Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PUASA WAJIB

Di susun oleh :
Nama : Nadilla Zulhiyani
Prodi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II B REGULER
PAGI
Dosen Pengampuh : Drs. H. Murbentuah, Lc, MH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


AL-ISHLAHIYAH BINJAI
T.A 2019-2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PUASA
WAJIB” ini. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini, karenanya
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat
kami harapkan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi
kita semua.

Binjai, 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1. Pengertian Puasa..................................................................... 3
2.2. Dasar hukum pelaksanaannya................................................ 3
2.3. Memulai Puasa Bulan Ramadhan........................................... 5
2.4. Syarat Puasa............................................................................ 6
2.5. Rukun Puasa........................................................................... 6
2.6. Yang membatalkan puasa....................................................... 7
2.7. Hal-hal sunnat dalam berpuasa............................................... 10
2.8. Sunat-sunat puasa................................................................... 10
2.9. Makruh puasa......................................................................... 11

BAB IIIPENUTUP......................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan............................................................................. 12
3.2. Saran....................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah sering kali dimaknai dalam
pengertian sempit sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang
membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa
yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang
oleh agama.

Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap


umat lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi
social dapat di gambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan
memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.

Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan


meliputi seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna puasa
hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya pada
kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat di jadikan pedoman
hidup.

Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang
beriman, setiap orang islam yang mukallaf wajib melaksanakannya.
Melaksanakan ibadah puasa ini selain untuk mematuhi perintah Allah adalah juga
untuk menjadi tangga ke tingkat takwa, karena takwalah dasar keheningan jiwa
dan keluruhan budi dan akhlak.

Untuk ini semua, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan
puasa, dari dasar hukum, syarat-syarat, rukun puasanya dan lain sebagainya.
Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para
pembaca untuk maksud tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.

Tegur sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini
kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan
taufik dan hidayah-Nya. Aamiin.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum pelaksanaan puasa?
2. Apa saja syarat dan rukunnya?
3. Apa saja hal-hal yang sunnah dalam berpuasa?
4. Apa saja yang membatalkannya?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dasar hukum pelaksanaan puasa
2. Mengetahui syarat dan rukun puasa
3. Mengetahui hal-hal yang sunnah dalam berpuasa
4. Mengetahui yang membatalkan puasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Puasa


Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti
menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:

‫صوْ ًما‬
َ ‫من‬ ُ ْ‫إِنِّي نَ َذر‬.
ِ ْ‫ت لِلرَّح‬

“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”[1]
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”,
seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya.

Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat.”[2]

Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil.
Menurut Syara’ (istilah agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut
dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :

ِ ْ‫ار َعلَي ْال َوجْ ِه ْال َم ْشرُو‬


َ‫ َويَ ْتبَ ُع ذلِك‬٬‫ع‬ ِ َ‫في النَّه‬
ِ ٬‫اع َو َغي ِْرهَا ِم َّما َو َر َد بِ ِه‬ ِ ‫ب َو ْال ِج َم‬ِ ْ‫ك َع ِن ْاألَ ْك ِل َوال ُّشر‬ ُ ‫اَإْل ِ ْم َسا‬
َ ْ‫ بِ َش َرا ئِطَ َم ْخصُو‬٬‫ص‬
۰‫ص ٍة‬ ٍ ْ‫ت َم ْخصُو‬ ٍ ‫ث َو َغي ِْرهَا ِمنَ ْالكَاَل ِم ْال ُم َحر َِّم َو ْال َم ْكرُوْ ِه فِي َو ْق‬ِ َ‫ك َع ِن الَّل ْغ ِو َوال َّرف‬ُ ‫اإْل ِ ْم َسا‬

“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (hubungan seksual) dan lain-lain yang
diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan, dan disertai pula
menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan yang diharamkan pada waktu-
waktu tertentu dan menurut syarat-syarat yang ditetapkan.[3]

2.2. Dasar hukum pelaksanaannya


Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada tiap
mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu
ibadat yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw., ialah:

a. Firman Allah Swt., :

3
۰ َ‫ب َعلَي الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ن‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬

Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa


(Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu,
agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).

b. Sabda Nabi Saw., :

َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬٬ِ‫ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬٬ُ‫ َشهَا َد ِة أَ ْن آلاِلهَ اِاَّل هللا‬: ‫س‬
َ ‫ َو‬٬‫ َوإِ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬٬‫صاَل ِة‬
‫صوْ ِم‬ ٍ ‫بُنِ َي ْا ِإل ْساَل ُم َعلَي َخ ْم‬
ِ ‫ َو َح ِّج ْالبَ ْي‬٬ َ‫ضان‬
۰‫ت‬ َ ‫َر َم‬

“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan naik haji
ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).[4]

Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa


diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu.
Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam keadaan sehat,
di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat
menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun Islam yang lima, karena itu
puasa  di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.

Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik
laki-laki maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal,
baligh (dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.

Orang yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa sekarang
dalam rangka terapi pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman namun mereka
mendapat manfaat juga dari puasanya yaitu manfaat jasmaniah.

Kecuali itu dalam ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk
kesehatan. Walaupun orang ini berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran
Islam, namun mereka puasanya tanpa niat ibadah kepada Allah yaitu dengan niat
berpuasa esok hari karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya, maka puasanya
adalah puasa sekuler. Orang ini mendapat manfaat jasmaniah, tetapi tidak
mendapat manfaat rohaniah.[5]

2.3. Memulai Puasa Bulan Ramadhan

4
Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai
setiap harinya sejak terbit pagi hingga terbenam matahari.[6]

Puasa Ramadhan dimulai dengan salah satu sebab sebagai berikut :

1. Melihat bulan Ramadhan setelah terbenam matahari pada tanggal  29 (akhir)
Sya’ban.
2. Penetapan Hakim Syar’i akan awal bulan Ramadhan berdasarkan keterangan
saksi, sekurang-kurangnya seorang laki-laki, bahwa ia melihat bulan.
3. Penetapan awal bulan Ramadhan dengan perhitungan ahli hisab
(perhitungan) ;
a. Apabila bulan tidak terlihat, maka bulan Sya’ban disempurnakan 30 hari. ;
b. Keterangan orang yang dapat dipercaya kebenarannya oleh penerima
berita, bahwa ia melihat bulan Ramadhan.
4. Dengan hisab sebagaimana firman Allah. Swt. :

‫ك إِاَّل‬ َ ‫َاز َل ِلتَ ْعلَ ُموْ ا َع َد َد ال ِّسنِ ْينَ َو ْال ِح َس‬


َ َ‫ َماخَ ل‬٬‫اب‬
َ ِ‫ق هللاُ ذل‬ ِ ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر نُوْ رًا َوقَ َّد َرهُ َمن‬
ِ ‫س‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
۰ َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُموْ ن‬ِ ‫ص ُل اآْل يَا‬ ِّ ‫بِ ْال َح‬
ِّ َ‫ يُف‬٬‫ق‬

Artinya: “Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
serta diaturnya tempat perjalanan, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
hitungan (hisabnya). Tuhan tidak menjadikan semuanya itu kecuali dengan pasti.
Tuhan menerangkan segalanya (tandaan) dengan ayat-ayat-Nya bagi semua orang
yang berpengatahuan. (QS. Yunus-5).

Sabda Rasulullah Saw. :


‫ فَإ ِ ْن ُغ َّم‬۰‫ إِ َذا َرأَ ْيتُ ُموْ هُ فَا ْف ِطرُوْ ا‬٬‫ إِ َذا َرأَ ْيتُ ُموْ هُ فَصُوْ ُموْ ا‬:‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ِ‫ع َْن ا ْب ِن ُع َم َر ع َْن َرسُوْ ِل هللا‬
ُ‫ َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ُدرُوْ ا لَه‬.

Artinya: “Dari ‘Umar ra., Rasulullah Saw., bersabda : Apabila kamu melihat
bulan Ramadhan, hendaklah berpuasa dan apabila kamu melihat bulan Syawal
hendaklah kamu berbuka. Maka jika tidak tampak olehmu, maka hendaklah kamu
perhitungkanlah jumlahnya hari dalam satu bulan”. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i
dan Ibnu Majah).[7]

2.4. Syarat Puasa

5
1. Syarat-syarat wajib berpuasa
a. Islam
b. Baligh dan berakal ; anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa ; tetapi
apabila kuat mengerjakannya, boleh diajak berpuasa sebagai latihan.
c. Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita)
d. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan yang
sudah tua. Orang sakit dan orang tua, mereka ini boleh tidak berpuasa,
tetapi wajib membayar fidyah.

2. Syarat-syarat sahnya puasa


a. Islam.
b. Tamyiz.
c. Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika
mereka berpuasa, tetapi wajib qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan
hari yang ia tinggalkan.
d. Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, yaitu diluar bulan
Ramadhan[8] ; seperti puasa pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul
Adha (10 Zulhijjah), tiga hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13 Zulhijjah,
hari syak, yakni hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada
malamnya.

2.5. Rukun Puasa


1. Niat
yaitu menyengaja dalam hati bermaksud melakukan ibadah yang telah
ditetapkan dalam syari’at dan berniat untuk menahan diri dari segala yang
membatalkan puasa dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt  mulai terbit
fajar (azan shubuh) hingga terbenam matahari (azan magrib).
Nabi SAW bersabda:
ِ ‫إِنَّ َم ْااألَ ْع َما ُل بِالنِّيَا‬
ٍ ‫ت َوإِنَّ َمالِ ُك ِّل ا ْم ِر‬
‫ئ َمانَ َوى‬
“setiap amal perbuatan itu hanyalah dengan niat, dan setiap manusia akan
memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.”

6
Jika melaksanakan puasa wajib, maka niat wajib dilakukan pada waktu
sebelum fajar. Berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam :
ِ ‫َم ْن لَ ْم يُجْ َم ِع الصِّ يَا َم قَب َْل ْالفَجْ ِر فَاَل‬
ُ‫صيَا َم لَه‬
“Barang siapa yang tidak berniat akan berpuasa malam harinya sebelum
fajar, maka tiada puasa baginya.”
Adapun jika melaksanakan puasa sunnah, maka sah berniat setelah terbit fajar
dan matahari telah meninggi. Dengan syarat belum memakan apapun.
Berdasarkan hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam :
َ ‫ فَإِنِّ ْي‬:‫ قَا َل‬, ‫ اَل‬:‫هَلْ ِع ْن َد ُك ْم َش ْي ٌء ؟ قُ ْلنَا‬
‫صائِ ٌم‬
“Apakah engkau mempunyai makanan?”kami menjawab “Tidak” Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  bersabda “kalau begitu Aku puasa.”
Lafadz niat puasa Ramadhan:
‫ضانَ هَ ِذ ِه ال َّسنَ ِة هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ِ ْ‫صوْ َم َغ ٍد ع َْن أَدَآء فَر‬
َ ‫ض َشه ِْر َر َم‬ ُ ‫ن ََوي‬
َ ‫ْت‬
“Aku berniat puasa besok hari daripada menuunaikan fardhu Ramadhan ini
tahun karena Allah Ta’ala.

2. Menahan diri dari segala membatalkan puasa


Yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti :
makan, minum dan hubungan suami istri dari terbit fajar sampai terbenam
matahari. Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :
‫َب هللاُ لَ ُك ْم َو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا َحتَّي يَتَبَي َ´َّن لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ اأْل َ ْبيَضُ ِمنَ ْالخَ ْي ِط اأْل َ ْس َو ِد‬
َ ‫فَ ْالئنَ بَا ِشرُوْ ه َُّن َوا ْبتَ ُغوْ ا َما َكت‬
ِّ ‫ِمنَ ْالفَجْ ِر ثُ َّم أَتِ ُّموْ ا ال‬
۰‫صيَا َم إِلَي الَّيْل‬
Artinya: “Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam.(Qs: Al-Baqarah 187).”.

2.6. Yang membatalkan puasa


Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima’ (bercampur) pada
siang hari di bulan Ramadhan; Orang yang berjima’ (melakukan hubungan
kelamin) pada siang hari bulan Ramadhan, puasanya batal. Selain itu ia wajib
membayar denda atau kifarat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Saw. :

7
‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ضانَ فَا ْستَ ْفتَي َرسُوْ ُل هللا‬ َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن َر ُجاًل َوقَ َع بِا ْم َرأَتِ ِه فِي َر َم‬
ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫ (رواه‬.‫ط ِع ْم ِستِّ ْينَ ِم ْس ِك ْينًا‬ْ َ ‫ فَأ‬. ‫ اَل‬:‫ال‬ ِ ‫ َوهَلْ تَ ْست َِط ْي ُع‬. ‫ اَل‬:‫ هَلْ تَ ِج ُد َرقَبَةً ؟ قَا َل‬:‫ فَقَا َل‬٬‫ك‬
َ َ‫صيَا َم َش ْه َر ْي ِن ؟ ق‬ َ ِ‫ع َْن ذل‬
)‫مسلم‬.
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah bercampur
dengan istrinya siang hari pada bulan Ramadhan, lalu ia minta fatwa kepada Nabi
Saw. : “Adakah engkau mempunyai budak ?. (dimerdekakan). Ia menjwab :
Tidak. Nabi berkata lagi : “Kuatkah engkau puasa dua bulan berturut-turut ?”. Ia
menjawab : Tidak. Sabda Nabi lagi : “Kalau engkau tidak berpuasa, maka berilah
makan orang-orang miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim). [11]

 Hal-hal yang membatalkan puasa ada 10:


1. Memasukkansesuatukedalamlubangronggabadandengansengaja.
2. Muntahdengansengaja.
3. Haid
4. Nifas.
5. Jima’ padasiangharidengansengaja.
6. Gila walausebentar.
7. Mabukatau pingsan sepanjanghari.
8. Murtad.
9. Mengeluarkan mani’ dengan sengaja.
10. Melahirkan.

 Hal-hal yang membatalkan pahala puasa ada lima:


1. Berdusta
2. Ghibah
3. Mengadu domba
4. Sumpah palsu
5. Berpandang-pandangan dengan nafsu syahwat.

Disampingitu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat


muslim untuk tidak berpuasa, yakni mencakup tiga golongan :
1. Boleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha.

8
Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :
a. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya
apabila mengerjakan puasa.
b. Orang yang berpergian jauh atau musafir sediktnya sejauh 100 KM.
c. Orang yang sangat lapar / haus sehingga kalau diteruskan puasanya dia
akan pingsan.
d. Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas.

2. Boleh meninggalkan puasa dan tidak wajib qadha namun wajib membayar
fidyah.
Membayar fidyah yaitu memberi makanan kepada fakir miskin
sebanyak hari yang telah di tinggalkan puasanya, satu hari satu mud (576
Gram) berupa makanan pokok negeri itu.
Yang termasuk golongan ini yaitu:
a. Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.
b. Orang yang lemah karna sudah tua.

3. Boleh meninggalkan puasa tetapi wajib qadha dan membayar fidyah.


Yang termasuk golongan ini yaitu:
a. Perempuan hamil atau menyusui yang khawatir akan kandungannya gugur
atau susunya kering.
b. Seseorang yang terlalu lelah karena menolong jiwa orang lain .
c. Kalau melambatkan bayar qadha ramadhan sampai ramadhan tahun
berikutnya, maka wajib qadha dan bayar fidyah satu mud pertahun.

Berbeda pula dengan halnya, jika ada pasangan suami istri berhubungan
badan ditengah hari bulan Ramadhan padahal dia sedang berpuasa, maka bathal
puasanya dan wajib qadha dibulan yang lain, ditambah bayar kaffarat yaitu :
memeredekakan hamba sahaya, kalau tidak kuasa maka puasa dua bulan terus
menerus, kalau tidak kuasa memberi makan fakir miskin 60 orang, yaitu setiap
orang satu mud makanan pokok.

9
pendapat Asy-Syafi’I mengatakan;
1. bahwa jika orang tersebut dalam keadaan miskin maka kewajiban tersebut
berada di dalam tanggungannya hingga ia mampu,
2. kafarat tersebut dipilih secara berurutan, maka tidak diperbolehkan memilih
nomor kedua jika mampu melaksanakan nomor pertama, dan tidak boleh
memilih nomor ketiga jika mampu melaksanakan nomor kedua, karena kafarat
ini disebutkan berurutan didalam riwayat Ash-Shahihain.
3. hukum di atas adalah hukum yang berkaitan dengan pihak suami, sedangkan
pihak istri yang telah dijima’, berdasarkan hadist di atas tidak wajib atasnya
kafarat, karena dari peristiwa tersebut hanya wajib satu kafarah yang tidak
wajib atas istri.

2.7. Hal-hal sunnat dalam berpuasa


1. Menyegerakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari
sudah terbenam.
2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.
3. Berdoa sewaktu berbuka puasa.
4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah
kekuatan ketika puasa.
5. Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar.
6. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.
7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa.
8. Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau
mengajar) karena mengikuti perbuatan Rasulullah Saw.[12]

2.8. Sunat-sunat puasa ada sepuluh:


1. Makan sahur meski sedikit.
2. Mengakhirkan makan sahur.
3. Menyegerakan berbuka.
4. Membaca doa ketika berbuka puasa.
5. Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.
6. Memperbanyak amal kebajikan.

10
7. Memperbanyak I’tikaf di masjid.
8. Memperbanyak tadarus Al-Qur’an.
9. Menjaga lidah dan anggota tubuh.
10. Memberi makan orang berbuka.

2.9. Makruh puasa ada tiga:


1. Bersikat gigi/berkumur-kumur setelah zuhur.
2. Berbekam.
3. Mencium istri/suami.

11
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Puasa adalah salah satu ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kita
kepada Allah SWT. Puasa di bulan Ramadhan termasuk rukun islam yang ketiga
dimana kita semuaorang islam baik itu laki-laki atau perempuan, tua atau muda,
kaya atau miskin wajib melaksanakannya setiap tahun pada bulan Ramadhan.
         Banyak sekali hikmah yang dapat kita peroleh dari berpuasa, salah satunya
adalah agar terjadinya persamaan antara orang kaya dan orang miskin, karena
orang kaya tidak pernah merasakan lapar, maka akan mengasihani orang miskin,
maka Allah berkehendak memberikan persamaan antara hamba-Nya dan agar
orang kaya bisa merasakan kepedihan lapar dan rasa sakitnya, tentulah timbul
perasaan dalam hatinya ingin menolong fakir miskin yang sering kali merasakan
kehausan dan kelaparan.

B.     Saran
Kami selaku kelompok yang membawakan makalah ini memohon maaf atas
segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih
baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Razak Nasruddin, Dienul Islam, PT. Alma ‘Arif, Bandung, 1973.


Abidin Zainal, Kunci ibadah, CV. Toha Putra, Semarang, 1951.
Taufiq Muhammad, Puasa dan amalan menggapai Lailatul Qodar, Penerbit
Lentera, Jakarta, 2006.
Burhan Iskandar, Marhaban Ya Marhaban, Banjarbaru, 1996.

Anda mungkin juga menyukai