Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“KONSEP TOTALITAS PUASA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama


Dosen Pengampu: Dr. Ma’zumi, S. Ag., M.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 7

Ismi Nurjanah 5552220027


Nadiyah Nurul Hidayah 5552220077
Adzika Ramadhania 5552220078

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Agama dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.
Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari
semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Agama yang kami harapkan
sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Serang, 23 Oktober 2022


Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………....…………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….……4
A. Latar Belakang………………………………………...…………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...……4
C. Tujuan…………………………………………………………………………….…4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...6
A. Makna Puasa……………………………………………………………………..…6
1. Pengertian Puasa…………………………………………………………...…….6
2. Macam-Macam Puasa……………………………………………………………7
3. Syarat dan Rukun Puasa………………………………………………………...11

B. Makanan Halal Dan Makanan Haram…………………………………...………16


1. Pengertian Makanan Halal……………………………………………...……….16
2. Dasar Hukum Tentang Makanan Halal………………………………...……….17
3. Kriteria Makanan Halal…………………………………………………………17
4. Jenis-Jenis Makanan Halal……………………………………………..……….18
5. Manfaat Makan Makanan Yang Dihalalkan……………………………….……19
6. Pengertian Makanan Haram……………………………………………………..19
7. Kriteria Makanan Yang Diharamkan Dalam Islam……………………………..20
8. Mudharat Makanan Haram…………………………………………….………..20

C. Nilai Puasa dalam Membangun Kesehatan Fisik dan Spiritual…………..……22


1. Puasa Meningkatkan Spiritual……………………………………………….….22
2. Manfaat Secara Kesehatan………………………………………………………24
3. Hikmah Puasa Bagi Kesehatan Fisik……………………………………...…….25
4. Hikmah Puasa Bagi Kesehatan Psikis (Kejiwaan)………………………...……26

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..27


A. KESIMPULAN……………………………………………………………...……...27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……28

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah
satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu
termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada
kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua
karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga
masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa
dengan baik dan benar.

Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa


mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,pada saat
mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika
sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Seperti yang dikatakan hadits: urung
rampung

Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu puasa,
macam-macam puasa, syarat sah puasa, rukun puasa, memahami nilai puasa, serta manfaat
puasa bagi kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1) Apa itu puasa?


2) Apa saja macam-macam puasa?
3) Apa saja syarat sah dan rukun puasa?
4) Bagaimana konsep makanan halal dan makanan haram dalam islam?
5) Bagaimana cara memahami nilai puasa dalam membangun kesehatan fisik dan
spiritual?

C. Tujuan

1) Mengetahui pengertian puasa


2) Mengetahui apa saja macam-macam puasa

4
3) Mengetahui dan memahami syarat sahnya dan rukun puasa
4) Mengetahui konsep makanan halal dan makanan haram dalam islam
5) mengetahui serta memahami nilai puasa dalam membangun kesehatan fisik dan
spiritual

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Memahami Makna Puasa


1. Pengertian Puasa

Puasa menurut bahasa Arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti
menahan diri. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Dari Ibnu Umar. Ia Berkata, “Saya telah mendengar Nabi besar SAW bersabda,
’Apabila malam datang, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka
sesungguhnya telah datang waktu berbuka bagi orang yang berpuasa’.” (HR.Bhukori
dan Muslim)

Sedangkan secara istilah adalah menahan diri dari makan dan minum serta
perbuatan yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari.
Umat Islam juga dikehendaki untuk menahan diri dari mengeluarkan kata-kata kotor,
menggunjing orang lain, dan sebagainya.

Pengertian puasa secara istilah juga terdapat dalam Subul Al-Salam, para
ulama fikih mengartikan puasa sebagai berikut:

“Puasa adalah menahan dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual
suami isteri, dan lain-lainnya, sepanjang hari menurut ketentuan syara’, disertai
dengan menahan diri dari perkataan yang sia-sia (membual), perkataan yang jorok
dan lainnya, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan, pada waktu yang
telah ditetapkan pula.

6
2. Macam-Macam Puasa
Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa
sunah. Puasa wajib ada tiga macam, puasa yang terikat dengan waktu (puasa
Ramadhan selama sebulan), Puasa yang wajib karena ada illat, seperti puasa sebagai
kafarat, dan puasa seseorang yang mewajibkan pada dirinya sendiri, yaitu puasa
nazar.

Menurut para ahli fiqih, puasa yang ditetapkan syari’at ada 4 (empat) macam,
yaitu puasa fardhu, puasa sunnat, puasa makruh dan puasa yang diharamkan.

1) Puasa Fardhu
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan
syari’at Islam. Puasa fardhu, ialah puasa yang apabila dilaksanakan mendapat
pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.Yang termasuk ke dalam puasa
fardhu antara lain:
a. Puasa bulan Ramadhan
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah Allah
SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-
Baqarah:183)

Ijma’ ulama tiada yang menyangkal wajibnya puasa Ramadhan, dan


tiada satu imam pun yang berbeda pendapat. Orang yang wajib berpuasa
Ramadhan adalah orang yang baligh, sehat jasmani-rohani dan bukan musafir.
Puasa tidak wajib bagi wanita yang sedang haid.

b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan
pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu
kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya

7
supaya dosanya diampuni, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain
:

a) Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi


makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin atau membebaskan
seorang roqobah, maka ia harus melaksanakan puasa selama tiga hari.
b) Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia
tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan
roqobah maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut (An Nisa: 94).
c) Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan Ramadhan
tanpa ada halangan yang telah ditetapkan, ia harus membayar kafarat
dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari.
d) Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama-sama dengan
umrah, lalu tidak mendapatkan binatang kurban, maka ia harus
melakukan puasa tiga hari di Mekkah dan tujuh hari sesudah ia sampai
kembali ke rumah. Demikian pula, apabila dikarenakan suatu mudharat
(alasan kesehatan dan sebagainya) maka berpangkas rambut (tahallul), ia
harus berpuasa selama 3 hari.

Menurut Imam Syafi’I, Maliki dan Hanafi,

“Orang yang berpuasa berturut-turut karena Kafarat, yang disebabkan


berbuka puasa pada bulan Ramadhan, ia tidak boleh berbuka walau hanya satu
hari di tengah-tengah 2 (dua) bulan tersebut, karena kalau berbuka berarti ia
telah memutuskan kelangsungan yang berturut-turut itu. Apabila ia berbuka,
baik karena uzur atau tidak, ia wajib memulai puasa dari awal lagi selama dua
bulan berturut-turut.”

c. Puasa Nazar

Puasa Nazar adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu
juga tidak disunnahkan oleh Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri
yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan
(Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila
Tuhan telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia

8
akan berpuasa sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-
hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa pada hari-hari
tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau
mengadakan perjalanan maka ia harus meng-qadha pada hari-hari lain dan
apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia bertanggung jawab
mengqadhanya.

2) Puasa Sunnah

Puasa sunnah (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnah itu
antara lain:

a. Puasa hari Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji)

Dari Abu Qatadah, Nabi saw. bersabda: “Puasa hari Arafah itu
menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun
yang akan datang” (H. R. Muslim).

b. Puasa tanggal 9 dan 10 bulan Muharam

Dari Salim, dari ayahnya berkata : Nabi saw. Bersabda : Hari Asyuro
(yakni 10 Muharram) itu jika seseorang menghendaki puasa, maka
berpuasalah pada hari itu.

c. Puasa nabi Daud as. (satu hari berpuasa satu hari berbuka)

Bersumber dari Abdullah bin Amar ra. dia berkata : Sesungguhnya


Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh
Allah swt. ialah puasa Nabi Daud as. sembahyang yang paling di sukai oleh
Allah ialah sembahyang Nabi Daud as. Dia tidur sampai tengah malam,
kemudian melakukan ibadah pada sepertiganya dan sisanya lagi dia gunakan
untuk tidur kembali, Nabi Daud berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.

Mengenai masalah puasa Daud ini, apabila selang hari puasa tersebut
masuk pada hari Jum’at atau dengan kata lainmasuk puasa pada hari Jum’at,

9
hal ini dibolehkan. Karena yang dimakruhkan adalah berpuasa pada satu hari
Jum’at yang telah direncanakan hanya pada hari itu saja.

d. Puasa bulan Rajab, Sya’ban dan pada bulan-bulan suci

Dari Aisyah r.a berkata: Rasulullah saw. berpuasa sehingga kami


mengatakan: beliau tidak berbuka. Dan beliau berbuka sehingga kami
mengatakan: beliau tidak berpuasa. Saya tidaklah melihat Rasulullah saw.
Menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan. Dan saya tidak melihat
beliau berpuasa lebih banyak daripada puasa di bulan Sya’ban (HR.Bukhori
dan Muslim).

3) Puasa Makruh

Puasa Makruh ialah, puasa yang apabila dikerjakan tidak berdosa dan apabila
ditinggalkan mendapat pahala. Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh
itu antara lain:

a. Puasa pada hari Jumat secara tersendiri

Berpuasa pada hari Jumat hukumnya makruh apabila puasa itu


dilakukan secara mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jumat saja
untuk berpuasa.

Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Nabi saw. bersabda:
“Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, melainkan bersama satu hari
sebelumnya atau sesudahnya.” (HR.Bukhori dan Muslim).

b. Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah salah
seorang dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau
dua hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu.”

c. Puasa pada hari syak (meragukan)

10
Dari Shilah bin Zufar berkata: Kami berada di sisi Amar pada hari yang
diragukan Ramadhan-nya, lalu didatangkan seekor kambing, maka sebagian
kaum menjauh. Maka ‘Ammar berkata: Barang siapa yang berpuasa hari ini
maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim saw.

4) Puasa Haram

Puasa Haram ialah puasa yang apabila dikerjakan mendapat dosa dan apabila
tidak dikerjakan mendapat pahala.Puasa yang diharamkan tersebut antara lain:

a. Istri puasa sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu tapi
tidak mengijinkan. Kecuali, apabila suami sedang tidak membutuhkan
seperti suami sedang bepergian, sedang haji atau umroh. Dari Abu Hurairah
ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh seorang wanita berpuasa
sedangkan suaminya ada di rumah, di suatu hari selain bulan Ramadhan,
kecuali mendapat izin suaminya.”(HR.Bukhori dan Muslim).
b. Puasa pada hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.
c. Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan Dzulhijjah.
Keuali untuk dan (sebagai ganti dari menyembelih qurban).
d. Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan).
e. Puasa Dhar (puasa tiap hari tanpa buka) Hadist Rasulullah SAW: “tidak
dinamakan puasa orang yang berpuasa terus menerus”. (HR. Bukhari).

3. Syarat dan Rukun Puasa

a. Syarat Wajib
1. Beragama Islam

Jumhur ulama sepakat bahwa syarat wajib berpuasa yang pertama kali
adalah bahwa orang yang diwajibkan untuk berpuasa itu hanya orang yang
memeluk agama Islam saja. Sedangkan mereka yang tidak beragama Islam,
tidak diwajibkan untuk berpuasa. Hal itu karena khitab perintah puasa itu
didahului dengan sebutan : wahai orang-orang yang beriman. Artinya, yang
tidak beriman tidak diajak dalam pembicaraan itu, sehingga mereka memang
tidak wajib mengerjakan puasa.

11
2. Baligh

Syarat kedua yang menjadikan seseorang wajib untuk mengerjakan


ibadah puasa bulan wajib adalah masalah usia baligh. Mereka yang belum
sampai usia baligh seperti anak kecil, tidak ada kewajiban untuk berpuasa
Ramadhan. Namun orang tuanya wajib melatihnya berpuasa ketika berusia 7
tahun. Seorang anak yang belum baligh tidak berpuasa, tidak diwajibkan
untuk menggantinya di hari yang lain, karena pada dasarnya puasa itu
memang tidak diwajibkan atasnya.

3. Berakal

Syarat ketiga dari syarat wajib puasa adalah berakal. Sudah menjadi
ijma’ ulama bahwa orang gila adalah orang yang berakal, sehingga orang gila
tidak diwajibkan untuk mengerjakan puasa.

Seorang yang dalam keadaan gila bila tidak puasa maka tidak ada
tuntutan untuk mengganti puasa yang ditinggalkannya ketika dia telah sembuh
selama masih hidup di dunia. Dan di akhirat kelak, tidak ada dosa yang harus
ditanggungnya karena meninggalkan kewajiban berpuasa.

4. Sehat

Orang yang sedang sakit tidak wajib melaksanakan puasa Ramadhan.


Namun dia wajib menggantinya di hari lain ketika nanti kesehatannya telah
pulih. Allah SWT berfirman:

“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajib


menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang
lain.” (QS. Al-Baqarah : 185).

Jenis penyakit yang membolehkan seseorang tidak menjalankan


kewajiban puasa Ramadhan adalah penyakit yang akan bertambah parah bila
berpuasa. Atau ditakutkan penyakitnya akan terlambat untuk sembuh.

5. Mampu

12
Allah hanya mewajibkan puasa Ramadhan kepada orang yang memang
masih mampu untuk melakukannya. Sedangkan orang yang sangat lemah atau
sudah jompo dimana secara fisik memang tidak mungkin lagi melakukan
puasa, maka mereka tidak diwajibkan puasa. Allah SWT berfirman:

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya membayar


fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin..” (QS. Al-Baqarah : 184)

6. Tidak Dalam Perjalanan (Bukan Musaffir)

Orang yang dalam perjalanan tidak wajib puasa. Tapi wajib atasnya
mengqadha‘ puasanya di hari lain. Allah SWT berfirman:

“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajib


menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang
lain. “(QS. Al-Baqarah : 185).

Namun menurut para ulama, tidak semua jenis perjalanan itu


membolehkan seseorang tidak puasa. Perjalanan yang membolehkan
seseorang tidak berpuasa ada syaratnya.

7. Suci dari Haid dan Nifas

Para ulama telah berijma’ bahwa para wanita yang sedang mendapat
darah haidh dan nifas tidak diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan bila tetap
dikerjakan juga dengan niat berpuasa, hukumnya malah menjadi haram.

Dasar ketentuannya adalah hadits Aisyah radhiyallahuanha berikut ini :


Kami (wanita yang haidh atau nifas) diperintahkan untuk mengqadha’ puasa
dan tidak diperintah untuk mengqadha; shalat. (HR.Muslim)

b. Syarat Sah
1. Niat

Para ulama selain Asy-Syafi'iyah, seperti Al-hanafiyah, Al-Malikiyah


dan Al-Hanabilah meletakkan niat sebagai syarat puasa. Sedangkan As-

13
Syafi'iyah tidak meletakkan niat sebagai syarat, melainkan justru ditempatkan
pada bagian rukun puasa.

Niat itu sendiri tempatnya di dalam hati bukan pada lidah. Seorang
yang melafadzkan niat di lidahnya belum tentu berniat di dalam hatinya. Dan
seorang yang meniatkan di dalam hati tanpa melafadzkannya di lidah, sudah
pasti berniat.

Al-Malikiyah mengatakan lebih utama untuk meninggalkan at-


talaffudz bin-niyyah (melafadzkan niat). Sebaliknya jumhur ulama selain Al-
Malikiyah menyunnahkannya.

2. Beragama Islam

Para ulama memandang bahwa keislaman seseorang bukan hanya


menjadi syarat wajib untuk berpuasa, tetapi juga sekaligus menjadi syarat sah
untuk berpuasa.

Hal itu berarti bila orang yang bukan muslim melakukan puasa, baik
dia beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu atau agama apapun
termasuk atheis yang tidak mengakui adanya tuhan, maka puasanya itu
dianggap tidak sah dalam pandangan syariah Islam. Dan bila mereka tetap
berpuasa, maka tidak mendapatkan balasan apa-apa di sisi Allah.

Jadi dalam pandangan jumhur ulama, orang kafir tetap wajib berpuasa,
tetapi kalau mereka berpuasa, hukumnya tidak sah. Artinya, di akhirat nanti
seorang non muslim tetap dianggap berdosa dengan tidak melakukan
kewajiban puasa. Semakin banyak dia tidak berpuasa tiap bulan Ramadhan,
maka akan semakin banyak dosanya. Dan semakin banyak dosanya, tentu
akan semakin banyak siksaan yang diterimanya.

3. Suci dari Haidh dan Nifas

Suci dari haidh dan nifas selain menjadi syarat wajib juga sekaligus
menjadi syarat sah dalam berpuasa. Artinya, seorang wanita yang mendapat

14
haidh dan nifas, bila tetapi berpuasa, maka puasanya tidak sah dan tidak
diterima di sisi Allah SWT.

Bahkan kalau dirinya tahu bahwa sedang mengalami haidh atau nifas,
tetapi nekat ingin mengerjakan puasa juga, maka hukumnya justru menjadi
haram.

4. Pada Hari Yang Dibolehkan

Syarat sah yang terakhir untuk ibadah puasa adalah hanya boleh
dilakukan pada hari-hari yang dibolehkan berpuasa. Bila melakukan puasa
pada hari-hari yang dilarang, maka puasanya tidak sah bahkan haram untuk
dilakukan.

Ada pun hari-hari yang terlarang untuk melakukan puasa antara lain
Hari Raya Idul Fithri dan Idul Adha, hari Tasyrik, yaitu tanggal 11,12, dan 13
bulan Dzulhijjah.

c. Rukun Puasa
1. Niat

Niat adalah rukun dari dua rukun puasa, menurut jumhur ulama.
Namun beberapa ulama tidak memasukkan niat ke dalam rukun puasa,
melainkan memasukkan ke dalam syarat sah puasa.

Niat adalah berketetapan (al-‘azm) di dalam hati untuk mengerjakan


puasa sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah SWT dan taqarrub
(pendekatan diri) kepada-Nya.

Dari Umar bin Al-Khattab ra bahwa Rasulullah SAW


bersabda,”Sesungguhnya semua amal itu tergantung niatnya“. (HR. Bukhari
dan Muslim).

2. Imsak

Rukun puasa yang kedua adalah imsak dari sejak fajar hingga
terbenamnya matahari. Secara bahasa, imsak artinya menahan, maksudnya

15
menahan diri dari segala hal yang akan membatalkan puasa, seperti makan,
minum, hubungan seksual suami istri, serta segala yang ditetapkan sebagai hal
yang membatalkan puasa oleh para ulama.

Adapun dasar masyru’iyah menahan ini adalah firman Allah SWT


berikut ini:

“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah


ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa
itu sampai malam.” (QS. Al-Baqarah : 187)

Yang dimaksud dengan benang putih dan benang hitam adalah


putihnya siang dan hitamnya malam.

B. Konsep Makanan Halal Dan Makanan Haram


1. Pengertian Makanan Halal
Makanan Halal adalah makanan yang boleh dikonsumsi menurut syariat Islam
kecuali ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Agama Islam
menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan makanan yang halal dan baik.
Makanan halal maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha yang diridhai Allah.
Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh, atau makanan
bergizi.
Allah swt berfirman :

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terbaik dibumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).

16
2. Dasar Hukum tentang Makanan Halal
Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya segala sesuatu
yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang haram, kecuali jika ada
nash (dalil) yang shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya)
yang mengharamkannya.

Halal dan haram adalah masalah yang hanya ditentukan oleh Allah semata, tidak
ada suatu makhluk yang ikut campur dalam menentukan halal dan haram ini atau
menentukan hukum lainnya yang bersumber dari keduanya, kecuali dengan cara
merujuk pada kaidah-kaidah yang telah ditentukan Allah SWT, yaitu tatkala tidak ada
nash yang jelas baik dalam Al-Quran maupun As-Sunnah. Pada dasarnya semua
makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-
buahan dan hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa
manusia. Para ulama sepakat bahwa semua makanan dan minuman yang ditetapkan
Al-Quran keharamannya adalah haram hukum memakannya baik banyak maupun
sedikit.

Salah satu dasar hukum tentang makanan halal:

Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya”. (QS. Al-Maidah: 88)

3. Kriteria Makanan Halal


Makanan dikatakan halal paling tidak harus memenuhi tiga kriteria, yaitu:
1. Halal zatnya Makanan yang halal menurut zatnya adalah makanan yang dari
dasarnya halal untuk di konsumsi. Dan telah di tetapkan kehalalannya dalam kitab
suci Al-Qur’an dan hadist. Contoh makanan yang halal atas zatnya adalah daging
sapi, ayam, kambing, buah-buahan seperti apel, kurma, anggur, dan lain
sebagainya.
2. Halal cara memperolehnya yaitu makanan yang di peroleh dengan cara yang baik
dan sah, Makanan akan menjadi haram apabila cara memperolehnya dengan jalan

17
yang batil karena itu bisa merugikan orang lain dan dilarang oleh syariat. Contoh
dari cara memperoleh yang baik adalah dengan cara membeli, bertani, hadiah, dan
lain sebagainya. Adapun dari makanan yang diperoleh dari makanan yang batil
adalah dengan cara mencuri, merampok, menyamun, dan lain sebagainya.
3. Halal cara pengolahannya yaitu makanan yang semula halal dan akan menjadi
haram apabila cara pengolahannya tidak sesuai dengan syariat agama. Banyak
sekali makanan yang asalnya halal tetapi karena pengolahanya yang tidak benar
menyebabkan makanan itu menjadi haram. Contohnya anggur, makanan ini halal
tetapi karena telah diolah menjadi minuman keras maka minuman ini menjadi
haram.

Umat Islam harus berhati-hati dalam memilih makanan, terutama pada era
teknologi dan globalisasi seperti sekarang ini kehalalan dan kesucian produk
makanan olahan yang dibuat oleh industri tidak dapat diketahui secara jelas. Bisa saja
dalam produksinya terkandung zat-zat yang membahayakan maupun zat-zat yang
berasal dari bahan yang haram. Makanan yang kita makan dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT baik di dunia
maupun di akhirat. Menurut M. Rusli Amin, ada beberapa kerugian atau bahaya yang
ditimbulkan dari sesuatu yang haram, antara lain:
a. Menimbulkan dosa, karena melakukan perbuatan yang dilarang.
b. Memperoleh murka dan azab dari Allah, yaitu mendapat siksa dari Allah dan
masuk neraka.
c. Bahaya bagi kesehatan jasmani, yaitu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh.
d. Bahaya bagi kesehatan rohani, yaitu: kerugian spiritual seperti dilanda berbagai
kesusahan di dalam kehidupan, terhalangnya ilmu, hati menjadi gelap karena
dosa serta mempengaruhi mental dan perilaku menjadi buruk.

4. Jenis-jenis Makanan Halal


Makanan halal dari segi jenis ada tiga:
a. Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing,
sapi, burung, ikan.
b. Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.
c. Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.

18
Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu:
a. Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti
bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
b. Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu
halal tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
c. Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.
d. Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).

5. Manfaat Makan Makanan yang Dihalalkan


Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna untuk kebutuhan jasmani dan rohani. Hasil dari makanan minuman yang halal
sangat membawa berkah, barakah bukan berarti jumlahnya banyak, meskipun sedikit,
namun uang itu cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga bergizi tinggi.
Bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Lain halnya dengan
hasil dan jenis barang yang memang haram, meskipun banyak sekali, tapi tidak
barokah, maka Allah menyulitkan baginya rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak
hingga habis dalam waktu singkat.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
1). Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
2). Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
3). Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
4). Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
5). Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
6). Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.

6. Pengertian Makanan Haram


Makanan yang haram adalah segala sesuatu yang dilarang oleh syariat untuk
dikonsumsi, dan apabila tetap dikonsumsi akan mendapatkan dosa kecuali dalam
keadaan terpaksa, serta banyak sekali madhratnya dari pada hikmanya, sebagai contoh
mengkonsumsi darah yang mengalir ini di haramkan karena itu kotor dan dihindari
oleh manusia yang sehat, disamping itu ada dugaan bahwa darah tersebut dapat
menimbulkan bahaya sebagaimana halnya bangkai.

19
Allah Swt berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 115

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai,


darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah;
tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak
pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. An-Nahl: 115)

7. Kriteria Makanan yang Diharamkan dalam Islam


1. Membahayakan tubuh
2. Menjijikkan
3. Merusak akal
4. Najis
5. Ada perintah untuk membunuhnya.
6. Ada larangan untuk tidak membunuhnya.
7. Ada larangan dari al-qur’an.
8. Ada larangan dari hadis

8. Jenis-jenis makanan haram


Di dalam Syariat islam, makanan yang haram dikonsumsi ada 2 jenis yaitu:
1. Haram Lidzatihi (makanan yang haram karena zatnya)
Maksudnya hukum asal makanan itu sendiri memang sudah diharamkan oleh
Allah SWT dan Rosul-Nya yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan Hadits. Seperti:
a. Bangkai
Bangkai merupakan hewan yang mati dengan sendirinya, termasuk tidak
sesuai dengan cara dan syariat Islam yakni hewan yang tercekik, terjatuh,
dipukul, ditanduk, hingga diterkam binatang buas.
b. Darah

20
Darah dalam bentuk beku yang kerap kali disebut dengan saren, dideh, atau
marus tersebut banyak dijual secara bebas di pasaran. Bagi sebagian orang,
darah tersebut dianggap mampu menambah tenaga. Padahal, dalam Agama
Islam darah tersebut merupakan najis atau hal yang diharamkan.
c. Daging Babi
Pengharaman babi bukanlah hanya terletak pada dagingnya saja, melainkan
juga termasuk rambut, kulit, tulang, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya.
d. Khamar atau minuman keras
Dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- secara
marfu:
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.
e. Hewan yang Disembelih Tidak Sesuai dengan Syariat Islam
f. Semua hewan buas yang bertaring
g. Jallalah
Jallalah adalah sebutan bagi hewan pemakan feses atau kotoran manusia atau
hewan lainnya baik kotoran hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam dan
sebagainya. Oleh sebab itu jika seseorang memelihara hewan ternak yang akan
dikonsumsi sebaiknya perhatikan makanannya agar tidak terkontaminasi kotoran
tersebut. Jalllalah disini termasuk burung gagak dan burung pemakan bangkai.
h. Keledai jinak
Keledai adalah hewan yang biasa ditunggangi oleh manusia dan
mengkonsumsi keledai jinak adalah haram hukumnya. Hal ini disebutkan dalam
mahzab ke empat Imam kecuali imam Malik. Sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan
daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)
2. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal)
Maksudnya yaitu hukum asal makanan itu sendiri adalah halal akan tetapi
berubah menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan
tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri atau dibeli dengan uang hasil
korupsi, transalsi riba upah pelacuran, sesajen perdukunan dan lain sebagainya.

21
9. Mudharat Makanan Haram
Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih
banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak,
namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah. Dan juga
makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari perbuatan haram
itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga yang mencari rezeki
haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah bayak dan besar karena
takut diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan keluarga sanak familinya.
Ada beberapa mudharat lainnya, yaitu :
1. Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).
2. Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan mengarahkannya
kepada kemaksiatan dengan uang itu.
3. Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
4. Nama baik, kepercayan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
5. Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.
6. Merusak secara jasmani dan rohani.

C. Memahami Nilai Puasa dalam Membangun Kesehatan Fisik dan Spiritual


1. Puasa meningkatkan spiritual
Perintah puasa bertujuan sebagai sarana untuk mengantarkan manusia kederajat
takwa, dalam arti sesungguhnya, juga tidak bisa dipisahkan dari dimensi
konsekuensinya yang berupa amal saleh. Puasa selain bermanfaat bagi kesehatan
jasmani dan mengatasi berbagai penyakit, puasa juga melatih rohani atau jiwa manusia
agar menjadi lebih baik. Temuan terakhir dunia kedokteran jiwa membuktikan bahwa
bahwa puasa dapat meningkatkan derajat perasaan atau Emotional Quotient (EQ)
manusia. Secara psikologis manusia tidak hanya diukur atau dinilai dari derajat
kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ), tetapi juga diukur dari EQnya. EQ
berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat seseorang antara lain; sifat dermawan,
santun terhadap fakir miskin, sabar, rela berkorban, kasih sayang dan rasa kepedulian.
Sedangkan IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan meningkatnya
daya ingat serta daya nalar seseorang.
Kecerdasan merupakan kesanggupan manusia untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan-keadaan baru dengan cepat dan tepat. Sedangkan kecerdasan spiritual (SQ)

22
adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah dalam setiap perilaku dan kegiatan,
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang
seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip
“hanya karena Allah”.
Diriwayatkan dari abu Hurairah r.a,dia berkata; Rasulullah saw pernah bersabda,
”siapa yang berpuasa tanpa meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta atau jelek, maka
Allah tidak membutuhkan puasa nya.” (HR.Bukhari)
Banyak sekali hadits yang menyebutkan keutamaan puasa, seperti hadits dari Abu
Umamaf r.a, dia berkata, ’Rasulullah saw.bersabda : “puasa adalah tameng dan salah
satu benteng orang mukmin semua amalan adalah untuk pelakunya kecuali puasa.
Allah berfirmanm "puasa adalah untukku dan Akulah yang memberikannya.‟ (HR
Ath-Thabrani).”
Begitu banyak nilai-nilai yang kita dapatkan setelah kita berpuasa, diantaranya
yaitu kedisiplinan, ikhlas, jujur, zuhud, tawakal, khauf-raja', syukur, sabar, ridho dan
taqwa. Dimana nilai-nilai tersebut dapat mensucikan jiwa kita dan tidak semua orang
dapat meraihnya. Allah swt berfirman:
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya." (Asy-Syams: 9-10)
Ayat tersebut memotivasi kita jika ingin beruntung, maka kita harus berusaha
mensucikan diri dengan menjaga nilai-nilai religius ibadah puasa tersebut harus kita
jaga pada syahru syiyam atau bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah diungkapkan
oleh Atabik Luthfiiyaitu "Ramadhan sesungguhnya menjanjikan peluang bagi siapapun
untuk meningkatkan spiritualnya. Jika hal ini tidak bisa diraih di bulan yang penuh
berkah, akan sangat sukar didapatkan diluar bulan yang baik ini. Rasulullah saw.
Bersabda "Barang siapa yang terhalang dari meraih kebaikan dibulan ramadhan, maka
ia terhalang dari mendapat semua kebaikan untuk selamanya'."
Di dalam ibadah puasa terdapat nilai-nilai rukyah yang akan lebih mendekatkan
seorang hamba dengan Rabb-Nya, jika dilaksanakan secara istiqomah maka akan
membuka tabir antara keduanya.
salah satu nilai tersebut yaitu, Tazkiyah an-naf (pembersihan jiwa), dengan
mematuhi perintah-perintahNya, menjauhi segala larangan-Nya dan melatih diri untuk
menyempurnakan ibadah kepada Allah semata, meskipun itu dilakukan dengan
menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan dan membebaskan diri dari hal-hal yang
telah lekat sebagai kebiasaan. Kalau saja mau, ia bisa saja makan, minum, dan tidak

23
seorangpun mengetahuinya. Akan tetapi ia meninggalkan semua itu semata-mata
karena Allah SWT. Tentang ini, Rasulullah SAW. Bersabda, artinya: “Dari Abu
Huarairah ra. Berkata, Rasulullah SAW, bersabda:
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau minyak kasturi. Dia tidak
makan, tidak minum, dan tidak berhubungan dengan istrinya karena-Ku. Tiap-tiap
amal bani Adam baginya, kecuali puasa ia untuk-Ku dan aku yang akan memberinya
pahala‟.”(HR. BukhariidaniMuslim)i
Puasa senin kamis adalah puasa yang dilakukan di hari senin dan kamis. Waktu,
adab, dan tata caranya tidak memiliki perbedaan dengan puasa ramadhan. Secara
khusus, puasa ini dinyatakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang berbunyi: dari
Ahmad dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, berbagai amalan dihadapkan
(pada Allah) pada hari senin dan kamis. Maka aku suka jika aku amalanku dihadapkan
sedangkan aku sedang ber[uasa (HR. Ahmad)
Dalam Al-Qu’ran Allah berfirman :

Artinya : "Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang." (QS. Ali Imran; 31).

2. Manfaat secara kesehatan


Rasulullah SAW pernah bersabda,: “puasalah kalian, agar kalian hidup sehat” (HR.
Ibnu Sunni dan Abu Nuaim)
berdasarkan hasil penelitian seseorang mengenai kekuatan puasa sunnah senin
kamis, puasa ini dapat menambah kecerdasan spiritual. Peranan dan pelaksanaan puasa
senin kamis dalam peningkatan kecerdasan spiritual dapat dilihat melalui tercapainya
nilai-nilai spiritual seseorang seperti, bersikap fleksibel dan tanggap, memiliki
kecerdasan diri yang tinggi, mampu bersikap jujur, dermawan, mencintai kedamaian,
sederhana, dan memiliki rasa empati. (Masitoh Umi 2004).
sedangkan manfaat puasa bagi kesehatan tubuh, berpuasa sama dengan menguras
90% racun di tubuh kita. Para ahli menyebut puasa sebagai detoksifikasi. Menurut
Carlson dan Kunde dari Universitas Chicago mengatakan, bahwa saat berpuasa

24
terjadilah proses pembilasan darah yang akhirnya menghilangkan darah dari kotoran
dan racun yang bias membahayakan tubuh. Selain untuk meningkatkan kesehatan
tubuh, puasa juga memiliki manfaat lain yaitu sebagai alternative pencegahan penyakit
jantung dan resiko kanker, memperbaiki gen, dan umur panjang (Mista, 2008).
sebuah penelitian telah membuktikan, bahwa puasa meningkatkan HGH (Human
Growth Hormon) sebanyak 1.300% pada wanita dan 2.000% pada pria. Proses ini
memainkan peran penting dalam kesehatan, kebugaran, dan penuaan. HGH juga
merupakan hormone pembakar lemak, hal ini dpat menjadi bukti bahwa berpuasa
cukup efektif dalam penurunan berat badan menurunkan kadar trigliserida,
meningkatkan biomarker penyakit lainnya, dan juga mengurangi stress oksidatif.
In fact, ternyata terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat saat kita
sedang berpuasa. Kendati seluruh sel putih tidak mengalami perubahan, ternyata sel T
mengalami peningkatan pesat. Perubahan aksidental lipoprotein yang berkepadatan
rendah (LDL), tanpa diikuti penambahan HDL. LDL merupakan model lipoprotein
yang memberikan pengaruh stimulatif bagi respon imunitas tubuh (Departemen
kesehatan, 2012).

3. Hikmah puasa bagi kesehatan fisik


Puasa ditinjau dari kesehatan fisik, banyak mengandung hikmah atau manfaat. 10
Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”.
Manfaat puasa bagi kesehatan dapat dibuktikan secara empiris ilmiah, meski harus
menahan makan dan minum sekitar 12-24 jam. Apabila orang lapar, perutnya akan
memberikan reflex ke otak secara fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan tadi, otak
akan memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat inilah
yang akan menimbulkan rasa nyeri, khususnya bagi penderita maag. Tapi, bagi orang
yang berpuasa, rasa sakit tersebut tak timbul karena otak tidak memerintah kepada
kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim tadi.
Dari berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi
organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon. Dalam keadaan tidak
berpuasa, system pencernaan dalam perut terus aktif mencerna makanan, hingga tak
sempat beristirahat. Dan, ampas yang tersisa menumpuk dan bisa menjadi racun bagi
tubuh. Selama berpuasa, system pencernaan akan beristirahat dan memberi kesempatan
bagi sel-sel tubuh khususnya bagian pencernaan untuk memperbaiki diri.

25
Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas Kedokteran di
Kairo mengatakan bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat
mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam
tubuh manusia.
Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantung. Karena
puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormone katekholamin dalam
darah karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa.

3. Hikmah puasa bagi kesehatan psikis (kejiwaan)


Puasa merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi iwa-jiwa yang hamper
terperosok ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-
dosa jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang
yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu sendiri.
Selain hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar mampu
mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau
impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri. “Ini (merupakan) salah satu
hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa,” kata Dadang Hawari.
Menurut Dadang Hawari (1995), dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa
dorongan agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti agresif dalam arti
emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh dan menyakitkan
hati (verbal abuse).
Salah satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan
diri. Pengendalian diri atau self control amat penting bagi kesehatan jiwa sehingga
daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress kehidupan meningkat karenanya.
Saat berpuasa, kita berlatih kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut,
sehingga kita menjadi lebih sabar dan tahan terhadap berbagai tekanan.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain.
Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa
kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak
mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh
ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana
firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S
Al-Baqarah)
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah
telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini,
jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas,
kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat
yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan puasa,
karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan apapun
pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan sampai ada dalil
yang melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh
jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa
mengganggu kesehatan rohani.dan makanan yang halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari makanan minuman
yang halal sangat membawa berkah.

27
Daftar Pustaka

1. https://www.academia.edu/10031952/MAKALAH_MAKANAN_DAN_MINUMAN
_YANG_HALAL_DAN_HARAM_DALAM_ISLAM
2. https://www.scribd.com/doc/239695699/Makanan-Halal-Dan-Makanan-Haram
3. Rahmi, Aulia. (2015). Puasa dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
Spiritual. (Serambi Tarbawi : Jurnal Studi, Riset dan Pengembangan Pendidikan
Islam) Diakses dari
https://ojs.serambimekkah.ac.id/tarbawi/article/download/1242/1011
4. Sarwat LC, Ahmad. (2011). Seri Fikih Kehidupan (5) : Puasa. Setia Budi Jakarta
Selatan 12940: DU Publishing.
5. Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: PENGARUH PUASA
SUNAH SENIN KAMIS TERHADAP TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL
PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA (uinjkt.ac.id)
6. SKRIPSI 2.pdf (radenintan.ac.id)
7. KTI BAGUS DWI AFANDI 141310007.pdf (stikesicme-jbg.ac.id)

28

Anda mungkin juga menyukai