Anda di halaman 1dari 13

PUASA

Dosen Pengampu : Ibu Sahliah, Dra., M.Ago

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah

Disusun Oleh :

Kelompok 11

Suriati (0206211029)

Syahwa Nur Aulia (0206211007)

PRODI HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TA. 2023-2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil‟alamin. Tiada kata yang pantasa kami ucapkan selain rasa


syukur yang tiada hentinya atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat sehat dan semangat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang telah
diberikan kepada kami. Sholawat bersamaan dengan salam juga kita hadiahkan kepda
baginda Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafa‟at beliau di Yaumul
Mashyar kelak. Amiin ya Rabbal „Alamiin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah semata mata hanyalah untuk
memenuhi tuga mata kuliah Fiqh Ibadah yang sudah diberikan kepada kami. Makalah ini
kami susun berdasarkan standar yang ada sumber informasi yang dapat membantu
siapapun yang membacanya. Kekhasan tersendiri dalam penyusunan makalah ini adalah
kesederhanaan, sistematis, dan dibuat untuk memudahkan pemahaman seputar ibadah
Puasa

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan dan kelengkapan makalah ini di masa
yang akan datang.

1 April 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian puasa dan dasar hokum nya .................................................................2


B. Cara pelaksanaan puasa .........................................................................................3
C. Macam-macam puasa ............................................................................................6
D. Hikmah puasa ........................................................................................................7

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puasa merupakan salah satu rukun alam islam. Kerena puasa merupakan rukun,
maka siapapun yang mengaku dirinya muslim tidak boleh absen dalam
melaksanakannya. Jelas, tidaklah sempurna suatu keislaman seseorang apabila
meninggalkan kewajiban yang satu ini, yaiyu berpusa satu bula penuh pada bulan
Ramadhan.
Melaksanakan puasa Ramadhan sama wajibnya seperti rukun-rukun islam yang
lainnya. Demikian pula, meninggalkannya haram sebagaimana haramnya meninggalkan
kewajiban mengucapkan syahadat, melaksanakan sholat, mengeluarkan zakat, dan
menunaikan haji/umrah bagi yang mampu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari puasa Ramadhan dan dasar Hukum nya?
2. Bagaimana cara pelaksanaan Puasa?
3. Jelaskan Macam-macam Puasa Sunnah?
4. Apa Hikmah dari puasa?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui pengertian dari puasa Ramadahn dan dasar hukumnya
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan puasa
3. Untuk mengetahui macam-macam dari puasa sunnah
4. Untuk mengetahui hikmah puasa

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari puasa Ramadhan dan Dasar Hukum nya


Puasa adalah suatu bentuk “ibadah dalam Islam yang berarti menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkan ibadah tersebut pada siang hari (mulai terbit fajar
sampai terbenam matahari)”. Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan istilah “Ṣiam”
atau “Ṣaum” yang secara etimologis berarti menahan diri dari sesuatu, sebagaimana
disebutkan dalam q.S Maryam [19]: 26

‫ص ۡى ًيب فَهَ ٍۡ ا ُ َك ِهّ َى ۡان َي ۡى َو ا َِۡ ِسيًّب‬ َّ ‫فَقُ ۡى ِن ۡۤۡى اِ َِّ ۡى ََرَ ۡزثُ ِن‬
َ ٍِ ًٰ‫هس ۡح‬
Artinya: “Maka katakanlah (Hai Maryam), sesungguhnya aku telah bernażar berpuasa
untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seseorang
manusiapun pada hari ini”.
Puasa dalam pengertian terminologis ialah: Suatu ibadah yang diperintahkan
Allah, dilaksanakan dengan cara menahan makan, minum dan hubungan seksual
(menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa) dari terbit fajar sampai
terbenam matahari, dengan disertai niat. Menurut istilah fikih ialah menahan diri dari
segala yang membatalkan puasa yang dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenam
matahari dengan disertai niat.
Kemudian Rasulullah bersabda yang artinya “ Dari Ibn Umar yang berkata,
“saya telah mendengar Nabi Saw berkata : Apabila malam datang dan siang lenyap
dan matahari telah terbenam. Maka datang waktu berbuka bagi orang yang berpuasa.
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan istilah Ramadhan pun berasal dari bahasa Arab, yaitu diambil dari
kata َ‫ض َم َر‬
َ yang berarti membakar. Dengan perkataan lain, puasa adalah menahan
dalam arti yang khusus dan dilakukan orang tertentu serta pada waktu yang tertentu
pula, disertai beberapa syarat.
Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan al-Qur‟an, sunnah, dan ijma‟.
Firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah: 183
)381( ٌَ‫حَخَّقُى‬ ‫عهَى آنَّ ِريٍَْ ِيٍ قَ ْب ِه ُك ْى نَ َعهَّ ُك ْى‬
َ ‫ب‬ ّ ِ ‫عهَ ْي ُك ُى آ ن‬
َ ‫ص َيب ُو َك ًَب ُك ِخ‬ َ ‫َيأيُّ َهب آنَّ ِريٍْ ءا َيُُىا ُك ِخ‬
َ ‫ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

2
Di dalam hadis juga dijelaskan tentang kewajiban puasa , Nabi saw bersabda :
“ Islam itu ditegakkan atas lima dasar, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah, mengerjakan Sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji, berpuasa pada
bulan Ramadhan (H.R. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

“Abdurahman bin „Auf berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w:” Bulan Ramadhan


adalah bulan dimana Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian berpuasa dan
mensunatkan bagi kalian shalat tarawih, maka barangsiapa yang melaksanakan puasa
serta diikuti shalat tarawih dengan didasari iman dan berharap ridha-Nya, maka Allah
mengeluarkan dosa-dosa orang itu seperti hari ketika ia terlahir dari kandungan
ibunya.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)

Kemudian, ulama telah ijma‟ bahwa puasa Ramadhan itu hukumnya wajib
yang merupakan salah satu rukun islam dan orang yang mengingkarinya berarti kafir
dan murtad dari islam.

B. Cara Pelaksanaa Puasa


1. Rukun Puasa dan Syaratnya
Adapun rukun puasa yaitu sebagai berikut :
a. Niat yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga
sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati telah
tergerak (berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib
Ramadhan. Adapun puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada pagi
harinya.
b. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar
hingga terbenam matahari.

Ada dua syarat yang harus dipenuhi seseorang dalam melaksanakan puasa.
Kedua syarat itu terdiri dari syarat wajib puasa dan syarat sah puasa.

a. Syarat Wajib Puasa


Adapun syarat seseorang diwajibkan untuk melaksanakan puasa adalah:
1) Islam. Orang kafir tidak berkewajiban berpuasa, karena puasa
adalah suatu ibadah sedangkan orang kafir bukanlah ahli ibadah,
karenanya tidak berkewajiban berpuasa. Kalau orang kafir
berpuasa maka puasanya tidak sah.

3
2) Berakal. Orang gila tidak wajib berpuasa
3) Baligh. Orang yang sudah berusia 15 tahun (qamariah) atau telah
ada tandatanda baligh yang lain, seperti keluar mani bagi laki-laki,
atau keluar darah haid bagi perempuan yang berumur sekurang-
kurangnya sembilan tahun (qamariah). Maka anak-anak tidak
wajib berpuasa.
4) Mampu berpuasa. Orang yang lemah karena terlalu tua atau sakit
yang dapat membawa madarat pada dirinya dengan sebab
berpuasa, maka tidak diwajibkan berpuasa baginya.
b. Syarat Sah Puasa
puasa akan dianggap sah apabila ketentuan-ketentuan di bawah ini
terpenuhi, yaitu:
1) Islam
2) Mumayyiz. Mumayyiz adalah orang yang sudah tahu
membedakan antara suci dan kotornya sesuatu; mengetahui
cara,syarat dan sahnya suatu ibadah. Termasuk juga dalam hal ini
tahu menilai sesuatu itu bernilai atau tidak.
3) Suci dari haid dan nifas. Perempuan yang sedang haid ataun nifas
tidak sah berpuasa. Akan tetapi, dia diperintahkan untuk
mengganti jumlah puasa yang ditinggalkannya pada bulan yang
lain.
4) Dalam waktu yang dibolehkan berpuasa
2. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
Ada banyak hal yang dapat membatalkan puasa, diantaranya adalah:
a. Makan dan minum dengan sengaja
b. Melakukan hubungan suami-isteri pada siang hari dengan sengaja
c. Mengeluarkan air mani dengan sengaja (onani/masturbasi)
d. Keluar darah haid atau nifas
e. Muntah dengan sengaja
f. Gila
g. Murtad
3. Hal-Hal yang di Makruhkan dan di Sunnah kan dalam Berpuasa
Hal-hal makruh ketika puasa yaitu :

4
a. Berkumur-kumur atau menghirup air ke hidung secara berlebihan ketika
berwudhu atau mandi. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan masuknya
air kedalam perut secara sengaja atau tidak sengaja.
b. Mencium pasangan (suami atau istri) dengan nafsu atau dapat menimbulkan
nafsu syahwat. Hal ini dapat menyebabkan keluarnya mania tau munculnya
keinginan untuk berhubungan badan.
c. Memandang lawan jenis dengan nafsu atau berlama-lama memandangnya.
Hal ini juga dapat membangkitkan nafsu syahwat dan sapat menganggu
konsentrasi ibadah. Rasulullah saw bersabda : “ Pandangan mata adalah
salah satu dari panah setan. Barangsiapa yang meninggalkan nya karena
takut kepada Allah, maka Allah akan memberinya iman yang manis rasanya
di dalam hatinya. “ (H.R. Ahmad).
d. Berfikir atau membayangkan hubungan badab (jima‟)
e. Mencicipi makanan tanpa ada maksud atau tujuan tertentu.
f. Meninggalkan sahur atau mengakhirkan sahur. Hal ini di makruhkan karena
sahur adalah sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw dan merupakan
pembeda antara puasa kita. Rasulullah Saw bersabda : “ Makanlah sahur,
karena sesungguhnya di dalam sahur itu ada berka.” (H.R. Bukhari dan
Muslim )
g. Mengakhirkan berbuka puasa sementara dirinya mampu menyegerakan
berbuka. Hal ini di makruhkan karena bertentangan dengan sunnah
Rasulullah Saw yang selalu menyegerakan berbuka puasa ketika matahari
telah terbenam. Rasulullah Saw bersabda : “Orang-orang akan selalu berada
dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”. (H.R. Bukhari dan
Muslim)
h. Bersiwak atau menggososk gigi pada waktu setelah zawal (masuk waktu
dzuhur).
i. Ghibah ( menggunjing), namimah (menyeberkan Fitnah), dusta
(berbohong), dan perkataan-perkataan buruk lainnya.

Hal- hal yang disunnah kan ketika berpuasa adalah

a. Makan sahur
b. Mengakhirkan sahur
c. Menyegerakan berbuka

5
d. Buka dengan memakan kurma
e. Berdoa ketika berbuka
f. Memberi makan untuk orang berbuka
g. Membaca al-Qur‟an
h. Memperbanyak sedekah
i. Meninggalkan nafsu dan syahwat
j. Tidak mengucapkan perkataan yang buruk
k. Sholat tarawih dimalam hari
l. I‟tikaf
C. Macam-Macam Puasa Sunnah
1. Puasa 6 hari pada Bulan Syawwal
Puasa sunnat selama 6 hari pada Bulan Syawwal berdasarkan sabda Rasulullah
s.a.w yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub al-Anshari. Rasulullah s.aw. bersabda:

ُ‫بو اندَّ ْه َس ُكهَّه‬


َ ‫ص‬َ ‫ِج ِي ٍْ ش ََّىا ٍل فَ َكأَََّ ًَب‬
ٍ ّ ‫ضبٌَ َوأَحْبَعَهُ بِس‬
َ ‫َي ٍْ صب َ َو َز َي‬
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa selama 6 hari
pada Bulan Syawwal, maka sesungguhnya ia telah berpuasa selama satu tahun
penuh”.

Pada tataran pelaksanaannya, keenam hari itu dapat dilaksanakan dengan dua
cara, yaitu secara berurutan atau dengan cara dicicil dengan ketentuan masih
berada pada Bulan Syawwal. Namun, apabila dilihat dari segi keutamaannya, tentu
cara yang berurutan lebih baik.

2. Puasa pada hari „Asyura


Hari „Asyura` adalah hari kesepuluh dari Bulan Dzulhijjah atau Bulan Haji.
Pada hari ini disunnahkan seseorang berpuasa sebagaimana HR. Abu Qatadah.
Rasulullah s.a.w bersabda yang berbunyi:
‫سَُتً َب ْعدَ هَب‬
َ ‫بضيَّتً َو‬
ِ ‫سَُخَي ٍِْ قَ ْبهَ َهب َي‬ َ َّ‫ع َسفَتَ َكف‬
َ ٌ ‫بزة‬ َ ‫سَُتً َو‬
َ ‫ص ْى ُو َي ْى َو‬ َ َّ‫ش ْى َزاء َكف‬
َ ٌ ‫بزة‬ ُ ‫عب‬
َ ‫ص ْى ُو َي ْى َو‬
َ
ً‫ُي ْسخ َ ْق ِبهَت‬
“Puasa pada hari „Asyura adalah kifarat (penghapus dosa) selama satu tahun,
sedangkan puasa pada hari „Arafah merupakan kifarat selama dua tahun, yaitu
satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya”. Artinya, barangsiapa yang

6
berpuasa pada hari-hari itu, maka dosa-dosa orang tersebut dimaafkan, baik dosa
yang dilakukan pada satu tahun sebelumnya maupun dosa yang dikerjakan pada
satu tahun yang akan datang.”

3. Puasa pada hari „Arafah


Seperti halnya hari „Asyura, pada hari „Arafah pun disunnahkan berpuasa, hal
itu berdasar pada hadits Nabi s.a.w sebagaimana telah dijelaskan pada point 2
tentang puasa pada hari „Asyura.

4. Puasa pada Ayaam al-Baid (Puasa tiga hari pada setiap bulan).
Puasa sunnat lain yang tidak ditinggalkan Nabi s.a.w adalah puasa tiga hari
pada setiap bulan, hal itu berdasar pada hadits Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah, dimana ia berkata:
‫ش ْه ٍس‬ َ ِ‫ص ْهعَ ْى ب‬
َ ‫صيَ ِبو ثَالَث َ ِت أَيَ ٍبو ِي ٍْ ُك ِّم‬ َ ‫أ َ ْو‬
َ ‫صبَِ ْي َخ ِه ْي ِه ْي‬
“Kekasihku Rasulullah s.a.w telah mewashiatkan kepadaku supaya berpuasa
selama tiga hari pada setiap bulan”. “Kekasihku Rasulullah s.a.w telah
mewashiatkan kepadaku supaya berpuasa selama tiga hari pada setiap bulan”.

5. Puasa pada hari Senin dan Kamis


Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a bahwa :
ٌَّ ‫ع ٍْ ذَ ِنكَ فَقَب َل ِإ‬ ُ َ‫ص ْى ُو يَ ْى َو اإلثَُْي ٍِْ َو يَ ْى َو ْانخ ًَِي ِْس ف‬
َ ‫سئِ َم‬ ُ َ‫سهَّ َى َكبٌَ ي‬
َ ‫عهَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صهَى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫ِإ ٌَّ انَُّ ِب‬
‫ض يَ ْى َو اإلثَُْي ٍِْ َويَ ْى َو ْانخ ًَِي ِْس‬ ِ َُّ‫أ َ ْع ًَب َل ان‬
ُ ‫بس ح ُ ْع َس‬
“Bahwasannya Nabi s.a.w biasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis, lalu
Rasulullah s.a.w ditanya tentang hal itu, maka Beliau bersabda: ”Bahwa
perbuatan-perbuatan manusia itu diangkat pada hari Senin dan Kamis”.
Selain puasa sunnat tersebut adapula puasa lain yang dianggap sunnat
pelaksanaanya, yaitu puasa Nabi Daud.

D. Hikmah Puasa
Dalam Islam tidak ada ibadah yang diperintahkan Allah swt yang tidak
mengandung hikmah. Puasa sebagai ibadah menahan makan dan minum serta hubungan
seksual, dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengandung hikmah bagi
yang melaksanakannya; Hikmah bukanlah tujuan utama dari ibadah puasa, melainkan

7
tujuan sampingan yang secara langsung ataupun tidak dapat diterima bagi yang
melaksanakannya
Ibadah Puasa menurut Zakiyah Darajat, mengandung hikmah terhadap rohani dan
jasmanai manusia; Hikmah terhadap rohani antara lain adalah: melatih rohani agar
disiplin mengendalikan dan mengontrol hawa nafsu agar tidak semena-mena
melampiaskan keinginannya. Tidak ada godaan yang lebih kuat daripada godaan untuk
makan dan minum pada waktu lapar dan godaan untuk mengadakan hubungan seksual
pada saat nafsu bergelora, padahal makanan dan minuman serta pasangan (suami/isteri)
tersedia dan miliknya sendiri, bukan milik orang lain. Disinilah letak salah satu nilai
puasa yaitu melatih disiplin rohani agar dapat mengekang dan mengontrol hawa naf;u.
Sebab bila nafsu dibebaskan tanpa kendali, maka manusia akan menjadi budak hawa
nafsu itu sendiri, bila keinginan dan suruhan hawa nafsu diperturutkan, tanpa
memandang apakah perbuatannya merugikan atau merusak orang lain, maka rohani
manusia akan hancur. Dalam berpuasa, nafsu tiak dimatikan sama sekali, sebab itu
merupakan fitrah, tetapi hawa nafsu tersebut dikendalikan dan dikontrol kearah
perbuatan yang baik.
Hikmah terhadap jasmani dalam berpuasa adalah, dengan menahan makan dan
minum, disamping membangun kekuatan dan ketahanan rohani, juga mempertinggi
kekuatan dan ketahanan jasmani, karena pada umumnya penyakit yang menghinggap
ditubuh manusia bersumber dari perut yang menampung semua apa yang dimakan dan
diminum.
Yusuf Qardhawi menguraikan hikmah puasa, yaitu:
1. Tazkiyat al-nafs, yaitu dengan jalan mematuhi perintah-perintah-Nya, menjauhi
segala larangan-Nya dan melatih diri untuk menyempurnakan peribadatan kepada
Allah swt.
2. Puasa dapat menenangkan kejiwaan di samping kesehatan fisik.
3. Mendidik iradah (kemauan), mengendalikan nafsu, membiasakan sabar dan
membangkitkan semangat.
4. Menurunkan daya seksualitas.
5. Menumbuhkan syukur kepada Allah
6. Mengingatkan orang-orang yang kaya akan penderitaaan dan kelaparan yang dialami
oleh orang-orang miskin.
7. Menghantarkan manusia menjadi insan bertakwa.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa adalah suatu amalan ibadah yang dilaksanakan dengan menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari disertai niat karena Allah dengan syarat dan juga rukun tertentu.
Puasa harus lah dilakukan pada selain hari-hari yang diharamkan dan dalam
menjalankannya pun harus menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa,
diantaranya muntah dengan sengaja, berubah niat, ragu, dan lain sebagainya.
Puasa mengandung hikmah untuk rohani dan juga jasmani. Hikmah untuk
rohani seperti melatih rohani agar disiplin mengendalikan dan mengontrol hawa nafsu
agar tidak semena-mena melampiaskan keinginannya. Sedangkan hikmah puasa untuk
jasmani yaitu dapat membangun kekuatan dan ketahanan rohani, juga mempertinggi
kekuatan dan ketahanan jasmani,

9
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Khoirul. Fiqh Ibadah. Lampung. Cv. Arjasa Pratama Bandar Lampung, 2019
Hafsah. Pembelajaran Fiqh. Bandung. Citapustaka Media Perintis, 2013.
Hidayatullah. Fiqih. Banjarmasin. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjari Banjarmasin. 2019
Jamaludin. Fiqh Ibadah. Tasikmalaya. Penerbit Latifah.2017

10

Anda mungkin juga menyukai