Disusun oleh:
Kelompok 7
1
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Agama dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.
Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari
semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Agama yang kami harapkan
sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wassalamualaikum Wr. Wb
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………....…………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….……4
A. Latar Belakang………………………………………...…………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...……4
C. Tujuan…………………………………………………………………………….…4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...6
A. Makna Puasa……………………………………………………………………..…6
1. Pengertian Puasa…………………………………………………………...…….6
2. Macam-Macam Puasa……………………………………………………………7
3. Syarat dan Rukun Puasa………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah
satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu
termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada
kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua
karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga
masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa
dengan baik dan benar.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu puasa,
macam-macam puasa, syarat sah puasa, rukun puasa, memahami nilai puasa, serta manfaat
puasa bagi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
3) Mengetahui dan memahami syarat sahnya dan rukun puasa
4) Mengetahui konsep makanan halal dan makanan haram dalam islam
5) mengetahui serta memahami nilai puasa dalam membangun kesehatan fisik dan
spiritual
5
BAB II
PEMBAHASAN
Puasa menurut bahasa Arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti
menahan diri. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Dari Ibnu Umar. Ia Berkata, “Saya telah mendengar Nabi besar SAW bersabda,
’Apabila malam datang, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka
sesungguhnya telah datang waktu berbuka bagi orang yang berpuasa’.” (HR.Bhukori
dan Muslim)
Sedangkan secara istilah adalah menahan diri dari makan dan minum serta
perbuatan yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari.
Umat Islam juga dikehendaki untuk menahan diri dari mengeluarkan kata-kata kotor,
menggunjing orang lain, dan sebagainya.
Pengertian puasa secara istilah juga terdapat dalam Subul Al-Salam, para
ulama fikih mengartikan puasa sebagai berikut:
“Puasa adalah menahan dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual
suami isteri, dan lain-lainnya, sepanjang hari menurut ketentuan syara’, disertai
dengan menahan diri dari perkataan yang sia-sia (membual), perkataan yang jorok
dan lainnya, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan, pada waktu yang
telah ditetapkan pula.
6
2. Macam-Macam Puasa
Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa
sunah. Puasa wajib ada tiga macam, puasa yang terikat dengan waktu (puasa
Ramadhan selama sebulan), Puasa yang wajib karena ada illat, seperti puasa sebagai
kafarat, dan puasa seseorang yang mewajibkan pada dirinya sendiri, yaitu puasa
nazar.
Menurut para ahli fiqih, puasa yang ditetapkan syari’at ada 4 (empat) macam,
yaitu puasa fardhu, puasa sunnat, puasa makruh dan puasa yang diharamkan.
1) Puasa Fardhu
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan
syari’at Islam. Puasa fardhu, ialah puasa yang apabila dilaksanakan mendapat
pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.Yang termasuk ke dalam puasa
fardhu antara lain:
a. Puasa bulan Ramadhan
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah Allah
SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan
pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu
kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya
7
supaya dosanya diampuni, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain
:
c. Puasa Nazar
Puasa Nazar adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu
juga tidak disunnahkan oleh Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri
yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan
(Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila
Tuhan telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia
8
akan berpuasa sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-
hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa pada hari-hari
tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau
mengadakan perjalanan maka ia harus meng-qadha pada hari-hari lain dan
apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia bertanggung jawab
mengqadhanya.
2) Puasa Sunnah
Puasa sunnah (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnah itu
antara lain:
Dari Abu Qatadah, Nabi saw. bersabda: “Puasa hari Arafah itu
menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun
yang akan datang” (H. R. Muslim).
Dari Salim, dari ayahnya berkata : Nabi saw. Bersabda : Hari Asyuro
(yakni 10 Muharram) itu jika seseorang menghendaki puasa, maka
berpuasalah pada hari itu.
c. Puasa nabi Daud as. (satu hari berpuasa satu hari berbuka)
Mengenai masalah puasa Daud ini, apabila selang hari puasa tersebut
masuk pada hari Jum’at atau dengan kata lainmasuk puasa pada hari Jum’at,
9
hal ini dibolehkan. Karena yang dimakruhkan adalah berpuasa pada satu hari
Jum’at yang telah direncanakan hanya pada hari itu saja.
3) Puasa Makruh
Puasa Makruh ialah, puasa yang apabila dikerjakan tidak berdosa dan apabila
ditinggalkan mendapat pahala. Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh
itu antara lain:
Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Nabi saw. bersabda:
“Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, melainkan bersama satu hari
sebelumnya atau sesudahnya.” (HR.Bukhori dan Muslim).
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah salah
seorang dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau
dua hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu.”
10
Dari Shilah bin Zufar berkata: Kami berada di sisi Amar pada hari yang
diragukan Ramadhan-nya, lalu didatangkan seekor kambing, maka sebagian
kaum menjauh. Maka ‘Ammar berkata: Barang siapa yang berpuasa hari ini
maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim saw.
4) Puasa Haram
Puasa Haram ialah puasa yang apabila dikerjakan mendapat dosa dan apabila
tidak dikerjakan mendapat pahala.Puasa yang diharamkan tersebut antara lain:
a. Istri puasa sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu tapi
tidak mengijinkan. Kecuali, apabila suami sedang tidak membutuhkan
seperti suami sedang bepergian, sedang haji atau umroh. Dari Abu Hurairah
ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh seorang wanita berpuasa
sedangkan suaminya ada di rumah, di suatu hari selain bulan Ramadhan,
kecuali mendapat izin suaminya.”(HR.Bukhori dan Muslim).
b. Puasa pada hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.
c. Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan Dzulhijjah.
Keuali untuk dan (sebagai ganti dari menyembelih qurban).
d. Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan).
e. Puasa Dhar (puasa tiap hari tanpa buka) Hadist Rasulullah SAW: “tidak
dinamakan puasa orang yang berpuasa terus menerus”. (HR. Bukhari).
a. Syarat Wajib
1. Beragama Islam
Jumhur ulama sepakat bahwa syarat wajib berpuasa yang pertama kali
adalah bahwa orang yang diwajibkan untuk berpuasa itu hanya orang yang
memeluk agama Islam saja. Sedangkan mereka yang tidak beragama Islam,
tidak diwajibkan untuk berpuasa. Hal itu karena khitab perintah puasa itu
didahului dengan sebutan : wahai orang-orang yang beriman. Artinya, yang
tidak beriman tidak diajak dalam pembicaraan itu, sehingga mereka memang
tidak wajib mengerjakan puasa.
11
2. Baligh
3. Berakal
Syarat ketiga dari syarat wajib puasa adalah berakal. Sudah menjadi
ijma’ ulama bahwa orang gila adalah orang yang berakal, sehingga orang gila
tidak diwajibkan untuk mengerjakan puasa.
Seorang yang dalam keadaan gila bila tidak puasa maka tidak ada
tuntutan untuk mengganti puasa yang ditinggalkannya ketika dia telah sembuh
selama masih hidup di dunia. Dan di akhirat kelak, tidak ada dosa yang harus
ditanggungnya karena meninggalkan kewajiban berpuasa.
4. Sehat
5. Mampu
12
Allah hanya mewajibkan puasa Ramadhan kepada orang yang memang
masih mampu untuk melakukannya. Sedangkan orang yang sangat lemah atau
sudah jompo dimana secara fisik memang tidak mungkin lagi melakukan
puasa, maka mereka tidak diwajibkan puasa. Allah SWT berfirman:
Orang yang dalam perjalanan tidak wajib puasa. Tapi wajib atasnya
mengqadha‘ puasanya di hari lain. Allah SWT berfirman:
Para ulama telah berijma’ bahwa para wanita yang sedang mendapat
darah haidh dan nifas tidak diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan bila tetap
dikerjakan juga dengan niat berpuasa, hukumnya malah menjadi haram.
b. Syarat Sah
1. Niat
13
Syafi'iyah tidak meletakkan niat sebagai syarat, melainkan justru ditempatkan
pada bagian rukun puasa.
Niat itu sendiri tempatnya di dalam hati bukan pada lidah. Seorang
yang melafadzkan niat di lidahnya belum tentu berniat di dalam hatinya. Dan
seorang yang meniatkan di dalam hati tanpa melafadzkannya di lidah, sudah
pasti berniat.
2. Beragama Islam
Hal itu berarti bila orang yang bukan muslim melakukan puasa, baik
dia beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu atau agama apapun
termasuk atheis yang tidak mengakui adanya tuhan, maka puasanya itu
dianggap tidak sah dalam pandangan syariah Islam. Dan bila mereka tetap
berpuasa, maka tidak mendapatkan balasan apa-apa di sisi Allah.
Jadi dalam pandangan jumhur ulama, orang kafir tetap wajib berpuasa,
tetapi kalau mereka berpuasa, hukumnya tidak sah. Artinya, di akhirat nanti
seorang non muslim tetap dianggap berdosa dengan tidak melakukan
kewajiban puasa. Semakin banyak dia tidak berpuasa tiap bulan Ramadhan,
maka akan semakin banyak dosanya. Dan semakin banyak dosanya, tentu
akan semakin banyak siksaan yang diterimanya.
Suci dari haidh dan nifas selain menjadi syarat wajib juga sekaligus
menjadi syarat sah dalam berpuasa. Artinya, seorang wanita yang mendapat
14
haidh dan nifas, bila tetapi berpuasa, maka puasanya tidak sah dan tidak
diterima di sisi Allah SWT.
Bahkan kalau dirinya tahu bahwa sedang mengalami haidh atau nifas,
tetapi nekat ingin mengerjakan puasa juga, maka hukumnya justru menjadi
haram.
Syarat sah yang terakhir untuk ibadah puasa adalah hanya boleh
dilakukan pada hari-hari yang dibolehkan berpuasa. Bila melakukan puasa
pada hari-hari yang dilarang, maka puasanya tidak sah bahkan haram untuk
dilakukan.
Ada pun hari-hari yang terlarang untuk melakukan puasa antara lain
Hari Raya Idul Fithri dan Idul Adha, hari Tasyrik, yaitu tanggal 11,12, dan 13
bulan Dzulhijjah.
c. Rukun Puasa
1. Niat
Niat adalah rukun dari dua rukun puasa, menurut jumhur ulama.
Namun beberapa ulama tidak memasukkan niat ke dalam rukun puasa,
melainkan memasukkan ke dalam syarat sah puasa.
2. Imsak
Rukun puasa yang kedua adalah imsak dari sejak fajar hingga
terbenamnya matahari. Secara bahasa, imsak artinya menahan, maksudnya
15
menahan diri dari segala hal yang akan membatalkan puasa, seperti makan,
minum, hubungan seksual suami istri, serta segala yang ditetapkan sebagai hal
yang membatalkan puasa oleh para ulama.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terbaik dibumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).
16
2. Dasar Hukum tentang Makanan Halal
Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya segala sesuatu
yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang haram, kecuali jika ada
nash (dalil) yang shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya)
yang mengharamkannya.
Halal dan haram adalah masalah yang hanya ditentukan oleh Allah semata, tidak
ada suatu makhluk yang ikut campur dalam menentukan halal dan haram ini atau
menentukan hukum lainnya yang bersumber dari keduanya, kecuali dengan cara
merujuk pada kaidah-kaidah yang telah ditentukan Allah SWT, yaitu tatkala tidak ada
nash yang jelas baik dalam Al-Quran maupun As-Sunnah. Pada dasarnya semua
makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-
buahan dan hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa
manusia. Para ulama sepakat bahwa semua makanan dan minuman yang ditetapkan
Al-Quran keharamannya adalah haram hukum memakannya baik banyak maupun
sedikit.
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya”. (QS. Al-Maidah: 88)
17
yang batil karena itu bisa merugikan orang lain dan dilarang oleh syariat. Contoh
dari cara memperoleh yang baik adalah dengan cara membeli, bertani, hadiah, dan
lain sebagainya. Adapun dari makanan yang diperoleh dari makanan yang batil
adalah dengan cara mencuri, merampok, menyamun, dan lain sebagainya.
3. Halal cara pengolahannya yaitu makanan yang semula halal dan akan menjadi
haram apabila cara pengolahannya tidak sesuai dengan syariat agama. Banyak
sekali makanan yang asalnya halal tetapi karena pengolahanya yang tidak benar
menyebabkan makanan itu menjadi haram. Contohnya anggur, makanan ini halal
tetapi karena telah diolah menjadi minuman keras maka minuman ini menjadi
haram.
Umat Islam harus berhati-hati dalam memilih makanan, terutama pada era
teknologi dan globalisasi seperti sekarang ini kehalalan dan kesucian produk
makanan olahan yang dibuat oleh industri tidak dapat diketahui secara jelas. Bisa saja
dalam produksinya terkandung zat-zat yang membahayakan maupun zat-zat yang
berasal dari bahan yang haram. Makanan yang kita makan dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT baik di dunia
maupun di akhirat. Menurut M. Rusli Amin, ada beberapa kerugian atau bahaya yang
ditimbulkan dari sesuatu yang haram, antara lain:
a. Menimbulkan dosa, karena melakukan perbuatan yang dilarang.
b. Memperoleh murka dan azab dari Allah, yaitu mendapat siksa dari Allah dan
masuk neraka.
c. Bahaya bagi kesehatan jasmani, yaitu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh.
d. Bahaya bagi kesehatan rohani, yaitu: kerugian spiritual seperti dilanda berbagai
kesusahan di dalam kehidupan, terhalangnya ilmu, hati menjadi gelap karena
dosa serta mempengaruhi mental dan perilaku menjadi buruk.
18
Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu:
a. Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti
bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
b. Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu
halal tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
c. Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.
d. Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).
19
Allah Swt berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 115
20
Darah dalam bentuk beku yang kerap kali disebut dengan saren, dideh, atau
marus tersebut banyak dijual secara bebas di pasaran. Bagi sebagian orang,
darah tersebut dianggap mampu menambah tenaga. Padahal, dalam Agama
Islam darah tersebut merupakan najis atau hal yang diharamkan.
c. Daging Babi
Pengharaman babi bukanlah hanya terletak pada dagingnya saja, melainkan
juga termasuk rambut, kulit, tulang, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya.
d. Khamar atau minuman keras
Dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- secara
marfu:
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.
e. Hewan yang Disembelih Tidak Sesuai dengan Syariat Islam
f. Semua hewan buas yang bertaring
g. Jallalah
Jallalah adalah sebutan bagi hewan pemakan feses atau kotoran manusia atau
hewan lainnya baik kotoran hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam dan
sebagainya. Oleh sebab itu jika seseorang memelihara hewan ternak yang akan
dikonsumsi sebaiknya perhatikan makanannya agar tidak terkontaminasi kotoran
tersebut. Jalllalah disini termasuk burung gagak dan burung pemakan bangkai.
h. Keledai jinak
Keledai adalah hewan yang biasa ditunggangi oleh manusia dan
mengkonsumsi keledai jinak adalah haram hukumnya. Hal ini disebutkan dalam
mahzab ke empat Imam kecuali imam Malik. Sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan
daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)
2. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal)
Maksudnya yaitu hukum asal makanan itu sendiri adalah halal akan tetapi
berubah menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan
tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri atau dibeli dengan uang hasil
korupsi, transalsi riba upah pelacuran, sesajen perdukunan dan lain sebagainya.
21
9. Mudharat Makanan Haram
Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih
banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak,
namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah. Dan juga
makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari perbuatan haram
itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga yang mencari rezeki
haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah bayak dan besar karena
takut diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan keluarga sanak familinya.
Ada beberapa mudharat lainnya, yaitu :
1. Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).
2. Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan mengarahkannya
kepada kemaksiatan dengan uang itu.
3. Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
4. Nama baik, kepercayan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
5. Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.
6. Merusak secara jasmani dan rohani.
22
adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah dalam setiap perilaku dan kegiatan,
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang
seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip
“hanya karena Allah”.
Diriwayatkan dari abu Hurairah r.a,dia berkata; Rasulullah saw pernah bersabda,
”siapa yang berpuasa tanpa meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta atau jelek, maka
Allah tidak membutuhkan puasa nya.” (HR.Bukhari)
Banyak sekali hadits yang menyebutkan keutamaan puasa, seperti hadits dari Abu
Umamaf r.a, dia berkata, ’Rasulullah saw.bersabda : “puasa adalah tameng dan salah
satu benteng orang mukmin semua amalan adalah untuk pelakunya kecuali puasa.
Allah berfirmanm "puasa adalah untukku dan Akulah yang memberikannya.‟ (HR
Ath-Thabrani).”
Begitu banyak nilai-nilai yang kita dapatkan setelah kita berpuasa, diantaranya
yaitu kedisiplinan, ikhlas, jujur, zuhud, tawakal, khauf-raja', syukur, sabar, ridho dan
taqwa. Dimana nilai-nilai tersebut dapat mensucikan jiwa kita dan tidak semua orang
dapat meraihnya. Allah swt berfirman:
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya." (Asy-Syams: 9-10)
Ayat tersebut memotivasi kita jika ingin beruntung, maka kita harus berusaha
mensucikan diri dengan menjaga nilai-nilai religius ibadah puasa tersebut harus kita
jaga pada syahru syiyam atau bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah diungkapkan
oleh Atabik Luthfiiyaitu "Ramadhan sesungguhnya menjanjikan peluang bagi siapapun
untuk meningkatkan spiritualnya. Jika hal ini tidak bisa diraih di bulan yang penuh
berkah, akan sangat sukar didapatkan diluar bulan yang baik ini. Rasulullah saw.
Bersabda "Barang siapa yang terhalang dari meraih kebaikan dibulan ramadhan, maka
ia terhalang dari mendapat semua kebaikan untuk selamanya'."
Di dalam ibadah puasa terdapat nilai-nilai rukyah yang akan lebih mendekatkan
seorang hamba dengan Rabb-Nya, jika dilaksanakan secara istiqomah maka akan
membuka tabir antara keduanya.
salah satu nilai tersebut yaitu, Tazkiyah an-naf (pembersihan jiwa), dengan
mematuhi perintah-perintahNya, menjauhi segala larangan-Nya dan melatih diri untuk
menyempurnakan ibadah kepada Allah semata, meskipun itu dilakukan dengan
menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan dan membebaskan diri dari hal-hal yang
telah lekat sebagai kebiasaan. Kalau saja mau, ia bisa saja makan, minum, dan tidak
23
seorangpun mengetahuinya. Akan tetapi ia meninggalkan semua itu semata-mata
karena Allah SWT. Tentang ini, Rasulullah SAW. Bersabda, artinya: “Dari Abu
Huarairah ra. Berkata, Rasulullah SAW, bersabda:
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau minyak kasturi. Dia tidak
makan, tidak minum, dan tidak berhubungan dengan istrinya karena-Ku. Tiap-tiap
amal bani Adam baginya, kecuali puasa ia untuk-Ku dan aku yang akan memberinya
pahala‟.”(HR. BukhariidaniMuslim)i
Puasa senin kamis adalah puasa yang dilakukan di hari senin dan kamis. Waktu,
adab, dan tata caranya tidak memiliki perbedaan dengan puasa ramadhan. Secara
khusus, puasa ini dinyatakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang berbunyi: dari
Ahmad dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, berbagai amalan dihadapkan
(pada Allah) pada hari senin dan kamis. Maka aku suka jika aku amalanku dihadapkan
sedangkan aku sedang ber[uasa (HR. Ahmad)
Dalam Al-Qu’ran Allah berfirman :
Artinya : "Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang." (QS. Ali Imran; 31).
24
terjadilah proses pembilasan darah yang akhirnya menghilangkan darah dari kotoran
dan racun yang bias membahayakan tubuh. Selain untuk meningkatkan kesehatan
tubuh, puasa juga memiliki manfaat lain yaitu sebagai alternative pencegahan penyakit
jantung dan resiko kanker, memperbaiki gen, dan umur panjang (Mista, 2008).
sebuah penelitian telah membuktikan, bahwa puasa meningkatkan HGH (Human
Growth Hormon) sebanyak 1.300% pada wanita dan 2.000% pada pria. Proses ini
memainkan peran penting dalam kesehatan, kebugaran, dan penuaan. HGH juga
merupakan hormone pembakar lemak, hal ini dpat menjadi bukti bahwa berpuasa
cukup efektif dalam penurunan berat badan menurunkan kadar trigliserida,
meningkatkan biomarker penyakit lainnya, dan juga mengurangi stress oksidatif.
In fact, ternyata terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat saat kita
sedang berpuasa. Kendati seluruh sel putih tidak mengalami perubahan, ternyata sel T
mengalami peningkatan pesat. Perubahan aksidental lipoprotein yang berkepadatan
rendah (LDL), tanpa diikuti penambahan HDL. LDL merupakan model lipoprotein
yang memberikan pengaruh stimulatif bagi respon imunitas tubuh (Departemen
kesehatan, 2012).
25
Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas Kedokteran di
Kairo mengatakan bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat
mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam
tubuh manusia.
Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantung. Karena
puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormone katekholamin dalam
darah karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain.
Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa
kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak
mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh
ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana
firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S
Al-Baqarah)
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah
telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini,
jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas,
kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat
yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan puasa,
karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan apapun
pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan sampai ada dalil
yang melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh
jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa
mengganggu kesehatan rohani.dan makanan yang halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari makanan minuman
yang halal sangat membawa berkah.
27
Daftar Pustaka
1. https://www.academia.edu/10031952/MAKALAH_MAKANAN_DAN_MINUMAN
_YANG_HALAL_DAN_HARAM_DALAM_ISLAM
2. https://www.scribd.com/doc/239695699/Makanan-Halal-Dan-Makanan-Haram
3. Rahmi, Aulia. (2015). Puasa dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
Spiritual. (Serambi Tarbawi : Jurnal Studi, Riset dan Pengembangan Pendidikan
Islam) Diakses dari
https://ojs.serambimekkah.ac.id/tarbawi/article/download/1242/1011
4. Sarwat LC, Ahmad. (2011). Seri Fikih Kehidupan (5) : Puasa. Setia Budi Jakarta
Selatan 12940: DU Publishing.
5. Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: PENGARUH PUASA
SUNAH SENIN KAMIS TERHADAP TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL
PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA (uinjkt.ac.id)
6. SKRIPSI 2.pdf (radenintan.ac.id)
7. KTI BAGUS DWI AFANDI 141310007.pdf (stikesicme-jbg.ac.id)
28