OLEH :
M. AHSANAL KAWAKIBI
2197204002
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam
yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran
Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada
periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding
persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama
periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu
Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut
sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga
diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran
dasar dari agama1. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang
mendasar dan tidak mudah digoyahkan. Munculnya perbedaan antara umat Islam.
Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di
bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalanan waktu,
meningkat menjadi persoalan teologi.
1
Syuhada, Aminudin H. Akidah Akhlaq Madrasah Aliyah kelas XI. (Jakarta : BA Printing, 2021), 23.
2
Suhaimi. Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman: Pemikiran Qadariyah Dan Jabariyah Yang Bersandar
Dibalik Legitimasi Al-Qur’an. Vol. 4, No. 2 (Pamekasan , Universitas Madura, 2018), 109.
1
Pada tulisan ini tidak akan membahas secara konprehensif tentang penyebab
munculnya berbagai sekte atau macam-macam sekte, namun secara spesifik akan
membahas masalah golongan Qadariyah dan Jabariyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Aliran Jabariyah dan Qadariyah?
2. Apa Dasar-dasar Aliran Jabariyah dan Qadariyah?
3. Bagaimana Doktrin Aliran Jabariyah dan Qadariyah?
4. Siapa Tokoh-tokoh Aliran Jabariyah dan Qadariyah?
5. Bagaimana Sekte-sekte Aliran Jabariyah dan Qadariyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Aliran Jabariyah dan Qadariyah.
2. Untuk Mengetahui Dasar-dasar Aliran Jabariyah dan Qadariyah.
3. Untuk Mengetahui Doktrin Aliran Jabariyah dan Qadariyah.
4. Untuk Mengetahui Tokoh-tokoh Aliran Jabariyah dan Qadariyah.
5. Untuk Mengetahui Sekte-sekte Aliran Jabariyah dan Qadariyah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Jabariyah
1. Pengertian Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa,
sedangkan menurut al-Syahrafani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada
Allah SWT. Oleh karena itu, aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.
Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam
keadaan terpaksa3.
Aliran Jabariyah muncul bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah
(sekitar tahun 70 H/689 M). Kemunculan dua aliran ini merupakan akibat tindakan
kekejaman dan kesewenang-wenangan Muawiyah bin Abu Sofyan Hanya saja
kedua aliran tersebut memberikan reaksi yang berbeda. Aliran Qadariyah
memberikan reaksi menentang dan menyerang. Sedangkan, aliran Jabariyah justru
sebaliknya, yaitu pasrah, menyerah, dan mengembalikan segala sesuatunya kepada
Allah Swt Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan Mu'awiyah sebagai
pembenar segala tindakan politiknya4.
Paham Jabariyah dalam sejarah teologi Islam pertama kali dikemukakan oleh al-
Ja'd bin Dirham5. Tetapi yang menyebarkannya adalah Jahm bin Safwan. Jahm bin
Safwan adalah tokoh yang paling terkenal sebagai pelopor atau pendiri paham
Jabariyah. Paham ini juga identik dengan paham Jahmiyah dalam kalangan Murji'ah
sesuai dengan namanya. Jahm bin Safwan terkenal pandai berbicara dan berpidato 6
menyeru manusia ke jalan Allah dan berbakti kepada-Nya sehingga banyak sekali
orang yang tertarik kepadanya.
Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :
3
Muliati. Paham Qadariyah Dan Jabariyah. Vol. 3, No. 2 (Parepare : STAIN Parepare, 2016), 258.
4
Syuhada, Aminudin H. Akidah Akhlaq Madrasah Aliyah kelas XI. (Jakarta : BA Printing, 2021), 27.
5
Suhaimi. Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman: Pemikiran Qadariyah Dan Jabariyah Yang Bersandar
Dibalik Legitimasi Al-Qur’an. Vol. 4, No. 2 (Pamekasan , Universitas Madura, 2018), 114.
6
Jamaluddin. Anwar, Shabri S. Ilmu Kalam : Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam. (Riau : PT. Indragiri
Dot Com, 2020), 87.
3
a. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap
perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang
menentukannya.
b. Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
c. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
d. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
e. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk
ciptaanNya.
f. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama
penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
g. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah.
7
Nasution, Harun, Teologi Islam ‘Aliran-’Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Cet. V. (Jakarta: Universitas
Indonesia UI-Press, 2011), 23.
4
3. Doktrin-doktrin Jabariyah
Menurut Asy-Syarastānī, Jabarīyah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
ekstrim dan moderat8. Di antara doktrin Jabarīyah ekstrim berpendapat bahwa
segala perbuatan manusia bukan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,
tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Diantara pemuka Jabarīyah Ekstrin
adalah Abū Mahrus Jahm ibn Shofyan. Ia berasal dari Khurasan, bertempat tinggal
di Khufah ia seorang da’i yang fasih dan lincah (orator) ia menjabat sebagai
sekretaris Hariṡ ibn Surais, seorang mawali yang menentang pemerintahan Bani
Umayyah di Khurasan. Pendapatnya yang berkaitan dengan persoalan teologi
adalah sebagai berikut :
a. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
b. Surga dan neraka tidak kekal.
Pendapat ekstrim yang kedua adalah Ja’ad ibn Dirham seorang maulana Bani
Hakim, tinggal di Damaskus, doktrinnya sebagai berikut :
8
Muliati. Paham Qadariyah Dan Jabariyah. Vol. 3, No. 2 (Parepare : STAIN Parepare, 2016), 259.
9
Abdul, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Cet. II. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), 67.
5
(otrator); ia menjabat sebagai sekretaris Harits bin Surais, seorang mawali yang
menentang pemerintah Bani Umayyah di Khurasan.
f. An-Najjar (+/- 200 H.)
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar (wafat 230
H). Para pengikutnya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah10.
10
Syuhada, Aminudin H. Akidah Akhlaq Madrasah Aliyah kelas XI. (Jakarta : BA Printing, 2021), 27.
11
Al-Syahrastani, Muhammad ibn ‘Abd al-Karim, al-Milāl wa al-Nihāl. 85.
6
sama sekali. Kedua Jabariyah moderat yang berpandangan bahwa manusia
mempunyai sedikit kemampuan untuk mewujudkan kehendak dan perbuatannya.
B. Aliran Qadariyah
1. Pengertian Qadariyah
Kata Qadariyah berasal dari kata kerja qadara yang ber makna memutuskan (to
decree or to decide). Di samping ber makna memutuskan kata itu juga mengandung
makna memi liki kekuatan atau ke mampuan (to posses strength or ability)." Dalam
disiplin Ilmu Kalam istilah Qadariyah itu dipakai bagi nama suatu aliran yang
memberikan penekanan atas kebe basan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan
perbuatan nya12.
Madzhab Qadariyah muncul sekitar tahun 70 H/689 M. Tokoh utama madzhab
Qadariyah adalah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimashqi 13. Ma’bad pernah
berguru pada Hasan al-Basri bersama Wasil ibn Ata’, jadi beliau termasuk tabi’in
atau generasi kedua setelah Nabi. Sedangkan Ghailan semula tinggal di Damaskus.
Ghailan seorang yang ahli dalam berpidato sehingga banyak orang yang tertarik
dengannya. Kedua tokoh ini yang menyebarkan paham-paham Qadariyah.
Menurut pandangan KH. Ach. Masduki, seorang tokoh NU yang pernah
menjabat sebagai Wakil Rois ‘Am PWNU Jatim, menyatakan bahwa paham dari
golongan Qadariyah ini juga merupakan sebagian dari paham Mu’tazilah. Oleh
karena itu golongan Qadariyah juga boleh dinamakan Mu’tazilah Qadariyah14.
12
Yusuf, Yunan. Alam Pikiran Islam : Pemikiran Kalam. Cet II. (Jakarta : Prenada Media. 2016), 57-58.
13
Suhaimi. Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman: Pemikiran Qadariyah Dan Jabariyah Yang Bersandar
Dibalik Legitimasi Al-Qur’an. Vol. 4, No. 2 (Pamekasan , Universitas Madura, 2018), 110.
14
KH.Ach. Masduki, Konsep Dasar Pengertian Ahl al-Sunnah Waal-Jama’ah (Surabaya: Pelita Dunia, 1994),
81.
15
Jamaluddin. Anwar, Shabri S. Ilmu Kalam : Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam. (Riau : PT.
Indragiri Dot Com, 2020), 80.
7
buruk dan disiksa. Semua perbuatan yang dilakukan manusia tidak bisa keluar dari
tanggung jawabnya. Hal inilah yang disebut keadilan Tuhan.
Dalam Al-Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar
belakang lahirnya paham Qodariyah, diantaranya yakni Al-Qur'an Surah Al-Kahf
ayat 29 yang artinya “Barangsiapa menghendaki (berimani hendaklah ia beriman
dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah ia kafir...” (QS Al-Kahf [18] 29)
Ada pula dasar lain yang digunakan oleh aliran Qadariyah yaitu firman Allah
SWT dalam Surah Ar-Ra'd ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka
sendiri.” (QS Ar-Ra'd [13] 11)16
16
Syuhada, Aminudin H. Akidah Akhlaq Madrasah Aliyah kelas XI. (Jakarta : BA Printing, 2021), 28.
17
Nasution, Harun, Teologi Islam ‘Aliran-’Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Cet. V. (Jakarta: Universitas
Indonesia UI-Press, 2011), 35.
18
Muhammad ibn ‘Abd al-Karim al-Syahrastāni, al-Milāl wa al-Nihāl. 85.
19
Amīn, Aḥmad, Fajr al-Islam. (Beirut Lebanon : Dar al-Kitab al-Kitābī, 1975), 287.
8
masuk surga kelak di akhirat, juga berhak memperoleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuatnya dan diberi ganjaran siksaan dengan balasan neraka kelak di akhirat.
20
Syuhada, Aminudin H. Akidah Akhlaq Madrasah Aliyah kelas XI. (Jakarta : BA Printing, 2021), 29.
9
baru. Akibat ulahnya muncullah bid’ah Jahmiyah serta kesesatan dan
penyimpangan kufur lainnya yang ditularkannya. Al-Jahm bin Shafwan ini
banyak mengambil ucapan-ucapan Ghailan dan Al-Ja’d, bahkan ia menambah
lagi dengan bid’ah ta’thil (penolakan sifat-sifat Allah), bid’ah ta’wil, bid’ah
irja’, bid’ah Jabariyah, bid’ah Kalam, dan sebagainya. Al-Jahm akhirnya
dihukum mati pada tahun 128 H21.
21
Yusuf, Yunan. Alam Pikiran Islam : Pemikiran Kalam. Cet II. (Jakarta : Prenada Media. 2016), 59.
22
Jamaluddin. Anwar, Shabri S. Ilmu Kalam : Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam. (Riau : PT.
Indragiri Dot Com, 2020), 86.
23
Muliati. Paham Qadariyah Dan Jabariyah. Vol. 3, No. 2 (Parepare : STAIN Parepare, 2016), 258.
10
a. Qadariyah yang ghuluw (berlebihan) dalam menolak takdir.
b. Qadariyah yang ghuluw (berlebihan) dalam menetapkan takdir.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paham Jabariyah memandang manusia sebagai makhluk yang lemah dan tidak
berdaya. Manusia tidak sanggup mewujudkan perbuatan-perbuatannya sesuai dengan
kehendak dan pilihan bebasnya. Pendeknya, perbuatan-perbuatan itu hanyalah
dipaksakan Tuhan kepada manusia. Pa-ham Jabariyah terpecah ke dalam dua kelompok,
ekstrim dan moderat.
Qadariyah menyatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan
memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan segala
perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang
buruk tanpa campur tangan dari Allah S.W.T. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa
manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan
hidupnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozaq, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Cet. II. Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.
Yusuf, Yunan. Alam Pikiran Islam : Pemikiran Kalam. Cet II. Jakarta : Prenada
Media. 2016.
Al-Syahrastani, Muhammad ibn ‘Abd al-Karim, al-Milāl wa al-Nihāl.
Amīn, Aḥmad, Fajr al-Islam. Beirut, Lebanon : Dar al-Kitab alKitābī. 1975.
Jamaluddin. Anwar, Shabri S. Ilmu Kalam : Khazanah Intelektual Pemikiran dalam
Islam. Riau : PT. Indragiri Dot Com, 2020.
Masduki, Ach. Konsep Dasar Pengertian Ahl al-Sunnah Waal-Jama’ah. Surabaya:
Pelita Dunia, 1994.
Muliati. Paham Qadariyah Dan Jabariyah. Parepare : STAIN Parepare, Vol. 3,No. 2.
2016.
Nasution, Harun, Teologi Islam ‘Aliran-’Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Cet. V.
Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press, 2011.
Suhaimi. Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman: Pemikiran Qadariyah Dan Jabariyah
Yang Bersandar Dibalik Legitimasi Al-Qur’an. Pamekasan : Universitas
Madura. Vol. 4,No. 2, 2018.
Syuhada, Aminudin H. Akidah Akhlaq Madrasah Aliyah kelas XI. Jakarta : BA Printing,
2021.
13