Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AL-LAFADZ

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq

Disusun oleh :

Muhammad Noval Fahreza : 07020520052

Ismi Azizatul Khumaidah : 07010520010

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Muzayyanah Mutasim Hasan, MA

PRODI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualamualaikum wr.wb

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas segala
kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “AL-Lafadz” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq dengan harapan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Kami menguapkan banyak terima kasih kepada Ibu Muzayyanah Mutasim Hasan, selaku dosen
pengampu dari mata kuliah Ilmu Mantiq yang telah memberikan tugan ini sehingga kami dapat
menambah wawasan serta pengetahuan yang sesuai dengan bidang studi kami. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari, makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, apabila di dalam
makalah terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan mohon ntuk dimaafkan karena
terbatasnya kemampuan dari tim penyusun, kemudaian untuk saran dan kritik dari kalian sangat
berarti untuk kami untuk memperbaiki di kemudian hari.

Wassalamualaikum wr.wb

I|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................I

DAFTAR ISI................................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1


1.2 Ruusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3

2.1 Pengertian Lafadz................................................................................................................3


2.2 Pembagian Lafadz...............................................................................................................3
BAB III PENUTUP......................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................8
3.2 Saran....................................................................................................................................8
Daftar Pustaka...............................................................................................................................9

II | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan mahluk yang diciptakan dengan segala kesempurnaan. Dengan
adanya akal fikiran yang khusus diberikan untuk manusia, hal ini bertujuan agar manusia dapat
memahami apa yang diwahyukan-Nya, dan untuk membedakan antara yang hak dan batil. Dan
dengan akal juga manusis menjadi berbeda dengan hewan. Sungguh sebuah anugerah dan
keistimewaan yang patut untuk disyukuri. Berbagai kenyataan di lapangan yang ditemukan
seputar berpikir kritis, analitik, dan logis bagi masyarakat modern yang menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan sebagai salah satu kebutuhan dalam kehidupannya. Karena dalam sebuah lingkup
masyarakat modern seperti sekarang ini, dalam segala hal mereka mengedepankan akal fikiran
untuk lebih mempercayainya. Kemudian seiring berjalannya perkembangan ilmu logika dengan
berbagai model, masing-masing ahli ilmu logika mempunyai cri khas dalam
mengembangkannya. Khususnya mengenai lafadz seperti pada pembahasan makalah ini, dimana
ucaoan atau lafadz yang keluar sebagai alat percakapan untuk memahamkan lawan bicara atau
sebaliknya sangat bermacam-macam, hal ini dilatarbelakangi untuk tujuan dan maksud dari
orang yang berbicara. Untuk itu sudah sepatutnya kita mempergunakan akal fikiran untuk
membuahkan sesuatu yang logis, sehingga tiap lafadz yang diuacapkan dapat memahamkan
lawan bicara kita. Jika demikian adanya maka kita sudah termasuk bisa mengarahkan akal fikiran
untuk hal-hal yang positif, sesuai dengan fitrahnya salah satunya yaitu untuk berfikir secara logis
terhadap apa yang telah diberikan oleh alam semesta beserta tatanan di dalamnya.

1|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lafadz?
2. Apa saja pembagian dalam lafadz?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan pengertian dari lafadz

2. Untuk mengetahui macam-macam dari lafadz

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-lafadz
Lafadz merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pikiran.
Dengan kata lain, lafaz yang kita ucapkan itu sangat terkait dengan makna yang kita
pikirkan. Secara singkatnya kita bisa berfikir melalui lafaz yang kita fahami atau tangkap,
dan kita tidak akan mampu menyampaikan fikiran kecuali melalui lafaz yang kita ucapkan.
Dalam hal ini Ikhwan al- Shafa berkata “makna yang terkandung dalam suatu lafaz itu
bagaikan ruh, sedangkan lafaznya itu sendiri bisa diibaratkan seperti jasad. Satiap lafaz
yang tidak memilki makna bagaikan jasad yang tidak memilki ruh. Dan setiap makna yang
tidak memilki lafaz bagaikan ruh tanpa jasad”.
Tanpa adanya lafaz, kita tidak mungkin mampu menyampaikan pikiran kita kepada orang
lain dengan jelas, karena lafaz merupakan medium untuk berfikir, maka sangat wajae jika
lafaz masuk dalam pembahasan ilmu yang merumuskan kaidah berfikir.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kita tidak akan mampu berfikir denagn benar kecuali
lafaz dan tata bahasa kita gunakan itu tepat dan benar. Orang-orang yang berpikiran kacau
kebanyakan mereka tidak mampu memahami makna dari lafaz-lafaz yang mereka
gunakan.1
2.2 Pembagian Lafadz
Secara garis besar, lafadh dibagi menjadi dua, yaitu lafadh muhmal (kata-kata
yang tidak menunjukkan arti) dan lafadh musta’mal (kata-kata yang menunjukkan arti).
Kemudian khusus lafadh  musta’mal itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Lafadz Mufrod (kata tunggal)


Lafadz mufrod adalah sebagian dari lafadz itu tidak bisa menunjukkan arti
sebagian yang lain. Sebagai contoh lafadz kayu, lafadz “ka” tidak mempunyai arti
sendiri dan lafadz “yu” juga tidak berarti sendiri. Kemudian lafadz mufrod ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Juz-iy ((‫جزئى‬
Juz-iy adalah lafadz yang tidak dapat mencakup beberapa unit arti. Ada juga yang
mengartikan juz-iy sebagai sebuah kata yang menunjuk kepada pengertian yang
mengandung sifat-sifat yang dapat dipasangkan hanya kepada satu diri saja. Dari

3|Page
kedua pengertian ini dapat disimpulkan bahwa juz-iy (menentu) adalah kata-kata
mufrad yang ketika disebutkan lantas menunjuk kepada satu (bagian) saja dari
keseluruhan makna yang dikandung oleh lafadz kulliy.

Contoh:

Kata “Jakarta”, Jakarta adalah sebuah nama untuk sebuah pengertian. Sifat-sifat
tertentu yang membentuk pengertian Jakarta, hanya dapat dipasangkan kepada satu
diri saja, yaitu sebuah kota besar yang menjadi ibu kota negara Republik Indonesia.
b. Kulliy
Kulliy adalah lafadz mufrod yang dapat mencakup beberapa unit arti secara
musytarok (sekutu). Artinya lafadz itu apabila difikirkan, tercakupnya beberapa unit
arti tidak dapat dihindarkan. Bahasa sederhananya, kelliy adalah kata-kata mufrad
yang ketika disebutkan lantas menunjuk kepada semua arti atau maknanya.
Contoh:
Seperti lafadz “rokok”, kata rokok jika difikirkan, pasti mencakup beberapa arti
yang tidak terhindarkan. Umpama: Bapak memerintahkan anaknya membelikan
rokok: “nak, bapak belikan rokok !”. Kemudian sianak berangkat membeli rokok,
dan sianak tersebut dapat saja membelikan rokok “keretek”, rokok “kelobot”,
ataupun rokok “siong” tanpa dapat disalahkan. Sebab kata rokok ini merupakan
lafadz mufrod yang kulliy.

Kulliy sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Kulliy dzaty
Disebut kulliy dzatiy jika memang arti dari kulliy itu termasuk dalam
hakekat juz-iynya. Contoh:
Pakaian dibandingkan dengan piyama, jas dan pantalon. Hakekat piyama adalah
pakaian, jas dan pantalon juga pakaian. Apabila dikatakan pakaian maka masuk
di dalamnya arti dari pyama, jas dan pantalon. Seorang penjahit berkata kepada
saya (yang kemarin menjahitkan piyama): “pakaian saudara sudah diambil oleh
adik saudara”. Maka penjahit itu menggunakan kulliy dzatiy dalam menyebutkan
yang dimaksud.

4|Page
2. Kulliy ‘aridly
Kulliy ‘aridhiy adalah kulliy itu tidak termasuk dalam hakikat juz-inya.
Contoh:
Kata “Bupati” dipersamakan dengan Hadi, meskipun Hadi dapat disebut
pak bupati, tapi kata bupati tersebut tidak nasuk dalam hakikatnya Hadi.
Buktinya, seumpama Hadi sudah berhenti dari jabatan bupatinya, namanya sudah
tidak pak bupati lagi.
Penting untuk diketahui juga, bahwasanya disamping kulliy dzati dan kulliy
aridhiy, ada kulliy yang bukan termasuk dua-duanya, kulliy yang demikian itu
dinamakan kulliy wasithoh. Sedikit pembahasan dari kulliy wasithoh, kulliy
wasithoh adalah kulliy yang mencakup dua hakikat. Contoh:

Kata “manusia” mencakup dua hakikat, yaitu “hewan” dan “berakal”.

Kata “rokok” mengandung dua hakikat, yaitu “tembakau” dan “linting”.

3. Kulliyyat al-khamsah
Dalam bahasa Indonesia, kulliyyat al-khamsah sama halnya
dengan klasifikasi. Setelah ada penjabaran seperti pembahasan di atas, maka
dilanjutkan untuk mengadakan penggolongan menurutlingkungan masing-
masingdengan jalan menyelidiki persamaan-persamaan dan perbedaannya. Sikap
pemikiran yang seperti ini disebut “klasifikasi”.
Klasifikasi ini merupakan pasal baru yang ditambahkan belakangan oleh
Porphyrius (223-306 M) terhadap Organon karya Aristoteles dan diberinya
dengan nama Eisagoge. Porphyrius membagi segala sesuatu dalam alam ini
kedalam lima lingkungan. Tiga diantaranya mengenai zat (jinsi, nau’, fashal),
dan dua lainnya (khoshshoh, arodh ‘aam) mengenai sifat.
Lima lingkungan ini yang digunakan sebagai alat berfikir dalam menyelidiki
sesuatu. Lima lingkungan yang dimaksud adalah:
a. Jins (Genus)
Kulliy jinsi yaitu kulliy yang memiliki beberapa jenis, hakikat yang
berbeda-beda, dan ketika terdapat persamaan, kulliy itu patut digunakan sebagai

5|Page
jawaban pertanyaan. Dengan bahasa lain, jenis adalah himpunan golongan-
golongan yang berbeda-beda bentuknya, tetapi bersamaan sifatnya.
b. Nau’ (Species)
Kulliy nau’ adalah sesuatu (diri) yang bersamaan bentuknya sama-sama
memiliki sifat tertentuyang memisahkannya dari lingkungan golongan lain.

Contoh:

Pengertian “manusia”, setiap diri dalam lingkungan ini (manusia)


mempunyai persamaan bentuk, dan sifat yang memisahkannya dari golongan
lainnyaadalah kemampuan berfikir.

c. Fashal (pemisah/differentia)
Kulliy Fashal adalah satu atau beberapa tanda pengenal yang zati, yang
memisahkan hakekat ssesuatu golongan dari golongan-golongan lain dalam satu
jenis.

Contoh:

Kemampuan berfikir memisahkan manusia dari golongan-golongan:


monyet, harimaun, kambing, dan sebagainya dalam jenis hewan.
d. Khashshah
Kulliy khashshah adalah kulliy yang diluar hakikatnya zat, tetapi tertentu,
khusus bagi hakikat zat itu sendiri.
Contoh:
“Tertawa” bagi manusia, tertawa itu diluar hakikatnya manusia, tetapi
tertawa itu khusus ada pada manusia. Selain manusia tidak ada yang bisa tertawa
dalam konteks hakikat hewan-inya.
e. ‘Aradl ‘Aam
Kulliy ‘arodhl ‘aam adalah kulliy diluar hakikatnya zat, ujud, benda yang
dapat (juga) dipersesuaikan dengan hakikat ujud itu, disamping juga dapat
dipersesuiakan dengan yang lain.
Contoh:

6|Page
Perkataan “bernafas”, bagi manusia bernafas itu jelas keluar dari
hakikatnya manusia, tetapi perkataan bernafas dapat dipersesuaikan (dilekatkan)
pada manusia. Disamping kepada manusia, bernafas juga adpat dipersesuaikan
dengan yang lain, sebab yang bernafas tidak hanya manusia.

2. Lafadz Murakkab (susunan kata)


Lafadz murakkab adalah lafadh (yang terangkai dari suku kata) yang sebagian dari
lafadh itu dapat menunjukkan arti dari sebagian yang lain.
a. Tamm
Tamm adalah kata-kata yang dirangkai sedemikian sehingga dapat memberi
pengertian yang lengkap. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam ini disebut
kalimat efektif atau kalimat sempurna.

Contoh:

Muhammad Hatta adalah Bapak Koperasi Indonesia.

Kemudian kalimat sempurna ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Khabar (kalimat berita)
Khabari adalah kalimat sempurna yang isinya mungkin benar dan mungkin
pula salah.
2. Insya’ (bukan kalimat berita)
Insya’ adalah kalimat sempurna yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah. Biasanya insya’ ini muncul dalam bentuk amr (kalimat
perintah), nahi (kalimat larangan), istifham (kalimat tanya), dan nida’ (kalimat
panggilan).

Dalam artian khabar dan insya’ ini merupakan hal yang belum dilakukan,
sehingga belum tau benar atau salahnya.

b. Naqish
Naqish adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian efektif atau
sempurna (kalimat gantung).

7|Page
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, pada intinya dari pembahsan ilmu mantiq bagian lafadz ini, bahwasanya lafadz
adalah satu nama yang diberikan pada huruf yang tersusun atas beberapa huruf, yang
mengandung arti. Secara garis besar, lafadh dibagi menjadi dua, yaitu lafadh muhmal (kata-
kata yang tidak menunjukkan arti) dan lafadh musta’mal (kata-kata yang menunjukkan arti).
Kemudian khusus lafadh  musta’mal itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: Mufrod (sebagian
dari lafadz itu tidak bisa menunjukkan arti sebagian yang lain) dan Murakkab (sebagian dari
lafadh itu dapat menunjukkan arti dari sebagian yang lain).
Kemudaian dalam lafadz mufrad itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: juz-iy dan kulliy.
selanjutnya kulliy dibagi lagi atas dua bagian inti, yaitu: kulliy dzatiy dan kulliy aridliy. Ada
juga kulliy yang bukan dzati dan aridli, yaitu disebut kulliy wasithoh. Disamping dua yang
inti, ada satu lagi, yaitu kulliyyat al khamsah. Dimana kulliyyat al-khamsah ini terdiri dari
lima isi, yaitu: jinsi, nau’, fasl, khashshah, dan ‘arodhl ‘aam. Sama dengan lafadz mufrad,
lafadz murakkab juga dibagi menjadi dua, yaitu: tamm dan naqish.

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah mata kuliah ilmu mantiq ini,  diharapkan bagi
pembaca dapat memahami secara keseluruhan mengenai bab “Lafadz” ini, sehingga
nantinya dapat mengaplikasikan dalam contoh kehidupan sehari-hari. Dan daripada itu,
karena semua pembahasan lafadz ini merupakan penjelasan dasar yang nantinya menjadi
patokan dalam pembahasan selanjutnya, yang nantinya saling berkaitan diharapkan
benar-benar mendalami materinya.

8|Page
DAFTAR PUSTAKA

Basiq Djalil. 2010. LOGIKA (Ilmu Mantiq). Jakarta: Kencana.

Cholil Bisri Mustofa. 1989. Ilmu Mantiq. Bandung: PT. Alma’arif.

Ali Hasan. 1991. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Baihaqi. 1996. Ilmu Mantik (Teknik Dasar Berpikir Logik). Daarul Ulum Press

9|Page
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

10 | P a g e
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

https://www.qureta.com/post/seputar-lafaz-dan-pembagiannya, Muhammad Nuruddin

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai