A. Pendahuluan
Sejarah merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan peristiwa yang unik
dan berlaku. Hanya sekali dan tidak terulang untuk yang kedua kalinya[1]. Oleh
karena itu, ada pandangan bahwa masa silam tidak perlu dihiraukan lagi, anggap
saja masa silam itu ”kuburan”. Pandangan ini tentu saja sangat subyektif dan
cenderung apriori sekaligus tidak memiliki argumentasi yang kuat. Tapi
bagaimanapun sebuah perirtiwa pada masa silam bisa dijadikan pandangan untuk
kehidupan yang akan datang agar lebih baik.
Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kehidupan di muka bumi ini.
Mengalami masa pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik puncaknya akan
mengalami masa kemunduran dan bahkan kehancuran, bak sebuah roda yang
berputar.
Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi
di Persia dan Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi
perkembangan peradaban islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan
dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan
safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40
tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan
Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti
dengan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada
ketiga kerajaan tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah
kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran.
Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Demikian pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang
telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam.
Kemunduran-kemunduran inilah yang akan penulis bahas dalam makalah ini.
Karena pengaruhnya sangat besar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara
keseluruhan.
Sejak Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani
Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn
Qasim[2] peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India.
Kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan
Hindu dan serta mengislamkan sebagian masyarakatnya[3] India pada tahun 1020
M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai
negeri India ini, seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan yang terakhir
Dinasti Lodi yang didirikan Bahlul Khan Lody.[4]
Powered by wordads.co
Seen ad many times
Not relevant
Offensive
Covers content
Broken
REPORT THIS AD
Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di
India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan
kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan
ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah
sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
1. B. PEMBAHASAN
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul
dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim
Lodi, penguasa India, dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi
kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan,
Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk
menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lody di Delhi.[7] Permohonan itu langung
diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu
kota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada 21 April
1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta
ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi
sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian
berdirilah Kerajaan Mughal di India.
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal
merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India
yang asli. Meskipun demikian, Dinasti Mughal telah memberi warna tersendiri
bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.
Babur bukanlah orang India[8]. Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan orang
Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki.[9] Akan tetapi,
cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal.
Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang
dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk) dan semua
pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit,
nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat
untuk memperbaiki kesalahan itu.”
Raja-raja Mughal
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh
penguasa Safa¬wiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun
menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil
menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia
mengalahkan ke¬kuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556
Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di
samping mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik
anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil
mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah
Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah
kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya
menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai
pe¬menang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja
meninggal ter¬bunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali.
Keduanya kemudian meng¬angkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian
dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya
sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini
selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus
secara baik[17]. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan
loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
ü Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan
imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya
terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran
penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin
jihad.
ü Para pejabat dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk
menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah
tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang
sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang
sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
ü Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang
dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk
mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh
kaum petani.[20]
1. 2. Bidang Ekonomi
1. 3. Bidang Agama
ü Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya
kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut
hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris
kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
ü Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra
merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri
peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old
Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar
(1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng
Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja
Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng
Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
ü Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu
dalam rangka me¬ngembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian
menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari
kota Delhi, rumah-¬rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah,
raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah
sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan
membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
PENUTUP
DAFTRA KEPUSTAKAAN