Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR ILMU MANTIQ


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : ILMU MANTIQ
Dosen Pengampu : Muhammad Mujib Hidayat M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Imam Baharuddin (2119088)
2. Muhammad Rif’an (2119148)
3. Anisatul Fadilah (2119197)
4. Dini Nur Fadhilah (2119308)

KELAS H
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah swt. Atas izin-Nya makalah yang
berjudul “Mabadi’ Ilmu Mantiq” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad saw, sahabatnya, keluarganya, dan umatnya hingga
akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq. Kami
sudah berusaha menyusun makalah ini selengkap mungkin. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Muhammad Mujib Hidayat M.Pd.I yang telah
memberikan tugas kepada kami. Kami juga menerima saran dan kritik dari pembaca
guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang. Akhirnya makalah ini
diharapkan bias bermanfaat dan membantu mahasiswa dan menambah wawasan dan
pengtahuan. Amin ya robbal ‘alamin.

Pekalongan, 14 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar isi ....................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................ 1
Rumusan Masalah ........................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
Definisi Ilmu Mantiq ....................................................................... 3
Nama Lain Ilmu Mantiq................................................................... 4
Ta’rif Ilmu Mantiq ........................................................................... 5
Sejarah Ilmu Mantiq ........................................................................ 5
Pokok Bahasan Ilmu Mantiq............................................................ 8
Penyusun Ilmu Mantiq ..................................................................... 8
Keutamaan Dari Ilmu Mantiq .......................................................... 9
Hukum mempelajari Ilmu Mantiq ................................................... 9
Manfaat Mempelajari Ilmu Mantiq .................................................. 11
Hubungan Ilmu Mantiq dengan Ilmu Lain ...................................... 11
BAB III : PENUTUP
Simpulan ......................................................................................... 12
Saran ............................................................................................... 12
Daftar pustaka .............................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang menyeluruh karena dalam islam terdapat
berbagai ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya, salah satunya yaitu ilmu
mantiq. Meskipun yang menemukan ilmu ini adalah ilmuan yunani yang pda
waktu itu belum adanya agama islam.
Menurut Baihaqi (2012,hlm 1) ilmu mantiq yaitu ilmu tentang kaidah-
kaidah yang dapat membimbim manusia berarah berfikir secara benar yang
menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir
secara keliru yang menghasilkan kesimpulan salah. Jadi, bisa disimpulkan
manfaat ilmu mantiq secara praktis adalah untuk mencari dalil kemudian kita
dapat menyimpulkannya. Dalam menyimpulkan sesuatu kita haruslah berfikir
terlebih dahulu sebelum kita mengungkapkannya, baik ungkapan secara
tulisan maupun secara lisan.
Tapi sebeluim kita menyimpulkan terdapat beberapa hal yang harus
kita perhatikan dan harus kita pahami dengan benar. Yang salah satunya harus
mengetahui hakikat sesuatu berserta penjelasanya. Untuk lebih mengerti dan
paham tentang ilmu mantiq, kita langsung saja membahas tentang definisi
ilmu mantiq.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ilmu mantiq?
2. Apa saja nama lain dari ilmu mantiq?
3. Apa saja ta’lif ilmu mantiq?
4. Bagaimana sejarah ilmu mantiq?
5. Apa pokok bahasan ilmu mantiq?
6. Siapa saja penyusun ilmu mantiq?
7. Apa keutamaan dari ilmu mantiq?
8. Apa hukum mempelajari ilmu mantiq?

1
9. Apa manfaat mepelajari ilmu mantiq ?
10. Bagaimana Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu lainya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi ilmu mantiq.
2. Untuk mengetahui dan memahami nama lain ilmu mantiq.
3. Unruk mengatahui dan memahami ta’lif ilmu mantiq.
4. Untuk mengetahui dan memahami sejarah ilmu mantiq.
5. Untuk mengetahui dan memahami pokok bahasan ilmu mantiq.
6. Untuk mengatahui dan memahami penyusun ilmu mantiq.
7. Untuk mengetahui dan memahami keutamaan ilmu mantiq.
8. Untuk mengetahui dan memahami hukum mempelajari ilmu mantiq.
9. Untuk mengetahui dan memahami manfaat mempelajari ilmu mantiq.
10. Untuk mengetahui dan memahami hubungan ilmu mantiq dengan ilmu
lain.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu Mantiq
Ilmu adalah suatu lafadz yang mempunyai pengertian ganda, pertama,
Berarti apa yang diketahui (Al-Ma’rifah), yakni di percayai dengan pasti dan
sesuai dengan kenyataan yang muncul dari satu alasan argumentasiyang
disebut dalil. Kedua, yang berarti gambaran yang ada pada akal tentang
sesuatu.1
Mantiq adalah bahasa Arab, berasal dari akar kata nathaqa, artinya
berfikir. Nathaqa, orang yang berfikir, manthuqun, yang berfikir, manthiqun
alat berfikir. Mantiq disebut pula dengan logika, berasal dari kata sifat logike
(bahasa Yunani) yang berhubungan dengan kata benda logos, yang artinya
pemikian atau kata sebagai pernyataan dari pemikiran itu. Hal ini menunjukan
adanya hubungan yang erat antara pikiran dan kata yang merupakan
pernyataannya dalam bahasa.2
Ilmu mantiq adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat
membimbing manusia kea rah berfikir secara benar yang menghasilkan
kesimpulan yang benar sihingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang
menghasilkan kesimpulan tang salah.3
Pengertian (taklif) ilmu mantiq telah dirumuskan oleh para ulama
dengan rumusan yang bervariasi meskipun maksudnya sama, yaitu
mengungkapkan makna mantiq sebagai suatu kata yang di bakukan untuk
nama suatu disiplin ilmu. Berikut pengertian ilmu mantiq dari para ulama.

1
A. Basiq Djalil, Logika(Ilmu Mantiq), (Jakarta: Prenada Media Group,2009), hlm.1.
2
Chaerudji Abdulchalik dan Oom Mukarromah, Ilmu Mantiq(Undang-undang berfikir valid),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013), hlm.1.
3
Baihaqi, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berfikir Logik, (Jakarta: Radar Jaya Offset,2012), hlm.1.

3
Rumusan ilmu mantiq menurut Syekh Abu Abdullah Muhammad
Ahmad Muhammad Ulaisyi. Ilmu mantiq adalah tatanan berfikir yang dapat
melihat otak dari kesalahan berfikir dengan pertolongan Allah SWT.4
Rumusan ilmu mantiq menurut Al-Quasini. Ilmu mantiq adalah ilmu
yang membahas objek-objek pengetahuan tashawur dan tashdiq untuk
mencapai interaksi dari keduanya, atau suatu pemahaman yang dapat
mendeskripsikan tashawur dan tashdiq.5
Sedangkan menurut Etimologinya, ilmu mantiq adalah ilmu yang
mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa, dan berfikir itu sendiri
adalah suatu kegiatan jiwauntuk mencapai pengetahuan.6
Dalam pengertian diatas bisa kita simpulkan bahwa ilmu mantiq
adalah sebuah ilmu yang membahas tentang pemikiran-pemikiran manusia
untuk memperoleh suatu kebenaran atau kepastian. Ilmu mantiq berisi tentang
pengotak atikan suatu kalimat yang arti dan maksudnya tetap sama. Dengan
kata lain, meskipun penyusunan kata demi katanya berbeda tetapi masih
memiliki arti yang sama.
B. Nama Lain Ilmu Mantiq
Penamaan dimaksudkan untuk membedakan suatu disiplin ilmu
dengan disiplin lainnya. Dengan penamaan, karakter dan hakikat makna yang
terkandung dalam suatu disiplin ilmu akan nampak.
Para pakar bidang pemikiran menyebut disiplin ilmu yang membahas
metodologi berfikir ini dengan sebutan-sebutan berikut:7
1. Ilmu mantiq
2. Ma’yar al-Ulum
3. Ilm al-Mizan

4
Syukhadi Sambas, Mantik Kaidah Berfikir Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1996),
hlm.2.
5
Ibid., hlm.3.
6
Chaerudji dan Oom, Loc. Cit., hlm.1.
7
Syukhadi,Op. Cit., hlm.11.

4
4. Ilm al-Ulum
C. Ta’lif Ilmu Mantiq
Ta’lif disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan).
Dengan demikian, ta’lif menyangkut adanya sesuatu yang dijelaskan,
penjelasannya itu sendiri, dan cara menjelaskannya. Ta’lif juga disebut al-had,
yaitu kalimat yang menunjukan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, ta’rif adalah teknik menjelaskan sesuatu
yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu pemahaman secara jelas dan terang,
baik menggunakan tulisan ataupun lisan, dan dalam ilmu mantiq dikenal
dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut dapat
diungkapkan dengan perbatasan atau definisi.
Ta’rif terbagi menjadi 3, yaitu: Ta’rif Haddiy, Ta’rif Rasmiy, Ta’rif
Lafdhi.8
1. Ta’rif Haddiy, yaitu ta’rif yang menyebutkan jenis dan fasal yang di
ta’rifkan. umpama dalam mendefinisikan “manusia”, kita menjelaskan,
manusia yaitu hewan yang berfikir. Hewan adalah jenis dan “dapat
berfikir” adalah fasal.
2. Ta’rif rasmiy, yaitu ta’rif yang menggunakan jenis dan khoshoh.
3. Ta’rif lafdhi, yaitu ta’rif yang hanya menggunakan kata senyawanya
saja,yang lebih mudah dimengerti oleh mukhotobahnya. Contoh terigu
adalah gandum, insan adalah manusia, martil adalah palu atau godam.
D. Sejarah Ilmu Mantiq
Berfikir secara sederhana, sebenarnya sudah berusia lanjut, selanjut
umur manusia berada di permukaan bumi. Pertanyaan itu dapat dipahami,
karena manusia adalah makhluk yang dikaruniai Tuhan akal yang dengan itu
ia bisa berfikir sehingga ia berbeda dari makhluk-makhuk lainnya. Tetapi
berkembangnya teknik berfikir logis atau mantiq menjadi ilmu dengan

8
Baihaqi. Op. Cit., hlm. 47.

5
disiplin tersendiri terwujud belakangan sebagaimana halnya perkembangan
segala jenis Ilmu yang kita kenal sekarang.
Yunani, adalah negeri asal Ilmu Mantiq karena banyak penduduknya
yang mendapat karunia otak cerdas. Negeri Yunani, terutama Athena, diakui
menjadi sumber berbagai ilmu. Socrates, Plato, Aristoteles, dan banyak
lainnya adalah tokoh-tokoh ilmiah kelas dunia yang tidak ada ilmuan nasional
dan internasional tidak mengenalnya sampai sekarang dan yang akan datang.
Tetapi, khusus untuk Logika atau Ilmu Mantiq, Aritoteles lah guru utamanya.
Kecerdasan penduduk yunani itulah yang barangkali telah
menyebabkan, antara lain, lahirnya kelompok safsathah (semacam debat kursi
yang inginya menang sendiri dan maunya mengalahkan lawan saja)
berkembang, tetapi berpengaruh secara negative di yunani. Mereka
membuang semua standar nilai dan moral, baik untuk kebaikan dan kebenaran
maupun untuk keburukan dan kesalahan. Oleh karena itu, setiap orang berhak
menentukan standar nilai kebaikan dan kebenaran atau standar nilai
keburukan dankesalahan untuk dirinya sendiri, meskipun bertentangan dengan
orang lain
Aristoteles berusaha mengalahkan mereka secara ilmiah dengan
pernyataan-pernyataan logis yang berlian. Pernyataan-pernyataan itu ia
peroleh melalui diskusi dengan murid-muridnya. Dengan pemikiran-
pemikirannya tersebut dia terkenal sebagai guru pertama logika di dunia. Dari
aristoteles sangat dikagumi pada masanya dan masa sesudahnya sehingga
logika dipelajari dis setiap perguruan. Plato murid aristoteles hanya
menambahkan sedikit tentang ilmu-ilmu yang telah diberikan oleh aristoteles.
Kemudian pemikir terbesar bangsa jerman yaitu imaanuelkampt menyatakan
bahwa ilmu logika yang diciptakan oleh aristoteles tidak perlu ditambahkan
lagi walaupun hanya sedikit karena menurutnya ilmu logika aristoteles sudah
sempurna.

6
Pada awal abad ke 7 berkembanglah agama islam di jazirah arab dan
pada abad ke 8, agama ini telah dipeluk secara meluas. Pusat ilmu pada waktu
itu yang paling maju adalah di kota Baghdad dibalahan timur dan cordova
dibelahan barat. Pada zaman dinasti abasiyah banyak karya-karya ilmiah
yunani yang di terjemahkan kedalam bahasa arab sehingga ada satu masa
dalam sejarah islam yang di juluki dengan abad terjemahan. Dan pada saat itu
juga karya aristoteles diterjemahkan dan disebut dengan nama ilmu mantik.
Kemudian pada zaman abbasiyah lahirlah ulama-ulama terkenal yang
menerjemahkan dan mengarang dibidang ilmu mantik seperti Abdullah ibnu
al-Muqaffah, Ya’kub ibnu Ishaq al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-
Ghazali, dan masih banyak lainnya.
Seiring berjalannya waktu, ilmu mantiq berada dalam masa
kemunduran, karena dianggap memuja akal. Diantara ulama-ulama besar
islam, seperti Muhyiddin al-Nawawi, Ibnu Shalah, Taqiyyudin ibnu
Taimiyyah, Sadaddin al-Taftazani mengharamkan mempelajari ilmu mantiq
dengan tuduhan akan menjadi zindiq, ilhad dan kufur.
Namun, ada juga sebagian ulama lain yang masih tetap
mempertahankan ilmu mantiq sebagai suatu ilmu yang harus dipelajari.
Diantara ulama tersebut adalah Sayid Syarif Ali al-Jurjani, Muhammad al-
Duwani, Abdurrahman al-Akhdari, Muhibullah al-Bishri, al-Hindi, Ahmad al-
Malawi, Muhammad al-Subban dan masih banyak lainnya.
Hampir selama 1000 tahun bangsa Eropa berada zaman kegelapan.
Baru setelah abad ke-13 dan abad ke-14 benua Eropa mulai menggali lagi
pelajaran logika. Tetapi mereka tidak langsung sepenuhnya bisa mempelajari
tentang logika. Setelah sekian lama tidak bisa mempelajari tentang logika,
bangsa eropa lalu mulai menerjemahkan kembali berbagai ilmu yang tadinya
disalin dan diterjemahkan oleh para ilmuwan muslim kedalam bahasa Arab
diterjemahkan mereka kembali ke bahasa Latin, kemudian ke dalam bahasa-
bahasa Eropa.

7
Setelah terjadi kejadian tersebut, dunia islam mulai mengalami
kebunduran dalam hal keilmuan. Seiring berjalannya waktu, bangsa islam
bangkit kembali pada abad ke-19 yang di tandai dengan gerakan
pembaharuan, ilmu yang tadinya disingkirkan seperti ilmu mantik, mulai
dipelajari dan dikembangkan lagi. Gerakan pembaharuan ini dipelopori oleh
jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Rasyid Ridha
dan lainnya.
Di Negara kita sendiri, ilmu mantiq pada awalnya berkembang secara
terbatas di pesantren dan perguruan tinggi. Pada awalnya ilmu ini kurang
diminati, tetapi seiring berjalannya waktu ilmu mantiq semakin mendapat
perhatian oleh masyarakat Indonesia.9
E. Pokok Bahasan Ilmu Mantiq
Didalam ilmu mantiq atau logika ada tanda dilalah yaitu dibagi dua
“kata” dan “bukan kata”. Kemudian kata dibagi menjadi Thoiyyah (bersifat
pembawaan), Aqliyah (bersifat akal), dan Wadh’iyah (berdasarkan penetapan).
Selanjutnya “dibagi lafadz tunggal yaitu satu kata, murokab yaitu susunan
kata. Kemudian lafadz murokab menjadi kalimat yang sempurna (tam) dan
kalimat tidak sempurna (nakis). Selanjutnya kalimat sempurna dibagi menjadi
kalimat berita(khobar) dan bukan berita (insya’).10
F. Penyusunan Ilmu Mantiq
Para peneliti sejarah pemikiran manusia menjuluki Aristoteles sebagai
peletak dasar bangunan Ilmu Mantiq. Karya tulis Aristoteles dalam bidang
logika di antaranya Organon Oa Laterpretation dan Prior Arsilyteis.
Dalam perkembangan selanjutnya, mantiq Aristo di transfer ke dunia
Islam melalui kegiatan penerjemahan ke dalam bahasa Arab pada zaman
Daulah Abbasyiah (tahun 153-656 H/750-1258 M). Upaya penerjemahan itu

9
Baihaqi.Op. Cit., hlm.2-5.
10
M. Idrus H.Ahmad, “Signifikasi Memahami Logika Dasar”, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniri ,
Vol.14, No.1, April 2012), hlm.41.

8
antara lain dilakukan oleh Abdullah bin Mughafa-sekretaris Abu Ja’far Al-
Mansur dan Muhammad bin Abdullah Mughafa.
Setelah itu, disusul oleh penulis lain seperti Ya’qub bin Ishak Al-
Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd dengan cara
memberi ulasan (syarah ) dan memilah-milah disesuaikan dengan tradisi
ilmiah islami pada zamannya.
Pada era modern muncul pemikir Jamaludin Al-Afghani, Muhammad
Abduh, dan pemikir lainnya yang mengembangkan Ilmu Mantiq melalui
karya-karya tulisannya.
G. Keutamaan Ilmu mantiq
Keutamaan Ilmu Mantiq diantaranya dapat mengungguli dan memberi
nilai tambah terhadap disiplin ilmu-ilmunya, sebab kegunaan Ilmu Mantiq
bersifat umum. Artinya, Ilmu Mantiq membahas tashawur dan tashdiq,
sedangkan setiap disiplin ilmu memuat hasil kegiatan tashawur dan tashdiq
sesuai dengan objek kajiannya.11
Pemahaman kita terhadap keutamaan Ilmu Mantiq, seperti halnya
terhadap ilmu-ilmu lainnya, bertujuan menumbuhkan kesadaran betapa
pentingnya nilai ilmu bagi kehidupan manusia serta mendorong manusia agar
tertarik dan mau mempelajarinya sebagai bagian bagian dari tugas
kesehariannya.
H. Hukum mempelajari Ilmu Mantiq

Pada saat seseorang mempelajari suatu ilmu tentu tak lepas juga dari bab
hukum mempelajari ilmu itu sendiri. Tak terkecuali ilmu keislaman, di
dalamnya juga terdapat penjelasan mengenai hukum mempelajari suatu
disiplin ilmu, salah satunya ilmu mantiq. Ulama-ulama di Indonesia sudah

11
Syukriadi. Op. Cit., hlm.7.

9
sepakat jika mempelajari Ilmu Mantiq itu islami seperti halnya mempelajari
ilmu islam yang lainnya sesuai dengan perintah Nabi Muhammad SAW.12

Adapun mengenai hukum mendalami ilmu mantiq itu bermacam-


macam, ada yang mengatakan boleh dan ada juga yang tidak
memperbolehkannya. Berikut tiga pendapat mengenai hukum mempelajari
ilmu mantik:

a. Tidak boleh, ada beberapa ulama yang mengemukakan fatwa bahwa


mempelajari ilmu mantik hukumnya haram. Pendapat ini di kemukakan
oleh Imam Taqiyyuddin Abu Amr, Ustman bin Ash-Shaleh (1181-1243 M)
dan Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (1233-1277 M).
b. Boleh, ada beberapa ulama juga yang memperbolehkan kita untuk
mempelajari ilmu mantik, bahkan menganjurkannya. Ulama-ulama tersebut
diantaranya Imam Al-Ghazali (1059-1111 M), At-Tibrizi (wafat 1109 M),
Ibnu Bajah (1100-1138 M), Al- Asmawi (1198-1283 M), As-Samarqandi
(wafat 1291 M), dan Al-Abhari (wafat 1296 M). Bahkan literatur pada
zaman mereka terus berkembang.
c. Boleh jika orang-orang yang akan mempelajari ilmu mantik sudah
memiliki fikiran yang sempurna, yang benar-benar memahami hadist Nabi,
ayat-ayat Al-Qur’an dan mengetahui aqidah-aqidah yang benar dan aqidah
yang tidak benar.
Imam Al-Ghozali, seorang komentator ilmu mantik yang handal
berkata : “Sesungguhnya orang yang tidak menguasai ilmu mantiq, tidak
dapat dipertanggung jawabkan Ilmunya.”
Dari ungkapan tersebut, kita dapat memahami bahwa mempelajari
ilmu mantiq itu sangat penting. Karena itu, Ilmu mantiq (logika) dinamakan

12
Ibid., hlm.12.

10
Ilmu dari segala Ilmu (Mi’yarul Ulum), Ilmu timbangan dan ukuran dari
segala Ilmu (Ilmu Al-Mizan).13

I. Manfaat Mempelajari Ilmu Mantiq

Manfaat mempelajari ilmu mantiq pada intinya adalah untuk dapat


berpikir dengan benar, hingga ketika menyampaikan suatu kesimpulan dengan
benar, tanpa mempertimbangkan kondisi dan situasi yang kemungkinan dapat
mempengaruhi seseorang. Itulah sebabnya seseorang wajib mempelajari ilmu
mantiq agar dapat menyampaikan dengan benar. Bisa saja terdapat satu
kesimpulan tanpa menggunakan ilmu mantiq, tapi kebenaran tersebut tidak
dapat dipercaya, karena kebenaran tanpa dasar mantiq adalah kebenaran yang
kebetulan atau kebenaran yang tidak pasti.
Manfaat lain dari mempelajari ilmu mantiq itu sendiri adalah bisa
menjadikan kekuatan berpikir kita meningkat, hingga dapat mengoreksi
kesalahan pikiran ketika kita sampai pada pengambilan kesimpulan. Karena
intensitas peningkatan kemampuan berpikirsangat besar dalam ilmu mantiq.
Itu sebabnya ilmu mantiq dikatakan jembatan dari segala ilmu yang ada. 14

J. Hubungan Ilmu Mantiq dengan Ilmu Lainnya

Al-Darwis menjelaskan bahwa hubungan ilmu mantiq dengan ilmu-


ilmu lainnya dapat dilihat dari segi objek bahasannya yang universal, yaitu
tashawur dan tashdiq. Sebab setiap disiplin ilmu berisikan tashawur dan
tashdiq.
Tashawur dan tashdiq merupakan cara menerangkan dan menetapkan
objek pikir secara esensial dan substansial, yang metodenya dijelaskan dalam
Ilmu Mantiq. Adapun perwujudan dari tashawur dan tashdiq itu sendiri adalah

13
Abdur Rahman Al-Akhdhari, Pengantar Ilmu Mantiq, (Surabaya: Penerbit Al-Hidayah
Surabaya. 2005), hlm. 6.
14
Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq edisi revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2009), hlm. 4.

11
suatu disiplin ilmu yang isinya adalah keterangan mengenai segala sesuatu
yang menjadi objek bahasannya yang disebut teori. Jadi, isi suatu disiplin ilmu
adalah teori tentang sesuatu yang menjadi objek kajiannya. Sedangkan, teori
berintikan tashawur dan tashdiq yang menjadi objek kajian ilmu mantiq.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa hubungan Ilmu Mantiq dengan
ilmu-ilmu lainnya terletak pada fungsinya sebagai alat dan kaidah pembuatan
teori yang menjadi isi setiap disiplin ilmu.
Itulah yang dimaksud dengan “objek bahasan Ilmu Mantiq yang
Universal” dalam penjelasan yang diungkapkan oleh Al-Darwis.15
Mempelajari ilmu mantiq seperti halnya dengan mempelajari ilmu
pasti, yakni tidak secara langsung memperoleh manfaat dari ilmu itu sendiri.
Tetapi, Ilmu Mantiq ini sebagai wasilah untuk ilmu-ilmu lainnya. Di samping
itu, untuk melihat dan mencapai sampai dimana kebenaran ilmu itu. Dengan
demikian jelas bahwa hubungan Ilmu Mantiq dengan ilmu-ilmu lain itu sulit
dipisahkan.16

15
Syukriadi. Op. Cit., hlm.8.
16
Abdur Rahman . Loc. Cit., hlm.6.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas dan mempelajari tentang
kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia kearah berfikir secara benar.
Sebagai umat islam kiranya kita perlu untuk mempelajari tentang ilmu mantiq agar
kita bisa paham dan mengetahui tentang pembahasan-pembahasan ilmu mantiq,
seperti definisi, ta’rif, keutamaan ilmu mantiq, sejarah perkembangan ilmu mantiq,
manfaat ilmu mantiq, dan lain sebagainya.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak, khususnya Bapak Muhammad Mujib Hidayat, M.Pd, selaku
dosen mata kuliah Ilmu Mantiq, serta bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya, dan kita dapat
mengambil hikmah setelah membaca makalah ini. Amiin.

13
Daftar Pustaka

Ahmad, M Idrus H. Dalam Jurnal, Vol.14, No.1, hlm.41, Banda Aceh: IAIN
Ar-Raniry.

Al-Akhdhari, Abdur Rahman. 2005. Pengantar Ilmu Mantiq. Surabaya:


Penerbit Al-Hidayah Surabaya.

Baihaqi. 2012. Ilmu Mantiq Teknik Dasar Berfikir. Jakarta: Radar Jaya Offset.

Djalil, A. Basiq. 2009. Logika Ilmu Mantiq. Jakarta: Prenada Media Group.

Djalil, Basiq. 2009. Logika Ilmu Mantiq edisi revisi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.

Samabas, Syukhadi. 1996. Mantiq Kaidah Berfikir Islami. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai