama
enam hari di bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari
hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara tidak berurutan.

2. Puasa Arafah

Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam
yang tidak sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak
ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah.
Menurut hadits riwayat Muslim, puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan
bagi pelaksananya, yaitu akan dihapuskan dosa-dosanya selama dua tahun (1 tahun
ke belakang dan 1 tahun yang akan datang).

3. Puasa Tarwiyah

Seperti puasa Arafah, puasa Tarwiyah termasuk puasa di 10 hari pertama bulan
Dzulhijjah yang diutamakan. Tepatnya, puasa Tarwiyah jatuh pada tanggal 8

10
Dzulhijjah. Puasa Tarwiyah sangat dianjurkan karena menurut hadits, puasa di hari
ini dapat menghapuskan dosa sepanjang tahun yang telah lalu.
Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air.
Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air
zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.

4. Puasa senin dan kamis

Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah terpopuler. Puasa senin kamis
berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk senantiasa
berpuasa di hari-hari tersebut karena hari senin merupakan hari kelahiran beliau,
sedangkan hari kamis adalah hari pertama kali Al-Qur’an diturunkan.
Salah satu keutamaan berpuasa di hari Senin dan Kamis adalah karena kedua hari
tersebut adalah hari terbukanya pintu surga. Pernyataan tersebut berada dalam
hadits riwayat Muslim yang juga mengungkapkan bahwa (di hari tersebut) dosa
hamba yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni, kecuali bagi orang yang
antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.

5. Puasa Daud

jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya puasa Daud adalah puasa
yang dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud
bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi Daud AS.
Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT. Puasa Daud dapat
dilakukan pada hari apa saja termasuk hari Jumat. Namun, hari-hari yang
diharamkan untuk berpuasa tetap harus dihindari. Beberapa hari tersebut di
antaranya adalah 1 Syawal, 10 Dzulhijjah, dan hari Tasyrik (11–13 Dzulhijjah).

6. Puasa ‘Asyura

Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa,


boleh di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama
adalah pada hari Asyura yakni tanggal sepuluh pada bulan Muharram.
Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang artinya hari pada tanggal
kesepuluh bulan Muharram.

7. Puasa Ayyamul Bidh

11
Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan. Namun
puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15
dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam.
Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-malam
tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.
8. Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)

Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan Sya’ban


juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan Sya’ban, umat Islam dianjurkan
agar mencari pahala sebanyak-banyaknya. Salah satunya adalah dengan melakukan
puasa pada pertengahan bulan alias pada saat Nisfu Sya’ban.

2.5 Hikmah berpuasa

Berpuasa dalam agama islam apalagi berpuasa Ramadhan yang diwajibkan oleh
Allah merupakan ibadah yang ditujukan agar umat islam selalu menghamba hanya
kepada Allah SWT.

Ibadah puasa memiliki beberapa keutamaan menurut syariat islam, seperti umat
muslim yang melaksanakan puasa akan melewati sebuah pintu di surga yang
bernama Rayyan, pintu surga tersebut adalah pintu yang di khususkan untuk
muslim yang berpuasa. Selain itu, Allah akan memberi kelebihan kepada muslim
yang berpuasa dengan menjauhkannya dari api neraka sejauh 70 tahub perjalanan
masa akhiratnya.

Berikut beberapa hikmah yang diperoleh dari melaksanakan ibadah puasa dalam
agama islam :

1. mendapatkan beberapa pendidikan rohani,


2. memperbaiki cara bergaul seorang muslim,
3. bermanfaat untuk kesehatan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu.

puasa dilakukan untuk menahan diri dengan cara mengekang diri dari berbagai
macam tujuan serta keinginan. Puasa kerap diartikan sebagai kegiatan yang sangat
berguna untuk menekan nafsu duniawi pada diri manusia.

Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :


a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama
memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.

b. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap


orang-orang yang tak mampu.

c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam
berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.

d. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karena dapat mengetahui


apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.

e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama


berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.

f. Menanamkan sikap jujur dan disiplin.

g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
13
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.

i. Menjaga kesehatan jasmani.

3.2 Saran

Dalam kehidupan sehari-hari hendaklah segala tingkah laku yang dilakukan


mencerminkan perbuatan-perbuatan yang baik karena kebiasaan yang baik akan
menjadikan kita menuju jalan yang diridhoi-Nya. Penulis memohon maaf atas
segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik
kualitasnya di masa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Demikian pembahasan lengkap mengenai contoh makalah puasa Ramadhan
yang bisa dijadikan acuan penulisan. Anda bisa menambahkan sumber lebih
lengkap dan literatur penunjang untuk menambah keakuratan tulisan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Syaifi, Mat. "Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ibadah Puasa Ramadhan." J.


TARBAWI 7.02 (2019): 1-29.

Syaifi, M. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ibadah Puasa


Ramadhan. J. TARBAWI, 7(02), 1-29.

SYAIFI, Mat. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ibadah Puasa Ramadhan. J.


TARBAWI, 2019, 7.02: 1-29.

Muhsinin, Mahmud. "Puasa Tekstual Dan Kontekstual Dalam Islam." Al-Hikmah:


Jurnal studi Agama-agama 4.1 (2018).

Muhsinin, M. (2018). Puasa Tekstual Dan Kontekstual Dalam Islam. Al-Hikmah:


Jurnal studi Agama-agama, 4(1).

MUHSININ, Mahmud. Puasa Tekstual Dan Kontekstual Dalam Islam. Al-Hikmah:


Jurnal studi Agama-agama, 2018, 4.1.

Fitriani, Azimah. KONSEP PUASA DALAM AL QURAN AL HADIST KITAB


TRIPITAKA (Studi Perbandingan). Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2009.

Fitriani, A. (2009). KONSEP PUASA DALAM AL QURAN AL HADIST KITAB


TRIPITAKA (Studi Perbandingan) (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

FITRIANI, Azimah. KONSEP PUASA DALAM AL QURAN AL HADIST KITAB


TRIPITAKA (Studi Perbandingan). 2009. PhD Thesis. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

15
16

Anda mungkin juga menyukai