Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umroh secara bahasa bermakna ziarah. Dinamakan umroh karena ia bisa
dikerjakan sepanjang umur manusia. Umroh secara syaria bermakna menuju ka’bah
untuk melakukan manasik dengan cara-cara tertentu. Untuk melaksanakan umrah
seseorang harus mengetahui syarat-syarat umrah, rukun umrah serta sunnah-sunnah
umrah.
Makam Muhammad adalah makam Nabi dan Rasul Islam Muhammad, di
kompleks Masjid Nabawi, Saudi Arabia. Sebelum diperluas, di situ terdapat makam
Muhammad yang dulu dinamakan Masqurah. Setelah masjid ini diperluas, makam
Muhammad masuk di dalam bangunan masjid dengan kubah berwarna hijau. Di situ,
terdapat empat pintu yang masing-masing dinamakan Pintu at-Taubah di kiblatnya,
Pintu ar-Raudhah di barat, Pintu Fathimah di timur, dan Pintu Tahajud di utara.
Selain itu, di sini ada pula makam Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Makam
Muhammad
Oleh karena itu pada makalah ini akan dijelaskan mengenai hal-hal mengenai
umroh beserta tata cara melaksankan umroh dan Ziarah ke Makam Nabi SAW. yang
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang umroh dan ziarah sebagai bekal
sebelum melaksanakan umroh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja syarat wajib, rukun,wajib, dan sunnah umroh ?
2. Apa saja macam-macam umroh ?
3. Bagaimana tata cara umroh ?
4. Bagaimana perbedaan pendapat tentang hukum umroh ?
5. Ziarah ke Makam Nabi SAW?

1
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui syarat wajib, rukun, wajib dan sunnah umroh
2. Untuk mengetahui macam-macam umroh
3. Untuk mengetahui tata cara umroh
4. Untuk mengetahui perbedaan pendapat tentang hukum umroh
5. Untuk Mengetahui ziarah ke makam Nabi SAW

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat Wajib, Rukun, Wajib dan Sunnah Umroh
1. Syarat Wajib Umroh
Syarat-syarat wajib umroh sama seperti syarat-syarat haji, yaitu
a. Islam
Orang non muslim tidak sah dalam melaksanakan haji atau umrah. Jika dia
berkunjung ke tanah suci bahkan mengikuti ibadah haji atau umrah seperti thawaf dan
sa'i maka perjalanan haji atau umrahnya hanya sebatas melancong saja.

b. Baligh
Anak kecil tiak diwajibkan berhaji atau pun umroh, baik yang sudah
mumayyiz maupun yang belum. Kalau sudah mumayyiz ia naik haji atau umroh
maka sah, tetapi pelaksanaan haji atau pun umroh yang sebelum mumayyiz itu
merupakan sunnah dan kewajiban melaksanakan haji atau pun umroh tidak gugur.
Setelah baligh dan bisa atau mampu, ia wajib melaksanakan haji atau pun umroh lagi,
menurut kesepakatan ulama mazhab.

c. Berakal sehat
Orang gila sebenarnya tidak mempunyai beban atau bukan seorang mukallaf.
Kalau dia naik haji atau umroh dan dapat melaksanakan kewaiban yang dilakukan
oleh orang yang berakal, maka haji atau umrohnya itu tidak diberi pahala dari
kewajiban ittu, sekalipun pada waktu itu akal sehatnya sedang datang kepadanya.
Tapi kalau gilanya itu musiman dan bisa sadar (sembuh) sekitar pelaksanaan haji atau
umroh, sampai melaksanakan kewajiban dan syarat-syaratnya dengan sempurna,
maka dia wajib melaksanakannya. Tapi kalau diperkirakan waktu sadarnya itu tidak
cukup untuk melaksanakan semua kegiatan-kegiatan haji atau umroh, maka
kewajiban itu gugur.

d. Merdeka

3
Maksud dari merdeka ini adalah tidak berstatus sebagai budak (hamba sahaya
di masa Rasulullah Saw yang di masa modern ini hampir tidak ditemukan di dunia).
Istilah merdeka juga bisa diartikan bebas dari tanggungan hutang dan tanggungan
nafkah keluarga yang ditinggalkan

e. Istitha'ah (mampu)
Secara sepakat para ulama mazhab menetapkan bisa atau mampu itu
merupakan syarat kewajiban haji atau pun umroh, berdasarkan firman Alloh SWT
dari surat Ali ‘Imron ayat 97 yang Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang
nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa memasukinya (Baitullah itu)
menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Q.S. Ali ‘Imron 97)

2. Rukun Umroh
A. Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram
krena hal tersebut bagian dari rukun umrah.
Kewajiban-kewajiban ihram.
Dalam ihram ada tiga hal yang wajib dilakukan yaitu:
1. Niat.
Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa adanya niat. Niat
sebagai motivasi dari perbuatan, dan niat merupakan hakikat dari perbuatan tersebut.
Dengan kata lain jika berihram dalam keadaan lupa atau main-main tanpa niat maka
ihramnya batal.

2. Talbiyah.
Lafadz talbiyah adalah:

4
“labbaikallahumma labbaika, la syarika laka labbaika, innal hamda wan ni`mata
laka wal mulka la syarika laka”.
Waktu membaca talbiyah bagi orang yang berihram, dimulai dari waktu ihram dan
disunnahkan untuk membaca terus sampai melempar jumrah `aqobah.

3. Memakai pakaian ihram.


Para ulama madzhab sepakat bahwa lelaki yang ihram tidak boleh memakai
pakaian yang terjahit, dan tidak pula kain sarung, juga tidak boleh memakai baju dan
celana, dan tidak boleh pula yang menutupi kepala dan wajahnya.
Kalau perempuan harus memakai penutup kepalanya, dan membuka
wajahnya kecuali kalau takut dilihat lelaki dengan ragu-ragu. Perempuan tidakboleh
memakai sarung tangan, tetapi boleh memakaisutera dan sepatu
Hal-hal yang disunnahkan pada waktu hendak ihram:
1. Membersihkan badan.
2. Memotong kuku.
3. Mencukur.
4. Melakukan shalat ihram.
5. Melebatkan rambut.
6. Memakai wangi-wangian
Hal-hal yang dilarang dalam ihram.
1. Kawin.
2. Bersetubuh.
3. Memakai wangi-wangian.
4. Bercelak.
5. Memotong kuku
6. Memotong rambut
7. Menebang pohon.
8. Melihat dirinya di dalam cermin.
9. Memakai pacar.

5
10. Memakai payung dan penutup kepala.
11. Memakai pakaian yang terjahit dan memakai cincin.
12. Berbuat kefasikan dan bertengkar.
13. Berbekam.
14. Membunuh hewan.
15. Memburu binatang

B. Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib di laksanakan,
adapun mengenai pembagiannya, ulama membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tawaf qudum.
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh(bukan orang mekkah dan
sekitarnya) ketika memasuki mekkah.tawaf ini menyerupai sholat dua rakaat tahiyatul
masjid. Tawaf ini hukumnya sunnah, dan yang meninggalkannya tidak dikenakan
apa-apa.
2. Tawaf ziarah.
Tawaf ini juga dinamakan tawaf ifadhah. Tawaf ini dilakukan oleh orang yang
haji(bukan orang yang umrah)setelah melaksanakan manasik di mina, dinamakan
tawaf ziarah karena meninggalkan mina dan menziarahi baitullah. Tapi juga
dinamakan tawaf ifadhah karenaia telah kembali dari mina ke mekkah.
3. Tawaf wada`
Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh orang yang
haji ketika hendak melakukan perjalanan meninggalkan mekkah.

C. Sa`i
Ulama` sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan
sa`i sebelum towaf maka ia harus mengulangi lagi(ia harus bertawaf kemudian
melakukan sa`i).

6
Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang sedang melakukan sa`i
diantaranya :
1. Disunnahkan menaiki bukit shafa dan marwah serta berdo`a diatas kedua bukit
tersebut sekehendak hatinya, baik masalah agama maupun dalam masalah dunia
sambil menghadap ke baitullah.
2. Melambaikan tangan ke hajar aswad,.
3. Minum air zam-zam.
4. Menuangkan sebagian air ke tubuh.
5. Keluar dari pintu yang tidak berhadapan dengan hajar aswad
6. Naik ke bukit shafa, menghadap ruknul iraqi, berhenti lama di shafa, dan
bertakbir kepada Allah sebanyak tujuh kali.
Barang siapa yang tidak mampu melakukan sa`i walau dengan mengendarai
kendaraan, maka hendaklah meminta orang untuk mewakilinya, dan hajinya tetap
sah. Boleh menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang ketika pergi dan pulang(kembali).
Orang yang menambah lebih tujuh kali dengan sengaja, maka sa`i-nya
dianggap batal, tetapi tidak batal kalau lupa. Apabila ragu-ragu dalam jumlah maka
sa`inya tetap dianggap sah, dan tidak diwajibkan sesuatu apa-apa baginya.
Kalau ia ragu apakah ia memulai dari shafa, yang berarti sa`i-nya sah, atau
mulai dari yang lainyang menjadikan sa`i-nya batal, maka hal ini perlu diperhatikan:
kalau orang yang ragu tersebut dalam hal jumlah dan bilangan, tidak mengetahui
berapa kali ia melakukannya maka-sa`inya batal. Tapi kalau ia benar-benar
mengetahui berapa kali ia telah berjalan dan hanya ragu darimana ia memulai, maka
kalau jumlah yang dilakukannya itu genap apakah dua kali, empat kali, atau enam
kali dan ia sedang berada di shafa atau sedang menghadap ke shafa, maka sa`i-nya
sahkarena ia mengetahui bahwa ia telah memulai dari shafa
D. Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan umroh tamattu`
telah selesai bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun tidak boleh
mencukurnya. Bila ia telah memotongnya, maka apa yang diharamkan baginya telah

7
menjadi halal. Tapi kalau telah mencukurnya, maka ia harus membayar kifarah
berupa seekor kambing. Tapi kalau berumroh mufrodah, maka ia boleh memilih
antara menggunting atau mencukur, baik ia mengeluarkan kurban atau tidak.
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja
sedangkan ia bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihranm sebelum
menggunting rambut, maka umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad.
Maksudnya melakukan amalan-amalan haji, kemudian melakukan umrah mufradah
setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama adalah mengulangi haji lagi pada
tahun yang akan datang.

B. Macam-macam Umroh
1. Ifrad
Adalah menunaikan ibadah haji dengan cara mendahulukan haji dari pada umroh.
Dalam hal ini seseorang mengerjakan haji sendiri dengan berihram di miqatnya dan
mengerjakan umroh sendiri pula.
2. Qiran
Adalah mengerjakan ibadah haji dan umroh dahulu, kemudian sebelum bertawaf
memasukan haji kedalam umroh itu.
3. Tamattu’
Adalah melaksanakan ibadah haji dengan mendahulukan umroh daripada haji.
Artinya, setelah selesai umroh barulah mengerjakan haji

C. Tata Cara Umroh

1. Menuju tempat miqat (tempat mulai niat umroh dan berpakaian ihram) di Bir Ali.
Boleh juga sejak di Madinah mulai memakai pakaian ihrom, tetapi niatnya tetap
dimulai di Bir Ali. Setelah berganti pakaian, shalat sunnah ihram 2 rakaat.

8
2. Sejak memakai pakaian ihrom, tidak boleh menggunakan wangi-wangian, mandi
memakai sabun, sikat gigi pakai odol, memakai peci atau pakaian lain, dan
berhubungan suami isteri.
3. Sepanjang perjalanan menuju ke Makkah, membaca kalimat talbiyah sebanyak-
banyaknya
4. Sesampai di Masjidil Haram, tawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali.
- Putaran 1-3 berlari-lari kecil
- Putaran 4-7 berjalan kecil
- Tempat awal mulai tawaf : garis lurus (tapi garisnya tidak ada) antara pintu Ka'bah
dan tanda lampu yang di pasang di sisi masjid.
- Pada batas ini, sambil melihat ke Ka'bah, kita melambaikan tangan 3 kali sambil
mengucapkan : "Bismillah, Allahu Akbar".
- Sepanjang tawaf membaca do'a. Untuk mudahnya bisa membaca do'a
5. Shalat 2 rakaat di depan makam Ibrahim.
6. Minum air zam-zam. Sebelumnya berdoa terlebih dahulu.
7. Sa'i antara Shofa dan Marwa, 7 kali bolak balik.
- Cara menghitungnya : dari Shofa ke Marwa 1, Marwa ke Shofa 2, dan seterusnya,
berakhir di Marwa.
- Sa’i dilakukan dengan berjalan, tapi pada batas antara 2 lampu, berlari-lari kecil.
8. Cukur rambut.
- Boleh cukur sebagian.
- Lebih afdhol, cukur semua. (Biasanya, saat sampai di Marwa pada putaran
terakhir, cukur sebagian dulu tanda selesai umroh. Pada saat keluar masjid, ketemu
tukang cukur, baru cukur semua).

D. Perbedaan Pendapat tentang Hukum Umroh


Ada dua pendapat tentang hukum umroh, yaitu :
1. Hukum umroh wajib/fardhu

9
Ulama yang mewajibkan hhukum umroh adalah imam Syafi’I dan imam
Hambali. Adapun dalil-dalil yang dijadikan dasarnya adalah :
‫َوأَتِ ُموااْل َحجِ َواْلعُ ْم َرة َ هلل‬
Artinya : “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umroh karena Allah” (Qs. Al-
Baqaroh;169)
Bersandar kepada dalil tersebut imam Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa
kedudukan umroh itu bersifat wajib dan minimal dilakukan seumur hidup sekali
bbagi yang mampu. Rujukan fardhunya tersebut terdapat disurat Al-Baqaroh yang
disebutkan diatas yang menegaskan tentang “sempunakanlah” itulah yang
menjelaskan pendapat bahwa umroh mempunyai hukum fardhu ‘ain.
2. Hukum Umroh Sunnah
Imam Maliki dan Imam Hanafi berpendapat bahwa ibadah umroh hukumnya
sunnah. Karena yang dimaksud ‘ammar dalam ayat(Al-baqaroh;196) tersebut adalah
untuk sunnah mu’akkad (sunah yang dipentinngkan)

E. Ziarah Ke Makam Nabi SAW.

Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk
melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan
Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para
jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW. Berziarah ke
makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya. Rasulullah SAW sendiri
ُ ‫ارتِي اِلا َحا َجة ت َد‬
bersabda: ‫عهُ لَم زَ ائِ ًرا َجائَنِي َمن‬ َ َ‫ش ِفيعًا أ ُكونَ أن تَعَالَى للاِ َعلَى َحقًّا َكانَ ِزي‬
َ ‫ال ِقيَا َم ِة َيو َم‬
“Siapa saja yang datang kepadaku untuk berziarah, dan keperluannya hanya utnuk
beziarah kepadaku maka Allh SWT memberikan jaminan agar aku menjadi orang
yang memberi syafa’at (pertolongan) kepadanya di hari kiamat nanti. (HR Darul
Quthni) ِِApalagi ziarah itu dilakukan pada saat melakukan ibadah haji.”.

Dalam hadits lain disebutkan:

10
‫ع َم َر اب ِن َع ِن‬
ُ ‫ي‬
َ ‫ض‬ ‫ي ا‬
ِ ‫أن َعن ُه َما للاُ َر‬ ‫صلاى النابِ ا‬ َ ‫سلا َم‬
َ ُ‫علَي ِه للا‬ َ ‫ار َح اج َمن قَا َل َو‬
َ َ‫َكانَ َموتِي بَعدَ قَب ِري فَز‬
‫ارنِي َك َمن‬
َ َ‫َحيَاتِ ِه فِي ز‬

Dari Ibn 'Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia,
maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul
Quthni)

Atas dasar ini, pengarang kitab I'anatut Thalibin menyatakan:


“Berziarah ke makam Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang
paling mulia, karena itu, sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat
Islam. Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah
diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah
melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus diberikan
oleh umatnya sangat besar. Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang
dengan kepala dijadikan kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke
Rasullullah SAW maka itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang harus
diterima oleh Nabi SAW dari umatnya. Mudah-mudahan Allah SWT membalas
kebaikan Rasullullah SAW kepada kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.”
(I'anatut Thalibin, juz II, hal 313) Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah
SAW yang melarang umat Islam menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta,
atau sebagai berhala yang disembah. Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:

‫ي ه َُري َرة َ أبِي َعن‬ َ ‫ض‬ ِ ‫سو ُل قَا َل قَا َل َعنه ُ للاُ َر‬ ُ ‫صلاى للاِ َر‬
َ ُ‫سلا َم َعلَي ِه للا‬
َ ‫َول ِعيدًا قَب ِري لَتَت ا ِخذُوا َو‬
‫صلُّوا ُكنتُم َو َحيثُ َما قُبُو ًرا بُيُوتَ ُكم تَجعَلُوا‬ ‫علَ ا‬
َ َ‫ي ف‬ َ ‫ت َبلُغُنِي‬
َ ‫ص ََلت َ ُكم فَا اِن‬

Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah


kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan
rumahmu sebagai kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang
kamu baca akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin
Hanbal:8449)

11
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Maliki al-
Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar: “Sebagian ulama ada yang
memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits itu adalah) larangan untuk berbuat
tidak sopan ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW.

Yakni dengan memainkan alat musik atau permainan lainnya, sebagaimana


yang biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang seharusnya dilakukan adalah) umat
Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk menyampaikan salam kepada Rasul,
berdo’a di sisinya, mengharap berkah melihat makam Rasul, mendoakan serta
menjawab salam Rasulullah SAW. (Itu semua dilakukan) dengan tetap menjaga
sopan santun yang sesuai dengan maqam kenabiannya yang mulia.” (Manhajus Salaf
fi Fahmin Nushush bainan Nazhariyyah wat-Tathbiq, 103) Maka, berziarah ke
makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan sangat
dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan Nabi
Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita
kepada beliau.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Umroh ialah mengunjungi baitullah (ka’bah). Dalam pelaksanaannya, umroh
memiliki syarat wajib, rukun, wajib dan sunnah yang isinya sama seperti dalam
pelaksaan haji. Yang membedakan umroh dan haji ialah waktu dan pelaksanaannya.
Apabila umroh bisa dikerjakan kapan saja, sementara haji hanya bisa dilaksanakan
pada bulan haji yaitu di bulan dzulhijjah pada tanggal 9-12. Dan dalam
pelaksanaannya haji harus ke Arafah, Muzdalifah dan Mina sementara umroh tidak
perlu.
Ada perbedaan pendapat tentang hukum umroh yang semuanya berdasarkan
dalil. Ada yang berpendapat umroh hukumnya wajib da nada juga yang berpendapat
umroh hukumnya sunnah.
Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya. Rasulullah
SAW sendiri bersabda:

ُ ‫ارتِي اِلا َحا َجة تَد‬


‫عهُ لَم زَ ائِ ًرا َجائَنِي َمن‬ َ َ‫ش ِفيعًا أ ُكونَ أن تَعَالَى للاِ َعلَى َحقًّا َكانَ ِزي‬
َ ‫يَو َمال ِقيَا َم ِة‬
“Siapa saja yang datang kepadaku untuk berziarah, dan keperluannya hanya utnuk
beziarah kepadaku maka Allh SWT memberikan jaminan agar aku menjadi orang
yang memberi syafa’at (pertolongan) kepadanya di hari kiamat nanti. (HR Darul
Quthni) ِِApalagi ziarah itu dilakukan pada saat melakukan ibadah haji.”.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azzam, Abdul Aziz Muhammad & Hawwas, Abdul Wahhab Sayyed. 2010.Fiqh
Ibadah. Jakarta: Amzah. Mughniyah, Muhammad Jawwad. 1994. Fiqh Lima
Mazhab. Jakarta: Basrie Press.

Luth, Thohir.2004. Syariat Islam Tentang Haji dan Umroh. Jakarta: Rineka Cipta.
Rasjid, Sulaiman. 2013.Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Rahim Faqih, Aunur. 1998.Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta: Badan
Penerbit Universitas Islam Indonesia.
Rachimi, M. Abdurachman. 2012. Segala Hal Tentang Haji dan Umroh. Jakarta:
Erlangga.
Sabiq, Sayyid. 2008. Juz 1 Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr.

Zuhailiy, Wahbah. 1985. Fiqh al-Islam wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr.

14

Anda mungkin juga menyukai