Anda di halaman 1dari 25

Sumber: http://mashajirismail.wordpress.

com/2011/02/02/sejarah-peradaban-islam-pada-
kerajaan-mughal-india/
SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA KERAJAAN MUGHAL (INDIA)
A. Pendahuluan
Sejarah merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan peristiwa yang unik dan berlaku. Hanya
sekali dan tidak terulang untuk yang kedua kalinya[1]. Oleh karena itu, ada pandangan bahwa masa silam
tidak perlu dihiraukan lagi, anggap saja masa silam itu kuburan. Pandangan ini tentu saja sangat
subyektif dan cenderung apriori sekaligus tidak memiliki argumentasi yang kuat. Tapi bagaimanapun
sebuah perirtiwa pada masa silam bisa dijadikan pandangan untuk kehidupan yang akan datang agar lebih
baik.
Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kehidupan di muka bumi ini. Mengalami masa
pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik puncaknya akan mengalami masa kemunduran dan
bahkan kehancuran, bak sebuah roda yang berputar.
Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan
Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban islam. Kerajaan
Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di
kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode
kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah
Sultan Akbar (1542-1605 M).

Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran
bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah
pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan
mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan
yang berbeda-beda. Demikian pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang telah banyak
memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kemunduran-kemunduran inilah yang akan
penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap kelangsungan peradaban
Islam secara keseluruhan.

Sejak Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi
yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim[2] peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di
anak benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu
dan serta mengislamkan sebagian masyarakatnya[3] India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur
muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Mamluk, Khalji,
Tuglug, dan yang terakhir Dinasti Lodi yang didirikan Bahlul Khan Lody.[4]
Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah tersebut dimana pada saat itu
mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu
membangkitkan semangat ummat Islam di India.
Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada
dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan
berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua
setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
1. B. PEMBAHASAN
1. 1. Asal-usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi[5], sebab ia menandai puncak perjuangan
panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara
warisan bangsa Persia dan bangsa India. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika
pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar
dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan
kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
Kerajaan Mogul (Mughal-pen) ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530M)[6] salah
satu dari cucu Timor Lenk. Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana
dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan
Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami
kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan
Samarkand pada tahun 1494 M.
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur
meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis, sehingga
stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat
Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan
pemerintahan Ibrahim Lody di Delhi.[7] Permohonan itu langung diterimanya. Pada tahun 1525 M,
Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju
Delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta
ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi sebagai pemenang dan
menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India.
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan
kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti
Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik
dengan agama Hindu.
Babur bukanlah orang India[8]. Syed Mahmudunnasir menulis, Dia bukan orang Mughal. Di dalam
memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki.[9] Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya
dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang
suka perang dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk) dan semua pengikutnya
menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan
nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:
1. Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia
2. Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.

Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang
sempat memerintah adalah:
1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah : Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal.
Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal
kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan
Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu segera menyusun
kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran[10].
Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan
pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi
pada tahun 1529[11]. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
2. Humayun (1530-1556), Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang
bemama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M).
Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun
Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak
tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud
melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang
dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah
yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia,
Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan
kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan
oleh putranya Akbar.
1. Akbar (1556-1605), Pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti
Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga
seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syiah. Di awal
masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang
masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak
berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga
terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan
dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh
sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syiah. Bairam Khan memberontak, tetapi
dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur[12] tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam
negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu
pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar[13].
Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai
gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal[14]. Menurut Abu Suud, dengan
keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang
dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis
yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
1. Jahangir (1605-1627), Kepemimpinan Jihangir yang didukung oleh kekuatan militer yang besar.
Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat
hidup dengan aman dan damai[15]. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan
Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan
yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
2. Syah Jihan (1628-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya[16]. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa
pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar
Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja
Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi
atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup
menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum
mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu
keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama
Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak
istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah
kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb
sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
1. Aurangzeb (1658-1707), Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal
sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya
dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan
masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb
berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik
keagamaan Akbar.
2. Bahadur Syah (1707-1712), Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb
mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-
putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai
raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra
Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri.
Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia
menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan
Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-
1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya
sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah
kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik[17]. Akibatnya pemerintahan daerah
berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.

1. Jehandar (1712-1713), Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang
oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari
serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan
berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan
syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana.
Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
2. Bahadur Syah (1837-1858). Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian
yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak
Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
1. 2. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal
1. 1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat,
Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah.[18] dan
konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
Menjalankan roda pemerintahan secara, pemerintahan militeristik.
Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak
kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India
dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.[19] Politik ini dinilai
sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.
Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang
dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran,
Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai
pemimpin jihad.
Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka
mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang
diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut
jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang
dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah
penyalahgunaan oleh kaum petani.[20]
1. 2. Bidang Ekonomi
Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan
muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab
kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani
dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini.
Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit
tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil
pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi
para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan
pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga
jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri,
yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi
perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur-
untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa
sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya
dalam jumlah yang besar[21].
1. 3. Bidang Agama
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik,
di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-
Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh
membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun
konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi
tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang di
kedepankan[22]. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya
menyimpulkan, Din-i-llahi itu merupakan (semacam Ideologi/dasar pemerintahan Akbar) dan
Pancasilanya bagi bangsa Indonesia.[23]
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah
Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang
merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal
itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh
sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang
dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik[24]. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syiah untuk
mengembangkan pengaruhnya.
Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari
warga Sunni dan Syii.
Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam
yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan
menjaga syariat Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
1. 4. Bidang Seni dan Budaya
Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia
gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari
yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak
karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi
di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub
Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza
(1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota
Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid
Jami Atala (1405).
Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia,
Timur Tengah, dan lokal.
1. 3. Sebab-sebab kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Mughal
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana
berikut ;
Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya kontrol
pemerintahan pusat.
Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara,
gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi
Inggris melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami
kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan
pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan,
maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap
kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris
kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi,
rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari
istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-
wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.[25]
PENUTUP
Toynbee menyatakan setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap
hidup: lahir, tumbuh, runtuh, dan silam. Kerajaan Mughal telah melewati konsepsi itu. Namun Kerajaan
Mughal tidak mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India, karena kerajaan ini merupakan
warisan dua peradaban besar tersebut. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Sepertinya
tepat yang ditulis oleh Roger Garaudy bahwa Islam telah membawakan kepada manusia suatu
dimensi transenden (ketuhanan) dan dimensi masyarakat (umat) .
2. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris
tenggelam, kembali muncul.
3. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban
dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system
pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4. Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk
sebuah kultur Muslim secara eksklusif.
5. 5. Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan
rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun
perlu diwaspadai.
DAFTRA KEPUSTAKAAN

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1993)
Bloger dalm http://www..com/post-edit.g?blogID=76
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008)
Ensiklopedi Islam, Cetakan keempat, Jild 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta : PT
ICHTIAR BARU VAN HOEVE, 1997),
Fakta sejarah dalam http://www.hidayatullah.com/kolom/
worldviews/9687http://yacobsemesta.wordpress.com/2009/04/25/kerajaan-mughal/
M. Mujib, The Indian Muslim, ( London : George Alen, 1967), 254
Makalah 2
Sumber: http://usman-wwwmaal-khidmah.blogspot.com/p/srikipsi.html
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Usul Kerajaan Mughal
Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri
antara tahun (1526-1858 M). Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur
(1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ekspansinya
ke India dimulai dengan penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan Alam Khan (Paman
Lodi) dan gubernur Lohere[1]. Ia berhasil munguasai Punjab dan berhasil menundukkan Delhi, sejak saat
itu ia memproklamirkan berdirinya kerajaan Mughal. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur
mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat
Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru itu, sehingga ia harus berhadapan langsung
dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di
Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.
Penguasa Mughal setelah Babur adalah Nashiruddin Humayun atau lebih dikenal dengan
Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M)[2], puteranya sendiri. Sepanjang pemerintahanya tidak stabil,
karna banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Bahkan beliau sempat mengungsi ke Persia karna
mengalami kekalahan saat melawan pemberontakan Sher Khan di Qonuj, tetapi beliau berhasil merebut
kembali kekuasaanya pada tahun 1555 M berkat bantuan dari kerajaan safawi. Namun setahun kemudian
1556 M beliau meninggal karna tertimpa tangga pepustakaan, dan tahta kerajaan selanjutnya dipegang
oleh putranya yang bernama Akbar.
2.2 PERKEMBANGAN DAN KEJAYAAN KERAJAAN MUGHAL
Masa kejayaan kerajaan Mughal dimulai pada pemerintahan Akbar (1556-1506 M), dan tiga raja
penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M).
Setelah itu, kemajuaan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
Akbar mengganti ayahnya pada saat usia 14 tahun, sehingga urusan kerajaan diserahkan kepada
Bairam Khahan, seorang syii. Pada masa pemerintahanya, Akbar melancarkan serangan untuk
memerangi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan
lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh
Bairam Khan sehingga terjadi peperangan dasyat, yang disebut panipat 2 tahun 1556 M. Himu dapat
dikalahkan dan ditangkap kemudian diekskusi. Dengan demikian, Agra dan Kwalior dapat dikuasai penuh
(Mahmudun Nasir,1981:265-266).
Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh
kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran syiah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat
dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M.
Setelah itu masa kejayaan kerajaan Mughal berhasil dipertahankan oleh putra beliau yaitu Jehangir
yang memerintah selama 23 tahun (1605-1628 M). Namun Jehangir adalah penganut Ahlussunah Wal
Jamaah, sehingga Din-i-Illahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya.[3]
Sepeninggalan Jehangir pucuk kekuasaan kerajaan Mughal di pegang oleh Sheh Jehan yang
memerintah Mughal selam 30 tahun (1628-1658 M). Pada masa pemerintahanya banyak muncul
pemberontakan dan perselisihan dalam internal keluarga istana. Namun semua itu dapat diatasi oleh
beliau, bahkan beliau berhasil memperluas kekuasaanya Hyderabat, Maratha, dan Kerajaan Hindu lain
yang belum tunduk kepada pemerintahan Mughal. Keberhasilan itu tidak bias lepas dari peran
Aurangzeb, putera ketiga dari Sheh Jehan.
Pengganti Sheh Jehan yaitu Aurangzeb, beliau berhasil menduduki tahta kerajaan setelah berhasil
menyingkirkan para pesaingnya (saudaranya). Pada masanya kebesaran Mughal mulai menggema
kembali, dan kebesaran namanya-pun disejajarkan dengan pendahulunya dulu, yaitu Akbar.
Adapun usaha-usaha Aurangzeb dalam memajukan kerajaan Mughal diantaranya menghapuskan
pajak, menurunkan bahan pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang
berlaku di India yang dinamakanfatwa alamgiri sampai akhirnya meninggal pada tahun 1707 M. Selama
satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi salah satu negara adikuasa. Ia menguasai
perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran barang-barangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah,
Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar
ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi.[4]
Dengan besarnya nama kerajaan Mughal, banyak sekali para sejarawan yang mengkaji tentang
kerajaan ini. Dan pada masa itu telah muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan
karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure
pemimpinnya. Sedangkan karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan karya seni terbesar yang
dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan masjid-masjid yang indah. Pada
masa Shah jehan dibangun Masjid Berlapis mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana
Indah di Lahore (Ikram, 1967:247).
2.3 KEMUNDURAN DAN RUNTUHNYA KERAJAAN MUGHAL
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya.
Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot,
suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah,
Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para
pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan
didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul,
tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras
menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu
menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb
yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul.[5] Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah
(1707-1712 M). Ia menganut aliran Syiah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan yang berjalan
selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga
dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran
Syiah kepada mereka.[6]
Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan
kekuasaan di kalangan istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi,
pemerintahannya oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, wazir Aurangzeb. Azimus Syah meninggal tahun
1712 M an diganti oleh putranya, Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya
sendiri. Jihandar Syah apat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi tewas di
tangan para pendukungnya sendiri (1719 M). Sebagai gantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748
M). Namun, ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang
sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk
menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan
bantual kepada pemberontak Afghan di daerah Persia. Oleh karena itu, ada tahun 1739 M, dua tahun
setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan
mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah ia bersedia
member hadiah yang sangat banyak keada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi
kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam Al-Mulk (1722-
732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi, tahun 1732 M, Nizam Al-Mulk
meninggalkan Delhi menuju Hiderabat dan menetap di sana.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.
Pemerintahan daerah satu per satu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung
memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing. Hiderabat dikuasai Nizam Al-Mulk, Marathas
dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari
Amber, Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh.
Adapun sebab-sebab keruntuhan Mughal secara detail, yaitu :
1. Terjadinya stagnasi pembinaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah pantai tidak dapat
dipantau.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik yang mengakibatkan pemborosan dan
penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurengzeb yang terkesan kasar dalam mendakwahkan agama.
4. Pewaris tahta pada paroh terakhir adalah pribadi-pribadi lemah.
2.4 HASIL-HASIL KEBUDAYAAN KERAJAAN MUGHAL
A. Bidang Poitik dan Militer
Sistim yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat
karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi lain terdapat
juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang produk dari Sistim ini adalah Din-I-
Ilahi dan Mansabhadari. Dibidang militer, pasukan Mughal dikenal pasukan yang sangat kuat. Mereka
terdiri dari pasukan gajah berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai
oleh sipah salar dan sub distrik di kepalai oleh faudjar. Dengan sistim ini pasukan Mughal berhasil
menahlukan daerah-daera di sekitarnya.
B. Bidang Ekonomi
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan Geografi dan
Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian,
padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.[7]
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia,
dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn
yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengawan. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan
Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
C. Bidang Seni dan Arsitektur
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya
seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun
berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi
yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan
kebijakan jiwa manusia.[8]
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai
kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun
istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid
berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid raya Delhi dan istana indah di Lahore.[9]
D. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri,
banyak ilmuan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan Istana Mughal-pun
menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini adanya dukungang dari penguasa dan bangsawan seta Ulama.
Aurangzeb misalnya membelikan sejumlah uang yang besar dan tanah untuk membangun sarana
pendidikan.
Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa
Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah
di pegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum islam yang dikenal
dengan sebutan Fatawa-I-Alamgiri.

BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa.
Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Dimana
keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India
yang hampir tenggelam
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris
tenggelam, kembali muncul.
Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia
baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system pengelolaan
pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan
kuatnya sistem keamanan.

DAFTAR PUSTAKA
Badri, Yatim. 1995. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
Maryam, Siti. Dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : LESFI.
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : AMZAH
Misbah, Maruf. Dkk. 1994. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : CV. WICAKSANA
http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/kerajaan-islam-mughal-di-india.pdf
http://www.google.com/sejarah-kerajaan-mughal-di-india/
Makalah 3
Sumber: http://iain-s.blogspot.com/2013/04/sejarah-peradaban-islam-kerajaan-mughal.html
BAB I
PENDAHULUAN

Kerajaan Mughal berdiri seperempat Abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi, jadi, diantara ke
tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda.[1] Kerajaan Mughal merupakan salah
satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru
bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah
suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal,
maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
Di kalangan masyarakat Arab, India dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India
telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan
perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan
dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan
peradaban yang dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas
eksistensi Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.
Makalah ini selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting tentang asal-usul, tumbuh,
berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan Mughal, juga mengulas faktor-faktor yang
mendorong timbul hingga tenggelamnya kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil
pelajaran, bagaimana membalikkan (reverse) gelombang peradaban di anak benua India tersebut.
Mengenai hal ini Ibnu Khaldun berkata, "reversi tersebut tidak akan dapat tergambarkan tanpa
menggambarkan pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih dahulu untuk menentukan faktor-faktor yang
membawa sebuah peradaban besar melemah dan menurun drastis.

BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH PERADABAN ISLAM KERAJAAN MUGHAL DI INDIA


A. ASAL-USUL KERAJAAN MUGHAL
1. Sejarah Munculnya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan
panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara
warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Agama Islam masuk ke India diperkirakan abad ke-7 M. melalui perdagangan. Dalam keterangan
sejarah tahun 871 telah ada oran Arab yang menetap disana (India). Hal ini menunjukkan suatu indikasi
bahwa sebelum kerajaan Mughal berdiri, masyarakat India sudah mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat
di kota Delhi adanya sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun1193 M.
Sedangkan kerajaan Mugal berdirinya pada tahun 1526. Jadi kerajaan Mugal ini sebagai penerus Islam
sebelumnya di India. Pada masa khullafaurrasyidin, memang sudah ada niat penyebaran Islam ke India,
hal ini diketahui pada masa khalifah Umar bin Khatab dan Usman sudah pernah mengirim ekspedisi ke
sana, tetapi rencana ini gagal karena mendengar rawannyan daerah India. Kemudian pada masa Ali bin
Abi Thalib juga pernah mengirim suatu ekspedisi di bawah pimpinan Al-Harits bin Murah Al-Abdi untuk
menyerbu India dan berhasil menaklukkanya, malangnya sang pemimpin terbunuh pada tahun 42 H
disuatu daerah Al-Daidin yang terletak antara Sind dan Khurasan.[2]
India menjadi wilayah Islam pada masa Umayyah yakni pada masa Khalifah al-Walid. Penaklukan
wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim.
Kemudian pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam
di wilayah ini dengan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman
sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. setelah Ghaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti
kecil yang menguasai negeri India sperti dinasti Khalji (1296-1316 M), dinasti Tuglag (1320-1412 M),
dinasti Sayyid (1414-1451 M), dinasti Lodi (1451-1526).[3] Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin
Babur, seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang
ibunya keturunan Jengis Khan. Sepeninggal ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun mewarisi tahta
kekuasaan wilayah Farghana. Ia bercita-cita menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting di
Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan cita-citanya.
Kemudian berkat bantuan Ismail I, raja Safawi, sehingga pada tahun 1494 Babur berhasil menaklukkan
kota Samarkand dan pada tahun 1504 menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul,
Babur melanjutkan ekspansi ke India yang saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi. Ketika itu
pemerintahan dinasti Lodi sedang mengalami krisis dan mulai melemah pertahanannya sehingga Babur
dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam upaya menguasai wilayah India, Babur berhasil
menaklukkan Punjab tahun 1525. Kemudian pada tahun 1526 dalam pertempuran di Panipat, Babur
memperoleh kemenangan sehingga pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan di
kota ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah kerajaan Mughal di
India pada tahun 1526. Sudah tentu pihak musuh terutama dari kalangan Hindu yang tidak menyetujui
berdirinya kerajaan Mughal segera menysun kekuatan gabungan. Namun Babur berhasil mengalahkan
mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang
pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat
menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian Babur meninggal dunia.
Sepeninggalan Babur, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh Humayun yang ternyata tetap saja
menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat
yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam
peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia. Di pengasingan
ini ia menyusun kekuatannya. Ketika itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyyah yang bernama
Tahmasp. Setelah 15 tahun menyusun kekuatan dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil
menegakkan kembali kekuasaan Mughal di delhi pada tahun 1555. Ia mengalahkan kekuasaan Khan
Syah. Setahun kemudian ia meninggal dunia.
2. Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja
yang sempat memerintah adalah Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-1556), Akbar (1556-
1605), Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707), Bahadur Syah (1707-
1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah
(1748-1754), Alamghir II (1754-1760), Syah Alam (1760-1806), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur
Syah (1837-1858).[4]
Zahiruddin Babur (1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa
kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur
masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai
berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur
berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit
kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat
Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian yakni pada tahun
1530 Babur meninggal dunia.
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun.
Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat
dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal
dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan
pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun
1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari
Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa
Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan
di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia
mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia
digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605) pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam
yang besar di India.
Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah. Di awal masa
pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih
berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan
yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki
kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan
dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian
dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh
sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak, tetapi
dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat
diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala,
Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan
militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[5] Dua
gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang
ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su'ud, dengan keberhasilan ini Akbar
bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu
menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya.
Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627) yang didukung oleh kekuatan militer
yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh
rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan
Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia
lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbih pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa
pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar
Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja
Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi
atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan.
Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu
keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama
Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak
istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah
kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb
sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim
India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa
pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II
Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan
supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu
mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan
kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan
antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus
dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling
lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya
sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia
menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan
Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-
1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya
sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah
kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah
berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat
jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan
jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC
untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan
syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran
EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India. Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II
menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara
Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada
tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
B. KEMAJUAN YANG DICAPAI KERAJAAN MUGHAL.

1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan.


a) Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan
Aurangzeb.
b) Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bereorak
kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
c) Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India
dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai
model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.
d) Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang
dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran,
Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai
pemimpin jihad.
e) Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai
interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi
pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi
hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
f) Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang
dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah
penyalahgunaan oleh kaum petani.

2. Bidang Ekonomi

a) Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.


b) Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan
muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab
kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani
dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya..
c) Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini.
Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit
tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil
pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi
para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan
pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga
jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri,
yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d) Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi
perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur-
untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa
sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya
dalam jumlah yang besar.
3. Bidang Agama.
a. Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik,
di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-
Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh
membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun
konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi
tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di
kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya
menyimpulkan, "Din-i-llahi itu merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
b. Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah
Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang
merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal
itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh
sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang
dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c. Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk mengembangkan
pengaruhnya.
d. Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari
warga Sunni dan Syi'iah.
e. Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam
yang dinamakan fattawa alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan
menjaga syari'at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4. Bidang Seni dan Budaya.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni
yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa persia maupun yang
berbahasa India. Penyair India yang terkenala adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi
yang menghasilkan karya besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa
manusia.[6] Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang
dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa akbar
dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid yang indah.[7] Pada masa Syah Jehan
dibangun masjid yang berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra, mejid raya Delhi dan istana indah
dilghare. Dalam bidang karya seni dan budya yang sudah dihsilkan kerajaan Mughal antara lain :
a) Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia
gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan Aini Akbari
yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b) Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya
arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di
Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub
Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza
(1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota
Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid
Jami Atala (1405).
c) taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia,
Timur Tengah, dan lokal.
Sebab-sebab Kemajuan :
Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini
termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil
memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut :
a. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir
perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
b. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja
dan program kesejahteraannya.
c. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini
diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah
dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan Mughal
mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah
dan sastra".
Sisa-sisa kejayaan Dinasti Mughal dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan
hingga sekarang. Misalnya Taj Mahal di Agra, makam megah yang dibangun pada masa Syah Jahan
untuk mengenang permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah saksi bisu kemajuan arsitektur Islam pada masa
dinasti ini. Bangunan indah yang termasuk tujuh keajaiban dunia ini memang sudah usang, lusuh, dan
tidak terawat. Namun, kemegahan dan keindahannya menjadi bukti sejarah akan kokohnya peradaban
Islam di India pada waktu itu. Kehidupan seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.
Demikian halnya Dinasti Islam Mughal di India. Sebagaimana dinasti-dinasti Islam lainnya, dinasti ini
pun mengalami siklus: berdiri, berkembang, mencapai puncak, mengalami kemunduran, lalu hancur.
Itulah siklus peradaban seperti yang dikemukakan Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka melalui
teori Ashabiyah-nya.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan
cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan ini dimulai ketika dia
mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada pertempuran pertama Panipat dengan bantuan
Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab dan meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan.
Penguasa setelah Babur adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi
kerajaan tidak stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi pemberontakan
yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan Humayun melarikan diri ke Persia. Atas
bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-
1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai
Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat
terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi universal, yang memandang
sama semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi
stabilitas antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging
sapi. Penguasa keempat adalah Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Jahangir adalah penganut
Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu
muncul berbagai pemberontakan, terutama oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram berhasil menangkap
ayahnya, tapi berkat permaisuri kerajaan, permusuhan antara ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
Setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan saudaranya, Asaf Khan. Kurram
bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) . Masa ini banyak terjadi pemberontakan, terutama dari kalangan
keluarga kerajaan. Aurangzeb, panglima dan juga putra ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan
pemberontakan dari keturunan Lodi. Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara tertuanya, Dara, merasa
iri dan menuduh ingin merebut tahta kerajaan. Namun ketangguhan Aurangzeb berhasil mengalahkan
saudaranya sekaligus menangkap ayahnya, Shah Jahan. Hal ini pernah dilakukan sendiri oleh Shah Jahan
terhadap kakek Aurangzeb, Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M) menggantikan ayahnya, Shah Jahan.
Kebijakan Aurangzeb sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh para pendahulunya terutama buyutnya,
Akbar Khan. Ia melarang berjudi, minuman keras, upacara sati, serta membolehkan pengrusakan kuil-kuil
Hindu. Kebijakan ini menimbulkan banyak pemberontakan terutama dari kalangan Hindu. Namun karena
kekuatan pasukan Aurangzeb, semua pemberontakan dapat dipadamkan.
Kebesaran namanya sejajar dengan kebesaran nama buyutnya, Akbar Khan. Meski pemberontakan bisa
dipadamkan oleh Aurangzeb, namun setelah kematian Aurangzeb, banyak propinsi yang memisahkan
diri. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran, meskipun tetap berkuasa selama 150 tahun berikutnya.
Penguasa setelahnya antara lain: Bahadur Syah (1707-1712 M), Jhandar Syah 1713, Azim Syah 1713,
Faruk Syiyar 1719, Muhammad Syah 1749, Ahmad Syah 1754, Alamgir 1759, Syah Alam 1806, Akbar II
dan raja terakhir Bahadur Syah II 1858.
Peradaban Kemaharajaan Mughal Di bidang politik, Sulhul Kull berhasil menyatukan rakyat Islam,
Hindu, dan penganut lainnya. Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal dengan pasukan yang kuat.
Terdiri dari pasukan gajah, berkuda, dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik yang
dikepalai oleh Sipah Salar. Di bidang ekonomi, memajukan pertanian. Terdiri dari padi, kacang, tebu,
kapas, tembakau, dan rempah-rempah. Pemerintah membentuk sebuah lembaga yang mengurusi hasil
pertanian serta hubungan dengan para petani. Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia
Tenggara dll. Masa Jahangir, investor diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan pabrik. Di
bidang seni, Jahangir merupakan salah satu pelukis terhebat. Kemaharajaan Mughal juga terkenal dengan
ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Diantara bangunan yang terkenal:
benteng merah, makam kerajaan, masjid Delhi, dan yang paling popular adalah Taj Mahal di Aghra.
Istana ini merupakan salah satu keajaiban dunia yang dibangun oleh Syah Jahan untuk mengenang
permaisurinya, Noor Mumtaz Mahal yang cantik jelita.
Taj Mahal - salah satu peninggalan Dinasti Mughal di India
Di bidang sastra, banyak sastra dari bahasa Persia diubah ke bahasa India. Bahasa Urdu yang berkembang
di masa Akbar, menjadi bahasa yang banyak dipakai oleh rakyat India dan Pakistan sampai sekarang. Di
bidang ilmu pengetahuan, Syah Jahan mendirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat
pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru.
Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar di India. Pelajaran dari Kemaharajaan Mughal Salah satu
Ketidakharmonisan hubungan kekeluargaan, antara ayah dan anak, adik dan kakak menjadi salah satu
faktor lemahnya kemaharajaan Mughal dari dalam, hal ini telah terjadi pada beberapa Dinasti Islam
sebelumnya. Dalam penggalan sejarah Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling berpengaruh: Akbar
Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam dekade yang berbeda, tetapi kebijakan
Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan pengembangan Islam di India, memiliki
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Akbar mengembangkan pola Islam sinkretis. Sebaliknya,
Aurangzeb mengembangkan pola Islam puritan.
Dalam perspektif politik, langkah Akbar ini dianggap sah, bahkan cerdas. Sebab, substansi politik adalah
tercapainya tujuan, meskipun pada saat bersamaan terdapat aspek-aspek tertentu yang terabaikan. Orang
boleh melakukan apa saja dalam konteks politik. Akbar telah memposisikan Islam tidak lebih dari sekedar
simbol formal tanpa makna. Karena itu, dia dengan mudah meleburkan dan mencampuradukkan Islam
dengan berbagai kepercayaan lain. Dalam situasi ini, Islam kehilangan identitasnya. Ketinggian dan
keluhuran ajaran Islam juga tereduksi sedemikian rupa. Hal ini menyebabkan ketegangan dengan para
penganut Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan Aurangzeb. Wajah Islam di India pada masa Aurangzeb
tampak lebih dominan. Dia berusaha mengangkat kembali citra Islam yang tampak redup beberapa
dasawarsa sebelumnya. Ia giat mengembalikan kemurnian Islam. Usaha ini patut dihargai. Sebab, dari
sini terlihat kecintaan seorang Aurangzeb terhadap Islam. Namun, perlu diingat, Islam adalah agama yang
mensponsori perdamaian, tanpa paksaan, dan tidak mentolelir berbagai tindak kekerasan terhadap
pemeluk agama lain. Memurnikan ajaran Islam dengan merusak tempat ibadah agama lain, bukanlah
pesan Islam.
Kebijakan Aurangzeb untuk menghancurkan kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di jalan-jalan agar selalu
diinjak tampaknya menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan terjadinya pemberontakan hebat dari
kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan oleh pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah.
Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania yang masuk ke India pada
1600 M. dan mulai melakukan penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta
membubarkannya tahun 1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis.

C. KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KERAJAAN MUGHAL


Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605).
Generasi sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707)
masih dapat mempertahankan kemajuan tersebut. Namun Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan
penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.
Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;
a. Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya kontrol
pemerintahan pusat.
b. Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara,
gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi
Inggris melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami
kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan
pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan,
maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.

BAB III
PENUTUP
1. Kerajaan Mughal berdiri pada periode pertengahan. Setelah masa pertengahan usai, muncul tiga
kerajaan besar yang dapat membangun kembali kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut
adalah kerajaan Mughal. Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai negara adikuasa pada
zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu menguasai perekonomian, politik serta
militer dan mampu mengembangkan kebudayaan yang monumental.
2. Era kemaha-rajaan Mughal berlangsung dari tahun 1526 M (era dinasti Babur) sampai sekitar tahun
1707 M (dinasti Awramzib). Demikian makmur dan kayanya para maha raja ini, bisa dikatakan bahwa
antara abad ke-16 sampai abad ke-17, India mengontrol sekitar seperempat ekonomi global. Duta besar
inggris pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru, dalam siratnya menggambarkan kekayaan raja
Jahangir (1569-1627 M) begitu melimpahnya sampai-sampai ia menyebutnya sebagai kekayaan dunia.
3. Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai dengan konflik di kalangan keluarga kerajaan, yang intinya
adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan
ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian.
Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin
tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang
menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram, menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan
mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan di antaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad
Bakhs saling berebut kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.

REFERENSI
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2008 )
http://lppbi-fiba.blogspot.com di akses tanggal, 25 Maret 2012

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI Press,1985)

Http//kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html, di akses tanggal, 25 Maret 2012

http://mustaqimzone.wordpress.com/2011/01/30/kerajaan-mughal-di-india/
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2008 ),
hlm.145.
[2] http://lppbi-fiba.blogspot.com di akses tanggal, 25 Maret 2012
[3] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI Press,1985), hlm. 82.

[4] Http//kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html, di akses tanggal, 25 Maret 2012


[5] Ali K. Tarikh, Sejarah Islam Pra Modern, (Jakarta : Srigunting, 2000), hlm. 354.
[6] Badri Yatim, Op.Cit, hal. 150.
[7] Ibid , hal.150-151.

Anda mungkin juga menyukai