Disusun oleh:
Nama : Michelle Aprilia Wijaya
NIM : 20162320013
Pembimbing Tugas Akhir:
Nama : Andrey Caesar,ST.,M.Ars
Oleh
Nim : 20162320013
Pembimbing
Mengetahui,
Oleh
Nim : 20162320013
Dewan Penguji
Nim : 20162320013
Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini merupakan hasil kerja saya sendiri, dan
saya tidak melakukan plagiat. Semua kutipan karya ilmiah orang lain atau lembaga
lain yang dirujuk dalam laporan Tugas Akhir ini telah disebutkan sumber
kutipannya serta saya cantumkan di Daftar Pustaka.
Hari/
No. Pokok Bahasan Catatan Pembimbing Paraf
Tanggal
RTNH, Fungsi dalam kawasan
1. 16/09/19 Laporan Survey
mixed use.
Isu dan kebutuhan dalam
2. 18/09/19 Analisa Lokasi
lahan.
Fungsi dalam lahan dan
3. 20/09/19 Analisa
zoning.
4. 02/10/19 Analisa Akses, Fungsi, dan Sirkulasi.
Dosen Pembimbing
Andrey Caesar Effendi, S.T. M. Ars.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan kehendak-Nya
Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Perencanaan dan
Perancangan Bangunan Multifungsi di Kawasan Jurangmangu Berbasis Arsitektur
Hijau - Transit Oriented Development” sebagai syarat yang diwajibkan bagi
mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana strata satu pada jurusan Arsitektur
Universitas Matana.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Ucapan terima
kasih ini ditunjukan kepada :
Dengan dukungan serta kebaikan pihak yang telah disebut tadi maka penulis
akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir, tugas akhir ini tidak mungkin berjalan
lancer tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
I .4 . Lingkup Bahasan..................................................................................... 5
II .1 . Tinjauan Topik........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
ABSTRAK
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang menyangga Ibukota DKI
Jakarta, yang berlokasi di Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan memiliki tujuh
kecamatan dan lima puluh empat kelurahan. Salah satu kecamatan yang terdapat
di Kota Tangerang Selatan adalah Kecamatan Ciputat. Kawasan Stasiun
JurangMangu merupakan salah satu kawasan yang terletak di Kecamatan Ciputat,
kawasan ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi serta memiliki intensitas
aktivitas manusia yang tinggi sehingga diperlukan adanya penanganan
penanganan terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu kawasan berupa
penyediakan beberapa fungsi (multifungsi) di dalam kawasan tersebut, pada kasus
ini fungsi yang dipilih adalah Hotel, Apartment, Terminal dan pengolahan Stasiun
JurangMangu. Alternatif lainnya yang dipilih adalah dengan menerapkan sistem
Transit Oriented Development (TOD). Dengan menciptakan kawasan yang
berorientasi Transit Oriented Development (TOD) dengan pola ruang mixed – use
maka dapat meningkatkan kualitas dan potensi kawasan tersebut, kawasan Stasiun
JurangMangu tersebut akan menjadi pusat atau titik layanan angkutan masal,
pusat komersial dan pusat aktivitas manusia di kawasan tersebut sehingga aktivitas
manusia di kawasan tersebut akan menjadi lebih praktis dan lebih cepat. Dengan
menjadikan kawasan Stasiun JurangMangu menjadi kawasan multifungsi dan
bersistem TOD akan menjadikan kawasan Stasiun JurangMangu menjadi kawasan
yang dapat memberi konstribusi yang lebih baik untuk Kota Tangerang Selatan
ataupun kawasan sekitarnya.
South Tangerang City is one of the cities that supports the Capital City of DKI
Jakarta, which is located in Banten Province. South Tangerang City has seven
districts and fifty-four villages. One of the sub-districts in South Tangerang City is
Ciputat District. JurangMangu Station Area is one of the areas located in Ciputat
District, this area has a high population density and has a density of human
activities that are needed to increase economic growth. in this case selected by the
Hotel, Office, Terminal and Processing of JurangMangu Station. Another
alternative chosen is to apply the Transit Oriented Development (TOD) system. By
developing a Transit Oriented Development (TOD) area with a mixed-use space
pattern, it can improve the quality and potential of the area, this JurangMangu
Station area will become a center or mass transportation service center,
commercial center and human activity center in this region so as to make human
activity in this region will become more practical and faster. By making the
JurangMangu Station area a multifunctional and TOD system area, it will make the
JurangMangu Station area an area that can make a better contribution to the City
of South Tangerang or the surrounding area.
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
I. 1. 1. Latar Belakang Proyek
Permasalahan umum yang sering terjadi di kota – kota besar di Indonesia salah
satunya adalah permasalahan mengenai kemacetan yang disebabkan oleh
keterbatasan sarana dan prasarana penunjang transportasi umum dan sistem
perencanaan transportasi yang kurang memadai yang kurang diperhatikan.
Permasalahan kemacetan sering kali diatasi dengan cara mengadakan pelebaran
jaringan jalan, yang merupakan penanganan yang bersifat hanya sementara.
Sistem transportasi merupakan bagian dari integrasi dan aktivitas masyarakat
yang akan berjalan efektif dan baik apabila diiringi dengan adanya aksesbilitas
yang baik pula antara lokasi residensial, lokasi industri, pusat bisnis, moda
trasnportasi serta fasilitas pendukung lainnya seperti terminal dan parkir.
Kota Tangerang Selatan merupakan sebuah daerah otonom dan merupakan kota
terbesar kedua yang terletak di Provinsi Banten dengan jumlah penduduknya
sebesar 1.593.812 jiwa (BPS Kota Tangerang Selatan, 2017). Penggunaan lahan
di Kota Tangerang Selatan sangat bervariatif dipengaruhi oleh tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi dan dipengaruhi dengan adanya
pengembangan berbasis kota satelit di pinggiran kota besar serta pembangunan
secara horizontal. Berkembangnya kegiatan dalam perkotaan juga menjadi
salah satu penyebab peningkatan mobilitas penduduk yang tinggi, salah satu
alternatif yang dapat memobilisasi aktivitas tersebut yaitu penanganan yang
berupa moda transportasi. Pemakaian transportasi umum seperti bus, angkot,
kereta api, dan pejalan kaki di Kota Tangerang Selatan hanya sebesar 9,8%,
sedangkan pemakaian kendaraan pribadi mengalami kenaikan yaitu sebesar
14%. Sedikitnya jumlah pemakaian transportasi umum mengakibatkan
permasalahan kemacetan akibat moda transportasi (BPS Kota Tangerang
1
Selatan, 2013). Pemakaian transportasi umum dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan kelayakan sarana dan prasarana transportasi umum.
Bintaro Jaya adalah salah satu kota mandiri yang dikenal juga sebagai kota
taman di Kota Tangerang Selatan yang mengoperasikan beberapa transportasi
umum, salah satunya adalah shuttle bus In- Trans Bintaro yang melayani
masyarakat yang berada di setiap komplek yang ada di dalam distrik,
pengoperasian shuttle bus ini dapat mengurangi kemacetan dengan
mengalihkan beberapa penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Kereta api di Stasiun Jurangmangu merupakan salah satu moda transportasi
yang terletak di kelurahan Sawah Lama, kecamatan Ciputat yang digunakan
masyarakat untuk menuju ke kawasan lainnya seperti menuju ke Kota DKI
Jakarta. Stasiun Jurangmangu terletak di lokasi yang strategis terhadap fasilitas
publik lainnya seperti kantor, mall, tempat makan, dan lainnya yang dapat
dijangkau oleh mayoritas masyarakat dengan transportasi publik.
Perencanaan penerapan pusat transit telah termuat dalam perda RTRW Kota
Tangerang Selatan No 15 Tahun 2011 yang menjelaskan bahwa dalam usaha
meningkatkan aksesbilitas pusat pelayanan kawasan yang terintegrasi dan
strategis dalam pengembangan dan peningkatan layanan sarana dan prasarana
transportasi berbasis transit yaitu dengan menggunakan pendekatan Transit
Oriented Development (TOD), yaitu suatu konsep pembangunan suatu kawasan
dengan bangunan multifungsi di dalamnya yang berada dalam jangkauan atau
radius pejalan kaki dari titik layanan moda transportasi massal dan pusat
kegiatan.
2
I. 1. 2. Latar Belakang Topik dan Tema
Pemilihan topik dan tema yang dipilih pada pembuatan tugas akhir ini
berdasarkan atas beberapa pertimbangan mengenai hasil analisa, isu atau
permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh kawasan Stasiun Jurangmangu dan
sekitarnya. Kondisi kawasan Stasiun Jurangmangu saat ini hanya terdapat satu
fungsi yaitu hanya memiliki fungsi Stasiun Jurangmangu, dan tidak ada fungsi
lainnya yang mendukung transportasi umum lainnya seperti bus, ankgutan
umum, dan ojek online. Tidak adanya terminal atau tempat pemberhentian
sementara untuk transportasi umum baik ojek online maupun angkutan umum
menimbulkan kemacetan dibeberapa titik jalan di sekitar kawasan Stasiun
Jurangmangu. Berdasarkan pertimbangan dari fenomena yang ada maka dirasa
perlu adanya penyediaan fungsi terminal atau lobby sebagai tempat
pemberhentian sementara yang merupakan tempat penumpang untuk naik dan
turun, sehingga lebih tertata, terorganisasi, serta tidak menghambat aktivitas
lain disekitarnya.
Dengan adanya fungsi stasiun KRL dan terminal di kawasan tersebut maka akan
meningkatkan potensi kawasan tersebut sehingga kawasan Stasiun
Jurangmangu dapat berkontribusi bagi perkembangan kota dan menanggapi
permasalahan yang sedang terjadi yang berupa kepadatan dan kemacetan.
3
Kawasan Stasiun Jurangmangu merupakan kawasan yang akan terus
berkembang, pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memperbanyak jumlah
permukiman yang ada disekitar kawasan Stasiun Jurangmangu. Dalam
mengatasi dampak perkembangan kawasan yang akan terjadi maka diperlukan
adanya fungsi hunian berupa apartment dan fungsi kantor yang akan dibangun
di kawasan Stasiun Jurangmangu. Dengan menyediakan fungsi lainnya sebagai
fungsi pendukung seperti area komersil dan co working space, menjadikan
kawasan tersebut menjadi kawasan yang mandiri, efisien, compact dan
bermobilisasi dengan rapi.
I. 3. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan kawasan mixed use pada sistem Transit Oriented
Development (TOD) di kawasan Stasiun Jurangmangu?
b. Bagaimana penerapan kawasan mixed use dengan menggunakan
pendekatan Transit Oriented Development (TOD) agar dapat diterapkan
di kawasan Stasiun Jurangmangu?
4
I. 4. Lingkup Bahasan
a. Kawasan Mixed use di kawasan Stasiun Jurangmangu
b. Pendekatan Transit Oriented Development (TOD)
I. 5. Kerangka Berpikir
5
I. 6. Metode Perencanaan dan Perancangan
Metode perencanaan dan perancangan yang akan digunakan dalam tugas Studio
Perancangan Arsitektur 7 ini yaitu :
Dalam penulisan laporan tugas Studio Perancangan Arsitektur 7 ini metode yang
digunakan adalah menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang dilakukan
dengan studi kepustakaan, survei lapangan, dan studi banding, yang kemudian
dianalisa lebih lanjut sehingga dapat digunakan sebagai dasar penyusunan laporan
tugas Studio Perancangan Arsitektur 7.
I. 7. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam penyusunan Proposal
Tugas Akhir Studio Perancangan Arsitektur 7 ini yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
6
BAB III. GAMBARAN UMUM KEWILAYAHAN
LAMPIRAN
KERANGKA TEORI
Berupa rangkuman dari beberapa sumber berdasarkan buku referensi, terbitan
ilmiah yang relevan dengan judul dan topik yang diambil.
DATA
Merupakan hasil informasi yang berhasil didapat dan dikumpulkan secara
langsung dari lapangan, yang dapat berupa data primer maupun data tidak
langsung yang berupa data sekunder.
STUDI BANDING
Merupakan informasi yang diambil dari proyek sejenis yang akan digunakan
sebagai bahan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Merupakan daftar dari sumber – sumber yang diambil untuk membuat kerangka
teori.
7
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Data tinjauan preseden topik yang relevan adalah mengenai redesain suatu
bangunan maupun kawasan. Didapat dari hasil desain terdahulu, yaitu :
1. Novotown
8
Gambar 2.1. Komplek Novotown
(Sumber : Archdaily)
9
2. Haishang Plaza / Archimorphic
Penataan massa bangunan pada komplek ini ditata menjadi satu kesatuan
sehingga meskipun terdiri dari beberapa massa bangunan tetapi tetap terikat
satu sama lain yang diikat dari kesamaan di bagian fasad bangunan.
Gubahan massa pada komplek multifungsi ini disesuaikan dengan penataan
bangunan sehingga semua bangunan akan terlihat dari jalan utama yang
10
terletak di depan lokasi. Fasad pada bangunan merupakan salah satu
pengikat dari beberapa massa bangunan yang terletak di komplek tersebut.
Tema :
11
satu dengan yang lain dalam jarak tertentu yang nyaman dan aman sebagai bentuk
usaha dalam mengurangi pergantian antar moda (Wijaya, 2009).
Menurut Brenda dan Robert Vale, Arsitektur Hijau yaitu sebuah pola pikir di dalam
dunia arsitektur yang memperhatikan serta memanfaatkan empat dasar unsur
natural yang terdapat lingkungan yang dapat menimbulkan pengaruh, yang dapat
membuat hubungan mutualisme dengan alam (Green Architecture Design For A
Sustainable Future, Brenda dan Robert Vale, 1991), empat unsur natural tersebut
yaitu :
a) Unsur bumi yang berupa unsur tanah, habitat, flora dan fauna.
b) Unsur air yang berupa air dan kelembaban.
c) Unsur api yang berupa matahari.
d) Unsur udara yang berupa iklim, angin, dan suhu.
Menurut Brenda dan Robert Vale terdapat enam prinsip dasar dalam proses
perencanaan arsitektur hijau, yaitu :
12
• Respect for user, memperhatikan dan mempertimbangkan kebutuhan
pengguna.
• Holism, semua prinsip harus diterapkan.
Data tinjauan preseden tema yang relevan, yakni kawasan dengan bangunan
multifungsi yang berkonsep TOD. Didapat dari hasil desain terdahulu, yaitu :
13
mengintegrasikan beberapa transportasi umum dan menjadi pusat transit
dari kawasan tersebut dengan menyatukan fungsi tempat orang bekerja,
tempat orang tinggal, yang didukung oleh adanya pusat transportasi
umum. Transportasi umum yang ada di kawasan ini adalah KRL
antarkota di bawah tanah, bus, dan taksi di atas tanah. Fungsi lain yang
ada di pusat transit ini selain stasiun adalah SOHO, hotel, kantor, dan
retail. Gedung Cadre City Plaza bagian barat yang memiliki fungsi
sebagai gedung SOGO, kantor, hotel, dan retail memiliki tinggi 257m
dan gedung Cadre City Plaza bagian timur yang memiliki fungsi sebagai
gedung SOHO dan retail dengan tinggi 202m. Kedua gedung diantara
rel menciptakan bentuk suatu gerbang yang menyambut pengunjung.
14
rancangan Wilkinson Eyre. Kawasan ini terdiri atas stasiun Union yang
terletak di bagian timur bangunan, dua gedung kantor, dan ruang terbuka
hijau. Dua bangunan yang dibangun di kedua sisi rel kereta api
merupakan gedung dengan 60 lantai dan menyediakan 250.000m2 luas
kantor. Dua gedung disisi rel kereta ini terhubung dengan taman yang
dinaikkan. Pusat transit ini memiliki konsep pengembangan kawasan
yang terintegrasi yang menjadi pusat transit, meningkatan ruang publik,
dan mengumpulkan dan menghubungkan masyarakat.
Pearl River Tower merupakan gedung kantor dengan tinggi 309 meter
dan memiliki 71 lantai merupakan gedung paling hemat energi di dunia.
Gedung kantor ini terletak di Guangzhou, China. Kantor ini memiliki
luas total sebesar 214.000 m2. Bangunan ini dirancang dengan
menyesuaikan dengan pola matahari dan angin di lokasi, serta
mengoptimalkan pemanfaatan sinar matahari dan angin yang digunakan
untuk kebutuhan energi pada bangunan.
15
Gambar 2.8. Skema Udara dan Sinar Matahari pada Pearl River Tower
(Sumber : Archdaily.com)
16
BAB III.
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi
Banten, Indonesia. Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi
Banten.
Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggarahan dan Sungai
Cisadane yang merupakan batas administrasi kota di wilayah bagian barat. Letak
Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada bagian
17
utara dan timur memberi peluang bagi Kota Tangerang Selatan menjadi salah satu
kota yang strategis di sekitar ibukota serta menjadi daerah yang memiliki wilayah
yang strategis di dalam bidang ekonomi karena merupakan daerah yang menjadi
penghubung antara wilayah Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta dan
Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
Kota Tangerang Selatan secara administratif terdiri atas 7 (Tujuh) kecamatan dan
54 (Lima puluh empat) kelurahan. Kecamatan yang terletak di Kota Tangerang
Selatan yang paling luas yaitu Kecamatan Pondok Aren dengan luas wilayahnya
sebesar 2.988 Ha atau 20,30% dari total luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan,
sedangkan Kecamatan pada Kota Tangerang Selatan yang memiliki luas wilayah
18
paling kecil yaitu Kecamatan Setu dengan luas wilayahnya sebesar 1.480 Ha atau
10,06% dari luas total keseluruhan Kota Tangerang Selatan.
Tabel 3.2. Luas Wilayah dan Rata – rata Penduduk Km2 Kecamatan Ciputat
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan)
19
Kecamatan Ciputat memiliki 7 kelurahan, salah satu kelurahan yang ada di
Kecamatan Ciputat adalah Kelurahan Sawah Lama. Kelurahan Sawah Lama
memiliki luas wilayah sebesar 2,49 km2 (Badan Pusat Statistik Kota Tangerang
Selatan).
20
Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan, 2010 - 2017
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan)
Menurut data Badan Pusat Statistik, Kecamatan Ciputat memiliki jumlah penduduk
sebesar 239.152 jiwa. Penduduk Kecamatan Ciputat dirinci berdasarkan agama
terdiri atas 5 agama dan 1 aliran kepercayaan yang dianut oleh penduduk yang diaku
di Indonesia dengan jumlah peduduk beragama islam sebanyak 211.582 jiwa, 7.302
jiwa penduduk pemeluk agama Kristen, agama Protestan sebanyak 9.465 jiwa,
agama Budha sebanyak 2.814 jiwa, agama Hindu sebanyak 1.395 jiwa, dan
pemeluk aliran kepercayaan Konghucu sebanyak 38 jiwa.
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Ciputat
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan)
Salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Ciputat adalah Kelurahan Sawah
Lama. Jumlah penduduk di Kelurahan Sawah Lama sebesar 42.169 jiwa penduduk.
21
III. 3. Perekonomian
Tabel 3.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi atas Harga Konstan Kabupaten Banten
(Sumber : Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan dalam Angka, 2017)
Grafik 3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
dan Nasional Tahun 2012 – 2016.
(Sumber : Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Dalam Angka,2017)
22
Berdasarkan data PDRB tahun 2007, status ekomoni Kota Tangerang Selatan
didominasi oleh sektor lapangan usaha komunikasi dan pengangkutan (30,29%),
perdagangan hotel dan restoran (26,81%), jasa – jasa (17,39%) dan bank, persewaan
dan jasa perusahaan (15,40%), dan lima sektor lain yang masing – masing
memberikan konstribusi di bawah 10%.
Tabel 3.6. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto A.D.H. Berlaku Menurut
(Sumber : PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007)
23
III. 4. Sejarah, Sosial dan Budaya
Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota yang terletak di provinsi Banten,
Indonesia yang diresmikan pada tanggal 29 Oktober 2008. Pada masa penjajahan
Bangsa Belanda wilayah Kota Tangerang Selatan termasuk ke dalam Karisidenan
Batavia yang mempertahankan karakteristik dari tiga etnis yaitu suku Sunda, suku
Betawi, dan suku Tionghoa. Pembentukan Kota Tangerang Selatan sebagai kota
otonom berawal dari adanya keinginan penduduk untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat. Pada tanggal 27 Desember 2006, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang menyetujui terbentuknya Kota
Tangerang Selatan.
Calon kota otonom ini terdiri atas tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Ciputat,
Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara, dan Kecamatan
Setu. Kecamatan Ciputat telah ditetapkan menjadi pusat pemerintahan Tangerang
Selatan pada tanggal 22 Januari 2007.
24
manusia sudah berada di fase cerdas dan modern maka manusia tersebut sudah
dapat dikatakan sudah masuk ke dalam fase religious.
Kota Tangerang pada awalnya merupakan salah satu kota yang bersifat heterogen,
dimana keragaman agama dan budaya muncul dan berkembang di tengah
kehidupan masyarakat. Pada umumnya Kota Tangerang sama dengan Kota Jakarta
yaitu bersuku Betawi, tetapi juga memiliki suku lain yaitu suku Sunda dan suku
25
Cina Benteng. Setelah diakuinya etnis Tionghoa, kebudayaan masyarakat Cina
Benteng, Barong Sai, juga menjadi salah satu kebudayaan khas Kota
Tangerang. Kultur lain yang ada di Kota Tangerang adalah budaya pagelaran pada
Festival Cisadane yang diadakan setiap tahunnya.
Karena masyarakat Kota Tangerang Selatan bersifat heterogen muncul budaya dan
kelompok – kelompok sosial serta kebudayaan yang beragam. Contoh kegiatan
sosial yang muncul karena adanya keragaman masyarakat adalah pertemuan
bulanan warga, arisan warga, kerja bakti, perayaan Festival Cisadane, dan lain –
lain. Seiring berkembangnya jaman, tidak hanya suku Betawi, suku Sunda dan suku
Cina Benteng yang menghuni Kota Tangerang tetapi juga masyarakat multiras dan
multikultur dari seluruh Nusantara.
Berdasarkan peta rencana pola ruang Kota Tangerang Selatan yang terdapat dalam
Lampiran Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 15 tahun 2011 penggunaan
lahan Kota Tangerang Selatan yang terbesar adalah untuk perumahan yaitu sebesar
9.941 Ha atau 67,54%, kebun atau sawah sebesar 2.794 Ha atau 18,99% dan tanah
terbuka sebesar 0,89 Ha atau sebesar 5,5%. Penggunaan lahan untuk kawasan
industri, pasir atau galian serta situ atau danau sebesar 5%. Adanya dominasi
26
penggunaan lahan sebagai permukiman karena adanya pengaruh dari beberapa
pusat pertumbuhan dari fungsi perdagangan dan permukiman, yaitu Kecamatan
Ciputat, Pamulang, dan Pondok Aren dan Kecamatan Serpong dan Serpong Utara.
Pola penggunaan lahan saat ini merupakan pola ekstensifikasi yang banyak
dijumpai di daerah pinggiran, dan intensifikasi yang banyak dijumpai di daerah
yang menjadi pusat aktivitas. Berkembangnya jumlah permukiman baik skala besar
atau kecil harus diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai
sehingga tidak menghasilkan permasalahan atau kesenjangan.
27
Gambar 3.7. Peta Penggunaan Lahan Stasiun Jurangmangu Bintaro
(Sumber : Peta RBI)
28
Berdasarkan peta penggunaan lahan di sekitar kawasan Stasiun Jurangmangu
kondisi penataan bangunan di kawasan Stasiun Jurangmangu terbilang kurang
beraturan, karena masih banyak lahan yang dimiliki secara pribadi yang digunakan
sebagai kawasan permukiman. Permukiman yang ada di sekitar kawasan Stasiun
Jurangmangu berupa perumahan baik perumahan formal maupun perumahan
informal. Kecamatan ciputat merupakan salah satu kecamatan yang ramai dan
berkembang sehingga muncul banyak perumahan di kawasan ini yang
mengakibatkan penggunaan lahan yang lebih banyak di bagian permukiman. Di
sekitar lokasi kawasan Stasiun Jurangmangu juga terdapat lahan dengan peruntukan
lainnya dan juga masih banyak ruang terbuka yang kosong dan tidak memiliki guna
tertentu. Kawasan Stasiun Jurangmangu terletak di lokasi yang strategis karena
berbatasan dengan jaringan jalan yang saling terintegrasi dan menyebar, namun ada
beberapa jalan yang macet di saat angkutan umum dan ojek online sedang berhenti
menunggu penumpang.
29
Gambar 3.10. Rute Kereta Api Jurangmangu
(Sumber : Kereta Api Info)
Transportasi umum yang ada disekitar kawasan kelurahan Sawah Lama yaitu Bus,
Angkutan Umum, serta ojek online yang banyak. Kawasan ini dapat dikatakan
strategis dan mudah dijangkau oleh siapapun dengan kendaraan apapun karena
adanya jaringan jalan yang menyebar.
Meskipun mudah dijangkau, namun dibeberapa titik terdapat jalan yang tidak
terlalu luas sehingga sulit untuk dilewati karena macet saat jam kerja dan pulang
kerja. Kemacetan tersebut karena ukuran jalan yang kurang serta banyaknya
angkutan umum dan ojek online yang berhenti di pinggiran jalan sehingga
menghambat sirkulasi kendaraan lainnya.
30
III. 8. Fasilitas Umum, Sosial, dan RTH
31
kesehatan, dan tempat peribadatan. RTH di sekitar kawasan cukup banyak yaitu di
sekitar kawasan Stasiun Jurangmangu, di sekitar mall BXC, dan sekitarnya.
Gambar 3.14. Peta Sebaran Sarana Prasarana Air di Kota Tangerang Selatan
(Sumber : BAPPEDA Kota Tangerang Selatan,2010)
32
yang tidak memilki sumber pengolahan air bersih dan tidak terlayani adalah
Kecamatan Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren.
Ketersediaan air PDAM Kota Tangerang Selatan tidak dapat memenuhi
kebutuhan jumlah air di wilayahnya yang merupakan permasalahan utama
di Kota Tangerang Selatan, salah satu alternative untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah pemanfaatan air tanah melalui pompa.
33
Wilayah dengan jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi berlokasi di
Kecamatan Pamulang dengan warna orange yang memiliki 20 titik gardu,
Kecamatan Ciputat dengan warna krem yang memiliki 10 titik gardu,
Kecamatan Pondok aren dengan warna coklat muda dengan delapan titik
gardu dan Kecamatan Ciputat Timur dengan 11 titik gardu.
34
BAB IV.
Kawasan ini memiliki potensi terhadap provinsi dalam perdagangan dan jasa yang
berdasarkan peraturan pemerintah mengenai tata guna lahan. Penerapan konsep
mixed use dapat menjadi solusi atas fenomena yang terjadi di kawasan tersebut
seperti kepadatan penduduk yang tinggi serta intensitas aktivitas manusia yang
tinggi, sehingga aktivitas manusia dapat berjalan dengan lebih cepat dan praktis.
Dengan dukungan sistem Transit Oriented Development (TOD) maka kawasan
Stasiun Jurangmangu akan menjadi kawasan mandiri yang dapat berkontribusi ke
kawasan di sekitarnya.
35
Gambar 4.2. Peta Jaringan Jalan Provinsi Banten
(Sumber : RTRW BAPPEDA Provinsi Banten)
KRL
Jabodetabe
Transjakarta
Busway
Angkutan Terintegrasi Busway
(APTB – BKTB – Kopaja AC)
Angkutan Reguler
(Bus besar – Bus kecil – Angkot –
Bus Bandara)
36
Lokasi terhadap provinsi memiliki aksesbilitas yang baik sehingga fungsi yang
akan dikembangkan di kawasan Stasiun Jurangmangu akan menjadikan kawasan
tersebut menjadi pusat transit dan dapat menunjang kondisi Provinsi Banten dengan
bangunan multifungsi yang dapat mendukung aktivitas di kawasan tersebut.
Sehingga aktivitas manusia di kawasan sekitar akan ditarik menuju ke kawasan
Stasiun Jurangmangu yang menjadi pusat transit dan kegiatan.
37
KRL Jabodetabek
Angkutan Reguler
(Bus besar – Bus kecil – Angkot – Bus Bandara)
Stasiun Jurangmangu merupakan stasiun dua jalur kereta api, stasiun ini
dioperasikan dalam rangka meningkatkan okupansi penumpang KRL Commuter
Line rute Tanahabang – Parungpanjang. Layanan kereta api Stasiun Jurangmangu
yaitu, tujuan Serpong dan tujuan Tanahabang, tujuan Parungpanjang dan tujuan
Tanahabang, tujuan Maja dan tujuan Tanahabang, tujuan Rangkasbitung dan tujuan
Tanahabang. Selain KRL, transportasi publik atau umum lainnya yang ada di
kawasan ini adalah angkutan umum dan bus. Sehingga kawasan Stasiun
Jurangmangu ini dapat menjadi pusat transit di Kota Tangerang Selatan. Menurut
rencana tata ruang Kota Tangerang Selatan, kawasan Stasiun Jurangmangu
direncanakan sebagai halte transit multimoda. Sehingga kawasan ini dapat
membawa potensi yang baik bagi Kota Tangerang Selatan.
38
IV. 3. Lokasi Terhadap Potensi Kawasan Sekitar
39
Gambar 4.8. Peta Kawasan Stasiun Jurangmangu
(Sumber : Penulis)
Stasiun Jurangmangu merupakan salah satu tempat transit kereta api antara Jakarta
dan Tangerang dan merupakan titik perpindahan moda kereta jarak jauh dengan
moda jalan serta merupakan titik pergantian dengan transportasi umum lainnya.
Kawasan di sekitar pusat transit Stasiun Jurangmangu tersebut dapat menjadi
kawasan yang berpotensial dalam kegiatan bidang perekonomian dan akan
membangkitkan lalu lintas yang besar serta masalah lalu lintas serta peningkatan
pergerakan yang tinggi.
40
Sekolah Indonesia Bintaro. Kawasan Stasiun Jurangmangu juga terletak di lokasi
yang dekat dengan beberapa tempat makan seperti Talaga Sampireun, dan dekat
dengan convention center yaitu Titan Center.
Menurut RTRW Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 – 2031 mengenai Peta
Rencana Jaringan Transportasi Darat, lokasi Stasiun Jurangmangu merupakan zona
Rencana Halte Transit Multimoda. Kawasan Stasiun Jurangmangu akan menjadi
pusat halte transit multimoda, yang merupakan pusat dari transportasi KRL
Jurangmangu, Bus, Angkutan umum, dan ojek online. Kawasan ini akan menjadi
pusat transit bagi masyarakat yang memiliki bertujuan menuju ke fungsi – fungsi
yang ada di sekitar kawasan.
Dengan adanya pusat transit pada kawasan ini maka aktivitas di kawasan tersebut
menjadi lebih terintegrasi. Penggunaan transportasi umum dan penyediaan terminal
serta stasiun yang nyaman pada kawasan Stasiun Jurangmangu akan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi di sekitar kawasan sehingga mengurangi kemacetan
di sekitar kawasan akibat ojek online dan angkutan umum yang berhenti
dipinggiran jalan.
Dengan didukung dengan adanya jaringan jalan yang menyebar dan saling
terhubung (aksesbilitas yang baik) maka akan meningkatkan kualitas dari pusat
transit tersebut. Kawasan multifungsi dengan berbasis Transit Oriented
Development (TOD) akan menjadi alternatif bagi intensitas aktivitas masyarakat di
kawasan tersebut.
41
Gambar 4.10. Peta Penggunaan Lahan Stasiun Jurangmangu Bintaro
(Sumber : Peta RBI)
Kawasan Stasiun Jurangmangu memiliki batas yang jelas. Di bagian utara lokasi
berbatasan dengan Jalan Lingkar Jaya yang terdapat di pinggir mall BXC, jalan ini
merupakan jalan yang dilewati oleh masyarakat yang menuju ke BXC, dan
sekitarnya, di level ini pula pengguna KRL Stasiun Jurangmangu menunggu ojek
online yaitu dipinggiran Jalan Lingkar Jaya yang terletak di level satu. Di bagian
42
utara lokasi juga berbatasan dengan Jalan Tol Jakarta – Serpong yang terdapat di
level dua. Di bagian selatan kawasan Stasiun Jurangmangu berbatasan dengan rel
kereta api Stasiun Jurangmangu. Di bagian barat kawasan berbatasan dengan Jalan
Tegal Rotan Raya yang terdapat di level tiga.
4. KDB : 60 – 70%
5. KDH 10%
6. KLB : 8
Jika dianalisa untuk luas lahan sebesar 70.000m2 dengan KDB 60% maka
bangunan yang dapat dibangun di atas tanah terluas adalah 42.000m. Luasan
total bangunan dengan KLB 5,40 adalah 560.000m2.
43
BAB V.
44
merupakan akses menuju tujuan antar kota. Di bagian selatan kawasan Stasiun
Jurangmangu berbatasan dengan rel kereta api Stasiun Jurangmangu, layanan
kereta api pada stasiun ini yaitu tujuan Serpong dan tujuan Tanahabang, tujuan
Parungpanjang dan tujuan Tanahabang, tujuan Maja dan tujuan Tanahabang,
tujuan Rangkasbitung dan tujuan Tanahabang. Di bagian barat kawasan ini
berbatasan dengan Jalan Tegal Rotan Raya yang terdapat di level tiga yang
merupakan akses dari dan menuju ke Jalan Cendrawasih.
Lahan ini dilewati oleh beberapa kendaraan umum seperti ojek online, shuttle
bus dan angkutan umum dengan nomer rute D10 tujuan Ciputat – Pondok Aren.
45
V. 2. Analisis Aspek Mikro
V. 2. 1. Analisis Lingkungan Fisik Tapak
Lokasi tapak ini merupakan lokasi yang strategis karena merupakan area
pusat transit beberapa kendaraan umum dan tapak ini dibatasi oleh beberapa
jaringan jalan yang menghubungkan suatu kawasan dengan kawasan
lainnya baik dalam maupun luar kota salah satunya yaitu Jalan Tol Jakarta
– Serpong.
Dengan menerapkan sistem TOD pada tapak ini, tapak ini akan menjadi
pusat transit serta pusat kegiatan aktivitas manusia. Dengan menghadirkan
beberapa fungsi dalam kawasan ini dapat menjadi salah satu solusi agar
pergerakan manusia menjadi lebih efisien, cepat, dan lebih praktis. Selain
fungsi yang menunjang transportasi umum, fungsi – fungsi lainnya yang
dihadirkan dalam kawasan ini adalah apartment dan juga kantor, yang dapat
menunjang sistem TOD dalam tapak. Dengan menyediakan fungsi hunian
maka dapat menjadi solusi dalam menghadapi permasalahan kepadatan
penduduk dan peningkatan jumlah penduduk yang tinggi. Dengan
46
menyediakan fungsi kantor di dalam lahan, dapat menambah infrastruktur
yang potensial dan positif di dalam lahan dan dapat menyediakan fasilitas
yang dapat menunjang fungsi di dalam lahan.
Kedua sisi panjang pada lahan berorientasi kearah Utara – Selatan sehingga
penataan dan orientasi serta penataan massa bangunan di dalam tapak harus
disesuaikan sehingga radiasi matahari di bagian timur – barat tidak
menganggu kenyamanan pengguna lahan baik penghuni apartment, kantor,
maupun pengunjung stasiun ataupun terminal. Lokasi tapak dikelilingi oleh
jalan – jalan utama yang sibuk dan ramai sehingga menimbulkan suara yang
cukup keras dan polusi udara yang dapat menganggu kenyamanan aktivitas
di dalam lahan. Dalam mengatasi permasalahan yang muncul karena lokasi
lahan yang berada di pinggir jaringan jalan yang sibuk maka, penanganan
yang dapat dilakukan adalah mengatur orientasi massa bangunan dan
penyesuaian zonasi ruangan dalam bangunan, memberi jarak yang cukup
besar antara lahan terbangun dengan jalan utama serta memberi buffer
berupa pepohonan yang cukup banyak sehingga polusi dan kebisingan yang
ada tidak menganggu aktivitas di dalam lahan.
47
ini merupakan sarana yang mengantarkan manusia menuju atau pun dari
tujuan lainnya. Pusat aktivitas lainnya yaitu terminal angkutan umum dan
bus, yang merupakan pusat transit lainnya yang dapat digunakan oleh
manusia untuk pindah ke tempat lainnya. Maka penataan dalam stasiun dan
terminal dibuat lebih jelas dan sederhana sehingga mempermudah serta
mempercepat sirkulasi manusia di dalamnya. Berdasarkan beberapa fungsi
yang ada di dalam lahan terdapat beberapa jenis kegiatan yang dilakukan
oleh penghuni hunian dan pengunjung stasiun dan terminal.
Pt = Po (1 + r) t
P2031 = 861 (1 + (5% x 15)
= 861 (1 + 0.075)
= 861 (1,075)
= 926 Jiwa
48
Dengan demikian dari perhitungan di atas, dengan presentase sebesar 5%,
lahan yang terpilih pada tahun 2031 harus dapat menampung sebanyak 926
jiwa. Jumlah unit apartment yang dibutuhkan dalam lahan, apabila
diasumsikan dari 926 jiwa terdapat setengah dari total jiwa yang tinggal di
apartment unit tipe studio dan setengah dari total jiwa yaitu sebesar 463 jiwa
yang tinggal di apartment dengan dua kamar, maka :
Jumlah unit tipe studio yang dibutuhkan yaitu sebesar 232 unit dan unit tipe
dengan dua kamar yaitu sebesar 154 unit, dari total kebutuhan unit
apartment maka disediakan unit apartment tipe studio dengan kapasitas
yang melebihi dari kebutuhan yaitu sebesar 528 unit apartment dan untuk
unit dengan dua kamar disediakan sebanyak 384 unit apartment.
Kapasitas jiwa pada unit gedung kantor yang terletak di dalam lahan yaitu
sebanyak 475 jiwa setiap lantai. Total lantai pada gedung kantor ini yaitu
sebanyak 14 lantai dengan kapasitas total unit yaitu 6650 jiwa.
Pada lahan ini terdapat parkiran berupa basement untuk mobil dan motor,
kapasitas parkiran disesuaikan dengan jumlah jiwa yang dapat ditampung
di dalam lahan, sehingga didapatkan parkiran mobil sebanyak 482 parkiran
dan 258 parkiran motor.
49
Tabel 5.2. Karakteristik Aktivitas Pengguna Lahan
(Sumber : Penulis)
Lahan yang dipilih ini terletak di Kecamatan Ciputat, Kelurahan Sawah lama
dan memiliki luas sebesar 7 Ha. Lokasi lahan memiliki batas yang cukup jelas
yaitu di bagian utara lahan berbatasan dengan Jalan Lingkar Jaya tepat di
pinggir mall BXC, bagian utara lahan berbatasan dengan Jalan Tol Jakarta –
Serpong, bagian barat lahan berbatasan dengan Jalan Tegal Rotan Raya, dan di
bagian selatan berbatasan dengan jalur rel kereta api Stasiun Jurangmangu.
Batas – batas pada lahan akan berpengaruh terhadap penyesuaian orientasi serta
bentuk massa bangunan, dan zonasi ruang di dalam bangunan.
50
• Pertimbangan mengenai efisiensi dan fleksibilitas dalam menata dan
mangatur ruang – ruang serta hubungan antar ruang ataupun antar zonasi.
• Penyesuaian dengan pola alur sirkulasi manusia maupun kendaraan baik
dari dalam maupun luar tapak.
Orientasi Bangunan
51
Struktur Bawah Bangunan
Dalam memilih struktur bawah bangunan, beberapa hal yang menjadi bahan
pertimbangan atau kriteria yaitu sebagai berikut :
Dalam memilih struktur badan bangunan, beberapa hal yang menjadi bahan
pertimbangan atau kriteria yaitu sebagai berikut :
• Kekakuan struktur bangunan yang kuat dalam menahan gaya dan beban
yang dihasilkan oleh bangunan
• Efisiensi dalam pengolahan ruang dalam bangunan.
52
Tabel 5.5. Alternatif Struktur Bagian Badan Bangunan
(Sumber : Penulis)
Utilitas Air
Utilitas Listrik
53
Sumber penyediaan listrik pada lahan ini bersumber dari PLN unit Jakarta Raya
dan Tangerang. PLN yang terdapat di Kota Tangerang Selatan terdapat tiga
kantor PLN yaitu yang terdapat di Kecamatan Serpong, Kecamatan Pamulan,
dan Kecamatan Ciputat. Dalam menangani pemadaman listrik maka disediakan
genset sebagai cadangan listrik yang dapat digunakan. Selain menggunakan
listrik yang berasal dari PLN, bangunan pada lahan ini juga turut serta dalam
menyediakan sumber listrik yang dapat digunakan untuk kepentingan di dalam
lahan. Salah satu hal yang dilakukan untuk menghasilkan energi listrik sendiri
adalah dengan menggunakan solar sel yang memanfaatkan panas sinar matahari
di dalam lahan.
Penghawaan
54
Gambar 5.5. Skematik Penghawaan Pada Massa Bangunan
(Sumber : Penulis)
Dengan memberi banyak vegetasi di sekitar lahan maka udara yang kotor yang
berasal dari jalan – jalan utama yang ramai dapat di saring sehingga udara yang
masuk sudah lebih bersih dari sebelumnya. Untuk ruang yang memiliki sistem
keamanan yang lebih, seperti unit apartement dan kantor dapat menggunakan
sistem penghawaan berupa AC, sistem AC yang digunakan dapat berupa AC
split ataupun AC central.
55
BAB VI.
KONSEP PERENCANAAN
56
Gambar 6.2. Lahan yang Terpilih
(Sumber : Penulis)
Jika diproyeksikan di masa yang akan datang, kawasan ini akan lebih ramai
dengan anak muda ataupun keluarga kecil baru untuk itu apartement adalah
fungsi yang dipilih untuk menampung pertambahan penduduk di kawasan
tersebut serta dapat mendukung aktivitas transit di dalam kawasan. Apartment
dapat menjadi fungsi yang tepat karena di sekitar lahan sudah terdapat fasilitas
umum dan sosial yang dapat mendukung kebutuhan kegiatan manusia.
57
Lahan yang terpilih ini berada di kawasan yang masih berkembang dan salah
satu bidang yang berkontribusi yang cukup besar dalam bidang perekonomian
adalah persewaan dan jasa perusahaan, maka fungsi lainnya yang disediakan di
dalam lahan yaitu gedung kantor sewa. Adanya fungsi kantor di dalam lahan
yaitu untuk menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat, menyatukan
beberapa kegiatan dalam lahan, menyediakan infrastruktur yang potensial di
dalam lahan.
Lokasi lahan berada di sekeliling jaringan jalan yang ramai baik dengan
kendaraan pribadi, kendaraan umum, maupun kendaraan online.
Permasalahan sirkulasi kendaraan di sekitar lahan terletak di Jalan Lkr. Jaya
yang terletak di depan mall BXC, pada saat jam kerja dan jam pulang kerja
sangat ramai dengan kendaraan online yang berhenti di pinggir jalan untuk
menunggu penumpang, tidak adanya jalur untuk pemberhentian sementara
menimbulkan kemacetan yang diakibatkan dari sirkulasi kendaraan lain
yang terganggu akibat kendaraan online yang berhenti di pinggiran jalan.
Maka dari itu dibuat jalur untuk drop off di sekitar lahan sehingga tidak
menganggu sirkulasi kendaraan lainnya di Jalan Lkr.Jaya.
58
VI. 2. 2. Sirkulasi Manusia
Pusat kehadiran manusia di kawasan ini berasal dari Jalan Lkr. Jaya yaitu
pengunjung yang berasal dari BXC ataupun sekitarnya dengan berjalan kaki
ataupun dengan menggunakan transportasi online, pengunjung yang menuju
ke Stasiun Jurangmangu dengan berjalan di pedestrian yang sudah nyaman
dengan lebar 4meter dan berada di bawah jalan tol sehingga teduh,
pedestrian ini mengarah ke stasiun, sedangkan sirkulasi manusia yang
menggunakan kendaraan pribadi masuk ke dalam lahan melalui Jalan
Cendrawasih.
59
Selain pemakaian sky bridge, terdapat juga pedestrian di setiap sisi jalan
dalam lahan. Dalam bangunan terminal dan stasiun, dibutuhkan penataan
ruang yang jelas dan sederhana serta ukuran yang cukup luas sehingga dapat
menampung pergerakan manusia yang ramai dengan cepat dan efisien di
jam keberangkatan dan kedatangan.
60
setiap bangunan dibuat terbuka dan fleksibel karena harus dapat
menampung aktivitas dan pergerakan manusia dengan cepat dan efektif.
61
VI. 4. 1. Konsep Stasiun dan Terminal
Stasiun dan terminal merupakan fasilitas umum yang dapat digunakan oleh
seluruh pengunjung lahan ini untuk transit menuju atau dari kawasan
lainnya. Maka dari itu diperlukan adanya desain yang efektif dan efisien
sehingga dapat memaksimalkan pergerakan manusia. Aktivitas manusia di
dalamnya membutuhkan kecepatan dan kepraktisan sehingga lokasi dan
jalur kendaraan sangat berpengaruh terhadap kelancaran aktivitas di
dalamnya.
62
VI. 4. 2. Konsep Apartment
63
Untuk menyesuaikan dengan sumber kebisingan dari jaringan jalan yang
sibuk maka, bangunan disusun dengan sisi yang lebih kecil menghadap ke
sumber kebisingan sehingga suara yang ditangkap oleh bangunan tidak
terlalu banyak sehingga tidak menganggu aktivitas manusia di dalamnya,
dan di sisi tersebut bangunan dibuat solid sehingga meredam suara dari luar
untuk masuk ke dalam bangunan.
(A) (B)
Pada setiap lantai terdapat dua tipe unit apartment yaitu unit dengan dua
kamar tidur dan juga unit tipe studio. Setiap unit diberikan balkon dan
bukaan sehingga udara serta sinar matahari dari luar dapat masuk dengan
baik ke dalam unit. Setiap tipe unit memiliki fasad yang selaras dan
dibedakan dari ukuran dan penataan serta pembagian ruangan di dalam unit.
Unit dengan dua kamar memiliki ukuran ruangan 6meter x 6meter dan unit
tipe studio dengan ukuran ruangan 3meter x 6meter. Ukuran setiap unit
disesuaikan dengan kebutuhan di dalam ruang unit apartment.
64
Gambar 6.11. Zonasi Gedung Apartment
(Sumber : Penulis)
Gedung kantor yang terletak di dalam komplek ini merupakan kantor sewa,
dimana di setiap lantai terdapat area kerja yang luasannya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan keinginan owner atau orang yang akan menyewa unit
kantor tersebut. Area kantor dibuat fleksibel sehingga dapat menampung
aktivitas serta sirkulasi manusia di dalamnya dengan cepat dan efisien,
karena dalam gedung kantor terdapat aktivitas manusia yang harus cepat
dan praktis.
65
Gambar 6.13. Zonasi Gedung Kantor
(Sumber : Penulis)
Dalam menanggapi sinar matahari di bagian sisi barat maka dibuat balkon
dengan sun shading dan solar panel sehingga tidak semua sinar matahari
masuk ke dalam bangunan dan menganggu aktivitas di dalam bangunan
namun sinar matahari tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi yang dapat digunakan kembali, sehingga bangunan turut serta
menghasilkan energi sendiri.
66
VI. 4. 4. Konsep Struktur Bangunan
Struktur bawah tanah pada bangunan menggunakan pondasi bore pile, jenis
pondasi ini dipilih untuk menyesuaikan dengan lokasi lahan yang terletak di
kawasan perkotaan sehingga pada proses pemasangan pondasi tidak
menganggu kawasan di sekitarnya. Struktur bagian atas bangunan
menggunakan struktur rangka kaku, rangka kaku merupakan sistem struktur
yang terdiri dari kolom dan balok serta kombinasi dengan core dengan
dinding geser dipilih karena lebih fleksibel.
Air bersih untuk bangunan di dalam komplek didapatkan dari SPAM Kali
Angke, yang ditampung ke Ground Water Tank (GWT) kemudian
disalurkan ke roof tank lalu disalurkan menuju ke masing – masing unit tiap
lantai. Air kotor didistribusikan melalui saluran septic tank, yang kemudian
dilanjutkan ke bidang evatranspirasi.
67
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA (Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan) tahun 2010.
Laporan Fakta Analisa RTRW Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan: BAPPEDA Kota
Tangerang Selatan.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Profil Kota Tangerang
Selatan. Jakarta Selatan.
BPS (Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan) tahun 2011. Kota Tangerang Selatan dalam
Angka Tahun 2010. Tangerang Selatan: BPS Kota Tangerang Selatan.
BPS (Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan) tahun 2017. Kota Tangerang Selatan dalam
Angka Tahun 2017. Tangerang Selatan: BPS Kota Tangerang Selatan.
Brenda & Robert Vale. 1991. Green Architecture Design for Sustainable Future. London. Thames
& Hudson.
Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta. Andi Offset.
Novrizaldy, Muhammad Fauzi. 2018. Penerapan Konsep Transit Oriented Development (TOD)
Sebagai Solusi Masalah Transportasi di DKI Jakarta. [diakses pada 2 September 2019]
https://www.academia.edu/37429517/penerapan_konsep_transit_oriented_development_tod_
sebagai_solusi_masalah_transportasi_di_dki_jakarta