Anda di halaman 1dari 15

PROPOSISI (QADHIYAH) DAN HUKUM-HUKUMNYA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Mantiq

Dosen Pengampu : Ridho Riyadi, M.Pd.I

Disusun oleh:

Disusun oleh :

1. Vesti Alna Faura 2619001


2. M. Lutfi Maulana 2619041
3. Cintya Andriani P 2619079
4. M. Whyan Hafizh A 2619119
Kelas A

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji syukur dipanjatkan kehadirat allah swt. Yang telah
memberikan rahmat, hidayah, inayah, serta memberikan nikmat kesehatan untuk kita semua
khususnya kepada penulis sehingga penulis dapat membuat dan menyelesaikan makalah dengan
judul “PROPOSISI (QADHIYAH) DAN HUKUM-HUKUM ILMU MANTIQ” sesuai waktu
yang telah ditentukan.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada beliau nabi agung
Muhammad saw. yang dijadikan sebagai uswah hasanah(teladan yang baik) bagi umat manusia
di alam semesta yang di nanti-nantikan syafaatnya.
Dalam penulisan ini tentu banyak pihak yang memberikan bantuan baik itu bantuan moril
maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang
telah sabar membimbing dan memberi arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Tak lupa juga penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang
telah ikut andil dalam penulisan maakalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca.
Disamping itu penulis menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik
dari segi penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan selanjutnya.

23 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Metode Pemecahan Masalah......................................................................................1
D. Sistematika penulisan makalah..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Proporsisi.................................................................................................3
B. Macam-macam Proporsisi ........................................................................................4

BAB III PENUTUP..............................................................................................................11


Kesimpulan................................................................................................................11
Saran .........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu mantiq adalah ilmu yang berkaitan dengan pembicaraan yang masuk akal yang
sesuai dengan keadaan dan kenyataan beserta argumentasi dan juga sesuai dengan dalil. Ilmu
ini merupakan suatu metode dalam penelitian ilmiah sehingga dalam pembahasan Ilmu
Mantiq tidak bisa dilepaskan dengan pembahasan sesuatu yang condong pada kebenaran
dzatnya yang berlaku diantara manathiqah. Perkataan itu dipandang dari segi perkataan itu
sendiri yang dapat condong kearah benar dan tidak benar, hal ini dalam ilmu mantiq disebut
dengan “qadhiyah” atau “khobar”.
Sesuatu itu akan mengandung kemungkinan dua kemungkinan yakni benar dan salah, hal
tersebut dibuktikan dengan suatu eksperimen untuk memastikan kebenarannya. Sebagaimana
yang telah kita ketahui, tashdiqi adalah penilaian dan penghukuman atas sesuatu dengan
sesuatu yang lain (seperti: gunung itu indah; manusia itu bukan kera dan lain sebagainya).
Atas dasar itu, tashdiq berkaitan dengan dua hal: maudhu’ dan mahmul (“gunung” sebagai
maudhu’ dan “indah” sebagai mahmul). Gabungan dari dua sesuatu itu disebut qadhiyyah
(proposisi)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian proposisi (Qadhiyah) ?
2. Bagaimana macam-macam proposisi (Qadhiyah) ?

C. Metode Pemecahan Masalah


Metode pemecahan yang dilakukan melalui studi literature atau metode kajian pustaka,
yaitu dengan menggunakan beberapa referensi lainnya untuk merujuk pada permasalahan
yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan
masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-
langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan saran, perumusan jawaban dan sumber,
dan penyintesian serta pengorganisasian jawaban permasalahannya.

1
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi : Bab I pendahuluan yang terdiri dari :
latar belakang, rumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan
makalah. Bab II pembahasan dari rumusan masalah. Bab III penutup: kesimpulan dan saran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROPOSISI
Qadhiyyah (proposisi) adalah sebuah kalimat pernyataan yang mungkin benar dan
mungkin salah, ditinjau dari segi kalimat pernyataan itu sendiri.dalam ilmu tata bahasa,
Qadhiyyah disebut dengan kalam.
Proposisi terdiri dari tiga unsur,yaitu :
Subyek (‫ ) َموضوع‬ialah sesuatu yang diterangkan.
Predikat (‫ )محمول‬ialah sesuatu yang menerangkan.
Kopula (‫ رابطة‬/ ‫ )نسبة‬ialah tanda yang menyatakan hubungan antara subyek dan predikat.
Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud
sempurna. Proposisi itu sendiri masih bisa dianalisis lagi menjadi kata-kata, tetapi
kata-kata hanya menghadirkan pengertian sesuatu, bukan maksud atau pemikiran
sesuatu. Jadi pada hakikatnya proposisi adalah pendirian atau pendapat tentang sesuatu
hal, yakni pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal. Terhadap proposisi
dapat dikenakan penilaian benar atau salah, karena pendirian seseorang tentang hubungan
antara dua hal itu dalam kenyataan dapat benar dapat juga salah.1
Qadhiyah dalam ilmu mantik adalah jumlah (mufidah) dalam ilmu nahwu dan
kalimat dalam bahasa indonesia. Jika demikian dapatlah dikatakan bahwa qadhiyah adalah
rangkaian kata-kata yang mengandung pengertian. Qadhiyah adalah sesuatu yang condong
pada kebenaran. Perkataan itu dipandang dari segi perkataan itu sendiri, ansich
dimungkinkan benar dan dusta (bohong) tidak benar. Perkataan yang condong ke arah
benar dan tidak benar ini menurut ahli manthiq dinamakan “qodhiyah” atau “khobar”.2
Jadi tiap-tiap qadhiyah membutuhkan tiga fakta yaitu :
1. Adanya lafadz yang diberi hukum ya atau tidak.
2. Adanya lafadz yang memberi hukum kepada yang lain.
3. Adanya lafadz yang menjadi alat penghubung antara dua lafadz tersebut.
1
A.R. Hidayat, Filsafat Berpikir. Pamekasan, (Duta Media, 2018), hal.24
2
Cholil Bisri Mustofa, “Ilmu Mantiq Tarjamahan Assullamul Munduroq”, (cetakan IV, pt. Alma’arif:
1989), hal. 31-32

3
B. MACAM –MACAM QADHIYAH
Setiap qadhiyyah terdiri dari tiga unsur: 1) maudhu’, 2) mahmul dan 3) rabithah
(hubungan antara mawdhu’ dan mahmul).3
1. Maudhu’ (subjek), dalam ilmu nahwu disebut mubtada’, fa’il atau na’ibul fa’il atau
mahkum alaih jika dilihat dari segi proses engambilan kerputusan
2. Mahmul (predikat) dalam ilmu nahwu disebut khabar atau fi’il, disebut pula al-
mahkumbih jika dilihat dari segi pengambilan keputusan.
3. Rabith (penghubung), berupa kata ganti (dhamir al-fashl) byang menghubungkan
antara subjek dan predikat.

Contoh: Zaid itu berdiri, maka yang pertama yaitu Zaid disebut maudhu’, berdiri
dinamakan mahmul yaitu hukum yang diletakkan pada zaid dan itu disebut rabithah.
Berdasarkan rabithah-nya, qadhiyyah dibagi menjadi dua: qadiyyah hamliyyah
(proposisi kategoris) dan qadiyyah syarthiyyah (proposisi hipotesis), yaitu :
1. Qadhiyah Hamliyah
yaitu qadhiyah yang menerangkan terjadinya ketetapan hukum, tidak tergantung
pada suatu yang lain.
Pembagian qadhiyah hamliyah :
a. Dari segi mahmul ada dua yaitu:
 Mujibah
qadhiyah hamliyah mujibah adalah qadhiyah yang mahmulnya ada atau
terdapat pada maudhu’.
Contoh : Jakarta adalah kota terbesar di Indonesia.
 Salibah
Qadhiyah hamliyah salibah adalah qadhiyah yang mahmulnya tidak ada atau
tidak terdapat pada maudhu’.
Contoh : Jakarta bukanlah kota kecil.4

b. Dari segi maudhu’ ada empat yaitu


3
Sukriadi Sambas, Mantiq Kaidah Berfikir Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 69-70
4
A. Basiq Jalil, “Logika Ilmu Mantiq”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)hlm. 59

4
 Syakshshiyah
Qadhiyah hamliyah syakshsiyah adalah qadhiyah maudhu’nya merupakan
orang (manusia) tertentu atau maudhu’nya salah satu dari isim-isim ma’rifah.
Contoh : Sauqi adalah mahasiswa terpuji.
 Muhmalah
Qadhiyah hamliyah muhmalah adalah qadhiyah yang maudhu’nya lafadz
kulli, tetapi mahmulnya belum tentu ada atau terdapat pada semua atau
sebagian satuan maudhu’.
Contoh : Manusia dapat menyerap ilmu.
 Kulliyah
Qadhiyah hamliyah kulliyah adalah qadhiyah yang maudhu’nya lafadz kulli
dan mahmulnya ada atau melekat kepada seluruh satuan maudhu’.
Contoh : Seluruh makhluk hidup butuh akan makanan.
 Juz’iyah
Qadhiyah juz’iyah adalah qadhiyah yang maudhu’nya lafadz kulli, sedang
mahmulnya ada atau terdapat pada sebagian dari satuan maudhu’ itu saja.
Contoh : Sebagian tumbuh-tumbuhan tanaman keras.5

Pembagian sur qadhiyah hamliyah


Sur adalah lafadz yang menunjukkan cakupan baik mencakup semua atau sebagian.Sur
qadhiyah hamliyah ada dua yaitu kulli dan juz’i.
a. Sur kulli
dibagi menjadi 2 yakni sur kulli mujibah dan sur kulli salibah. Contoh:
SKM : semua yang bernafas akan mati
SKS : tidak satupun manusia kekal
b. Sur juz’i
dibagi menjadi 2 yaitu sur juz’i mujibah dan sur juz’i salibah. Contoh:
SJM : sebagian tanaman tumbuh didarat
SJS : sebagian wanita tidak berjilbab.6

5
 Ibid, Basiq Jalil, hlm. 61
6
 Ibid, Basiq Jalil, hlm. 63

5
2. Qadhiyah Syarthiyah
Yaitu suatu qadhiyah yang berasal dari dua qadhiyah hamliyah atau lebih dengan
mempergunakan adat syarat.7 Perlu diketahui bahwa qadhiyah syarthiyah itu terdiri
dari dua bagian (dua juz) kalimat. Yang pertama disebut muqaddam dan yang kedua
disebut tali. Qadhiyah syarthiyah dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Qadhiyah Syarthiyah Muttashilah, yaitu qadhiyah yang mengharuskan adanya
saling tetap-menetapkan antara juznya.
Contoh : Kalau aku punya uang, aku jadi pergi.8
Qadhiyah syarthiyah ini ada mujibah, salibah, luzumiyah ittifaqiyah dan sur.
1. Qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah
adalah qadhiyah yang keterkaitan antara tali dan muqaddamnya merupakan
kelaziman.
2. Qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah
adalah qadhiyah yang diantara muqaddam dan talinya tidak mempunyai
kelaziman
Qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah dan salibah terbagi menjadi 4
bentuk. 
 Mujibah makhshushah
adalah muqaddam dan talinya terdapat keterikatan dalam keadaan waktu
tertentu, sedang salibah makhshushah adalah muqaddam dan talinya tidak
terdapat keterikatan dalam keadaan dan waktu tertentu. Contoh:
MM : Jika saya belajar sungguh-sungguh tahun ini, maka saya akan lulus
dalam ujian.
SM : Tidaklah kalau hari ini terus hujan, saya bepergian.9
 Mujibah kulliyah

7
M. Taib Thahir Abdul Mu’in, “Ilmu Mantik”, (Jakarta: PT. Bumirestu, 1981), Cetakan Kedua, hlm. 74
8
Cholil Bisri Mustofa, Op.cit, hlm. 36-37
9
Ibid, hlm. 67

6
adalah muqaddam dan talinya terdapat keterikatan dalam segala situasi
dan kondisi, sedang salibah kulliyah adalah muqaddam dan talinya tidak
terdapat keterikatan dalam kondisi dan waktu tertentu. Contoh:
MK : Setiap makhluk yang bernafas, akan mati
SK : tidaklah kalau tiap orang belajar, negara mundur.
 Mujibah juz’iyah
adalah muqaddam dan talinya terdapat keterikatan sebagian waktu yang
tidak tertentu, sedang salibah juz’iyah adalah muqaddam dan talinya tidak
terdapat keterikatan beberapa waktu yang tidak tertentu, Contoh:
MJ : kadang-kadang bila hujan turun, saya tidur
SJ : tidklah setiap anak menganggur, jadi bodoh.10
  Mujibah muhmalah
adalah muqaddam dan talinya terdapat keterikatan tanpa terkait kondisi
atau waktu tertentu, sedang salibah muhmalah adalah muqaddam dan
talinya tidak terdapat keterikatan tanpa terkait kondisi atau waktu. Contoh:
MM : manusia bila belajar, akan pintar
SM : tidaklah bila manusia belajar, akan pintar
3. Qadhiyah syarthiyah muttashilah ittifaqiyah adalah dimana hubungan
muqaddam dan talinya bukan ikatan yang pasti
Contoh : bila ibu tidak dirumah, saya akan nonton.
4. Qadhiyah syarthiyah muttashilah luzumiyah  adalah antara muqaddam dan
talinya terdapat keterikatan yang niscaya. Ada tiga macam Qadhiyah
syarthiyah muttashilah luzumiyah.
Contoh : bila besi dipanaskan, maka akan mengembang.11
5. Sur qadhiyah syarthiyah muttashilah adalah lafadz yang memberi pengertian
ukuran keadaan tertentu pada qadhiyah.Sur qadhiyah ini ada 2 yaitu kulli dan
juz’i.
 Sur qadhiyah syarthiyah muttashilah kulli ada 2 yaitu sur kulli mujibah dan
sur kulli salibah, Contoh:

10
Ibid, hlm 68
11
Baihaqi A.K, “Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik”, (Darul Ulum Press: 1996) hlm. 90

7
SKM : bagaimanapun engkau berobat, cepat atau lambat tidak akan mati
SKS : tidak pernah tiap-tiap yang berobat tidak akan mati
 Sur qadhiyah syarthiyah muttashilah juz’i ada 2 yaitu sur juz’i mujibah dan
sur juz’i salibah. Contoh:
SJM : kadang-kadang bila mahasiswa rajin belajar ia lulus.
SJS : kadang-kadang tidaklah tiap-tiap hujan lebat datang banjir.

b. Qadhiyah Syarthiyah Munfashil, yaitu qadhiyah yang menetapkan adanya


perlawanan antara dua juznya qadhiyah itu. Qadhiyah ini ada 2 yaitu :
1. Mujibah, adanya perlawanan yang tetap.
Contoh : bilangan itu adakalanya ganjil, adakalanya genap
2. Salibah, tidak ada perlawanan.
Contoh : tidaklah Fuad adakalanya pilot, adakalnya guru.
Masing-masing mujibah dan salibah ada 4 diantaranya:
 Mujibah makhshushah
adalah muqaddam dan talinya terdapat perlawanan dalam kondisi atau waktu
tertentu, sedang salibah makhsushah adalah muqaddam dan talinya tidak
terdpat perlawanan dalam kondisi dan waktu tertentu. Contoh:
MM : adakalanya ada didalam rumah hari ini atau diluar rumahnya
SM : tidaklah adakalanya siswa yang berhasil lulus adakalanya mendapat
hadiah.12
 Mujibah kulliyah
adalah muqaddam dan talinya terdapat perlawanan dalam segala kondisi dan
waktu, sedang salibah kulliyah adalah muqaddam dan talinya tidak terdapat
dalam segala kondisi dan waktu tertentu.Contoh:
MK : adakalanya kerbau gemuk, adakalanya kurus
SK : tidak sama sekali, adakalanya bilangan genap, adakalanya bilangan ganjil
 Mujibah juz’iyah

12
Basiq Jalil, hlm. 69

8
adalah muqaddam dan talinya terdapat perlawanan dalam kondisi dan tidak
waktu tertentu, sedang salibah juz’iyah adalah muqaddam dan talinya tidak
terdapat perlawanan dalam kondisi dan waktu tertentu.13 Contoh
MJ : kadang-kadang udara dingin, kadang-kadang tidak dingin
SJ : kadang-kadang tidak, adakalnya yang besar itu gajah atau kerbau.
 Mujibah muhmalah
adalah muqaddam dan talinya tidak terdapat adanya perhitungan kondisi dan
waktu, sedang salibah muhmalah adalah muqaddam dan talinya tidak terdapat
perlawanan tanpa terikat kondisi dan waktu Contoh
MM : adakalanya kota bersih, adakalanya tidak bersih
SM : tidaklah, adakalanya kulit putih atau hitam
Sur qadhiyah syarthiyah munfashilah adalah lafadz yang memberi ukuran pengertian hal
atau zaman tertentu pada qadhiyah.
1. Sur qadhiyah syarthiyah munfashilah kulli ada 2 yaitu sur kulli mujibah dan sur kulli
salibah.
2. Sur qadhiyah syarthiyah munfashilah juz’i ada 2 yaitu sur juz’i mujibah dan sur juz’i
salibah.14
Dipandang dari segi bentuk, qadhiyah syarthiyah munfashilah terbagi menjadi atas 3
macam, yaitu:
a. Mani’ah Jam’in, dalam ilmu mantik bahwa muqaddam dan tali tidak mungkin
terkumpulkan pada sesuatu sekaligus, tetapi mungkin saja dipisahkan darinya
sekaligus.Contoh
Ijabi : Umar adakalanya duduk, adakalnya berdiri.
Salibi : Tidaklah, adakalanya benda itu tidak putih atau tidak hitam.
b. Mani’ah Khuluw, dalam ilmu mantik bahwa muqaddam dan tali dalam qadhiyah
syarthiyah munfashilah tidak mungkin kosong, dipisahkan atau ditidakkan dari
sesuatu secara sekaligus.Contoh
Ijabi : Adakalanya benda itu tidak putih dan adakalanya tidak hitam.
Salibi : Tidaklah, adakalanya benda itu hitam atau putih.
13
Ibid, hlm. 68
14
Ibid, hlm. 90

9
c. Mani’ah Jam’in Wa Khuluw, dalam ilmu mantik bahwa muqaddam dan tali dalam
qadhiyah syarthiyah munfashilah tidak bisa dikumpulkan pada sesuatu dan tidak pula
bisa ditidakkan darinya sekaligus. Contoh :
Ijabi : Umar adakalanya mati, atau hidup.
Salibi : Tidaklah, adakalanya tumbuh-tumbuhan berbunga atau berbuah.
Dipandang dari segi berlawanannya muqaddam dengan talinya, terbagi menjadi atas dua
macam.
1) Inadiyah adalah qadhiyah syarthiyah munfashilah yang berlawanan atau tidak
berlawanannya muqaddam dengan talinya berlaku dengan sendirinya.
Contoh : Adakalanya benda itu hitam dan adakalanya putih.
2) Ittifaqiyah adalah qadhiyah syarthiyah munfashilah yang berlawanan atau tidak
berlawanannya muqadam dan talinya tidak berlaku dengan sendirinya, tetapi karena
kebetulan memang berlaku demikian.
Contoh : Adakalanya dia itu orang barat dan adakalanya ia seorang ilmuwan.15

BAB III
15
Baihaqi A. K, hlm. 86-89

10
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Qadhiyah adalah jumlah khobariyah yang mengandung kebenaran dan kesalahan dan bias
diketahui benar tidaknya dengan penelitian atau eksperimen. Setiap qadhiyah terdiri dari tiga
unsur: 1). Mawdhu’, 2). Mahmul, dan 3). Rabithah (hubungan antara mawdhu’ dan mahmul).
Contoh: Zaid itu berdiri, maka yang pertama yaitu Zaid disebut mawdhu’, berdiri dinamakan
mahmul yaitu hokum yang diletakkan pada zaid itu disebut rabithah.
Berdasarkan rabithah-nya, qadhiyah dibagi menjadi dua: qadhiyah hamliyyah (proposisi
katagoris) dan qadhiyyah syarthiyyah (proposisi hipotesis). Qadhiyyah syarthiyyah dibagi
menjadi dua macam yaitu Syarthiyyah muttashilah dan munfashilah. Qadhiyyah hamliyyah
juga dibagi menjadi dua yaitu Qadhiyyah syahshiyyah dan Qadhiyyah kulliyah.

B. SARAN
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sesungguhnya
di dunia ini tidak ada yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran maupun kritik dari berbagai pihak agar lebih baik lagi.
Kami berharap makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat kepada
para pembacanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.R. 2018. Filsafat Berpikir. Pamekasan. Duta Media

Mustofa, Cholil Bisri. 1989. Ilmu Mantiq Tarjamahan Assullamul Munaraq. PT.


Alma’arif.penerbit.percetakan.offset.

Mu’in, Taib Thahir Abdul. 1981. Ilmu Mantik. Jakarta : PT Bumirestu.

Baihaqi. Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik. Darul Ulum Press.

Sambas, Sukriadi. 2009. Mantiq Kaidah Berfikir Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya

Jalil, Basiq. 2010. Logika Ilmu Mantik. Kencana Prenda Media Group.

12

Anda mungkin juga menyukai