Anda di halaman 1dari 23

Proposisi (Qadhiyah) dan Oposisi (Tanaqudh)

Disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah “Ilmu Mantiq”


Dosen Pembimbing :
Ahmad Ridwan M.Sy

Dian Farhani 2018220010


Inayah Tria Rachmadita 2018220015

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI AL-HAMIDIYAH JAKARTA
2020/144
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah menganugerahkan nikmat
kesehatan dan rezeki sehingga penulis dapat menyelesaikan maklah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad saw yang
memberikan kesadaran bagi kita semua akan pentingnya ilmu pengetahuan.
Makalah ini dapat diselesaikan karena dukungan dan bimbingan berbagai
pihak dan kami mengucapkan terima kasih kepada mereka, diantaranya :
1. Ketua STAI Al-Hamidiyah Jakarta dan Dosen pengampu mata kuliah.
2. Orang tua, dan kakak, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis
dalam penyelesaian makalah ini.
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan ide-idenya sehingga
penulis dapat menyempurnakan makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan hasil makalah ini
yang tidak luput dari berbagai penulis mohon kepada semua pihak akan kritik dan
sumbang sarannya terhadap penyempurnaan makalah ini.
Dengan harapan semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri sebagai langkah awal dalam berkarya dan berjuang serta menjadi
rujukan bagi generasi esok demi makalah yang lebih baik lagi.
Semoga Allah SWT. Membalas kebaikan berbagai pihak dan menjadikan sebagai
amal sholeh.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 4
A. Proposisi (Qadhiyah) 5
B. Oposisi (Tanaqudh) 6

BAB III PENUTUP 1


A. Simpulan 2
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Telah kita ketahui logika atau ilmu mantiq ialah ilmu yang mempelajari
tentang berfikir yang dinyatakan dalam bahasa, dan berfikir itu sendiri adalah
suatu kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan. Dalam mempelajari ilmu ini
pasti akan menemukan pembahasan mengenai qadhiyah dan tanaqudh.
Qadhiyah merupakan suatu perkataan yang dimengerti, yang
mengandung kemungkinan benar dan salah, dengan melihat perkataan itu sendiri.
Sedangkan Tanaqudh ialah perbedaan dua qadhiyah di dalam ijab dan salbnya
atas dasar yang dikehendaki menurut dzatnya bahwa salah satu dari qadhiyah itu
benar dan yang lainnya salah. Maka dari itu, kami akan mencoba sedikit mengulas
mengenai pembahasan proposisi (qadhiyah) dan oposisi (tanaqudh).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian proposisi (Qadhiyah) ?


2. Apa pengertian dari oposisi (Tanaqudh) ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami definisi proposisi.


2. Untuk memahami definisi oposisi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Proposisi (Qadhiyah)


Qadhiyah adalah kata-kata yang tersusun yang mempunyai makna atau
arti. Jadi dalam bahasa Indonesianya disebut kalimat.1
Contoh:
- Makanan itu enak
- Perjalanan ini melelahkan
- Urusan ini merepotkan
- Mahasiswa mudah tidak lulus.
Suatu qadhiyah bisa benar dan bisa salah, atau bisa kebetulan benar.
Yakni ia dikatakan benar bila sesuai dengan kenyataan. Dan demikian juga
dikatakan salah bila tidak sesuai dengan kenyataan.
B. Pembagian proposisi (qadhiyah)
Setiap qadhiyah terdiri dari tiga unsur: 1) maudhu’, 2) mahmul dan
3) rabithah.2
1. Maudhu’ (subjek), dalam ilmu nahwu disebut mubtada’, fa’il atau
na’ibul fa’il atau mahkum alaih jika dilihat dari segi proses pengambilan
keputusan
2. Mahmul (predikat) dalam ilmu nahwu disebut khabar atau fi’il,
disebut pula al mahkum bih jika dilihat dari segi pengambilan keputusan.
3. Rabith (penghubung), berupa kata ganti (dhamir fashl) yang
menghubungkan antara subjek dan predikat.
Contohnya:
- Zayn itu berdiri, maka Zayn disebut maudhu’ (subjek), berdiri
dinamakan mahmul (predikat), itu disebut rabith (penghubung).
C. Jenis-jenis proposisi (qadhiyah)

1
A. Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq (Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2009), hlm. 31
2
Ibid., hlm. 33

2
Berdasarkan rabithah-nya, qadhiyah dibagi menjadi dua: qadhiyah
hamliyah (proposisi kategoris) dan qadhiyah syarthiyah (proposisi
hipotesis).3
1. Qadhiyah Hamliyah adalah susunan kata atau lafaz yang mengandung
pengertian. Tanpa lafaz syarat, dalam bahasa Indonesia biasa disebut kalimat.
Contoh:
- Muhammad membaca.
- Ali menulis.
- Khadijah mencuci.
Digolongkan dalam qadhiyah hamliyah, karena tidak ada lafaz syarat di sana.
2. Qadhiyah Syarthiyah, adalah susunan kata yang mengandung
pengerian yang menggunakan lafaz syarat. Seperti, kalau, andai kata, jika,
apabila, dan sebagainya. Sedang aturan bahasa jika ada syarat tentu harus ada
jawab syarat, hingga kedua qadhiyah tersebut menjadi satu qadhiyah yang utuh.
Contoh:
- Jika saya makan, saya kenyang. Atau;
- Apabila saya bergadang, saya ngantuk. Atau;
- Jika matahari terbit, maka siang datang;
- Jika bapak ke kantor saya akan nonton.
Karena antara makan dan kenyang dan antara begadang dan ngantuk dan antara
matahari terbit dan siang, menyatu atau terikat. Maka dikatakan qadhiyah
syarthiyah muttasilah (artinya terikat). Lain halnya dengan contoh keempat diatas
(jika bapak ke kantor saya akan nonton), ia tidak menyatu antara bapak ke kantor
dengan saya akan nonton. Maka dinamakan qadhiyah syarthiyah munfashilah.

3
Ibid., hlm. 33

3
1. Pembagian Qadhiyah Hamliyah
 Qadhiyah hamliyah dilihat dari segi mahmul (predikat) nya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:4
a. Mujibah, yaitu suatu qadhiyah yang didalamnya ditetapkan hukum
adanya mahmul untuk maudhu.
Contoh:
- Medan kota terbesar di Sumatera
- Belawan pelabuhan dagang terpenting di Indonesia
- Khalid menulis di papan tulis
b. Salibah, yaitu suatu qadhiyah yang di dalamnya ditetapkan hukum
tidak adanya mahmul (predikat) untuk maudhu (subjek).
Contoh:
- Tidak seorang pun hadir di sekolah
- Tidak semua bangsa Indonesia bodoh terhadap hak-haknya
- Sungai Banten bukan laut
 Qadhiyah hamliyah dilihat dari segi maudhu (subjek) nya dibagi 4:
a. Syakhshiyyah, yaitu suatu qadhiyah yang maudhunya(subjek)
merupakan sesuatu yang tertentu atau terbatas (salah satu isim ma’rifat yang
tujuh). Contoh:
- Jakarta ibukota negara Republik Indonesia
- Syifa itu rajin
- Heni duduk
- Rumah itu ditempati

4
Chaerudji Abdulchalik dan Oom Mukarromah, Ilmu Mantiq (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2013), hlm. 48

4
b. Muhmalah, yaitu qadhiyah yang maudhunya lafaz kulli, tetapi tidak
diterangkan apakah hukum itu berlaku untuk seluruh isi lafaz kulli atau hanya
utuk sebagian isi lafaz kulli.
Contoh:
- Manusia dapat menerima pelajaran tinggi
- Bahwasanya logam itu dapat berkembang panas.
- Binatang membutuhkan makanan dan minuman
c. Kulliyah, yaitu suatu qadhiyah yang maudhu nya lafaz kulli dan
hukum qadhiyahnya tersebut berlaku untuk seluruh afrad maudhu kulli atau hanya
untuk sebagian isi lafaz kulli. Contoh:
- Semua manusia mempunyai akal pikiran
- Semua yang hidup membutuhkan makanan
d. Juz’iyah, yaitu suatu qadhiyah yang maudhunya lafaz kulli, tetapi
hukum qadhiyahnya hanya berlaku untuk sebagian afrad maudhu. Contoh:
- Sebagian manusia penyair atau penyanyi
- Sebagian manusia pedagang
2. Pembagian Qadhiyah Syarthiyah
Qadhiyah syarthiyah dibagi menjadi:5
a. Muttasilah, yaitu suatu qadhiyah yang mengandung hukum untuk
menghubungkan satu qadhiyah dengan qadhiyah yang lainnya sebagai hubungan
tashahub dan talazum, atau suatu qadhiyah yang mengandung hukum kebenaran
suatu qadhiyah berdasarkan atas kebenaran suatu qadhiyah yang lain di dalam hal
ijabah (positif), atau suatu qadhiyah yang mengandung hukum tidak benarnya
suatu qadhiyah berdasarkan atas tidak benarnya suatu qadhiyah yang lain di
dalam hal salb (negative).
Contoh:
- Jika Bagas rajin, maka ia lulus (qadhiyah syarthiyah muttasilah
mujibah)
- Jika Bagas tidak rajin, maka ia tidak lulus (qadhiyah syartiyah
muttasilah salibah)

5
Ibid., hlm. 55
 Qadhiyah syarthiyah muttasilah dilihat dari segi kelaziman talli
(jawaban) untuk muqaddam (syarat) dibagi kepada:
a. Mujibah, yaitu suatu qadhiyah yang mengandung hukum adanya
kelaziman tali untuk muqaddam, baik kedua-duanya mujib atau kedua-duanya
salib, atau salah satunya mujib dan yang lain salib. Contoh:
- Apabila logam itu emas, maka mahal harganya
- Barangsiapa yang tidak belajar di waktu kecilnya maka tidak akan
pandai di hari tuanya
- Apabila cuaca tidak baik, maka saya akan menagguhkan kepergia ke
waktu yang lain
- Apabila hujan turun, maka saya tidak akan pergi ke pantai
b. Salibah, yaitu suatu qadhiyah yang mengandung hukum
menghilangkan kelaziman tali untuk muqaddam, baik kedua-duanya mujib atau
salib, atau salah satunya mujib dan yang lainnya salib. Contoh:
- Tidaklah apabila cuaca baik, saya akan pergi ke pasar
- Tidaklah bilamana keadaan cuaca tidak baik, maka saya tidak akan
tetap di rumah
- Tidaklah apabila keadaan cuaca tidak baik, saya akan pergi ke pasar
- Tidaklah bilamana turun hujan, saya tidak ada di rumah

6
 Qadhiyah syartiyah muttasilah dilihat dari segi hal ihwal dan
zamannya, dimana hal dan zaman itu terletak adanya kelaziman atau
ditiadakannya kelaziman antara muqaddam dan tali terbagi menjadi empat bagian,
yaitu:
a. Makhshushah, yaitu suatu qadhiyah yang mengandung hukum dengan
adanya kelaziman tali dan muqaddam, atau tidak adanya kelaziman di suatu
keadaan atau waktu tertentu. Contoh:
- Jika si putri datang kepadaku mengaku kesalahannya, maka saya akan
memaafkannya
- Tidaklah kalau ia datang kepadaku mengakui kesalahannya, maka
saya akan menghukumnya
b. Kulliyah, yaitu suatu qadhiyah yang mengandung hukum ada atau
tidak adanya kelaziman antara muqaddam dan tali di seluruh keadaan dan
diseluruh waktu. Contoh:
- Setiap pemerintah yang mementingkan keadilan dan kemakmuran
rakyat, maka rakyat merasa aman dan tentram
- Tidak sama sekali, kalau pada tiap-tiap bangsa korupsi merajalela,
maka bangsa itu akan menuju kepada keadilan dan kemakmuran
c. Juz’iyah, suatu qadhiyah yang mengandung hukum akan adanya atau
ditiadakannya kelaziman antara muqaddam dan tali pada sebagian keadaan atau
waktu yang tidak tertentu. Contoh:
- Kadang-kadang bilamana mahasiswa itu rajin, maka akan mendapat
hadiah
- Kadang-kadang tidaklah bilamana setiap mahasiswa itu rajin, maka
akan mendapat hadiah yang berharga.
d. Muhmalah, suatu qadhiyah yang mengandung hukum akan adanya
atau ditiadakannya kelaziman antara muqaddam dan tali, tanpa memerhatikan
keadaan dan waktu, baik perhatian itu pada seluruhnya atau sebagiannya. Contoh:
- Besi bila dipanaskan, maka akan berkembang
- Tidaklah bila besi itu dipanaskan, maka akan tetap
 Qadhiyah syarthiyah muttasilah dipandang dari segi tabi’at kelaziman
antara muqaddam dan tali dibagi dua:
a. Luzumiyyah, yaitu suatu qadhiyah yang mengharuskan kelaziman
muqaddam kepada tali, karena terdapat hubungan yang mengharuskan demikian,
seolah-olah muqaddam itu merupakan sebab yang logis terhadap tali. Contoh:
- Bilamana matahari terbit, maka datanglah siang
- Bilamana matahari condong ke Barat, maka datanglah waktu zuhur
- Jika tidak ada air, maka tidak ada tumbuh-tumbuhan
b. Ittifaqiyah, yaitu suatu qadhiyah yang tidak mengharuskan kelaziman
muqaddam kepada tali, tetapi hanya kebetulan saja terjadinya muqqadam dan tali
itu bersamaan. Contoh:
- Bilamana Maula pergi menonton, maka Sahla pun menonton
(kebetulan)
- Bilamana Ujang itu seorang yang cerdas, maka Adel pun seorang
yang baik nasibnya (kebetulan)
- Bila Asep pergi ke pasar, maka anaknya menemaninya (kebetulan)
b. Munfasilah, yaitu qadhiyah yang mengandung hukum untuk
menghubungkan suatu qadhiyah dengan yang lainnya, sebagai
c. hubungan tabayun dan’inad (bertentangan), atau suatu qadhiyah yang
mengandung hukum menetapkan adanya pertentangan antara kedua qadhiyah di
dalam ijab atau meniadakan pertentangan antara keduanya didalam salb. Contoh:
- Adakalanya berita itu benar, dan adakalanya bohong (mujibah).
- Tidaklah adakalanya orang ini penulis, dan adakalanya penyair
(salibah).
 Qadhiyah syarthiyah munfasilah dipandang dari segi ada atau tiada
adanya pertentangan antara muqaddam dan tali dibagi menjadi dua bagian.
a. Mujabah, yaitu suatu qadhiyah yang di dalamnya ditetapkan adanya
hukum pertentangan antara muqaddam dan tali. Contoh:
- Bilangan itu adakalanya genap dan adakalanya ganjil
- Bumi itu adakalanya lautan dan adakalanya daratan
b. Salibah, yaitu suatu qadhiyah yang di dalamnya ditetapkan tidak
adanya hukum pertentangan antara muqaddam dan tali. Contoh:
- Tidaklah adakalanya orang ini penulis, dan adakalanya penyair
- Tidaklah Supridai itu adakalanya sebagai petani, dan adakalanya
sebagai pedagang
 Qadhiyah syarthiyah munfasilah dipandang dari segi keadaan dan
zaman yang di dalamnya ditetapkan ada atau tidak adanya hukum pertentangan
antara muqaddam dan tali dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Makhsushah, yaitu suatu qadhiyah yang di dalamnya ditetapkan ada
atau tidak adanya hukum pertentangan antara muqaddam dan tali di dalam
keadaan yang khusus atau suatu masa yang tertentu.
Contoh:
- Adakalanya Lutfi hari ini ada di dalam kota dan adakalanya di luar
kota
- Tidaklah selalu adakalanya mahasiswa itu, ketika di kampus berada di
ruang kuliah atau berada di ruang kantor
b. Kulliyah, suatu qadhiyah yang dihukumi ada atau tidak adanya
pertentangan antara muqaddam dan tali di dalam seluruh keadaan dan zaman.
Contoh:
- Selalu adakalanya bilangan itu genap, dan adakalanya ganjil
- Tidak sama sekali adakalanya bilangan itu genap, dan adakalanya
tidak dapat dibagi dua
c. Juz’iyah, suatu qadhiyah yang dihukumi ada atau tidak adanya
pertentangan antara muqaddam dan tali pada sebagian keadaan dan zaman yang
telah ditentukan. Contoh:
- Kadang-kadang benda itu adakalanya logam atau tumbuh-tumbuhan
- Kadang-kadang tidak adakalanya putih itu bangsa Belanda atau
Inggris
d. Muhmalah, yaitu suatu qadhiyah yang dihukumi ada atau tanpa tidak
adanya pertentangan antara muqaddam dan tali,tanpa memerhatikan keadaan dan
waktu. Contoh:
- Manusia itu adakalanya buta huruf, dan adakalanya tidak buta huruf
- Tidaklah sesuatu itu adakalanya logam dan adakalanya emas
 Qadhiyah syarthiyah munfasilah dipandang dari segi kemungkinan
berkumpulnya muqaddam dan tali, atau dipandang dari segi ditiadakannya antara
muqaddan dan tali, atau tidak kemungkinannya tersebut di bagi kepada tiga
bagian:
a. Al-haqiqiyah, yaitu suatu qadhiyah yang diberi hukum adanya
pertentangan antara muqaddam dan tali ketika keduanya berkumpul atau ketika
kedua-duanya lenyap, ialah bila keadaan qadhiyah itu mujibah, atau suatu
qadhiyah yang diberi hukum dihilangkannya pertentangan antara muqaddam dan
tali, baik dalam keadaan berkumpul atau hilang keduanya, yaitu dalam keadaan
qadhiyah salibah, dengan arti dapat berkumpul pada sesuatu dalam satu waktu,
dan dapat lenyap keduanya dari sesuatu di dalam satu waktu.
Jelasnya qadhiyah syathiyah munfasilah bilamana mujibah tersusun dari sesuatu
sebagai muqaddam dan dari kebalikan sesuatu sebagai talinya. Tetapi, apabila
salibah, maka tersusun sebagai muqaddam dan dari sesuatu yang menyamainya
sebagai tali. Contoh:
Contoh mujibah :
- Bilangan itu adakalanya genap dan adakalnya ganjil.
Contoh salibah :
- Tidaklah sama sekali, sesuatu itu adakalanya berpikir, atau
adakalanya menerima pelajaran tinggi
Kalau diselidiki isi dari muqaddam dan tali pada contoh salibah di atas adalah
sama, meskipun lafaznya berlainan, yaitu berpikir (muqaddam) dan menerima
pelajaran tinggi (tali) kedua-duanya adalah sama, yaitu manusia.
b. Mani’ khul, yaitu suatu qadhiyah yang diberi hukum adanya
pertentangan antara muqaddam dan tali ketika lenyap, tidak ketika berkumpulnya.
Hal ini bila mujibah, ialah bila tersusun dari sesuatu dan dari yang lebih umum
dari kebalikan sesuatu tersebut. Atau suatu qadhiyah yang diberi hukum
dihilangkannya pertentangan antara muqaddam dan tali ketika lenyapnya, dan
tidak ketika berkumpulnya, hal ini bila keadaan qadhiyah itu salibah, yaitu
qadhiyah yang lebih khusus dari kebalikan sesuatu tersebut sebagai talinya.
Contoh mujibah:
- Adakalanya Hasan di luar rumah dan adakalanya tidak di sekolah
- Benda itu adakalanya tidak putih, dan adakalanya tidak hitam
Contoh salibah:
- Tidaklah benda itu adakalanya putih dan adakalanya hitam
c. Mani’ jama’, yaitu suatu qadhiyah yang dihukumi adanya
pertentangan antara muqaddam dan tali, ketika berkumpul keduanya, tetapi tidak
ketika lenyap keduanya. Hal ini bilamana qadhiyah itu mujibah, atau suatu
qadhiyah yang diberi hukum dihilangkannya pertentangan antara muqaddam dan
tali ketika berkumpul, tetapi tidak dicabut pertentangan itu, ketika lenyap kedua-
duanya. Hal ini bilamana qadhiyah itu salibah.
Tegasnya bilamana mujibah, maka qadhiyah itu tersusun dari sesuatu dan yang
lebih khusus dari kebalikannya (naqidhnya), dan apabila salibah, maka qadhiyah
itu tersusun dari sesuatu dan dari sesuatu yang lebih umum dari kebalikannya.
Contoh mujibah:
- Jism adakalanya putih, dan adakalanya hitam.
Contoh salibah:
- Tidaklah suatu benda itu adakalanya tidak putih, dan adakalanya tidak
hitam.
 Qadhiyah syarthiyah munfasilah dilihat dari jurusan thab’at
pertentangan antara muqaddam dan tali terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. ‘inadhiyyah, suatu qadhiyah yang mengandung pertentangan atau
tiadanya pertentangan antara muqaddam dan tali dipandang dari zatnya atau dari
hakikatnya, dalam arti pertentangan itu timbul dengan sendirinya tidak dibuat-
buat.
Contoh mujibah:
- Bilangan itu adakalanya genap dan adakalanya ganjil
Contoh salibah:
- Tidaklah sesuatu itu, adakalanya manusia dan adakalanya berpikir.
b. Ittifaqiyah, yaitu suatu qadhiyah yang mengandung pertentangan atau
tidak adanya pertentangan antara muqaddam dan tali bukan dari zatnya atau
hakikatnya, tetapi pertentangan itu hanya secara kebetulan saja.
Contoh:
- Adakalanya buku ini Ilmu Mantiq, dan adakalanya disusun dengan
bahasa Indonesia

D. Oposisi (tanaqudh)
Tanaqudh adalah dua qadhiyah berlawanan secara positif (ijab) dan
negative (salab) yang satu benar dan yang satu lagi salah. Maka yang dikatakan
tanaqudh ialah ”dua pernyataan atau hakikat yang saling berlawanan antara satu
sama lain, dan tidak boleh benar kedua-duanya. Serta, tidak boleh salah kedua-
duanya dan saling terkait antara satu sama lain”.6
Contoh:
- kelapa buah (Q.1) di tanaqudhkan dengan: kelapa bukan buah (Q.2).
Maka, Q.1 benar dan Q.2 salah
- Emas barang tambang (Q.1) ditanaqudhan dengan: Emas bukan
barang tambang (Q.2). Maka, Q.1 benar dan Q.2 salah

E. Syarat-syarat Tanaqudh
Untuk kebenaran tanaqudh diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:7
1. Sama dalam segi maudhu’ (subjek)
Contoh:
Benar = Muhammad membaca - Muhammad tidak membaca
Salah = Muhammad Membaca - Usman tidak membaca
2. Sama dari segi mahmul (predikat)
Contoh:
Benar = Iqbal ialah melayu - Iqbal ialah cina
Salah = Iqbal ialah melayu - Iqbal ialah anak-anak
3. Sama dari segi zaman (waktu)
Contoh:
Benar = Doni makan siang - Doni tidak makan siang

6
Baihaqi A.K, ILMU MANTIK (Malang:DARUL ULUM PRESS, 2001), hlm. 96
7
Ibid., hlm. 97-98
Salah = Doni makan siang - Doni makan malam
4. Sama dari segi makan (tempat)
Contoh:
Benar = Ita duduk dalam kereta - Ita tidak duduk dalam kereta
Salah = Ita duduk dalam kereta - Ita duduk dalam rumah
5. Sama dalam hal cara, yaitu antara disengaja dibuat supaya menjadi
sesuatu tanpa di sengaja dibuat sehingga menjadi sesuatu dengan sendirinya.
Contoh:
Benar = Tio berdiri dengan sendirinya -Tio tidak berdiri dengan sendiri
Salah = Tio berdiri dengan sendirinya -Tio berdiri dengan tongkat
6. Sama dalam hal sebagian (juz’i) dan keseluruhan (kulli)
Contoh:
Benar = Sebagian manusia berbadan pendek - Tidak semua manusia berbadan
pendek
Salah = Semua manusia berbadan pendek - sebagian manusia berbadan pendek
7. Sama dalam hal syarat menggunakan kata (jika, seandainya)
Contoh:
Benar = Iis akan lulus jika ia belajar - Iis tidak akan lulus jika ia tidak belajar
Salah = Iis akan lulus jika ia belajar - Iis tidak akan lulus jika ia malas
8. Sama dalam segi sandaran (idhofah)
Contoh:
Benar = Umar Abu Rani sehat - Umar Abu Rani tidak sehat
Salah = Umar Abu Rani sehat - Umar Abu Rita tidak sehat

F. Macam macam Tanaqudh

1. Tanaqudh al-qadhiyah hamliyah8


1 Syakhsiyah mujibah Lawan Syakhsiyah salibah

8
Ibid., hlm. 99-100
Conto Itu Muhammad >< Itu bukan
h Muhammad
2 Kulliyah mujibah Lawan Juz’iyah salibah
Conto Semua tumbuhan >< Sebagian tumbuhan
h memerlukan makanan memerlukan
makanan
3 Juz’iyah mujibah Lawan Kulliyah salibah
Conto Sebagian orang China pelit >< Tidak semua orang
h China pelit
4 Muhmalah mujibah Lawan Kulliyah salibah
Conto kelapa sejenis buah >< Tidak semua kelapa
h dari jenis buah

2. Tanaqudh syartiyah dibagi menjadi dua : syartiyah muttasillah dan


munfasilah

a) Tanaqudh qadhiyah syartiyah muttasillah


1 Makshushah mujibah Lawan Makshushah salibah
Conto Jika Amir rajin, ia akan >< Tidaklah, jika Amir rajin ia
h berhasil akan berhasil
2 Kulliyah mujibah Lawan Juz’iyah salibah
contoh Setiap kali bangsa bersatu >< Tidaklah, setiap kali bangsa
pembangunan akan berhasil bersatu pembangunan akan
berhasil
3 Juz’iyah mujibah Lawan Kulliyah salibah
Conto Kadangkala jika murid rajin, Tidak pernah, jika murid
h dia akan mendapat hadiah rajin dia akan mendapat
hadiah
4 Muhmalah mujibah Lawan Kuliyyah salibah
Conto Jika harga minyak naik, >< Tidak ada kaitan langsung
h permintaan dunia tinggi jika harga minyak naik,
1 Makhshushah mujibah Lawan Makhshushah salibah
Conto Adakalanya Rio di sekolah >< Tidaklah, adanya Rio di
h hari ini atau di luar sekolah sekolah hari ini atau di luar
permintaan dunia tinggi
sekolah
2 Kulliyah mujibah Lawan Juz’iyah salibah
b) Tanaqudh qadhiyah syartiyah munfasillah
Conto Selamanya semua berita itu >< Kadangkala sebagian berita itu
h benar atau salah benar atau salah
3 Juz’iyah mujibah Lawan Kulliyah salibah
Conto Kadangkala sayur banyak di >< Tidak pernah, sayur banyak di
h pasar dan kadangkala sedikit pasar, kadangkala sedikit
4 Muhmalah mujibah Lawan Kulliyah salibah
Conto Adakalanya kereta bergerak >< Tidak pernah, kereta bergerak
h dan berhenti dan berhenti.

6
6
BAB III
PENUTUP

A Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, kami sebagai penulis menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Qadhiyah adalah kata-kata yang tersusun yang mempunyai makna
atau arti. Jadi dalam bahasa Indonesianya disebut kalimat.
Contoh:
- Makanan itu enak
- Perjalanan ini melelahkan
- Urusan ini merepotkan
- Mahasiswa mudah tidak lulus.
2. Tanaqudh adalah dua qadhiyah berlawanan secara positif (ijab) dan
negative (salab) yang satu benar dan yang satu lagi salah. Maka yang
dikatakan tanaqudh ialah ”dua pernyataan atau hakikat yang saling
berlawanan antara satu sama lain, dan tidak boleh benar kedua-
duanya. Serta, tidak boleh salah kedua-duanya dan saling terkait
antara satu sama lain”.
Contoh:
- kelapa buah (Q.1) di tanaqudhkan dengan: kelapa bukan
buah (Q.2). Maka, Q.1 benar dan Q.2 salah
DAFTAR PUSTAKA

A.K Baihaqi Ilmu Mantik Teknik dasar berpikir logika [Book]. - Malang : Darul Ulum
Press, 2001.

Djalil A. Basiq Logika Ilmu Mantiq [Book]. - Jakarta : PRENADA GROUP, 2009.

Mukarromah Chaerudji Abdul Chalik dan Oom ILMU MANTIQ Undang-Undang Berfikir
Valid [Book]. - Jakarta : PT RajaGrafindo, 2013.

Anda mungkin juga menyukai