Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

OBJEK KAJIAN USHUL FIQH

DOSEN PEMBIMBING :
M JALI M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
Aldi Prayogo (11825073)
Fadjrina Nopianti (11915112)
Maftuh Irsadul Ibad (11825097)
Nurhikmah Hartiah (11915064)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
PONTIANAK
2020

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Objek Kajian Ushul Fiqih”.
Dalam penyusunannya, penulis memperolah banyak bantuan dari beberapa pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pontianak, 23 November 2020

Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Obyek Kajian Ushul Fiqh................................................................................................6
B. Tujuan dan Urgensi Ushul Fiqh......................................................................................6
C. Ruang Lingkup Kajian Ushul Fiqh.................................................................................8
D. Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqh......................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat Islam secara garis besar mengandung dasar-
dasar tentang akidah, akhlak, dan syariah atau hukum bagi keberlangsungan kehidupan
makhluk di jagat raya ini. Penjelasan tentang isi Al-Qur’an dijabarkan oleh Rasulullah SAW
sebagai penafsir kalamullah sepanjang hidupnya. Semasa beliau hidup setiap kasus yang
timbul dapat segera diketahui jawabanyanyaberdasarkan nash al-Quran serta penjelasan dan
interpretasi yang kemudian dikenal menjadi sunnahnya. Namun, pada masa berikutnya,
kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring berkembangnya
Islam ke antero dunia. Kontak antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain di luar Arab
dengan corak budaya yang beragam menimbulkan berbagai kasus baru yang mengharuskan
untuk segera dicari solusi dan alternative untuk menjawabnya. Disinilah urgensitas ijtihad
untuk mengkontekstualisasikan nash al-Qur an dan Sunnah sebagai sumber pedoman dan
panduan hukum bagi alam semesta.
Fiqh yang notabene sebagai ilmu tentang hukum-hukum Syariat yang bersifat
praktis (‘amaliyah), merupakan sebuah “jendela” yang dapat digunakan untuk melihat
perilaku budaya masyarakat Islam.Definisi fiqh sebagai sesuatu yang digali (al-Muktasab),
menumbuhkan pemahaman bahwa fiqh lahir melalui serangkaian proses sebelum akhirnya
dinyatakan sebagai hukum praktis. Proses yang umum kita kenal sebagi ijtihad ini bukan saja
memungkinkan adanya perubahan, tetapi juga pengembangan tak terhingga atas berbagai
aspek kehidupan yang selamanya mengalami perkembangan. Maka dari itulah diperlukan
upaya memahami pokok-pokok dalam mengkaji perkembangan fiqh agar tetap dinamis
sepanjang masa sebagai pijakan yang disebut dengan istilah Ushul Fiqh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas Maka penulis perlu merumuskan masalah-masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan Ushul Fiqh?
2. Apa saja objek pembahasan Ushul Fiqh?
3. Apa tujuan pembahasan Ushul Fiqh?
4. Apa ruang lingkup Ushul Fiqh?
5. Apa perbedaan antar Fiqh dan Ushul Fiqh?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas Maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk Mengetahui definisi Ushul Fiqh
2. Untuk Mengetahui objek pembahasan Ushul Fiqh
3. Untuk Mengetahui tujuan pembahasan Ushul Fiqh
4. Untuk Mengetahui ruang lingkup Ushul Fiqh
5. Untuk Mengetahui perbedaan antar Fiqh dan Ushul Fiqh
BAB II
PEMBAHASAN

A. Obyek Kajian Ushul Fiqh

Obyek pembahasan ilmu Ushul Fiqh adalah dalil-dalil syara’ dari segi penunjukannya


kepada suatu hukum secara Ijmali atau global dari nash. Hal ini dapat dipahami dari
gambaran al-Qur an kepada hukum tidak hanya menggunakan satu bentuk kalimat tertentu,
tetapi tampil dalam berbagai bentuk, seperti shighat amr, shighat nahi, kalimat yang bersifat
umum, mutlak dan sebagainya (Alaiddin Koto: 2004: 7). Objek ushul Fiqh merupakan
metodologi penetapan hukum-hukum yang berdasarkan pada dalil-dalil ijmali tersebut yang
bermuara pada dalil syara’ ditinjau dari segi hakikatnya, kriterianya dan macam-macamnya.

Satria Effendi memerinci obyek kajian Ushul Fiqh menjadi empat bagian yaitu :
1. Pembahasan mengenai hokum syara’ dan yang berhubungan dengannya, seperti hakim,
mahkum fiqh, dan mahkum ‘alaih.
2. Pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil hukum
3. Pembahasan tentang cara menggali dan menarik hukum dari sumber-sumber dan dalil-
dalil itu.
4. Pembahasan tentang ijtihad.

D. Tujuan dan Urgensi Ushul Fiqh

Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan dari ilmu ushul Fiqh adalah menerapkan kaidah-
kaidah dan teori-teorinya terhadap dalil-dalil yang rinci untuk menghasilkan hukuk syara’
yang ditunjuki dalil itu. Jadi, berdasarkan kaidah-kaidahnya dan bahasan-bahasannya maka
nash-nash syara’ dapat dipahami dan hukum yang menjadi dalalahnya dapat diketahui, serta
sesuatu yang dapat menghilangkan kesamaran lafadz yang samar dapat diketahui. Selain itu
juga diketahui juga dalil-dalil yang dimenangkan ketika terjadi pertentangan antara satu dalil
dengan dalil yang lainnya. Termasuk menetapkan metode yang paling tepat untuk menggali
hukum dari sumbernya terhadap sesuatu kejadian konkret yang belum terdapat nashnya dan
mengetahui dengan sempurnya dasr-dasar dan metode para mujtahid mengambil hukum
sehingga terhindar dari  taqlid. Ilmu inipun juga membicarakan metode penerapan hukum
bagi peristiwa-peristiwa atau tindakan yang secara pasti tidak ditemui nashnya, yaitu
denganjalan Qiyas istishab, dan lain sebagainya.

Menurut Khudhari Beik (1994:15) dalam kitab ushul fiqihnya merinci tujuan ushul fiqih
sebagai berikut :
1. Mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid, agar mampu
menggali hukum syara’ secara tepat.
2. Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum syara’ melalui bermetode yang
dikembangkan oleh para mujtahid, sehingga dapat memecahkan berbagai persoalan baru
yang muncul.
3. Memelihara agama dari penyimpangan penyalahgunaan sumber dan dalil hukum. Ushul
fiqih menjadi tolak ukur validitas kebenaran sebuah ijtihad.
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, dilihat dari dalil yang mereka
gunakan.
5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil yang digunakan
dalam berijtihad, sehingga para peminat hukum Islam dapat melakukan tarjih (penguatan)
salah satu dalil atau pendapat tersebut dengan mengemukakan pendapatnya.
Jadi, disini ilmu ushul fiqh memberi pengetahuan kepada umat Islam tentang system hukum
dan metode pengambilan hukum itu sendiri. Dengan demikian diharapkan umat islam akan
terhindar dari taqlid atau ikut pada pendapat seseorang tanpa mengetahui dalil dan alasan-
alasannya.`

Ushul fiqh juga sangat penting bagi umat Islam, karena disatu pihak pertumbuhan nash telah
terhenti sejak meninggalnya nabi, sementara dipihak lain, akibat kemajuan sains dan
teknologi, permasalahan yang mereka hadapi kian hari kian bertambah. Kehadiran sains dan
teknologi tidak hanya dapat membantu dan membuatkehidupan manusia menjadi mudah,
tetapi juga membawa masalah-masalah baru yang memerlukan penanganan serius oleh para
ahli dengan berbagai bidangnya. Penggunaan produk-produk teknologi maju itu, atau
pergeseran nilai-nilai social sebagai akibat modernisasi, langsung atau tidak langsung telah
pula membawa pengaruh yang cukup berarti terhadap praktik-praktik keagamaan (Islam).

Hal ini antara lain terlihat disekitar perkawinan, warisan dan bahkan ibadat sekalipun.
Sebagai contoh dalam permasalahan pernikahan misalnya, ditemui kasus-kasus baru seperti
akad nikah lewat telepon, penggunaan alat-alat kontrasepsi KB, harta pencarian bersama
suami istri dan lain sebagainya secara tekstual tidak ditemui jawabannya dalam Al-Kitab As-
Sunnah, apakah hal ini berartiIslam tidak mau bicara mengenai hal tersebut sehingga masalah
ini tidak masuk dalam permasalahan hukum Islam? Disinilah peran ulama ahli hukum Islam
dan para intelektualnya agar supaya mereka mampu merepresentasikan Islam untuk semua
bidang kehidupan manusia, mereka dituntut  untuk mencari kepastian itu dengan mengkaji
dan meneliti nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur an dan As-Sunnah secara cermat dan
intens dengan alat yang digunakan yakni Ushul Fiqh. Yang juga perlu dipahami bersama
adalah bahwa ilmu Ushul Fiqh tidak hanya berguna bagi para Mujtahid  atau ahli hukum saja,
akan tetapi bagi semua orang Islam untuk mencari kepastian hukum bagi setiap masalah yang
mereka hadapi sekalipun tidak sampai ketingkat Mujtahid mereka akan beramal
sebagai muttabi’, mengikuti pendapat para ahli dengan mengetahui dalil dan alasan-
alasannya.

E. Ruang Lingkup Kajian Ushul Fiqh

Berdasarkan berbagai pemaparan di atas, terutama berbagai definisi yang dipaparkan oleh
para ulama ahli ilmu Ushul Fiqh dapat diketahui ruang lingkup kajian (maudhu’ )dari Ushul
fiqh secara global diantaranya :

1. Sumber dan dalil hukum dengan berbagai permasalahannya.


2. Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut.
3. Metode atau cara penggalian hukum dari sumber dan dalilnya.
4. Syarat – syarat orang yang berwenang melakukan istinbat (mujtahid) dengan berbagai
permasalahannya.
Menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa (tanpa tahun, 1 : 8) ruang lingkup kajian
Ushul  fiqh ada 4, yaitu :
1. Hukum-hukum syara’, karena hukum syara’ adalah tsamarah (buah /hasil) yang dicari
oleh ushul fiqh.
2. Dalil-dalil hukum syara’, seperti al-kitab, sunnah dan ijma’, karena semuanya ini
adalah mutsmir (pohon).
3. Sisi penunjukkan dalil-dalil (wujuh dalalah al-adillah), karena ini adalah thariq al-
istitsmar (jalan / proses pembuahan). Penunjukkan dalil-dalil ini ada 4, yaitu dalalah bil
manthuq (tersurat), dalalah bil mafhum (tersirat), dalalah bil dharurat (kemadharatan),
dan dalalah bil ma’na al-ma’qul (makna rasional).
4. Mustatsmir  (yang membuahkan) yaitu mujtahid yang menetapkan hukum berdasarkan
dugaan kuatnya (zhan). Lawan mujtahid adalah muqallid yang wajib mengikuti mujtahid,
sehingga harus menyebutkan syarat-syarat muqallid dan mujtahid serta sifat-sifat keduanya.
F. Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqh

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa fiqh adalah ilmu yang berbicara tentang hukum-
hukum praktis yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap
dalil-dalilnya yang terperinci (tafshili) dalam nash. Sedangkan Ushul Fiqh seperti yang
didefinisikan oleh Abdul Wahhab Khallaf adalah ilmu tentang kaidah dan pembahasan-
pembahasan yang dijadikan sarana untuk memperoleh hukum-hukum syara’ mengenai
perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci, maka dapat di lihat perbedaan antara
ilmu fiqh dengan ilmu ushul Fiqh. Kalau ilmu fiqh berbicara tentang hukum dari suatu
perbuatan, maka ilmu ushul fiqh berbicara tentang metode dan proses bagaimanamenemukan
hukum itu sendiri.

Dilihat dari sudut aplikasinya, fiqh akan menjawab pertanyaan “apa hukum dari suatau
perbuatan”, dan ushul Fiqh akan menjawab pertanyaan “bagaimana cara atau proses
penemuan hukum yang digunakan sebagai jawaban permasalahan yang dipertanyakan
tersebut”. Oleh karena itu, fiqh lebih bercorak produk sedangkan ushul fiqh lebih bermakna
metodologis. Dan oleh sebab itu, fiqh terlihat sebagai koleksi produk hukum, sedangkan
ushul fiqh merupakan koleksi metodis yang sangat diperlukan untuk memproduk hukum.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ushul fiqh mempunyai pengertian sebagai ilmu yang menjelaskan kepada Mujtahid tentang


jalan-jalan yang harus ditempuh dalam mengambil hukum-hukum dari nash dan dari dalil-
dalil lain yang disandarkan kepada nash itu sendiri seperti Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah,
Ijma’, Qiyas, dan lain-lain.
Objek Kajian Ushul Fiqh membahas tentang hukum syara’, tentang sumber-sumber dalil
hukum, tentang cara mengistinbathkan hukum dan sumber-sumber dalil itu serta pembahasan
tentang ijtihad dengan tujuan mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh
seseorang mujtahid, agar mampu menggali hukum syara’ secara tepat dan lain-lain. Ruang
lingkup ushul fiqhyang dibahassecara global adalah sebagai sumber dan dalil hukum dengan
berbagai permasalahannya, bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut dan
lain-lain.
Perbedaan antara ilmu fiqh dengan ilmu ushul Fiqh adalah kalau ilmu fiqh berbicara
tentang hukum dari suatu perbuatan, sedangkan ilmu ushul fiqh berbicara tentang metode dan
proses bagaimanamenemukan hukum itu sendiri.
G. Saran

Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terima kasih atas antusiasme dari pembaca
yang sudi menelaah isi makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan saran kritik
konstruktif kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan–kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA

Al-Amidi, Ali bin Abi Ali bin Muhammad,Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, Juz 1, Pati: TB.
Himmah, t.th.
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Ushul fiqih,Pekalongan: STAIN Press, 2006
Beik, Muhammad al-Khudlary,Ushul Fiqh,Mesir: Darul Fikri, 1969
Hakim, Abdul Hamid, Mabadi Awwaliyah Fi Ushul al-Fiqhi wa al-Qawaid al-
Fiqhiyyah,Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, t.th.
Haroen, Nasrun, Ushul Fiqih I, Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1997
Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Jakarata: Al-Majlis al-a’la ai-Indonesia li al-
Dakwah al-Islamiyah, 1972
Khallaf, Abdul Wahhab, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet.
VI, 1996
Koto, Alaidin,Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (sebuah pengantar),Jakarta: RajaGrafindo Persada,
cet. 3, 2004
Mahfudz, Muhammad Ahmad Sahal, Fiqh Sosial: Upaya pengembangan Madzhab Qauli
dan Manhaji,naskah pidato ilmiah penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doctor
Honoris Causa), 18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai