AL-LAFADZ
Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualamualaikum wr.wb
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas segala
kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “AL-Lafadz” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq dengan harapan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Kami menguapkan banyak terima kasih kepada Ibu Muzayyanah Mutasim Hasan, selaku dosen
pengampu dari mata kuliah Ilmu Mantiq yang telah memberikan tugan ini sehingga kami dapat
menambah wawasan serta pengetahuan yang sesuai dengan bidang studi kami. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, apabila di dalam
makalah terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan mohon ntuk dimaafkan karena
terbatasnya kemampuan dari tim penyusun, kemudaian untuk saran dan kritik dari kalian sangat
berarti untuk kami untuk memperbaiki di kemudian hari.
Wassalamualaikum wr.wb
I|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................I
DAFTAR ISI................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
II | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lafadz?
2. Apa saja pembagian dalam lafadz?
1.3 Tujuan Penulisan
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-lafadz
Lafadz merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pikiran.
Dengan kata lain, lafaz yang kita ucapkan itu sangat terkait dengan makna yang kita
pikirkan. Secara singkatnya kita bisa berfikir melalui lafaz yang kita fahami atau tangkap,
dan kita tidak akan mampu menyampaikan fikiran kecuali melalui lafaz yang kita ucapkan.
Dalam hal ini Ikhwan al- Shafa berkata “makna yang terkandung dalam suatu lafaz itu
bagaikan ruh, sedangkan lafaznya itu sendiri bisa diibaratkan seperti jasad. Satiap lafaz
yang tidak memilki makna bagaikan jasad yang tidak memilki ruh. Dan setiap makna yang
tidak memilki lafaz bagaikan ruh tanpa jasad”.
Tanpa adanya lafaz, kita tidak mungkin mampu menyampaikan pikiran kita kepada orang
lain dengan jelas, karena lafaz merupakan medium untuk berfikir, maka sangat wajae jika
lafaz masuk dalam pembahasan ilmu yang merumuskan kaidah berfikir.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kita tidak akan mampu berfikir denagn benar kecuali
lafaz dan tata bahasa kita gunakan itu tepat dan benar. Orang-orang yang berpikiran kacau
kebanyakan mereka tidak mampu memahami makna dari lafaz-lafaz yang mereka
gunakan.1
2.2 Pembagian Lafadz
Secara garis besar, lafadh dibagi menjadi dua, yaitu lafadh muhmal (kata-kata
yang tidak menunjukkan arti) dan lafadh musta’mal (kata-kata yang menunjukkan arti).
Kemudian khusus lafadh musta’mal itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
3|Page
kedua pengertian ini dapat disimpulkan bahwa juz-iy (menentu) adalah kata-kata
mufrad yang ketika disebutkan lantas menunjuk kepada satu (bagian) saja dari
keseluruhan makna yang dikandung oleh lafadz kulliy.
Contoh:
Kata “Jakarta”, Jakarta adalah sebuah nama untuk sebuah pengertian. Sifat-sifat
tertentu yang membentuk pengertian Jakarta, hanya dapat dipasangkan kepada satu
diri saja, yaitu sebuah kota besar yang menjadi ibu kota negara Republik Indonesia.
b. Kulliy
Kulliy adalah lafadz mufrod yang dapat mencakup beberapa unit arti secara
musytarok (sekutu). Artinya lafadz itu apabila difikirkan, tercakupnya beberapa unit
arti tidak dapat dihindarkan. Bahasa sederhananya, kelliy adalah kata-kata mufrad
yang ketika disebutkan lantas menunjuk kepada semua arti atau maknanya.
Contoh:
Seperti lafadz “rokok”, kata rokok jika difikirkan, pasti mencakup beberapa arti
yang tidak terhindarkan. Umpama: Bapak memerintahkan anaknya membelikan
rokok: “nak, bapak belikan rokok !”. Kemudian sianak berangkat membeli rokok,
dan sianak tersebut dapat saja membelikan rokok “keretek”, rokok “kelobot”,
ataupun rokok “siong” tanpa dapat disalahkan. Sebab kata rokok ini merupakan
lafadz mufrod yang kulliy.
1. Kulliy dzaty
Disebut kulliy dzatiy jika memang arti dari kulliy itu termasuk dalam
hakekat juz-iynya. Contoh:
Pakaian dibandingkan dengan piyama, jas dan pantalon. Hakekat piyama adalah
pakaian, jas dan pantalon juga pakaian. Apabila dikatakan pakaian maka masuk
di dalamnya arti dari pyama, jas dan pantalon. Seorang penjahit berkata kepada
saya (yang kemarin menjahitkan piyama): “pakaian saudara sudah diambil oleh
adik saudara”. Maka penjahit itu menggunakan kulliy dzatiy dalam menyebutkan
yang dimaksud.
4|Page
2. Kulliy ‘aridly
Kulliy ‘aridhiy adalah kulliy itu tidak termasuk dalam hakikat juz-inya.
Contoh:
Kata “Bupati” dipersamakan dengan Hadi, meskipun Hadi dapat disebut
pak bupati, tapi kata bupati tersebut tidak nasuk dalam hakikatnya Hadi.
Buktinya, seumpama Hadi sudah berhenti dari jabatan bupatinya, namanya sudah
tidak pak bupati lagi.
Penting untuk diketahui juga, bahwasanya disamping kulliy dzati dan kulliy
aridhiy, ada kulliy yang bukan termasuk dua-duanya, kulliy yang demikian itu
dinamakan kulliy wasithoh. Sedikit pembahasan dari kulliy wasithoh, kulliy
wasithoh adalah kulliy yang mencakup dua hakikat. Contoh:
3. Kulliyyat al-khamsah
Dalam bahasa Indonesia, kulliyyat al-khamsah sama halnya
dengan klasifikasi. Setelah ada penjabaran seperti pembahasan di atas, maka
dilanjutkan untuk mengadakan penggolongan menurutlingkungan masing-
masingdengan jalan menyelidiki persamaan-persamaan dan perbedaannya. Sikap
pemikiran yang seperti ini disebut “klasifikasi”.
Klasifikasi ini merupakan pasal baru yang ditambahkan belakangan oleh
Porphyrius (223-306 M) terhadap Organon karya Aristoteles dan diberinya
dengan nama Eisagoge. Porphyrius membagi segala sesuatu dalam alam ini
kedalam lima lingkungan. Tiga diantaranya mengenai zat (jinsi, nau’, fashal),
dan dua lainnya (khoshshoh, arodh ‘aam) mengenai sifat.
Lima lingkungan ini yang digunakan sebagai alat berfikir dalam menyelidiki
sesuatu. Lima lingkungan yang dimaksud adalah:
a. Jins (Genus)
Kulliy jinsi yaitu kulliy yang memiliki beberapa jenis, hakikat yang
berbeda-beda, dan ketika terdapat persamaan, kulliy itu patut digunakan sebagai
5|Page
jawaban pertanyaan. Dengan bahasa lain, jenis adalah himpunan golongan-
golongan yang berbeda-beda bentuknya, tetapi bersamaan sifatnya.
b. Nau’ (Species)
Kulliy nau’ adalah sesuatu (diri) yang bersamaan bentuknya sama-sama
memiliki sifat tertentuyang memisahkannya dari lingkungan golongan lain.
Contoh:
c. Fashal (pemisah/differentia)
Kulliy Fashal adalah satu atau beberapa tanda pengenal yang zati, yang
memisahkan hakekat ssesuatu golongan dari golongan-golongan lain dalam satu
jenis.
Contoh:
6|Page
Perkataan “bernafas”, bagi manusia bernafas itu jelas keluar dari
hakikatnya manusia, tetapi perkataan bernafas dapat dipersesuaikan (dilekatkan)
pada manusia. Disamping kepada manusia, bernafas juga adpat dipersesuaikan
dengan yang lain, sebab yang bernafas tidak hanya manusia.
Contoh:
1. Khabar (kalimat berita)
Khabari adalah kalimat sempurna yang isinya mungkin benar dan mungkin
pula salah.
2. Insya’ (bukan kalimat berita)
Insya’ adalah kalimat sempurna yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah. Biasanya insya’ ini muncul dalam bentuk amr (kalimat
perintah), nahi (kalimat larangan), istifham (kalimat tanya), dan nida’ (kalimat
panggilan).
Dalam artian khabar dan insya’ ini merupakan hal yang belum dilakukan,
sehingga belum tau benar atau salahnya.
b. Naqish
Naqish adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian efektif atau
sempurna (kalimat gantung).
7|Page
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, pada intinya dari pembahsan ilmu mantiq bagian lafadz ini, bahwasanya lafadz
adalah satu nama yang diberikan pada huruf yang tersusun atas beberapa huruf, yang
mengandung arti. Secara garis besar, lafadh dibagi menjadi dua, yaitu lafadh muhmal (kata-
kata yang tidak menunjukkan arti) dan lafadh musta’mal (kata-kata yang menunjukkan arti).
Kemudian khusus lafadh musta’mal itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: Mufrod (sebagian
dari lafadz itu tidak bisa menunjukkan arti sebagian yang lain) dan Murakkab (sebagian dari
lafadh itu dapat menunjukkan arti dari sebagian yang lain).
Kemudaian dalam lafadz mufrad itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: juz-iy dan kulliy.
selanjutnya kulliy dibagi lagi atas dua bagian inti, yaitu: kulliy dzatiy dan kulliy aridliy. Ada
juga kulliy yang bukan dzati dan aridli, yaitu disebut kulliy wasithoh. Disamping dua yang
inti, ada satu lagi, yaitu kulliyyat al khamsah. Dimana kulliyyat al-khamsah ini terdiri dari
lima isi, yaitu: jinsi, nau’, fasl, khashshah, dan ‘arodhl ‘aam. Sama dengan lafadz mufrad,
lafadz murakkab juga dibagi menjadi dua, yaitu: tamm dan naqish.
3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah mata kuliah ilmu mantiq ini, diharapkan bagi
pembaca dapat memahami secara keseluruhan mengenai bab “Lafadz” ini, sehingga
nantinya dapat mengaplikasikan dalam contoh kehidupan sehari-hari. Dan daripada itu,
karena semua pembahasan lafadz ini merupakan penjelasan dasar yang nantinya menjadi
patokan dalam pembahasan selanjutnya, yang nantinya saling berkaitan diharapkan
benar-benar mendalami materinya.
8|Page
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi. 1996. Ilmu Mantik (Teknik Dasar Berpikir Logik). Daarul Ulum Press
9|Page
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10 | P a g e
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
11 | P a g e