Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KAIDAH MA’RIFAH DAN NAKIRAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Kaidah-Kaidah Tafsir

Dosen pengampu : Dr. Evra Willya, M.Ag

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Adilah Afifah Nur Mahmuda 19.3.1.010


Meutia Sarini Bahar 19.3.1.011

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB & DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO

2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayahNya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah tentang Kaidah Ma’rifah dan Nakirah.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal serta kerjasama dari setiap anggota
kelompok kami demi memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kaidah-Kaidah Tafsir.

Lebih dari semua itu, kami sadar itu masih kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari teman-teman sekalian karena kami masih dalam proses
belajar.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2
C. TUJUAN................................................................................................................ 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
A. Pengertian Nakirah dan Ma’rifah .......................................................................... 3
B. Kaidah Nakirah dan Ma’rifah ................................................................................ 4
a. Nakirah ............................................................................................................... 4
b. Ma’rifah ............................................................................................................. 6
BAB III ............................................................................................................................. 9
PENUTUP ........................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bagi orang yang ingin memperdalam ilmu agama Islam, penguasaan terhadap
bahasa Arab adalah syarat mutlak. Tanpa penguasaan terhadap bahasa Arab, orang
mustahil akan dapat memahami ajaran Islam dari sumber-sumbernya yang asli, yang
semua ditulis dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Arab merupakan
suatu hal yang sangat penting.

Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber pokok ajaran Islam, ditulis dalam bahasa
Arab, sehingga tidak heran kalau bahasa Arab ini menjadi bahasa resmi Internasional.
Karena Al-Qur’an dibaca diseluruh penjuru dunia, menjadi alat komunikasi antar
bangsa, khususnya bangsa-bangsa yang berpenduduk Muslim, dan umumnya umat
manusia. Bahkan Imam Bawani dalam bukunya mengatakan bahwa adalah kenyataan
yang tak dapat dibantah, Barat mengalami kemajuan karena mereka sebelumnya
mendalami bahasa Arab.

Bagi kalangan Muslim, yang hendak mempelajari bahasa Arab, salah satu
kendala yang dihadapi dalam mempelajarinya adalah tingkat kerumitan struktur
bahasanya yang relative berbeda dengan bahasa-bahasa dunia lainnya. Karena
sedemikian rumitnya, sehingga untuk menguasainya membutuhkan kesungguhan dan
ketelitian.

Adalah kenyataan, ribuan orang yang mempelajari bahasa Arab khususnya di


Indonesia, mulai dari tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, bahkan bahkan sampai di
Perguruan Tinggi, namun yang mampu berbahasa Arab dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah bahasa Arab tidak cukup signifikan. Hal ini memberikan indikasi tentang
tingkat kesulitan bahasa Arab, terutama berkenaan dengan gramatikalnya (kaidah-
kaidahnya).

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Nakirah dan Ma’rifah?
2. Apa saja fungsi Nakirah dalam Al-qur’an?
3. Apa saja fungsi Ma’rifah dalam Al-Qur’an?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Nakirah dan Ma’rifah.
2. Untuk mengetahui fungsi Nakirah dalam Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui fungsi Ma’rifah dalam Al-Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nakirah dan Ma’rifah


Al-nakirah secara etimologi berarti; yang tak tentu ‫ن ق يض ال م عرف ة‬. Kata ‫ال ن كرة‬
berakar dari huruf ‫ ر‬- ‫ ك‬- ‫ ن‬yang pada dasarnya mengandung makna lawan ‫ال م عرف ة‬
.Sedangkan dari segi terminology, disebutkan bahwa;

‫ ا سم دل ع لي غ ير م ع ين‬: ‫ال ن كرة‬

Artinya:

“Al-Nakirah adalah isim yang menyebutkan sesuatu yang tidak ditentukan.”

Kata al-Ma’rifah secara etimologi berarti; pengetahuan (‫)ال ع لم واالدر ك‬. Kata
‫ ال م عرف ة‬berasal dari huruf ‫ ف‬- ‫ ع – ر‬yang mengandung dua arti; Pertama, sesuatu yang
berturut-turut dan berkesinambungan antara satu bagian dengan bagian lainnya; dan
Kedua, diam dan tenang. Sedangkan secara terminology, dalam kitab al-Nahw al-Wadih
disebutkan sebagai berikut :

‫ ا سم ي دل ع لي ش يئ م ع ين‬: ‫ال م عرف ة‬

Artinya :

“Isim yang menunjuk atas sesuatu yang sudah jelas”.

Senada dengan itu, Muhammad Abdai Rathomy mengatakan:

‫ ا سم ي دل ع لي ش يئ ب ع ي نه‬: ‫ال م عرف ة‬

Artinya :

“Ma’rifah adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang dapat ditentukan dengan adanya
sebab sebuah benda.”

Dari dua pengertian yang disebutkan di atas, baik secara etimologi maupun
terminology, dapatlah disimpulkan bahwa Isim Ma‟rifah adalah isim-isim yang
menunjukkan pada sesuatu yang tertentu yang dapat dikenal dengan pengenalan yang

3
sempurna. Apa yang dimaksudkan tersebut sudah terekam dengan baik di dalam hati,
dan tidak akan tercampurkan dengan hal-hal yang lain. Sebaliknya, al-Nakirah
menunjukkan kepada sesuatu yang tidak tertentu.

B. Kaidah Nakirah dan Ma’rifah

a. Nakirah
Isim Nakirah yaitu isim yang menunjukkan kata benda tak tentu dan isim ini
memiliki beberapa fungsi di antaranya:
1) Untuk menunjukkan isim tunggal seperti kata ( ‫ ) رجم‬dalam QS.al-Qashash ayat
20.

َ ٰ ْ َ َْ َْ َ ْ َ ْ ِّ ٌ ُ َ َ َ َ
١٪ ....‫وجاۤء رجل ِمن اكصى الم ِدين ِث يسعى‬

“Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota….”


 Maksudnya adalah satu orang laki-laki.
2) Untuk menunjukan ragam atau macam al-naw ( ‫ ) ان نوع‬misalnya kata ( ‫) ح ياة‬
dalam QS. Al-Baqarah ayat 96.

ٰ َ ٰ َ َّ َ َ ْ َ ْ ُ ََّ َ َ َ
٩٦ .... ‫اس على حيية‬
ِ ‫ولت ِجدنهم احرص الن‬

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang


Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia) ,..”
 Maksudnya, salah satu jenis kehidupan yaitu keinginan untuk menambah
dan menumpuk harta benda di kemudian hari, karena ketamakan tidak
berlaku pada masa lalu ataupun masa sekarang.
3) Untuk mengagungkan atau memuliakan al-ta‟zhim ( ( ‫ ان ت عظ يم‬seperti kata
dalam QS. al-Baqarah ayat 279. Harb dalam ayat ini maksudnya peperangan
yang dahsyat (besar).

ْ ُ َ َ ‫َ ْ َ ُ ْ َ ْ ِّ َ ه‬
٢٧٩ ...ٖۚ‫اّٰلل ورسيلِه‬
ِ ‫ فأذنيا ِبحرب ِمن‬...

“… maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya.)..”

4
4) Untuk menunjukkan jumlah yang banyak al-katsir ( ( ‫ ان ك ث ير‬seperti kata
dalam QS. al-Syu’ara ayat 41, ajran ( ‫ ) أجرا‬dalam ayat ini maksudnya adalah
pahala yang banyak (cukup).
َ ٰ ْ ْ َ َُّ ْ ْ ََ ََ َ
٤١ ‫اىَِّٕن لنا لاج ًرا ِان كنا نح ُن الغ ِل ِت ْين‬...

“Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar jika kami yang
menang?”
5) Untuk menghinakan atau merendahkan al-tahqir ( ( ‫ ان تح ق ير‬seperti dalam
QS. Abasa ayat 19, maksudnya manusia diaciptkan Tuhan dari sesuatu yang
hina.
َّ َ َ ٗ َ َ َ َ ْ ُّ
١٩ ‫ِم ْن نطفث خلله فلد َر ٗه‬

“Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya.”


6) Untuk menyatakan jumlah sedikit al-taqlil ( ‫ ) ان ت ق ه يم‬seperti dalam QS al-
Taubah ayat 72. Maksudnya ridha Allah yang sedikit itu lebih besar ketimbang
surga-surga yang ada karena merupakan pangkal kebahagiaan.
ً ِّ َ َْ ٰ َْْ َْ ْ َ ‫َ ه‬ ٰ ْ ْ َ ْ ْ ُ‫َ َ َ ه‬
‫اّٰلل ال ُمؤ ِم ِن ْين َوال ُمؤ ِمن ِج جنج تج ِر ْي ِم ْن تح ِخ َىا الان ٰى ُر خ ِل ِدين ِف ْي َىا َو َم ٰس ِك َن ط ِي َتث ِف ْي‬ ‫وع د‬

َ
ُ َ ْ ‫َ ه َ ْ َ ْ َ ٌ ِّ َ ه‬
٧٢ ... ‫اّٰلل اكبد‬
ِ ‫جن ِج عدن و ِرضيان ِمن‬

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan,


(akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga „Adn. Dan
keridaan Allah lebih besar… “
7) Untuk menunjukkan “satu” dan “jenis” sekaligus, seperti disebutkan dalam
firman Allah QS. An-Nur ayat 45.
َ َُّ َ َ َ ُ ‫َ ه‬
٤٥ ...ٖۚ‫اّٰلل خلق كل داَّۤةث ِِّم ْن َّماۤء‬ ‫و‬

“Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, …”


Maksudnya, setiap jenis hewan dari segala macam binatang berasal dari
suatu macam air, dan setiap individu (satu) binatang berasal dari satu nutfah.

5
b. Ma’rifah
Penggunaan isim ma‟rifah memiliki beberapa fungsi yang berbeda sesuai
dengan perbedaan setiap jenisnya.
1) Terkadang isim ma’rifah disebut dalam bentuk isim dhamir (Kata ganti)
untuk meringkas kalimat seperti dalam QS. al-Ahazab ayat 35.

ً ْ َ ً ْ َ َّ ً َ ْ َّ ْ ُ َ ُ ‫َ َ َّ ه‬
٣٥ ‫اعد اّٰلل لىم مغ ِفرة واجرا ع ِظيما‬....

“… Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Dhamir yang terdapat dalam kalimat tersebut yaitu hum ( ‫)ھم‬
2) Terkadang isim ma’rifah disebut dengan al-alamiah ((nama). Ta‟rif ini
berfungsi untuk menghadirkan pemilik nama itu dalam hati dengan cara
menyebutkan namanya yang khas, seperti dalam QS. al-Ikhlas ayat 1-2.
ُ َّ ُ ‫َ ه‬ ٌ ََ ُ‫ُ ْ ُ َ ه‬
٢ ٖۚ‫ّٰلل الص َمد‬ ‫ ا‬١ ٖۚ‫اّٰلل احد‬ ‫كل وي‬

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat


meminta segala sesuatu.”

3) Terkadang isim ma‟rifah disebut dengan isim isyarah (kata penunjuk). Hal
ini berfungsi untuk:
 Pertama : Menunjuk sesuatu itu dekat, seperti dalam QS. Luqman ayat
11
ُ َ ْ َّ َ َ َ َ ََ ‫ٰ َ َ ُْ ه‬
١١... ‫اّٰلل فا ُر ْوِن ْي َماذا خلق ال ِذين ِم ْن د ْو ِنه‬
ِ ‫وذا خلق‬

“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah
diciptakan oleh (sesembahanmu) selain Allah…”
 Kedua : yang ditunjuk itu sesuatu yang jauh, seperti dalam QS.Al-
Baqarah ayat 5
َ ُ ْ ْ ُ َ ٰۤ ُ ِّ ً ُ ٰ َ َ ٰۤ ُ
٥ ‫اول ِٕىك على ودى ِِّم ْن َّر ِب ِه ْمۙ َواول ِٕىك و ُم ال ُمف ِلح ْين‬

“Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah


orang-orang yang beruntung.”

6
 Ketiga : untuk tujuan menghinakan dengan memakai kata tunjuk dekat,
seperti dalam QS. Al-Ankabu ayat 64
َ ٌ ْ َ َّ َ ْ ُّ ُ َ ْ ٰ
٦٤ ...‫َو َما و ِذ ِه الح ٰيية الدنيآ ِالا لىي َّول ِعب‬
ٌ

“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan…”


 Keempat : untuk tujuan mengagungkan dengan memakai kata tunjuk
jauh, seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 2.
َ َّ ْ ِّ ً ُ َ ٰ ْ َ ٰ
٢ ۙ‫ذ ِلك ال ِكت ُب لا َر ْي َب ِف ْي ِه ودى ِلل ُمخ ِل ْين‬

“Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa,”
4) Terkadang isim ma’rifah disebut dengan isim maushul (kata sambung)
karena beberapa alasan,
 Pertama : karena tidak disukai penyebutan namanya untuk mrnutupi atau
merendahkannya seperti dalam QS. Al-Ahqaf ayat 17.
َّ َّ
َ ُ ِّ ُ ْ َ َ َ َ ْ
١٧ ....ٓ‫َوال ِذي كال ِليالِدي ِه اف لكما‬

“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, “Ah.”…..”


 Kedua : untuk menunjukkan arti umum, seperti dalam QS. Al-Ankabut
ayat 69.
َ َ ُ ُ ْ ُ ََّ ْ َ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َّ َ
٦٩ ...‫وال ِذين جاودوا ِفينا لنى ِدينىم ستلنا‬

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami


akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami…”
 Ketiga : untuk meringkas kalimat, seperti dalam QS. Al-Ahzab ayat 69.

ْ ُ َ َّ ‫َ َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْ ٰ َ َ َ ُ ه‬
ُ ‫يٰٓايُّىا الذين امنيا لا حكينيا كالذين اذ ْوا ميسى فبَّداه‬
٦٩ ... ‫اّٰلل ِِما كاليا‬ ِ ِ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang


yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan
yang mereka lontarkan…”

7
*sebab, jika nama orang-orang yang menyakiti Musa disebutkan satu per
satu, tentu kalimat akan menjadi panjang.
5) Terkadang isim ma‟rifah disebut dengan alif dan lam ( ‫) ال‬. Hal ini memiliki
fungsi untuk:
 Pertama : menunjukkan sesuatu yang diketahui karena telah disebutkan
terdahulu, seperti dalam QS. al-Nur ayat 35,
َ َ ُ ْ ُ َ ْ َْ ٌ َ ْ َ ٰ ْ َ ْ ُ َُ َ َْ َ ٰ ْ ُ ُ‫َ ه‬
ْ ْ ٰ َّ ُ
‫۞ اّٰلل نير السمي ِت والار ِض مثل ني ِره ك ِمشكية ِفيىا ِمصتاح ال ِمصتاح ِفي زجاجث‬

ٌّ ِّ ُ ٌ َ ْ َ َ ََّ َ ُ َ َ ُّ َ
٣٥ ....‫الزجاجث كانىا كيكب د ِري‬

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan


cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu
bagaikan bintang yang berkilauan….”
 Kedua : menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui oleh pembicara atau
lawan bicara, seperti dalam QS. Al-Fath ayat 18.

َ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ ُ ‫َ َ ْ َ َ ه‬
١٨ ....‫۞ للد ر ِضي اّٰلل ع ِن المؤ ِم ِنين ِاذ يب ِايعينك تحج الشجر ِة‬

“Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka


berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon….”
 Ketiga : untuk menunjukkan kepada waktu (sekarang) ketika peristiwa
yang dimaksud terjadi, seperti dalam QS. Al-Maidah ayat 3.
ُ َ ُ َ ُ ْ ْ َ َ ْ َْ
٣ ... ‫ ال َييم اك َملج لكم ِدينكم‬...
ْ ْ ْ

“…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu,…”


 Keempat : untuk menunjukkan bahwa kata tersebut mencakup semua
individu yang tergabung di dalamnya seperti QS. Al-Ashr ayat 2.
ْ ُ َ َ ْ ْ َّ
٢ ۙ‫ِان ال ِان َسان ل ِف ْي خسر‬

“sungguh, manusia berada dalam kerugian,”


*ini diketahui karena ada pengecualian sesudahnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam rangka pemahaman terhadap Al-Qur’an dengan baik dan benar, maka
penguasaan terhadap pemahaman al-nakirah wa al-ma’rifah sangat diperlukan, sebagai
salah satu kaidah bahasa Arab, sehingga dalam memahami suatu kalimat tidak meleset
dari maksud pemakaian Al-Qur’an terhadap suatu kalimat.

Isim pada hakikatnya tidak akan keluar dari kategori al-nakirah dan al-ma’rifah.
Apabila isim itu menunjukkan sesuatu yang tertentu maka itu termasuk isim ma’rifah,
dan apabila tidak menunjukkan pada sesuatu yang tertentu disebut nakirah.

9
DAFTAR PUSTAKA
Qaththan, Manna’. 2017. Dasar-dasar Ilmu Al-Qur’an. Terjemahan oleh Umar
Mujtahid. Jakarta: Ummul Qura.

Ilyas, Hamka. (2015). Al-Nakirah Wa Al-Ma’rifah. Jurnal, Vol. 3, No.2.

10

Anda mungkin juga menyukai