Anda di halaman 1dari 81

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA

PELAKSANAAN BANGUNAN UNTUK MENCEGAH REWORK

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Kantor DPRD Kota binjai dan Proyek
Pembangunan Jembatan Kec. Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar)

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

M. ADI SANJAYA PELAWI


NIM: 12 0404 021

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

Universitas Sumatera Utara


PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA
PELAKSANAAN BANGUNAN UNTUK MENCEGAH REWORK

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Kantor DPRD Kota Binjai dan Proyek
Pembangunan Jembatan Kec. Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar).

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen


Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

M. ADI SANJAYA PELAWI


12 0404 021

Dosen Pembimbing :
Ir. Indra Jaya Pandia, M.T.
NIP 19560618 198601 1 001

Dosen Co – Pembimbing :
Rezky Ariessa Dewi, S.T., M.T.
NIP 19860405 201706 2 001

BIDANG MANAJEMEN & REKAYASA KONTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi terdiri dari serangkaian aktivitas-


aktivitas yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam mengendalikan tahap
demi tahap dan mengurangi keterlambatan kerja tersebut, dibutuhkan konsultan
manajemen konstruksi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner/angket kepada
pihak yang menggunakan jasa konsultan manajemen konstruksi. Responden yang
berpartisipasi adalah sebanyak 20 responden, responden yang dipilih adalah
merupakan pihak owner pada proyek pembangunan Kantor DPRD Kota Binjai dan
Proyek Pembangunan Jembatan Kec. Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Keterlibatan Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk mencegah atau mengurangi rework adalah cukup
baik berdasarkan hasil kuesioner yaitu dari 20 responden terdapat 16 responden
menyatakan cukup baik, 2 responden menyatakan baik dan 2 responden
menyatakan tidak baik. peranan konsultan manajemen konstruksi yang sangat atau
lebih berperan dalam mencegah atau mengurangi rework adalah pada faktor
melakukan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi
(nilai mean: 3,90, deviasi standar: 0,788), dan Indeks peranan konsultan manajemen
konstruksi untuk mencegah atau mengurangi rework adalah cukup baik. Hal ini
diindikasikan oleh jawaban responden dimana mayoritas responden (80%)
menyatakan peranan konsultan manajemen konstruksi dalam mencagah rework
adalah cukup baik. Hanya (10%) yang menyatakan baik dan (10%) yang
menyatakan tidak baik. Hal ini didukung oleh faktor umur yang sudah cukup
dewasa yang mayoritas responden yaitu berumur 40-49 tahun yakni sebanyak 14
orang (65%). Dan didukung juga oleh Pendidikan yang mayoritas adalah
berpendidikan S1 yakni sebanyak 12 orang (60%), S2 sebanyak 3 orang (15%), D3
sebanyak 2 orang (10%) dan Pendidikan SMA sebanyak 3 orang (15%). Dan
didukung juga oleh pengalaman kerja yang sudah cukup lama yakni 10-20 tahun
sebanyak 17 orang (85%), <10 tahun sebanyak 1 orang (5%) dan untuk, >20 tahun
sebanyak 2 orang (10%).
Kata Kunci : Konsultan Manajemen Konstuksi, Rework, Peranan, Statistical
Package for the social sciences (SPSS).

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil

bidang studi Manejemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul :

“PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA


PELAKSANAAN BANGUNANAN UNTUK MENCEGAH REWORK

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Kantor DPRD Kota binjai dan Proyek

Pembangunan Jembatan Kec. Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar)”

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas

dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa

pihak yang berperan penting yaitu :

1. Terutama kepada kedua orang tua saya, Kaspendi Sembiring, S.H. dan

Linawati Br. Torong serta kepada adek saya Aldy Ananda S. Pelawi yang telah

memberikan dukungan penuh, nasehat, motivasi serta mendoakan saya dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, M.T. dan Ibu Rezky Ariessa Dewi, S.T., M.T.

sebagai Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan,

saran, dan dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

ii

Universitas Sumatera Utara


3. Bapak Medis S Surbakti, S.T, M.T, Ph.D sebagai Plt Ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. M Ridwan Anas, M.T. sebagai Plt. Sekretaris Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan

pengajaran kepada Penulis selama menempuh masa studi di Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada Penulis

selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Muhammad Fadhly, Bapak Royto Martadinata Sihombing, ST, MT dan

seluruh Bapak dan Ibu Pegawai Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kota Binjai yang telah memberikan izin dalam menggunakan data

proyek pada tugas akhir ini.

8. Bapak Kristian Siregar, Bapak Ganda R. Damanik, ST dan seluruh Bapak dan

Ibu Pegawai Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

Pematangsiantar yang telah memberikan izin dalam menggunakan data proyek

pada tugas akhir ini.

9. Teman – teman seperjuangan dikampus buat Saptino, Richson, Fajar, Indra,

Dolly, Vince, Gery dan seluruh teman - teman stambuk 2012 yang tidak dapat

disebutkan satu per satu terimah kasih buat kebersamaan yang selama ini baik

iii

Universitas Sumatera Utara


diperkulihan maupun dipertemanan yang luar biasa, semoga kita semua sukses

selalu.

10. Abang dan kakak stambuk 2009, 2010 dan 2011 yang sudah membantu untuk

mengenal dunia perkulihan di teknik sipil.

11. Adik adik Stambuk 2013, 2014, dan 2015 yang sudah membantu di perkuliahan

maupun tugas-tugas besar lainya.

12. Seluruh rekan - rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu per satu atas

dukungannya yang sangat baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2019

Penulis

( M. Adi Sanjaya Pelawi )


12 0404 021

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR PERSAMAAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.4. Batasan Masalah 5
1.5. Manfaat Penelitian 5
1.6. Sistematika Penulisan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Konsultan 7
2.1.1 Kualitas dan Kredibilitas 7
2.1.2 Jasa Konsultasi Dalam Kegiatan Proyek 8
2.1.3 Jasa Konsultasi dan Lingkup Kegiatannya 10
2.1.4 Konsultan Manajemen Konstruksi 12
2.1.5 Asas dan Tujuan Jasa Konsultasi 14
2.1.6 Jenis Usaha dan Jasa Konstruksi 15
2.1.7 Kualifikasi Jasa Konstruksi 15
2.2. Peranan 18
2.2.1 Pengertian Peranan Secara Umum 18
2.2.2 Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi 19
2.2.3 Fungsi Manajemen Konstruksi 20
2.3. Rework 22
2.3.1. Batasan Rework 22
2.3.2. Faktor Penyebab Rework 23
2.3.3. Proses Terjadinya Rework 23
2.3.4. Tahapan Rework 23
2.3.5. Usaha Meminilisir Rework 24
2.4. Proyek 26
2.4.1. Pengertian Proyek 26
2.4.2. Ciri Pokok Proyek 26
2.4.3. Tiga Kendala (Triple Constraint) 27
2.4.4. Jenis – jenis Proyek 27
2.4.5. Aspek Biaya 29
2.4.6. Aspek Mutu 30
2.4.7. Aspek Waktu 31
2.5. Pengendalian Proyek 31
2.6. Wawancara 32
2.7. Kuisioner 34
2.7.1 Manfaat Kuisioner 34
2.7.2 Jenis – jenis Kuisioner 34
2.8. Skala Pengukuran Likert 35

Universitas Sumatera Utara


2.8.1 Pemberian Skor atau Nilai 36
2.9. Analisa Deskriptif 36
2.9.1 Uji Validitas 36
2.9.2 Uji Reliabilitas 37
2.9.3 Uji Normalitas Data 38
2.9.4 Analisa Regresi Linear Berganda 38
2.9.5 Uji Koefisien Determinasi Berganda 39
2.9.6 Uji Hipotesis 40
2.10. Statistical Package For the Social Sciences 41
2.10.1 Cara Kerja SPSS 41
2.11. Penelitian Terdahulu 43
BAB III METODE PENELITIAN 49
3.1. Metode Penelitian 49
3.2. Lokasi dan Objek Penelitian 49
3.3. Sumber Data 49
3.4. Metode Pengumpulan Data 50
3.4.1 Studi Lapangan 50
3.4.2 Studi Pustaka 51
3.5. Teknik Sampling 51
3.6. Proses Pengolahan Data 52
3.7. Flowchart Penelitian 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 55
4.1. Umum 55
4.2. Data Hasil Kuisioner 55
4.2.1 Analisis Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi 55
4.3. Analisa Faktor Dengan SPSS 56
4.3.1. Analisis Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk
Mencegah Rework 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 67
5.1.Kesimpulan 67
5.2.Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Jumlah Butir Dengan Realibilitas Instrumen 38


Tabel 4.1 Tabel Uji Validitas Kemampuan Mencapai Tujuan Proyek 56
Tabel 4.2 Tabel Uji Validitas Kemampuan Manajerial Proyek 56
Tabel 4.3 Tabel Uji Validitas Kemampuan Menjamin dan Menambah Mutu Pekerja 56
Tabel 4.4 Tabel Uji Validitas Kemampuan Mencegah atau mengatasi konflik 57
Tabel 4.5 Tabel Uji Validitas Kualitas Internal Konsultan Manajemen Konstrksi 57
Tabel 4.6 Tabel Uji Reliabilitas Kemampuan Mencapai Tujuan Proyek 58
Tabel 4.7 Tabel Uji Reliabilitas Kemampuan Manajerial Proyek 58
Tabel 4.8 Tabel Uji Reliabilitas Kemampuan Menjamin dan Menambah Mutu Pekerja 58
Tabel 4.9 Tabel Uji Reliabilitas Kemampuan Mencegah atau mengatasi konflik 58
Tabel 4.10 Tabel Uji Reliabilitas Kualitas Internal Konsultan Manajemen Konstruksi 58
Tabel 4.11 Tabel Hasil Uji Normalitas Data Peranan Konsultan Manajemen
Konstruksi 59
Tabel 4.12 Tabel Hasil Uji Regresi Linear Berganda Peranan Konsultan Manajemen
Konstruksi Untuk Mencegah Rework 59
Tabel 4.13 Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi Berganda Peranan Konsultan
Manajemen Konstruksi 60
Tabel 4.14 Tabel Hasil Uji Hipotesis Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk
Mencegah Rework 60
Tabel 4.15 Tabel Hasil t Hitung Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk
Mencegah Rework 61
Tabel 4.16 Tabel Hasil Hitung Korelasi Menggunakan Metode Kedall’s tau-b Terhadap
Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk Mencegah Rework 62
Tabel 4.17 Tabel Hasil Uji Deskriftif Kemampuan Mencapai Tujuan Proyek 63
Tabel 4.18 Tabel Hasil Uji Deskriftif Kemampuan Manajerial Proyek 63
Tabel 4.19 Tabel Hasil Uji Deskriftif Kemampuan Menjamin dan Menambah Mutu
Pekerjaan 64
Tabel 4.20 Tabel Hasil Uji Deskriftif Kemampuan mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah 64
Tabel 4.21 Tabel Hasil Uji Deskriftif Kualitas Internal Konsultan Manajemen Konstruksi 64
Tabel 4.22 Tabel Hasil Uji Deskriftif Frekuensi Umur Responden 65
Tabel 4.23 Tabel Hasil Uji Deskriftif frekuensi Pendidikan Responden 65
Tabel 4.24 Tabel Hasil Uji Deskriftif Frekuensi Lama Kerja Responden 66

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Macam – macam paket kerja bagian lingkup proyek yang dapat diserahkan
Kepada konsultan 10
Gambar 2.2 Faktor – faktor penyebab rework 25
Gambar 2.3 Proses terjadinya rework 25
Gambar 2.4 Tahapan rework 26
Gambar 2.5 Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala 27
Gambar 2.6 Langkah – langkah operasi proses pengendalian 33

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Product Moment Karl Pearson 37


Persamaan 2.2 Cronbach Alpha 37
Persamaan 2.3 Analisa Regresi Linear Berganda 38
Persamaan 2.4 Koefisien determinasi berganda 39

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner Penelitian

Lampiran B Jawaban Responden Terhadap Kuesioner Penelitian

Lampiran C Jadwal Pelaksanaan Kerja Proyek

Lampiran D Tabel Nilai R Product Moment

Lampiran E Tabel Distribusi F

Lampiran F Tabel Distribusi T

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konsultan Manajemen Konstruksi memegang peranan yang sangat penting


di dalam keberhasilan sebuah proyek. Tugas sebuah perusahaan konsultan adalah
mengawal klien pada tahap awal proyek (tahap perencanaan danperancangan)
untuk mempersiapkan tahap selanjutnya, serta pada masa konstruksi (pelaksanaan
pembangunan fisik). Job description konsultan secara umum adalah
menerjemahkan keinginan dan kebutuhan klien dengan mendampingi konsultan
perencana dalam proses desain yang dituangkan ke dalam dokumen gambar,
perhitungan,dan dokumen pendukung lainnya. Kemudian melakukan pengawasan
dan pendampingan kontraktor pada fase pelaksanaannya. Perencanaan di awal
proyek yang matang akan menghasilkan sebuah produk pedoman pelaksanaan yang
akurat, yang nantinya akan sangat turut menentukan kesuksesan sebuah proyek.
Dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi terdiri dari serangkaian
aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Untuk itu,
diperlukan suatu manajemen konstruksi yang tepat dan dapat mengendalikan suatu
proyek konstruksi mulai dari tahap perencanaan, tahap perancangan, tahap
pelelangan, tahap pelaksanaan dan tahap sesudah pelaksanaan.
Dalam mengendalikan tahap demi tahap tersebut, dibutuhkan konsultan manajemen
konstruksi.
Saat ini masih saja sering terjadi keterlambatan dan penyimpangan kualitas
konstruksi pada tahap pelaksanaan proyek bukan hanya disebabkan oleh faktor
alam, tetapi juga disebabkan oleh beberapa hal antara lain koordinasi, komunikasi,
administrasi, pemberdayaan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia yang
kurang optimal. Penggunaan jasa konsultasi proyek atau lebih dikenal dengan
konsultan manajemen konstruksi biasanya digunakan pada proyek berskala besar,
dan merupakan suatu tim kerja yang memiliki keahlian dalam mengelola
manajemen proyek dan bertugas memantau, mengendalikan serta ikut terlibat pada

Universitas Sumatera Utara


proses proyek. Sehingga di harapkan mampu mengatasi dan mengantisipasi
penyimpangan serta masalah dalam suatu proyek pembangunan.
Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai pendamping konsultasi bagi
user, maka harus mampu memahami dan menampung semua masukan dari user,
kemudian mengawasi dan mendampingi konsultan perencana dalam
menuangkannya ke desain. Prosesnya bisa terjadi berulang-ulang, dimana pada
umumnya pihak user memiliki banyak kebutuhan dan keinginan yang harus
diakomodasi (apalagi jika klien/user terdiri dari lebih dari satu orang/pihak terkait,
seperti banyak terjadi pada proyek-proyek instansi pemerintahan). Proses diskusi,
mendesain, presentasi, revisi desain/mendesain ulang, diskusi lagi, presentasi lagi,
mendesain lagi, dan begitu seterusnya, hampir pasti selalu terjadi pada setiap
proyek. Untuk itu, konsultan dituntut harus cerdas menyikapi hal tersebut, agar
tidak akan mengganggu pada proses konstruksinya.
Dari Undang – Undang No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, terlihat
bahwa pekerjaan konsultan juga mempunyai resiko yang cukup besar dari berbagai
segi, baik dari segi materiil maupun segi non materiil yang berhubungan dengan
ketepatan waktu, kebutuhan tenaga, menjaga kepercayaan, serta kredibilitas
perusahaan itu sendiri. Dalam hal keterlambatan pekerjaan, nama baik dari
perusahaan konsultan sangat penting dan menjadi pertaruhan, karena akan
mempengaruhi kepercayaan dari pengguna barang / jasa. Apabila kepercayaan dari
pengguna barang/jasa sudah tidak dipercayai, maka kesempatan konsultan untuk
berkembang lebih baik kedepannya menjadi semakin sempit. Hal ini juga akan
sangat bepengaruh dengan masa depan perusahaan penyedia barang/jasa apabila
terjadi pemutusan kontrak, karena akan masuk ke dalam daftar hitam dari penyedia
barang/jasa.
Maka sebuah strategi khusus diperlukan guna mengatasi hal-hal tersebut di
atas. Sumber permasalahan dapat muncul dari sisi dalam/internal maupun dari dapat
muncul dari sisi luar/eksternal. Permasalahan yang bersumber dari dalam/internal
dapat disebabkan karena lemahnya manajemen dan sumber daya dari perusahaan
konsultan atau penyedia barang/jasa itu sendiri. Sedangkan permasalahan yang
bersumber dari luar/eksternal berhubungan dengan hal-hal yang di luar kendali
perusahaan, seperti ketidak jelasannya klien/user, sering terjadi perubahan-

Universitas Sumatera Utara


perubahan pada proses perencanaan, maupun pelaksanaan, lambatnya proses
perizinan, birokrasi yang tidak jelas, kesalahan pekerjaan yang dikarenakan
kesalahan gambar dan desain, kurangnya keterampilan dari pekerja, komunikasi
antar stakeholder yang kurang jelas, dan masih banyak lagi faktor yang akan
menghambat pekerjaan proyek. Akibat kesalahan – kesalahan tersebut akan
menimbulkan terjadinya rework.

Rework adalah suatu pekerjaan ulang yang diakibatkan karena kesalahan


kesalahan dari suatu pelaksanaan proyek konstruksi. Menurut Andi et al (2005)
Rework tidak dapat dihindari dari dunia konstruksi. Sangat jarang, bahkan mustahil
untuk tidak menemui rework pada pelaksanaan proyek konstruksi. Akibat
pelaksanaan suatu proyek tidak terlalu memperhatikan kualitas proyek yang sedang
dikerjakan, maka akan menimbulkan rework Hal ini akan menyebabkan penurunan
kualitas pekerjaan yang akan berdampak kepada klaim dari klien, maka harus
dilakukan perbaikan untuk memperoleh produk yang sesuai dengan spesifikasi
yang telah disepakati.

Rework dapat memberikan dampak buruk pada performa dan produktivitas


baik konsultan, kontraktor dan pihak lainnya yang terkait dalam proyek. Kesalahan
yang di lakukan oleh pihak tersebut tentunya berbeda - beda. Menurut Love (2002),
rework merupakan salah satu kontributor utama pada pembengkakan biaya dan
keterlambatan proyek. Dari beberapa hasil penelitian menyatakan dampak buruk
yang disebabkan oleh rework, Burati dkk (1992) menyatakan bahwa dari hasil
penelitian yang dilakukan pada sembilan proyek menunjukkan bahwa biaya rata -
rata yang dikeluarkan untuk memperbaiki masalah kualitas mencapai 12,4 % dari
nilai kontrak. Barber dkk (2000) menemukan dari hasil penelitiannya bahwa biaya
karena kegagalan kualitas mencapai 25% dari nilai kontrak. Disamping biaya
langsung, rework juga berdampak pada biaya tidak langsung, seperti biaya
administrasi yang membesar dan menurunnya motivasi, moral pekerja, dan
personal konstruksi. Dengan mempertimbangkan bahwa dampak buruk yang
diakibatkan oleh rework pada proses pelaksanaan konstruksi cukup signifikan,
maka usaha – usaha untuk mengurangi terjadinya rework pada tahap konstruksi
sangat diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


Pada umumnya ada beberapa pekerjaan yang sering mengalami
keterlambatan kerja atau mengalami rework yang di sebabkan oleh lambatnya
penetuan desain dan dokumentasi pada proyek, kurangnya informasi di lapangan,
material sering terlambat di karenakan cuaca sering buruk sehingga menyebabkan
keterlambatan pengerjaan pada bagian pondasi atau yang lainnya, oleh karena itu
perlu ditinjau apa saja peranan konsultan manajemen konstruksi dalam mencegah
atau mengurangi masalah tersebut dan bagaimana implementasi peranan tersebut
dilapangan. Dari permasalahan ini penulis menganggap perlu melakukan penelitian
yaitu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk mencegah atau mengurangi terjadinya rework
terhadap pelaksanaan proyek pembangunan Kantor DPRD Kota Binjai dan Proyek
Pembangunan Jembatan Jl. Gurilla Selatan Kec. Siantar Sitalasari Kota
Pematangsiantar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah maka, rumusan permasalahan dari


penilitian ini adalah :

1. Sejauh mana keterlibatan Konsultan Manajemen Konstruksi pada proyek


konstruksi untuk mencegah atau mengurangi rework.
2. Pada peranan apa konsultan manajemen konstruksi lebih berperan untuk
mencegah rework.
3. Bagaimana indikator peranan konsultan manajemen konstruksi untuk
mencegah rework.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki tujuan


yaitu:

1. Untuk mengetahui peranan konsultan manajeman konstruksi pada


pelaksanaan bangunan untuk mencegah rework.
2. Untuk mengetahui di peranan apa saja konsultan manajemen konstruksi
lebih berperan dalam mencegah atau mengurangi rework.

Universitas Sumatera Utara


3. Untuk mengetahui indikator peranan konsultan manajemen konstrusi dalam
mencegah atau mengurangi rework.

1.4 BATASAN MASALAH

Agar dalam pada penelitian ini lebihterarah pada permasalahan yang ada,
maka pada skripsi ini akan diberikan batasan –batasan masalah sebagai berikut :

1. Jenis proyek konstruksi ini adalah proyek konstruksi pada bangunan gedung
Kantor DPRD Kota Binjai dan Proyek Pembangunan Jembatan Kec.
Sitalasari Kota Pematangsiantar.
2. proyek konstruksi yang diteliti adalah tahap awal proyek (perencanaan dan
perancangan) dan tahap konstruksi (pelaksanaan pembangunan fisik).
3. Penelitian ini menggunakan durasi penjadwalan berdasarkan data
perencanaan awal.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Mahasiswa
Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah dapat memberi gambaran
tentang pengertian Konsultan Manejemen Konstruksi dan sejauh mana
keterkaitannya pada sebuah proyek konstruksi.
2. Bagi Penyedia Jasa Konstruksi
Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi bagi rekanan,
owner/klien atau pejabat instansi yang terkait dengan konsultan manajemen
konstruksi, semakin memahami proses kerja konsultan, dan efek akhirnya
akan terjadi hubungan yang lebih baik antara satu pihak dengan yang
lainnya demi kesuksesan bersama.
3. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi suatu institusi,
lembaga pendidikan, dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dibuat dalam 5 bab dengan
uraian sebagai berikut :

Bab I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah dan manfaat penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini mencakup teori yang terkait dengan judul dan tujuan penelitian yang
dijadikan penulis sebagai acuan dalam membahas indeks kinerja kontraktor.

Bab III : METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi tentang segala metodologi yang dilakukan dalam penelitian
berupa urutan-urutan tahapan pelaksanaan penelitian dan metode yang digunakan
terhadap pengumpulan data, perhitungan serta analisis yang digunakan.

Bab IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai penentuan indikator,
pembobotan dan perhitungan indeks kinerja kontraktor yang menjadi objek
penelitian. Pembahasan yang ada didalamnya berupa cara mengolah data,
perhitungan serta analisis sehingga diperoleh tujuan penelitian.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang
diberikan atas hasil yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSULTAN

Secara umum yang dimaksudkan dengan konsultan profesional atau disingkat


dengan konsultan menurut Shenson (1990) adalah sebagai berikut.“Konsultan
profesional adalah perorangan atau perusahaan yang memiliki keahlian, kecakapan
dan bakat khusus dan tersedia bagi yang memerlukan (klien),dengan imbalan
sejumlah upah. Konsultan profesional memberikan nasehat dan seringkali
membantu melaksanakan nasehat tersebut dengan dan untuk klien.”
2.1.1 Kualitas dan Kredibilitas
Beberapa syarat minimal yang dianggap perlu dimiliki dan diperhatikan oleh
konsultan dalam upaya menjaga mutu hasil-hasil pekerjaannya, antara lain menurut
Soeharto (1995):
1. Pendekatan bersifat menyeluruh (comprehensive). Berarti melihat
permasalah dari segala segi. Kemudian menyuguhkan alternatife
pemecahannya.
2. Didasarkan atas kenyataan. Segala sesuatu diusahakan berdasarkan fakta,
bukan perasaan kemudian dikaji ulang akan kebenaran dan akurasinya.
3. Adanya keterkaitan (relevansi) terhadap permasalahan. Kemampuan untuk
mengenal hal-hal yang betul-betul ada hubungannya dengan masalah yang
sedang dibahas dengan menjauhi penjelasan atau keterangan yang tidak
relevan.
4. Kecakapan melihat kedepan. Dapat mengantisipasi dan memperkirakan
akibat dan dampak dari keputusan-keputusan yang diambil.
5. Menguasai perbendaharaan bahas yang diperlukan. Kecakapan merumuskan
dan mengkomunikasikan pendapatnya dengan baik.
6. Bersifat ulet. Konsultan seringkali diserahi tugas yang kompleks. Untuk itu
perlu keuletan dan kepandaian menguraikan tugas tersebut dan menentukan
lingkup yang mempunyai posisi kunci, kemudian mencari cara pendekatan
dan metode yang tepat untuk menanganinya.

Universitas Sumatera Utara


7. Kreatif. Dalam banyak hal tidak perlu menunggu, bahkan harus mendahului
menyuguhkan ide atau gagasan yang baru dan segar, untuk menyelesaikan
tugas yang diserahkan kepadanya.
8. Penguasaan teknis secara prima atas disiplin ilmu atau profesi yang
ditawarkan.
2.1.2 Jasa Konsultansi dalam kegiatan Proyek
Jasa Konsultansi dalam kegiatan proyek menurut Soeharto (1995) adalah
sebagai berikut.
1. Menyiapkan paket kerja. Merupakan bagian atau komponen lingkup kerja
proyek, seperti paket pekerjaan arsitektur, engineering, analisis tanah untuk
tiang pancang dan pondasi dan lain-lain. Terdiri dari hasil perhitungan dan
analisis, gambar rancangan, hasil testing dan lain-lain.
2. Survei Salah satau jenis proyek E-MK yang selalu memerlukan survey adalah
membangun jaringan radio telekomunikasi. Untuk proyek industri sering
dibutuhkan survey tenga kerja, misalnya perihal penawaran dan permintaan
tenaga kerja di sekitar daerah proyek yang akan dibangun.
3. Studi dan Penelitian. Studi dan penelitian tidak jarang dibutuhkan untuk
mendukung bagian-bagian tertentu kegiatan proyek. Misalnya bagi lokasi
proyek di daerah terpencil dan belum tersedia data yang cukup, sering kali
pemilik atau kontraktor meminta jasa konsultan untuk mempelajari dan
meneliti keadaan iklim, curah hujan, arah dan kecepatan angin, persediaan air
dan lain-lain.
4. Bantuan Manajemen. Bantuan ini meliputi sebagian atau seluruh lingkup
proyek. Salah satu kegiatan yang telah dipraktekan secara luas adalah
Konsultan Manajemen Konstruksi –KMK (construction management-CM).
Konsultansi menejemen untuk aspek lainnya berupa paket usulan
restrukturisasi organisasi, peningkatan efisiensi dan lain-lain.
5. Program Pelatihan. Untuk memenuhi disipakan program pendidikan dan
pelatihan khusus, mencakup antara lain merekrut, menyeleksi, melatih di
kelas dan di lapangan untuk calon operator dan mekanik.
6. Pengendalian Mutu. Pengendalian mutu merupakan pekerjaan yang tidak
dapat dipisahkan dari suatu kegiatan proyek. Sifat pekerjaannya memerlukan

Universitas Sumatera Utara


prosedur yang khusus, menuntut ketelitian dan pengalaman. Perusahaan
konsultan yang menyediakan jasa dalam bidang tersebut, umumnya telah
melengkapi diri dengan personil yang terlatih dan peralatan yang cukup
sehingga mampu melakukan tugasnya dengan efisiendan terpercaya.
7. Prakomisi, Uji Coba dan Start-up. Bidang konsultansi untuk proyek meliputi
pula pekerja-pekerja inspeksi, prakomisis, uji coba dan start-up
peralatan,bagian instalasi ataupun keseluruhan. Jenis pekerjaan di atas
umumnya amat beragam, dan seringkali memerlukan judgment yang
berbobot dalam mengambil keputusan.
8. Administrasi, Perizinan dan Hukum. Contoh untuk ini adalah pengelolaan
administrasi pinjaman dana (loan administration), mempersiapkan system
akuntansi perusahaan dengan kode akuntansi yang dipakai untuk pembebanan
biaya dalam pengendalian proyek (project cost control), catatan asset
(assetrecord) dan lain lain. Mengenai perizinan, seringkali menyangkut hal-
hal yangberhubungan dengan masalah izin bangunan, impor barang,
pemebebasan beamasuk bagi proyek pemerintah, penggunaan tenaga asing,
izin survei lokasi kedaerah-daerah terpencil, misalnya untuk mendirikan
repeater proyek telekomunikasi dan lain-lain. Sedangkan untk konsultan
hukum umumnya diperlukan untuk memepersiapkan rancangan kontrak
ikatan pembelian (PO) untuk barang barang dengan harga yang tetinggi, dan
pada waktu negoisasi dengan kontraktor utama, kontraktor ataupun
konsultan.
9. Pengadaan Dana. Mengusahakan terpenuhinya jumlah dana untuk proyek
bukan termasuk hal yang rutin untuk sebuah perusahaan. Sumber dana dapat
berasal dari bank, pemilik proyek. Subsidi pemerintah atau institusi keuangan
yang lain.
10. Paket Kerja untuk Konsultan. Berbagai macam paket kerja proyek E-MK
yang diserahkan kepada konsultan untuk mengerjakannya terlihat seperti di
Gambar berikut. Konsultansi butir-butir 1 sampai dengan 6 dikerjakan
padatahap sebelum implementasi fisik, sedangkan 7 sampai dengan 14
umumnya menjelang atau selama implementasi fisik berlangsung.

Universitas Sumatera Utara


STUDI KELAYAKAN SURVEI KELAUTAN
1. 8.
DAN HIDROLOGI
2. PENDANAAN 9. REKAYASA NILAI

3. ANALISA DAMPAK 10. INSPEKSI


LINGKUGAN

4. ARSITEK 11. STUDI KELAYAKAN

DESAIN DAN AKUNTANSI


5. 12.
ENGINEERING

6. PEMERIKSAAN TANAH 13. AUDIT

7. LATIHAN DAN 14. MANAJEMEN PROYEK


PENDIDIKAN (CM)

Gambar 2.1 Macam-macam paket kerja bagian lingkup proyek


yang dapat diserahkan kepada konsultan

Sumber :Soeharto, (1995) “Manajemen Proyek”

2.1.3 Jasa Konsultansi dan Lingkup Kegiatannya

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor : 08 / PRT / M / 2019, yang disebut


perencana / arsitek / konsultan perencana / konsultan ahli adalah perorangan / badan
hukum yang melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang perencanaan karya
bangunan atau perencanaan lingkungan beserta kelengkapannya.
Konsultan dibagi menjadi beberapa sub bagian :
1. Konsultan Menejemen Konstruksi
a. Melaksanakan pengendalian pada tahap persiapan, tahap perencanaan, dan
tahap konstruksi, baik di level program maupun pada level oprasional, dan
pngendalian tersebut meliputi pengendalian waktu, pengendalian biaya,
pencapaian sasaran fisik, dan tertib administrasi.
b. Konsultan menejemen konstruksi digunakan untuk pekerjaan :

10

Universitas Sumatera Utara


1. Bangunan bertingkat lebih dari 4 lantai,
2. Bangunan dengan luas total lebih 5000 m2,
3. Bangunan khusus,
4. Bangunan yang melibatkan lebih dari 1 ( satu ) konsultan perencana
maupun pemborong,
5. Bangunan yang dilaksanakan lebih dari 1 ( satu ) tahun anggaran (
multiyear project ).
c. Kegiatan menejemen konstruksi pada tahap persiapan adalah membantu
pengelola / pemilik proyek dalam pengadaan konsultan perencana,
membantu kontrak pekerjaan perencanaan, dsb.
d. Kegiatan pada tahap perencanaan adalah mengevaluasi program
pelaksanaan kegiatan perencanaan oleh konsultan perencana, memberikan
konsultasi kegiatan perencanaan, mengendalikan program perencanaan,
melakukan koordinasi pihak – pihak yang terlibat pada tahap perencanaan,
dan pada saat pelelangan membantu panitia lelang dalam menyusun Harga
Penawaran Sendiri ( HPS ), serta membantu memberikan penjelasan
pekerjaan.
e. Pada tahap pelaksanaan konsultan MK ( Menejemen Konstruksi )
mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan menyusun laporan dari
awal proses kegiatan hingga akhir pekerjaan.
2. Konsultan Perencana
Tugas – tugasnya :
a. Membuat skema / konsep pemikiran awal ( maksud dan tujuan ),
b. Membuat desain pra rencana termasuk didalamnya pekerjaan penyelidikan
data lapangan / kondisi tapak / lingkungan, menyusun usulan kerja ( uraian
tentang persyaratan setempat ), dan pengurusan surat – surat ijin yang
diperlukan,
c. Membuat gambar pelaksanaan lapangan, gambar detail dan bestek (uraian
Rencana Kerja dan Syarat2 ),
d. Membuat rencana anggaran biaya,
e. Mengikuti penjelasan gambar rencana dan bestek pekerjaan (aanwijzing)
f. Mengikuti proses pelelangan pekerjaan ( tender ),

11

Universitas Sumatera Utara


g. Melakukan pengawasan berkala ( kesesuaian bestek pada pelaksanaan
pekerjaan di lapangan, dan kesesuaian dari sudut perancangan arsitektur.
3. Konsultan Pengawas
Tugas – tugasnya :
a. Mewakili pihak bouwheer / pemilik dalam segala hal menyangkut
pengawasan dan pemanduan antara kesesuaian gambar – gambar bestek,
syarat – syarat teknis pelaksanaan proyek.
b. Konsultan pengawas juga bertugas sesuai dengan keahliannya mengawasi
seluruh kegiatan konstruksi mulai dari persiapan, penggunaan, mutu bahan
/ material, pelaksanaan pekerjaan, dan finishing hasil pekerjaan sebelum
diserahkan kepada pembeli proyek ( bowheer ).
2.1.4 Konsultan Manajemen Konstruksi
Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang
dimaksud dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan /
atau pekerjaan konstruksi. Konsultansi konstruksi adalah layanan keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan,
pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
Sedagkan pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan
pembangunan kembali suatu bangunan. Badan Usaha Jasa Konstruksi harus
mendapat izin yang disebut Izin Usaha untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa
Konstruksi.
Satu bentuk jasa konsultansi yang memiliki hubungan unik dengankegiatan
proyek adalah konsultan manajemen konstruksi – KMK atau dikenal sebagai
construction management-CM.dalam rangka mendapatkan kejelasan arti maupun
fungsinya, maka menarik untuk diperhatikan definisi yang dikemukakan oleh
Adrian serta AIA dalam buku Soeharto (1995) berikut ini.
Menurut Adrian:
“Manajemen Konstruksi adalah suatu proses dimana pemilik proyek
membuatikatan kerja dengan agen yang disebut manajer konstruksi, dengan tugas
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh kegiatan penyelenggaraan
proyek, termasuk studi kelayakan, desain engineering, perencanaan, persiapan

12

Universitas Sumatera Utara


kontrak, konstruksi dan lain-lain kegiatan proyek, dengan tujuan meminimalkan
biaya dan jadwal, serta menjaga mutu proyek.”
Menurut AIA (American Institute of Architects) :
“… mengelola desain dan konstruksi proyek untuk mencapai program arsitektur
dan konstruksi, dengan biaya yang minimal bagi pemilik dan keuntungan yang
wajar bagi (organisasi) peserta yang lain. Tugas utama mengelola desain dan
konstruksi di atas adalah memadukan (integrasi) sebagai kegiatan peserta melalui
perencanaan, organisasi dan pengendalian. Adapun fungsinya adalah bertindak
sebagai agen dari pemilik proyek…”
Meskipun, masih terdapat pandangan yang berbeda, namun definisi - definisi
di atas dapat dianggap sebagai kerangka yang memberikan pengertian dasar tentang
arti dan fungsi manajemen konstruksi. Bertitik tolak dari definisi - definisidi atas
maka arti dan fungsi CM serta dampak kehadirannya, dapat diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut (Soeharto,1995).
1. Tidak Terbatas Konstruksi.
Meskipun lingkup kegiatan sering diasosiasikan dengan istilah yang dipakainya
yaitu “konstruksi”, tetapi sesungguhnya mencakup spectrum yang lebih luas,
yaitu keseluruhan penyelenggaraan proyek, mulai dari pelayanan prakonstruksi,
yang dilanjutkan pada tahap konstruksi, sampai dengan masalah-masalah setelah
konstruksi.
2. Agen Mewakili Kepentingan Pemilik.
Fungsi Konsultan Manajemen Konstruksi yang amat penting dan membedakan
dari kontraktor atau konsultan lainnya, adalah Konsultan Manajemen Konstruksi
bertindak sebagai agen yang dalam kegiatannya harus selalu “memperjuangkan”
kepentingan pemilik.
3. KMP Tidak Mengerjakan Paket.
Meskipun lingkup kerja Konsultan Manajemen Konstruksi meliputi berbagai
aspek kegiatan terentang mulai dari prakonstruksi smapai penutupan proyek,
tetapi pada dasarnya Konsultan Manajemen Konstruksi tidak mengerjakan
sendiri paket kerja yang merupakan komponen lingkup proyek, seperti
arsitektur, engineering, maupun konstruksi. Pekerjaan – pekerjaan tersebut
berikut integritas dan keandalan hasil-hasilnya, tetap merupakan tugas dan

13

Universitas Sumatera Utara


tanggung jawab dari para konsultan professional dan kontraktor yang
bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan timbulnya
pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara Konsultan Manajemen
Konstruksi dengan pemilik.
4. Bermanfaat Bagi Peserta Lain.
Bila dilihat dari fungsi Konsultan Manajemen Konstruksi, yaitu
mengkoordinasikan pekerjaan peserta proyek dan meningkatkan kualitas
pekerjaan - pekerjaan yang erat kaitannya dengan mereka, maka mudah
dimengerti bila keberhasilan pelaksanaan tugas Konsultan Manajemen
Konstruksi tergantung sekali atas kerjasama yang diperoleh dari peserta -
peserta tersebut. Juga bila diingat bahwa sebagaian dari lingkup kerja Konsultan
Manajemen Konstruksi, dulu atau bahkan sampai “lahan” dari konsultan lain,
maka pendekatannya harus hati-hati, dengan menunjukkan bahwa dengan
kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi, berbagai manfaatakan diperoleh,
selain untuk pemilik juga untuk peserta lainnya seperti Arsitek, Konsultan
Engineering dan lain-lain, Kontraktor Utama dan atau Kontraktor.
2.1.5 Asas dan Tujuan Jasa Konstruksi
Berdasarkan pasal 2 pada bab II Undang-undang No. 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi, penyelenggaraan jasa konstruksi berlandaskan pada asas:
a. Kejujuran dan keadilan;
b. Manfaat;
c. Kesetaraan;
d. Keserasian;
e. Keseimbangan;
f. Profesionalitas;
g. Kemandirian;
h. Keterbukaan;
i. Kemitraan;
j. Keamanan dan keselamatan;
k. Kebebasan
l. Pembangunan berkelanjutan; dan
m. Wawasan lingkungan.

14

Universitas Sumatera Utara


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bertujuan untuk :
a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil
Jasa Konstruksi yang berkualitas;
b. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi;
d. Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik
dan menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun;
e. Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan
f. Menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
2.1.6 Jenis Usaha Jasa Konstruksi
Menurut UU No. 2 Tahun 2017 Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:
a. Usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
b. Usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. Usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.
2.1.7. Kualifikasi Jasa Konstruksi
Berdasarkan pasal 19 UU No. 2 Tahun 2017, Usaha Jasa Konstruksi
berbentuk usaha orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum. Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana
yang dimaksud terdiri atas kecil, menengah, dan besar. Penetapan kualifikasi usaha
dilaksanakan melalui penilaian terhadap penjualan tahunan, kemampuan keuangan,
ketersediaan tenaga kerja konstruksi dan kemampuan dalam penyediaan peralatan
konstruksi. Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan usaha dan
segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penetapan kualifikasi usaha jasa konstruksi diatur dalam Peraturan Menteri.
Menurut Nyoman Koriawan (2011), Kualifikasi Usaha Jasa Konstruksi
didasarkan pada tingkat / kedalaman kompetensi dan kemampuan usahanya yang
ditinjau dari :

15

Universitas Sumatera Utara


1. Aspek Penanggung Jawab Badan Usaha atau Prinsipal (PJBUP), yaitu
Direktur Utama atau anggota Direksi atau Pimpinan Badan Usaha untuk
kantor pusat dan Kepala Cabang / perwakilan untuk kantor cabang /
perwakilan yang bertanggung jawab atas berjalannya operasional Badan
Usaha.
2. Pemilikan Tenaga Inti sebagai Penanggung jawab Teknik Badan Usaha
(PJTBU), yaitu tenaga ahli/terampil inti yang diangkat oleh Pimpinan Badan
Usaha untuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan seluruh pekerjaan
teknik yang dilakukan oleh Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan usaha
yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dan
Penanggung jawab Bidang / Sub Bidang (PJSB), yaitu tenaga ahli / terampil
inti yang memiliki sertifikat tenaga ahli / terampil dari asosiasi
profesi/institusi pendidikan dan pelatihan dan diangkat oleh Pimpinan Badan
Usaha untuk bertanggung jawab atas penyelenggaran pekerjaan teknik di
Bidang / Subbidang Pekerjaan Konstruksi dan untuk memenuhi persyaratan
usaha yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional.
3. Tenaga teknik pendukung sebagaimana yang dipersyaratkan, adalah tenaga
ahli inti yang terdiri atas tenaga ahli dan atau tenaga terampil di bidang teknik
yang harus ada pada suatu badan usaha untuk memenuhi persyaratan
klasifikasi dan kualifikasi pada bidang dan sub bidang pekerjaan konstruksi
yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional.
Berdasarkan tiga aspek tersebut, maka Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanan
Konstruksi Nasional terdiri atas :
1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil, yang memenuhi persyaratan memiliki
seorang penanggung jawab teknik badan usaha yang dapat merangkap sebagai
penanggung jawab Bidang atau merangkap sebagai tenaga teknik pendukung,
diberi :
a. Kualifikasi K3, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan pekerjaan
konstruksi sampai nilai Rp. 100 juta;

16

Universitas Sumatera Utara


b. Kualifikasi K2, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan pekerjaan
konstruksi lebih dari Rp. 100 juta sampai dengan nilai Rp. 400 juta;
c. Kualifikasi K1, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan pekerjaan
konstruksi lebih dari nilai Rp. 400 juta sampai dengan nilai Rp.1 Milyar.
2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah, memenuhi persyaratan memiliki
seorang penanggung jawab teknik badan usaha dan penanggung jawab bidang
untuk setiap bidang pekerjaan ditambah sejumlah tenaga ahli inti sebagai
tenaga teknik pendukung, diberi :
a. Kualifikasi M2, bagi yang mempunyai kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaan kosntruksi lebih dari nilai Rp. 1 Milyar sampai dengan Rp. 3
Milyar;
b. Kualifikasi M1, bagi yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi lebih dari nilai Rp. 3 Milyar sampai dengan nilai Rp.
10 Milyar.
3. Badan Usaha Kualifikasi Besar, yang memenuhi persyaratan memiliki
seorang penggung jawab teknik badan usaha dan seorang penaggung jawab
bidang/sub bidang masing-masing untuk setiap bidang/sub bidang sesuai
bidang/sub bidang pekerjaan dalam kualifikasinya, sejumlah tenaga ahli inti
sebagai tenaga teknik pendukung sesuai dengan jumlah yang ditetapkan
dalam persyaratan klasifikasi dan kualifikasi badan usaha jasa pelaksana
konstruksi, diberi kualifikasi B, bagi yang mempunyai kompetensi
melaksanakan pekerjaan konstruksi lebih dari Rp. 10 milyar.
Menurut Nyoman Koriawan (2011), kualifikasi merupakan penggolongan
usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat / kedalaman / kompetensi dan
kemampuan usaha yang dijalankan dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu :
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan kualifikasi usaha berdasarkan potensi
kemampuan tenaga kerja sebagai keunggulan kompetitif dalam melakukan
pengelolaan usaha. Sumber daya manusia yang digunakan harus memiliki
kualifikasi dan klasifikasi yang sesuai seperti pendidikan, keterampilan kerja,
keahlian kerja serta pengalaman kerja.

17

Universitas Sumatera Utara


2. Kekayaan Bersih
Kekayaan bersih merupakan kemampuan modal keuangan yang digunakan
untuk membiayai pengelolaan perusahaan dan pelaksanaan pekerjaan, juga dapat
digunakan sebagai penilaian atas kemampuan badan usaha dalam menetapkan
kualifikasi perusahaan.
3. Kemampuan Menangani Paket Pekerjaan
Kemampuan menangani paket pekerjaan merupakan batasan kompetensi
perusahaan berdasarkan pengalaman yang dimiliki dalam menangani paket
pekerjaan kurun waktu tujuh tahun terakhir. Pengalaman tersebut dapat juga dilihat
dari nilai minimum kumulatif pekerjaan yang diselesaikan dan jumlah paket
pekerjaan yang dapat ditangani pada grade sebelumnya selama kurun waktu tujuh
tahun terakhir.

2.2 PERANAN.
2.2.1 Pengertian Peranan Secara Umum
Pengertian peranan menurut Soekanto, (2002;243) adalah sebagai berikut.
“Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status).Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan”. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin
(1994:768) dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai
berikut.
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok ata pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya,
5. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab akibat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan
adalah suatu penilaian tentang sejauh mana fungsi dari seseorang dalam menunjang
kegiatan usaha dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

18

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi
Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi adalah untuk
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai
manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek. Pada
tahap pra-konstruksi, MK akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan
dan penelitian. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang
didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan kontraktor
untuk memulai membangun actual di bawah pengawasan yang ketat oleh MK.
Menekankan pada independen dari para profesional lain yang terlibat dalam
konstruksi. netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak
menyarankan klien pada pilihan consultans dan kontraktor, yang memungkinkan
klien untuk mendapatkan manfaat maksimal.
(http://karniadewi.wordpress.com/2013/03/11/manajemen-konstruksi/)
Peranan MK pada tahapn proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
1. Agency Construction Manajement (ACM).
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak
pemilik dan berfungsi sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara
perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK
dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin
waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik
mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai
dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak
kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan
terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap proses
perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri,
sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang
lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan
permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.

19

Universitas Sumatera Utara


3. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi
profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan
4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil
pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi
tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu.
Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini
bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
2.2.3 Fungsi Manajemen Konstruksi.
Penerapan fungsi - fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan
penerapan) secara sistimtis pada suatu proyek dengan mengunkan sumber daya
yang ada secara efktif dan efsien akan mendapatkan hasil atau tercapai tujuan
proyek secara optimal.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana


mengerjakannya. Ini berarti menyangkut pengambilan keputusan berhadapan
dengan pilihan-pilihan.

2. Mengorganisasi (Organizing)

Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang
dituntut untuk mencapai suatu tujuan tertentu, mengelompokkan kegiatan-kegiatan
tersebut berdasarkan jenisnya supaya lebih mudah ditangani oleh bawahan.

3. Penempatan Orang (Staffing)

Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-


orang yang tepat di dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah didisain lebih awal
dalam organisasi.

20

Universitas Sumatera Utara


4. Mengarahkan (Directing)

Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan motivasi dan
pemberian bimbingan kepada bawahan untuk mencapai tujuan utama.

5. Mengontrol (Controlling)

Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan secara
pasti. Ada banyak alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektiv. Proses
kontrol pada dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa
atas deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menentukan
langkah-langkah yang perlu untuk dikoreksi.

Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu.


manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal
itu dikarenakan manajemen perecanaan berperan hanya 20% dan sisanya
manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu
proyek.

Manajemen Konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan


pelaksanaan.

2. Mengantisipasi terjdinya perubahan kondisi lapngan yang tidak pasti dan


mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan

3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicpai, hal itu dilakukan
dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.

4. Hasil evaluasi dpat dijadikan tindakan pengmbilan keptusan terhadap masalah-


masalah yang terjadi di lapangan.

5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk


menganalisis performa dilapangan

21

Universitas Sumatera Utara


2.3 REWORK
Kata rework diterjemahkan dalam Kamus Inggris-Indonesia sebagai kata
kerja yang mempunyai arti mengerjakan kembali ; mengolah lagi, dan akan
seterusnya dipakai. “Beberapa definisi rework adalah sebagai berikut ( Winata &
Hendarlin, 2005 )”:
1. “Rework adalah mengerjakan sesuatu paling tidak satu kali lebih banyak, yang
disebabkan oleh ketidakcocokan dengan permintaan (Josephson dkk,2002)”
2. “Rework adalah efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau
aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat
ditimbulkan oleh kesalahan ataupun adanya variasi (CIDA, 1995)”
3. “Rework adalah melakukan pekerjaan di lapangan lebih dari sekali ataupun
aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya
sebagai bagian dari proyek (Love dkk,2002)”
4. “Rework adalah total biaya di lapangan yang dikeluarkan selain biaya dan
sumber daya awal (Fayek dkk,2004)”
5. “Rework adalah aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali,
ataupun aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan
sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya dimana tidak ada
change order yang dikeluarkan dan change of scope yang diidentifikasi (Fayek
dkk,2004)”.
2.3.1 Batasan Rework
Untuk mengetahui item-item pekerjaan konstruksi termasuk rework atau
tidak, Field Rework Research Team (153:2001 dalam Andi 2005), menyebutkan
bahwa hal-hal yang tidak termasuk dalam rework pada suatu proyek konstruksi,
diantaranya :
1. Perubahan scope pekerjaan mula–mula yang tidak berpengaruh pada
pekerjaan yang sudah dilakukan. Sebagai contoh perubahan besar beban yang
ditanggung sebuah bangunan, setelah ditentukan perhitungan struktur,
spesifikasi item yang dikerjakan aman untuk menanggung penambahan atau
pengurangan besar beban tersebut sehingga tidak perlu dilakukan perubahan.
2. Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan di
lapangan. Sebagai contoh portal yang setelah dikerjakan di lapangan ternyata

22

Universitas Sumatera Utara


kurang kaku atau tidak rigid, sehingga perlu ditambahi bracing dan untuk
penambahan bracing, tidak mengganggu pekerjaan lain sepanjang belum
dilakukan pemlesteran pada dinding portal yang ditambah bracing.
3. Kesalahan fabrikasi off-site yang dibetulkan off-site.
4. Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site.
5. Kesalahan fabrikasi on-site tapi tidak mempengaruhi aktivitas di lapangan
secara langsung (diperbaiki tanpa mengganggu jalannya aktivitas konstruksi).
2.3.2 Faktor Penyebab Rework
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya rework, menurut Atkinson (1998)
dalam Andi (2005), menyebutkan ada tiga kelompok bagian penyebab rework,
yaitu : faktor desain dan dokumentasi, faktor manajerial, dan faktor sumber daya
(resources). Gambar 2.2.
2.3.3 Proses Terjadinya Rework
Suatu item pekerjaan dalam kegiatan konstruksi, dapat diputuskan termasuk
kegiatan rework setelah mengadakan pembicaraan terhadap unsur-unsur yang
terlibat dan bertanggung jawab terhadap jalannya proyek tersebut, kemudian
menginstruksikan untuk mengadakan rework baik secara lisan maupun tulisan.
Gambar 2.3.
2.3.4 Tahapan Rework
Kegiatan dan tahapan-tahapan rework pada pekerjaan proyek konstruksi
secara keseluruhan berdasarkan Fayek et al ( 2002 ) adalah sebagai berikut:
Original Activity merupakan kegiatan pekerjaan proyek mula-mula yang dikerjakan
sebelum rework diidentifikasi dan dilaksanakan. Setelah rework diidentifikasi
maka tahapan berikutnya rework duration yang dibagi dalam tiga tahap kegiatan,
yaitu sebagai berikut:
1. Standby adalah tahap pertama yaitu situasi untuk menunggu instruksi untuk
melakukan rework setelah proses identifikasi di lapangan selesai dilakukan.
2. Rework adalah tahap selanjutnya yang dilakukan setelah seluruh instruksi untuk
melakukan pengerjaan ulang tersebut.

23

Universitas Sumatera Utara


3. Gear up adalah tahap terakhir yaitu penyesuaian kembali dengan pekerjaan awal
dan selanjutnya berhenti untuk sementara waktu akibat adanya pekerjaan ulang
tersebut.
Continuation of original activity merupakan kegiatan pekerjaan selanjutnya setelah
rework diselesaiakan dan telah disesuaikan dengan pekerjaan mula-mula yang
direncanakan sebelum terjadinya rework. Gambar 2.4
2.3.5 Usaha Meminilisir Rework
Usaha meminimalisir rework adalah semua bentuk kegiatan yang melibatkan
seluruh pihak terkait dalam proyek konstruksi.
Beberapa cara efektif untuk mengurangi rework menurut Andi (2005) antara lain :
1. Meningkatkan komunikasi antar pihak terkait.
2. Pengawasan yang baik di lapangan.
3. Mempelajari desain terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan konstruksi.
4. Identifikasi risiko yang mungkin terjadi.
5. Pemilihan pelaksana dan perencana konstruksi yang tepat.
6.Detail gambar harus memperhatikan kemudahan pelaksanaan ( constructability).
7. Membuat kebijakan terkait zero defect construction.
8. Meningkatkan komitmen terhadap perusahaan.
9. Memberikan sanksi ( teguran / tertulis) terhadap kesalahan kerja.
10. Mengadakan pelatihan terhadap tenaga kerja

24

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2. Faktor-faktor penyebab rework, Andi (2005).

Gambar 2.3. Proses terjadinya rework (Fayek et al, 2002).

25

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4. Tahapan rework (Fayek et al, 2002).

2.4 PROYEK
2.4.1 Pengertian Proyek

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang


berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya
telah digariskan dengan jelas (Soeharto, Iman. 1999). Proyek merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka
pendek, dimana dalam rangkaian tersebut ada suatu proses yang mengolah sumber
daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan (Ervianto,
Wulfram I. 2002).

2.4.2. Ciri Pokok Proyek

Ciri pokok proyek adalah (Soeharto, Iman. 1999):

• Mempunyai suatu tujuan yang bersifat khusus, dan memiliki produk atau
hasil kerja akhir.
• Untuk mencapai produk hasil kerja akhir maka ditentukan jumlah biaya,
jadwal, dan mutu.
• Umur proyek dibatasi oleh selesainya tugas, memiliki titik awal dan akhir
yang jelas.

26

Universitas Sumatera Utara


• Kegiatan nonrutin, hanya terjadi satu kali (tidak berulang-ulang), jenis dan
intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

2.4.3. Tiga Kendala (Triple Constraint)

Dalam mencapai tujuan proyek maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu batasan besar anggaran yang dikeluarkan, waktu (jadwal) yang
ditentukan, dan spesifikasi (mutu).Ketiga hal tersebut menjadi parameter yang
penting bagi setiap pihak dalam proyek dan sering disebut sebagai sasaran proyek.

• Anggaran (Biaya), dalam proyek telah ditentukan besaran biaya yang


diperlukan.
• Jadwal (Waktu), pengerjaan proyek harus di dalam kurun waktu yang telah
ditentukan awal dan akhirnya, dan tidak boleh melewati batas waktu.
• Mutu, hasil kegiatan proyek harus sesuai dengan mutu yang telah
dipersyaratkan.
Biaya

Waktu Mutu

Gambar 2.5 Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala (triple
constraint)(Soeharto, Iman. 1999).

2.4.4 Jenis – jenis Proyek

Menurut Kirkham (2003) dalam jurnal Jaya, (2013) yang mengacu pada
proses konstruksi, proyek konstruksi yang dikategorikan menjadi dua jenis yaitu 1.
Konstruksi Bangunan dan 2. Bangunan Sipil. Sedangkan menurut Hendrickson dan
Au (1989) memperkenalkan empat jenis utama dari proyek-proyek konstruksi yang
didasarkan pada kepentingan klien dan kekuasaan, diperoleh jenis bangunan
tertentu berdasarkan fasilitas: 1. Pembangunan perumahan, 2. Kelembagaan dan
komersial bangunan, 3. Infrastruktur dan konstruksi berat, dan 4. Industri

27

Universitas Sumatera Utara


konstruksi yang khusus. Ostwald (2001) konstruksi proyek memiliki empat jenis
proses yang berbeda: 1.rumah tinggal, 2. gedung komersial, 3. rekayasa berat dan
infrastruktur, dan 4. bangunan industri. Selanjutnya, Gould (2005); Sears et al
(2008); dan Gould dan Joyce (2009) diklasifikasikan konstruksi proyek ke
dalamempat jenis proyek yang senada dengan apa diperkenalkan oleh Hendrickson
danAu (1989), dan Swiss (2001), seperti: 1. Proyek-proyek perumahan,
2.membangun proyek-proyek konstruksi, 3. proyek konstruksi berat, dan proyek –
proyekindustri. Jenis empat proyek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Bangunan Perumahan (Residential Building)
Bangunan rumah tinggal yang dipengaruhi oleh peran pemerintah tentang
pajak , kebijakan fiskal , dan hukum , dan yang dikembangkan untuk tempat
tinggal dari tiap-tiap orang atau keluarga; misalnya , individu di rumah ,multi
family tempat tinggal , kondominium , apartemen sederhana dan kecil ,dan
lain sebagainya.
2. Bangunan Komersial(Commercial Building)
Bangunan komersial adalah bangunan yang cenderung bersifat teknis yang
kompleks, dimana diperlukan control yang lebih terhadap keuangan untuk
mengatur praktek manajemen dalam perencanaan pembangunan konstruksi
dan operasi. Bentuk bangunan komersial misalnya, bangunan
pemerintah,kantor, stadion olahraga, hotel, resort, apartemen dan kompleks
besar, rumah sakit, universitas, sekolah, gereja, mall perbelanjaan, toko
eceran, bioskop,dan gudang, dan lain-lain.
3. Bangunan Infrastruktur (Infrastructure and Heavy Engineering)
Infrastruktur dan rekayasa berat biasanya melayani kebutuhan masyarakat,
cenderung lama selama konstruksi, dan sebagian besar dipublikasikan dan
didanai oleh pemerintah, seperti bandara, jalan raya, jembatan, bendungan,
sistem pengendalian banjir, pembangkit listrik hidro, kanal, terowongan,
sistem irigasi, air badai koleksi, pengolahan air dan distribusi, dan system
angkutan cepat perkotaan, dan lain-lain.
4. Bangunan Industri (Industrial Building)
Bangunan industri dibangun untuk mempertahankan produksi industri rumah
kegiatan yang didanai swasta dan atau pribadi, misalnya pabrik, kilang

28

Universitas Sumatera Utara


minyak, tanaman nuklir, tanaman fossil-fuel, tanaman synthetic-fuel,
tanaman oxygen-fuel, tugas berat, dan produksi tanaman dan lain-lain.
2.4.5 Aspek Biaya
Anggaran proyek/biaya harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi
anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan
jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total proyek
tapi dipecah bagi komponen-komponen atau per periode tertentu yang jumlahnya
disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian bagian
proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode (Soeharto,1995:297).
Berikut beberapa pengertian menurut narasumber.
1. Menurut Mulyadi (2008):
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva.
2. Menurut Supriyono (1999):
Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan.
3. Menurut Miller (2000):
Biaya dalam ekonomi adalah Opportunity Cost, sebagai salah satu nilai suatu
sumber dalam penggunaan.
4. Menurut Mulyadi (2008):
Manajemen biaya/ akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang
merupakan alat manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya
secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan suatu nilai yang diukur dalam bentuk uang dan berfungsi untuk tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat dijelaskan peranan konsultan manajemen
konstruksi pada aspek biaya yang harus dipenuhi adalah merencanakan dan
menyusun estimasi biaya (Cost Estimating), pengendalian biaya/pengawasan biaya
(Cost Controlling) dan pengendalian perubahan terhadap budget proyek.

29

Universitas Sumatera Utara


2.4.6 Aspek Mutu
Dalam arti yang luas mutu atau kualitas bersifat subyektif. Suatu barangyang
amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu,
dunia usaha dan idustri mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh
kalangan yang berkepentingan (Soeharto, 1995:297). Berikut beberapa pengertian
menurut narasumber.
1. Menurut ISO 8402 (1956):
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya
memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers).
2. Menurut Soeharto(1995):
Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dankriteria
yang dipesyaratkan.
3. Menurut Whidya (2004):
Mutu secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
satu atau lebih karakteristik yang diharapkan terdapat dalam barang atau jasa
tertentu.
4. Menurut Nasution (2001):
Manajemen mutu adalah perpaduan semua fungsi ke dalam falsafah holistis yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan pengertian
serta kepuasan pelanggan.
5. Menurut Gaspersz (2005):
Manajemen mutu terpadu merupakan pendekatan Manajemen sistimatik yang
berorientasi pada organisasi, pelanggan dan pasar melalui kombinasi
menciptkan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas
manajemen adalah merupakan antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian
masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas,
produktifitas dan kinerja lain dari organisasi.
Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mutu
merupakan suatu sifat/ hasil dari sesuatu produk yang harus memenuhi kualitas
yang dipersyaratkan. Dengan demikian dapat dijelaskan peranan konsultan
manajemen konstruksi pada aspek mutu yang harus dipenuhi adalah merencanakan
standar dan spesifikasi pada setiap pekerjaan, pengawasan terhadap setiap

30

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan di lapangan serta pengawasan terhadap bahan/ material yang digunakan,
dan membuat laporan secara detail terhadap semua pelaksanaan teknis di lapangan.
2.4.7 Aspek Waktu
Waktu / Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan
tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir hasil adalah produk baru, maka
penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan. Berikut
beberapa pengertian menurut narasumber.
1. Menurut Choan-Seng Song (2008):
Waktu adalah suatu ruang yang di dalamnya mereka melakukan segala usaha
yang memperluasnya agar dapat memenuhinya dengan sebanyak mungkin hal.
(https://carapedia.com/pengertian_definisi_waktu_info3404.html)
2. Menurut Atkinson (Tanpa Tahun):
Manajemen waktu didefinisikan sebagai suatu jenis keterampilan yang berkaitan
dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang individu yang dilakukan
secara terencana agar individu tersebut dapat memanfaatkan waktunya dengan
sebaik-baiknya.
3. Menurut Forsyth (2000):
Manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali
sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga
produktifitas.
Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa waktu
merupakan lamanya rangkaian proses tersebut terjadi. Dengan demikian dapat
dijelaskan peranan konsultan manajemen konstruksi pada aspek waktu yang harus
dipenuhi adalahmelakukan merencanakan penjadwalan proyek, mengendalikan dan
mengatur perubahan jadwal proyek.

2.5 PENGENDALIAN PROYEK


Proses Pengendalian proyek terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan
secara sistematis dan berurutan. Dalam hal ini, Soeharto (1995), memberikan
definisi bahwa pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan
standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan standar dengan pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan

31

Universitas Sumatera Utara


pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien
dalam rangka mencapai sasaran.
Proses pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai
berikut.
1. Menentukan sasaran.
Sasaran berguna untuk menghasilkan produk dengan batasan mutu yang
ditentukan, jadwal dan biaya.Sasaran merupakan tonggak dari pengendalian.
2. Definisi lingkup kerja.
Untuk memperjelas sasaran maka lingkup proyek didefinisikan lebih lanjut yaitu
mengenai ukuran, batas dan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan lingkup proyek secara keseluruhan.
3. Menentukan standar dan kriteria patokan.
Dalam rangka mencapai sasaran secara efektif dan efisien perlu disusun suatu
standar, kriteria dan spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk
membandingkan dan menganalisa hasil pekerjaan. Standar, kriteria dan patokan
yang dipilih dan ditentukan harus bersifat kuantitatif, demikian pula dengan
metode pengukuran dan perhitungan harus dapat memberikan indikasi terhadap
pencapaian sasaran.
4. Memantau dan melaporkan.
Pada kurun waktu tertentu diadakan pemeriksaan, pengukuran, pengumpulan
data dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan proyek.
5. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan.
Langkah ini berarti mengkaji segala sesuatu yang dihasilkan pada butir 4. Disini
diadakan analisis terhadap indikator yang diperoleh dan mencoba
membandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan.
6. Mengadakan tindakan pembetulan.
Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang cukup
berarti maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Jadi pengendalian
merupakan proses pengukuran, evaluasi dan pembetulan kinerja proyek. Untuk
proyek konstruksi, ada tiga unsur yang selalu dikendalikan dan diukur yaitu
kemajuan dibandingkan dengan kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap
rencana anggaran dan mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknik. Sehingga

32

Universitas Sumatera Utara


proses pengendalian dasar dalam setiap kegiatan konstruksi pada umumnya
terdiri dari 3 langkah pokok yaitu :
a. Menetapkan standar kinerja.
b. Mengukur kinerja terhadap standar.
c. Membetulkan penyimpangan terhadap standard yang diberlakukan, bila
terjadi penyimpangan.

Gambar 2.6 Langkah-Langkah Operasi Proses Pengendalian

Sumber : Dipohusodo, “Manajemen Proyek Konstruksi”, 1996

2.6 WAWANCARA
Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan
beberapa pertanyaan yang dianggap penting langsung dari sumbernya dalam
menunjang penyusunan penelitian ini. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui
hal - hal yang berkaitan dengan responden secara lebih terperinci.
Dalam melakukan wawancara terhadap responden atau yang mewakili,
hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki pengalaman di bidang konstruksi;
b. Memilki pengetahuan dan pendidikan yang menunjang;
c. Memiliki reputasi yang baik.

33

Universitas Sumatera Utara


2.7 KUISIONER
Angket atau kuisioner merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan
tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang
dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden
(Suroyo anwar, 2009). Menurut Komala Sari (2011), angket juga dikenal dengan
sebuah kuisioner, alat ini secara besar terdiri dari tiga bagian yaitu : judul angket,
pengantar yang berisi tujuan, atau petunjuk pengisian angket, dan item - item
pertanyaan yang berisi opini atau pendapat dan fakta.
Dewa Ketut Sukardi (1983) menjelaskan Kuisioner atau angket merupakan
teknik pengumpulan data yang tidak memerlukan kedatangan langsung dari sumber
data. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan Angket merupakan salah satu alat
pengumpul data dalam asesmen nontes, yang berupa serangkaian pertanyaan atau
pernyataan yang diajukan pada responden (peserta didik, orang tua atau
masyarakat). Angket dikenal dengan sebutan kuesioner. Alat asesmen ini secara
garis besar terdiri dari tiga bagian yakni :
1. Judul angket;
2. Pengantar yang berisi tujuan atau cara pengisian angket;
3. Item item pertanyaan, bisa juga opini atau pendapat , dan fakta.
2.7.1 Manfaat Kuisioner
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), manfaat menggunakan kuisioner antara
lain
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti;
2. Dapat diberikan secara serempak kepada banyak responden;
3. Dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing dan menurut waktu
senggang responden;
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malumalu
menjawab.
2.7.2 Jenis –jenis Kuisioner
Kuisioner menurut Suharsimi Arikunto, dapat dibedakan menjadi :
1. Angket terbuka yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan

34

Universitas Sumatera Utara


keadaannya. Angket terbuka dipergunakan apabila peneliti belum dapat
memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada
pada responden;
2. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (V) pada kolom
atau tempat yang sesuai;
3. Angket campuran yaitu gabungan antara angket terbuka dengan angket
tertutup.

2.8 SKALA PENGUKURAN LIKERT.


Skala likert digunakan untuk mengukur sikap responden dalam memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan atau masalah yang diberikan dalam suatu penelitian.
Skala likert menurut Djaali (2008) ialah skala yang dapat dipergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala likert,
responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan
dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima
pilihan skala dengan tingkatan seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, netral,
setuju, dan sangat setuju.
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor kinerja manajemen proyek kontraktor
besar bangunan gedung di kota Medan, kemudian faktor-faktor tersebut dijadikan
sebagai dasar untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangatpositif sampai sangat negatif, yang dapat berupa
pernyataan sangat penting (sp), penting (p), cukuppenting (cp), tidak penting (tp),
sangat tidak penting (stp). Prosedur dalam membuat skala likert adalah sebagai
berikut :
1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak yang relevan dengan
masalah yang akan diteliti baik item yang disukai ataupun tidak disukai;
2. Kemudian item-item itu dicoba melalui pilot survey kepada responden yang
cukup representatif untuk mewakili populasi yang akan diteliti;

35

Universitas Sumatera Utara


3. Responden diminta memberikan penilaian terhadap item-item pengukuran
yang ditanyakan, penilaian terdiri dari beberapa pilihan mulai dari sangat
tidak menyukai sampai dengan sangat menyukai dengan skala nilai angka 1
-5 sehingga dapat dilihat konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan;
4. Menghitung total skor dari penjumlahan skor masing-masing item dari
individu tersebut;
5. Menganalisis item - item penilaian dari responden apakah masuk dalam skor
tinggi atau rendah, atau kemunginan mengeliminasi untuk mempertahankan
konsistensi internal dari pertanyaan.
2.8.1 Pemberian skor atau nilai
Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah satu
cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan dalam empat
tingkatan dengan penilaian sebagai berikut(Sudjana, 2001: 106):
a. Jawaban Sangat , diberi skor 5
b. Jawaban menerapkan , diberi skor 4
c. Jawaban cukup, diberi skor 3
d. Jawaban kurang, diberi skor 2
e. Jawaban tidak, diberi skor 1

2.9 ANALISA DESKRIPTIF


Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskripsi adalah membuat
deskripsi gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta yang
diteliti di lapangan. Merupakan analisis yang digunakan untuk mengolah data yang
diperoleh dalam bentuk angka kemudian dideskripsikan berdasarkan distribusi
frekuensi, nilai rata-rata dan defisiasi standar melalui perhitungan statistik (Moh.
Nazir, 1983: 63-64).
2.9.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi,
sebaliknya instrumen yang kurangvalid mempunyai validitas rendah. Sebuah

36

Universitas Sumatera Utara


instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji
valliditas bertujuan untuk mengetahui apakah instrument penelitian mampu
mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat (Sugiyono 2011 : 228). Dari proses uji validitas instrument dapat
diketahui bahwa instrumen penelitian dapat dinyatakan valid, apabila masing-
masing butir pertanyaan memiliki koefisien korelasi lebih besar dari rtabel
(Sugiyono, 2011). Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrument ini
adalah Product Moment dari Karl Pearson dengan rumus :

……………….(2.1)

2.9.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya
atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat
pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam gejala yang sama (Sugiyono, 2012). Untuk mengukur
reliabilitas dapat digunakan analisis AlphaCronbach dengan rumus :

…………………(2.2)
Keterangan :
rn : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
∑σb2 : Jumlah varian butir
σt2 : Varian total
Cara pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer program
SPSS, yang dilakukan dengan metode CronbachAlpha, dimana suatu kuesioner
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dibandingkan dengan nilai
reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Hubungan Jumlah Butir dengan Reliabilitas Instrumen
2.9.3 Uji Normalitas Data
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Sebagai
salah satu uji statistik parametrik, maka analisis regresi berganda dapat dilakukan
jika sampel yang dipakai untuk analisis berdistribusi normal. Penggunaan statistik
parametrik dihindari jika data yang diteliti tidak berdistribusi normal. Uji
normalitas data yang digunakan dalam uji penelitian ini adalah uji Smirnov
Kolmogorov. Asumsi normalitas terpenuhi jika nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih
besar daripada nilai probabilitas 0,05.
2.9.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Dengan analisis ini kita bisa memprediksi perilaku dari variabel dependent
dengan menggunakan data variabel terikat. Analisis regresi berganda dirumuskan
sebagai berikut :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 +......+ bn Xn ………………………(2.3)

Keterangan :
Y : variabel dependent
X1,X2,Xn : variabel independent
b0,b1,bn : parameter yang harus diduga dari data dan dapat diperoleh dengan
menyelesaikan persamaan linier simultan dari perhitungan

38

Universitas Sumatera Utara


Tiap variabel dikatakan berkorelasi, jika terjadi perubahan pada satu varibel
akan mengikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang
sama atau dapat pula dengan arah berlawanan.Variabel penelitian terdiri dari 4
variabel bebas dan satu variabel terikat. Ukuran besar kecilnya, kuat tidaknya
hubungan antar variabel variabel apabila bentuk hubungan linier disebut koefisien
korelasi. Koefisien korelasi yang dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0
sampai +1 atau 0 sampai -1. apabila nilai r mendekati +1 atau -1 berarti terdapat
hubungan yang kuat. Apabila mendekati 0 berarti sebaliknya terdapat hubungan
yang lemah atau tidak ada hubungan dan apabila r sama dengan +1 atau -1 berarti
terdapat hubungan positif sempurna atau negative sempurna. Bila r bernilai positif
maka terdapat korelasi positf, bila r bernilai negatif maka terdapat korelasi negatif,
dan bila r bernilai nol maka tidak terdapat korelasi (-1 ≤ r ≤ 1). (Ronald E W . 1995
: 371) .
2.9.5 Uji Koefisien Determinasi Berganda
Uji ini digunakan untuk menentukan proporsi atau prosentase total variasi
dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel tidak terikat, secara
bersamasama. r2 menggambarkan ukuran kesesuaian yaitu sejauh mana regresi
sampel mencocokan data. Rumus koefisien determinasi adalah:

………..(2.4)

Keterangan :
r2 : koefisien determinasi berganda
a, b1,..bn : koefisien persamaan regresi
Y : variabel terikat (penyebab terjadinya rework)
X1,.....Xn : variabel bebas (faktor yang mempengaruhi)
n : jumlah data (sampel)
Ukuran r2 disebut dengan coeffisient of determination (koefisien
determinasi), koefisien ini juga dipakai untuk mengukur kuatnya korelasi linier.
Jelas bahwa 0 ≤ r2 ≤ 1 karena -1≤ r2 ≤ 1 (Ronald E W, 1995 : 373-375).

39

Universitas Sumatera Utara


2.9.6 Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang pentingkedudukannya dalam
penelitian. Pada umumnya hipotesis adalah jawaban sementara tehadap pertanyaan-
pertanyaan yang dikemukakan dalam perumusan masalah. Hipotesis menurut tata
bahasa berarti suatu pernyataanyang kedudukannya belum sekuat seperti proporsi
atau dalil.
Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap suatu obyek
hendaknya dibawah suatu tuntunan suatu hipotesis yang berfungsi sebagai
pegangan sementara atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya di dalam kenyataan percobaan atau praktek. Setiap hipotesis
mempunyai paling tidak salah satu beberapa fungsi berikut :
1. Sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya.
2. Petunjuk ke arah penyelidikkan lebih lanjut.
3. Sebagai suatu hipotesis kerja.
4. Suatu ramalan atau dugaan tentang sesutau yang akan datang atau bakal
ditemukan.
5. Sebaga konsep yang dikembangkan.
6. Sebagai bahan suatu bangunan suatu teori.
Adapun uji hipotesis yang akan dilakukan adalah:
1. Uji F (F test)
Uji F ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap penyebab terjadinya
rework, yaitu membandingkan antara nilai tingkat signifikan (α) = 5% (0,05) yang
ditetapkan dengan nilai sig F hitung. Jika F hitung kurang daripada nilai α yang
ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara simultan
dapat mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya jika F hitung lebih daripada nilai
α, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat (Y).
2. Uji t (t test)
Uji t ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara
parsial (sendiri-sendiri) benar-benar mempunyai pengaruh signifikan atau tidak
signifikan, terhadap peranan konsultan manajemen konstruksi untuk mencegah

40

Universitas Sumatera Utara


rework, yaitu membandingkan antara t hitung masing-masing variabel dan sig t
dengan nilai tingkat signifikan t= 5% (0,05) yang telah ditetapkan. Jika sig t hitung
variabel bebas kurang daripada nilai sig t yang telah ditetapkan maka dapat
disimpulkan bahwa berada didalam daerah penolakan Ho maka hipotesis Ha dapat
diterima atau variabel bebas berpengaruhi tehadap variabel terikat. Sebaliknya jika
sig t variabel bebas lebih daripada sig t yang telah ditetapkan berarti bahwa variabel
bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2.10 STATISTICAL PACKAGE FOR THE SOCIAL SCIENCES (SPSS)


Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan
komputasi program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) karena
program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta system
manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif 18 dan
kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya
(Sugianto, 2007:1).
2.10.1 Cara Kerja SPSS
Pada dasarnya komputer berfungsi untuk mengolah data menjadi informasi
yang berarti. Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses
pengolahan data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan
lebih lanjut. Berikut merupakan gambaran tentang cara kerja komputer dengan
program SPSS dalam mengolah data.
Data hasil Penelitian atau data yang akan diproses dimasukkan lewat menu
DATA EDITOR yang secara otomatis muncul di layar komputer.

1. Data yang telah diinput kemudian diproses, lewat menu DATA EDITOR.
2. Memilih menu yang akan digunakan pada SPSS 20.0 for windows grafik,
statistik dan lain-lain.
3. Hasil pengolahan data muncul di layar windows yang lain dari SPSS yaitu
VIEWER, output SPSS bisa berupa teks, tulisan, tabel atau grafik.
Pada VIEWER, informasi atau output statistik dapat ditampilkan secara:
a. Teks atau Tulisan Pengerjaan(perubahan bentuk huruf, penambahan,
pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk tabel
bisa dilakukan lewat menu text output editor.

41

Universitas Sumatera Utara


b. Tabel Pengerjaan (pivoting tabel, penambahan, pengurangan, dan lainnya)
yang berhubungan dengan output data yang berbentuk tabel dilakukan lewat
menu pivot table editor.
c. Chart atau Grafik Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang
berhubungan dengan output data yang berbentuk grafis dapat dilakukan lewat
menu chart editor.

42

Universitas Sumatera Utara


2.11 PENELITIAN TERDAHULU

KETERANGAN PENELITIAN
NO.
NAMA &
JUDUL TUJUAN HASIL
TAHUN
Joel Daniel Peranan Konsultan Untuk melihat sejauh Peranan Konsultan Manajemen

Paulus Tuelah, Manajemen Konstruksi mana peranan dan Konstruksi sudah berjalan dengan baik.

Jermias Tjakra, Pada Tahap Pelaksanaan Keterlibatan Konsultan Namun pada pelaksanaan pekerjaan

D.R.O. Proyek Pembangunan Manajemen Konstruksi struktur mengalami keterlambatan


1.
Walangitan The Lagoon Taman Sari pada pelaksanaan proyek waktu pelaksanaan yang disebabkan

(2014 pembangunan The beberapa faktor antara lain : kurangnya

Lagoon Taman Sari. tenaga kerja kurangnya kordinasi

lapangan dan ganggugan cuaca.

43

Universitas Sumatera Utara


Victor Michael Peranan Konsultan Untuk mendeskripsikan Konsultan Manajemen Konstruksi

Tyson Lempoy, manajemen Konstruksi serta mengevaluasi peran berperan dengan baik dalam

G.V. Malingkas, pada Tahap Pelaksanaan Konsultan Manajemen kordinasi,walaupun ada beberapa tugas

B.F Sompie, Pembangunan Star Konstruksi pada tahap yang tidak / belum dilaksanakan,

2. D.R.O. Square pelaksanaan proyek permasalahan yang ditemui adalah

walangitan pembangunan Star terjadinya keterlambatan dalam

(2013) Square. pengiriman material serta kurangnya

peran dari konsultan dalam mengatasi

masalah ini.

Peter F Kaming Studi Peran Konsultan Mengetahui peranan Konsultan Manajemen Konstruksi

dan Ambar Y. Manajemen Konstruksi konsultan manajemen mempunyai keterlibatan yang paling
3. Saputra Pada Tahapan Proyek konstruksi pada tahap dominan pada setiap tahapan pekerjaan

(2013) awal proyek dan tahap proyek konstruksi, Konsultan

44

Universitas Sumatera Utara


konstruksi agar Manajemen Konstruksi mempunyai

keberhasilan proyek keterlibatan yang dominan eksternal

tercapai dalam pendampingan supervisi pada

fase pelelangan, Konsultan Manjemen

Konstruksi mempunyai keterlibatan

yang dominan internal dalam

pendampingan supervisi pada fase

pelaksanaan

Tycho Priestley Peranan Konsultan Untuk mengetahui sejauh Pada tahap pelasanaan Mechanical

Giovanni Manajemen Konstruksi mana peranan Konsultan Electrikal – Plumbing (ME-P) proyek

4. Wuwungan, Pada Tahap Pelaksanaan Manajemen Konstruksi pembangunan PT. Trakindo Utama,

J.E.CH. Langi, Mechanical Electrical – dalam Pelaksanaan peranan konsultan manajemen

Plumbing (ME-P) Proyek pekerjaan proyek konstruksi tidak dilaksanakan

45

Universitas Sumatera Utara


J.P Rantung, M. Pembangunan PT. pembangunan PT. sepenuhnya terutaman dalam hal :

Sibi Trakindo Utama Trakindo Utama mengkoordinasi dan member

(2012) pengarahan pada pihak – pihak yang

terlibat, melaksanakan pengawasan

pekerjaan di lapangan, mengendalikan

jadwal pelaksanaan berdasarkan waktu

yang telah di tentutakan dalam jadwal

induk, sehingga pekerjaan mengalami

keterlambatan.

Idzurnida Ismael Keterlambatan Proyek Untuk mengetahui faktor Dengan mengetahui faktor resiko yang

(2013) Konstruksi gedung faktor - faktor apa sajakah yang dominan dapat membantu untuk
5. Penyebab dan Tindakan mempengaruhi mengambil keputusan dalam

Pencegahannya keterlambatan proyek menentukan tindakan koreksi yang

46

Universitas Sumatera Utara


pembangunan gedung, paling sesuai, untuk mengurangi resiko

tindakan apa yang perlu seminimal mungkil sampai pada batas

diperhitungkan terhadap yang diterima

faktor – faktor yang

mempengaruhi

keterlambatan proyek

konstruksi

Anurag Sarda, Role OfProject Untuk memahami dan Memiliki Konsultan Manajemen

Snehal Management mengevaluasi pentingnya Konstruksi untuk sebuah proyek

Dewalkar Consultancy In Konsultan Manajemen konstruksi adalah hal yang sangat

6 (2016) Construction Konstruksi, mempelajari menguntungkan karena dengan adanya

aplikasi dan prinsip – Konsultan Manajemen Konstruksi dapat

prinsip manajemen

proyek dalam

47

Universitas Sumatera Utara


pembangunan sebuah mengurangi kesalahan atau kegagalan

proyek sebuah proyek

T. Rajani Devi The Role of Project Untuk mengetagui sejauh Konsultan Manajemen Konstruksi

(2013) manager in improving mana keterlibatan sangat mempunyai peran yang penting

the projects performance konsultan manajemen dalam sebuah proyek konstruksi karena

konstruksi dalam Konsultan Manajemen Konstruksi


7
keberhasilan sebuah membantu supervisi dan juga

proyek konstruksi membantu dalam hal biaya, waktu, dan

juga pada wkatu masa pemeliharaan

bangunan proyek

48

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu alur proses berpikir mengenai tahapan

tahapan penelitian untuk mengidentifikasikan, menganalisa, merumuskan,

memecahkan dan menarik kesimpulan terhadap masalah yang dihadapi. Hal ini

perlu dilakukan untuk membuat penelitian lebih terarah dan sistematis sehingga

dapat mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan.

3.2. LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada proyek konstruksi yang sedang berlangsung di

kota Binjai yaitu Proyek Pembangunan Kantor DPRD Kota Binjai dan Proyek

Pembangunan Jembatan Kec. Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar.

3.3 SUMBER DATA

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

sumber, yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu

berupa data hasil kuesioner dan wawancara.

49

Universitas Sumatera Utara


2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah diolah baik dalam bentuk laporan,

buku, notulen, web site, catatan maupun dokumen-dokumen lain yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Teknik pengumpulan data bisa didapatkan dengan metode

berikut.

3.4.1 Studi Lapangan

Pengumpulan data secara studi lapangan adalah dengan mendapatkan data-

data secara langsung dari lapangan. Adapun data secara studi lapangan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan

beberapa pertanyaan yang dianggap penting langsung dari sumbernya

dalam menunjang penyusunan penelitian ini. Wawancara ini digunakan

untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan responden secara lebih

terperinci. Dalam melakukan wawancara terhadap responden atau yang

mewakili, hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut :

• Memiliki pengalaman di bidang konstruksi;

• Memilki pengetahuan dan pendidikan yang menunjang;

• Memiliki reputasi yang baik.

50

Universitas Sumatera Utara


2. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan memberikan

beberapa daftar pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada sumber yang

bersangkutan. Kuisioner ini dibuat dengan skala likert untuk melihat

tingkat kepuasan pelanggan konstruksi terhadap kinerja konsultan

manajemen konstruksi. Tingkat kepuasan menggambarkan tingkat

perasaan pelanggan terhadap kinerja pelayanan atau produk yang

diterimanya. Untuk tingkat kepuasan dari penilaian responden diberikan

skor penilaian sebagai berikut :

1. Responden yang menjawab sangat tidak puas dengan nilai 1;

2. Responden yang menjawab tidak puas dengan nilai 2;

3. Responden yang menjawab cukup puas dengan nilai 3;

4. Responden yang menjawab puas dengan nilai 4;

5. Responden yang menjawab sangat puas dengan nilai 5.

3.4.2 Studi Pustaka

Pengumpulan data secara studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara

membaca literatur yang dapat berupa buku, jurnal, tugas akhir, artikel ataupun yang

lainnya yang berhubungan dengan penelitian yaitu mengenai Peranan Konsultan

Manajemen Konsrtuksi pada pekerjaan konstruksi.

3.5 TEKNIK SAMPLING.

Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu probability

sampling. Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota

51

Universitas Sumatera Utara


populasi memiliki peluang yang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain,

semua anggota tunggal dari populasi mempunyai peluang tidak nol.

Teknik ini melibatkan pengambilan acak (random) dari suatu populasi. Ada

berbagai macam metode probability sampling dengan turunan dan variasi

masingmasing, namun yang dipakai pada penelitian ini adalah sampling acak

sederhana (simple random sampling). Sampling acak sederhana (simple random

sampling) adalah metode dengan pengambilang sampel secara acak berdasarkan

frekuensi probabilitas semua anggota populasi.

3.6 PROSES PENGOLAHAN DATA

Adapun pengolahan data dalam penelitian ini yaitu analisa Peranan Konsultan

Manajemen Konstruksi dalam mencegahrework dengan program SPSS.

Untuk menganalisa peranana konsultan manajemen konstruksi dalam

mencegahrework didapat dari hasil skoring kuesioner. Teknik skoring yang

digunakan adalah skala likert yaitu memberikan pertanyaan–pertanyaan dengan 5

alternatif jawaban yang diberi skor 1, 2, 3, 4, 5. Dari hasil penilaian tersebut akan

didapatkan skor dari setiap faktor – faktor yang dijadikan sebagai variabel

penelitian.

Hasil skoring dari variabel–variabel penelitian yang didapatkan selanjutnya


dilakukan analisa faktor dengan program SPSS. Adapun analisa faktor dengan
program SPSS adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas

b. Uji Reliabilitas

c. Uji Normalitas Data

52

Universitas Sumatera Utara


d. Analisis Regresi Linier Berganda

e. Uji Koefisien Determinasi Berganda

f. Uji Hipotesis

g. Uji Dominasi

h. Uji Deskriptif

53

Universitas Sumatera Utara


3.7 FLOWCHART PENELITIAN

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI UNTUK


MENCEGAH REWORK

Tujuan & Batasan


Penelitian

Kajian Pustaka

Menentukan Variabel Menentukan Populasi


Penelitian Dan sampel penelitian

PE

Membuat Kuesioner

Uji Input Ke
SPSS

Analisa dan Pembahasan


Peranan Konsultan
Manajemen Kostruksi Untuk
Mencegah Rework

Kesimpulan Dan Saran

SELESAI

54

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. UMUM

Dari hasil penyebaran kuisioner terhadap peranan konsultan manajemen


konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umun dan Penataan Ruang Kota Binjai dan Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pematangsiantar, selanjutnya dalam
bab iv ini akan dibahas mengenai uji validitas dan reabilitas data, karakteristik
responden, dan analisis peranan konsultan manajemen kontruksi pada pelaksanaan
bangunan untuk mencegah rework.

4.2 DATA HASIL KUISIONER


Pada penelitian ini dilakukan kuisioner terhadap responden sebanyak 20
orang sebagai pemilik proyek yang menggunakan jasa konsultan manajemen
konstruksi yaitu Dinas Pekerjaan Umun dan Penataan Ruang Kota Binjai dan Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pematangsiantar yang langsung
dilaksanakan oleh Pengguna Anggaran (PA) yaitu Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK), Pejabat penerimaan pekerjaan, pemeriksa pekerjaan dan
Pengawas Kegiatan / Lapangan. Dan penelitian ini dilakukan pada Proyek
Pembangunan Kantor DPRD Kota binjai dan Proyek Pembangunan Jembatan Kec.
Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar.
4.2.1 Analisis Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pada kuesioner analisis peranan konsultan manajemen konstruksi untuk
mencegah rework, terdiri dari 5 variabel yaitu 1. Kemampuan mencapai tujuan
proyek, 2. Kemampuan Manajerial Proyek, 3. Kemampuan Menjamin dan
menambah mutu pekerjaan, 4. Kemampuan mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah / konflik, 5. Kualitas Internal Konsultan Manajemen Konstruksi dan total
butir pertanyaan yaitu 30 butir. Setiap pertanyaan memiliki lima alternatif jawaban
yang memiliki skor yaitu sangat tidak baik = 1, tidak baik = 2, cukup baik = 3, baik
= 4 dan sangat baik = 5.

55

Universitas Sumatera Utara


4.3 ANALISIS FAKTOR DENGAN SPSS
4.3.1 Analisis Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk Mencegah
Rework
Berikut ini adalah hasil pengujian variabel peranan konsultan manajemen
konstruksi untuk mencegah rework dengan SPSS pada.
a. Uji Validitas
Dengan menggunakan rumus Product Moment dari Person dan bantuan
program SPSS maka diketahui hasil dari uji validitas adalah sebagai berikut ini;

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kemampuan Mencapai Tujuan Proyek.

Item Koef. Korelasi Syarat Kesimpulan


1 0,706 0,444 Valid
2 0,644 0,444 Valid
3 0,785 0,444 Valid
4 0,790 0,444 Valid
5 0,741 0,444 Valid
6 0,626 0,444 Valid

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kemampuan Manajerial Proyek.

Item Koef. Korelasi Syarat Kesimpulan


1 0,766 0,444 Valid
2 0,754 0,444 Valid
3 0,781 0,444 Valid
4 0,825 0,444 Valid
5 0,725 0,444 Valid
6 0,689 0,444 Valid

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kemampuan Menjamin dan Menambah Mutu Pekerja.

Item Koef. Korelasi Syarat Kesimpulan


1 0,724 0,444 Valid
2 0,784 0,444 Valid

56

Universitas Sumatera Utara


3 0,812 0,444 Valid
4 0,694 0,444 Valid
5 0,838 0,444 Valid

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kemampuan Mencegeh atau Mengatasi Konflik.

Item Koef. Korelasi Syarat Kesimpulan


1 0,650 0,444 Valid
2 0,834 0,444 Valid
3 0,801 0,444 Valid
4 0,758 0,444 Valid
5 0,815 0,444 Valid
6 0,793 0,444 Valid

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kualitas Internal Konsultan Manajemen Konstruksi.

Item Koef. Korelasi Syarat Kesimpulan


1 0,648 0,444 Valid
2 0,585 0,444 Valid
3 0,694 0,444 Valid
4 0,681 0,444 Valid
5 0,758 0,444 Valid
6 0,770 0,444 Valid
7 0,766 0,444 Valid

Dari hasil uji validitas terhadap 20 responden tersebut diketahui bahwa nilai
koefisien korelasi (r hitung ) lebih besar dari nilai r tabel (rtabel = 0,444) sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh item tersebut adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Untuk pengujian reliabilitas digunakan metode Cronbach’s alpha (alpha
Cronbach) yang menunjukkan bagaimana butir-butir pertanyaan dan kuesioner
berkorelasi atau berinteraksi. Hasil pengujian kemudian dianalisa dengan
membandingkan terhadap R tabel. Berikut hasil pengujian reliabilitas :

57

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas kemampuan Mencapai Tujuan Proyek.

Nilai Minimal Alpha 0,6


Nilai Alpha Analisa 0,806

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Kemampuan Manajerial Proyek.

Nilai Minimal Alpha 0,6


Nilai Alpha Analisa 0,850

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Kemampuan Menjamin dan Menambah Mutu Pekerja.

Nilai Minimal Alpha 0,6


Nilai Alpha Analisa 0,824

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Kemampuan Mencegeh atau Mengatasi Konflik

Nilai Minimal Alpha 0,6


Nilai Alpha Analisa 0,868

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Internal Konsultan MK.

Nilai Minimal Alpha 0,6


Nilai Alpha Analisa 0,822

Menurut Wiratna Sujerweni (2014), kuesioner dikatakan reliable jika


Cronbach alpha > 0,6. Dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa
koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai koefisien alpha. Sehingga dengan
demikian seluruh item pertanyaan penelitian dinyatakan reliabel.
c. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Kolmogorov Smirnov. Normalitas terpenuhi jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) lebih
dari nilai α (0,05). Hasil uji asumsi normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :

58

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi
mencegah Rework

Nilai Sig. Syarat 0,05

Nilai Asymp.Sig (2-tailed). Analisa 0,674

Dari tabel diatas dilihat bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,674


(0,674 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal.
d. Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil analisis regresi linear berganda peranan konsultan manajemen
konstruksi untuk mencegah rework ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Hasil Hasil Uji Regresi Linear Berganda Peranan Konsultan Manajemen
Konstruksi Untuk Mencegah Rework.

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.158 5,068 0,820 0,425
Tujuan 0,153 0,243 0,126 0,630 0,538
Manejerial 0,392 0,243 0,361 1,609 0,128
Menjamin 0,083 0,302 0,064 0,274 0,788
Mencegah 0,495 0,230 0,421 2,148 0,048

Dari hasil perhitungan maka persamaan linier berganda sebagai


berikut :
Y = 4,158+ 0,153X1 + 0,392X2 + 0,083X3+ 0,495X3

e. Uji Koefisien Determinasi Berganda.


Hasil uji koefisien determinasi berganda peranan kmk ditunjukkan pada
tabel berikut :

59

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi Berganda Berganda Peranan Konsultan
Manajemen Konstruksi Untuk Mencegah Rework.

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 .783a .613 .509 2.689

Dari tabel diatas diperoleh nilai koefisien determinasi berganda = 0,613


yang artinya 61,3% peranan KMK dipengaruhi oleh empat variabel yang telah
ditentukan dan 38,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang telah
ditentukan dalam penelitian ini.
f. Uji Hipotesis
Hasil uji f ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk
Mencegah Rework.

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 171.530 4 42.882 5.930 0.005

Residual 108.470 15 7.231

Total 280.000 19

Dari tabel diketahui nilai F hitung = 5,930 dan nilai sig = 0,005 sedangkan
nilai F tabel = 2,12 dan α yang ditetapkan 0,05. Karena nilai F 5,930 > 2,12 dan
nilai sig 0,005 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa HO ditolak dan HI diterima. Artinya
bahwa seluruh variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh/hubungan
yang signifikan terhadap variable terikat.
g. uji t Hitung
Hasil uji t ditunjukkan pada tabel berikut :

60

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.15 Hasil t hitung Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk Mencegah
Rework.

Unstandardized Standardized

Model Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1. (Constant) 4.158 5.068 0,820 0,425

Tujuan 0,153 0,243 0,126 0,630 0,538

Manejerial 0,392 0,243 0,361 1.609 0,128

Menjamin 0,083 0,302 0,064 0,274 0,788

Mencegah 0,495 0,230 0,421 2.148 0,048

Untuk hasil uji t dimana nilai T tabel = 1,753 dan α yang ditetapkan 0,05, jika T
hitung < T tabel maka HO diterima dan
sebaliknya sedangkan untuk nilai sig > 0,05 maka HO diterima dan sebaliknya.
Dari tabel didapat kesimpulan sebagai berikut :
• Variabel tujuan T hitung 0,630 < 1,753 dan nilai sig = 0,425 > 0,05 maka
HO diterima dan HI ditolak artinya variabel factor tujuan secara parsial
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peranan kmk.
• Variabel material T hitung 1,609 < 1,753 dan nilai sig = 0,128 > 0,05
maka HO diterima dan HI ditolak artinya variabel factor material secara
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peranan kmk.
• Variabel menjamin T hitung 0,274 < 1,753 dan nilai sig = 0,788 > 0,05
maka HO diterima dan HI ditolak artinya variable factor menjamin secara
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peranan kmk.
• Variabel mencegah T hitung 2,148 >1,753 dan nilai sig = 0,048 < 0,05
maka HO ditolak dan HI diterima artinya variabel factor mencegah secara
parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peranan kmk.

61

Universitas Sumatera Utara


h. Uji Dominasi
Berdasarkan tabel diketahui nilai koefisien beta terbesar dimiliki oleh
variabel mencegah yaitu 0,495 dengan t hitung sebesar 2,148. Maka variabel faktor
mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah menjadi variabel yang paling
dominan dalam mempengaruhi peranan konsultan manajemen konstruksi untuk
mencegah rework.
i. Uji Korelasi
Untuk pengujian Korelasi digunakan metode Kedall’s tau-b dan hasil uji
korelasi peranan konsultan manajemen konstruksi untuk mencegah rework
ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.16 Hasil hitung Korelasi menggunakan metode Kedall’s tau-b terhadap
Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Untuk Mencegah Rework.

Model sig. (2-tailed) koefisien korelasi


Kemampuan Tujuan 0,030 0,378
Kemampuan Manejerial 0,002 0,533
Kemampuan Menjamin 0,003 0,507
Kemampuan Mencegah 0,007 0,466

Untuk melakukan interpertasi hasil output spss diatas ada beberapa cara
yang harus kita lakukan antara lain yaitu :
1. Melihat hubungan antara variabel berdasarkan nilai sig .
Dengan catatan : jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 maka artinya hubungan antara
variabel tidak signifikan atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara
variabel . setelah kita tahu persyaratannya sehingga kita bias melihat sig variabel
yang didapat adalah < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan (nyata) setiap antara variabel kepada kualitas kmk.
2. Keeratan hubungan antara variabel dalam korelasi Kendall’s tau-b .
Dengan catatan :
a. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,00 s/d 0,25 artinya hubungan sangat
lemah.
b. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,26 s/d 0,50 artinya hubungan cukup.

62

Universitas Sumatera Utara


c. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,51 s/d 0,75 artinya hubungan kuat.
d. Nilai Koefisien korelasi sebesar 1,00 artinya hubungan sempurna
Berdasarkan table output uji korelasi kendall’s tau-b di atas, diketahui nilai
koefisien korelasi antara setiap variabel terhadap kualitas kmk > 0,378
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel
dengan kualitas kmk adalah “cukup” dan “kuat”.
3. Melihat arah hubungan antara Variabel dalam Analisa korelasi.
Arah hubungan dilihat dari angka koefisien korelasi apakah hasilnya bernilai
positif atau negative. Berdasarkan table output diatas diketahui koefisien
korelasi antara variabel adalah positif. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif antara variabel.
Mengacu pada ketiga interpretasi dalam uji korelasi kendall’s tau -b diatas,
maka didapat sebuah kesimpulan bahwa “ hubungan antara tiap variabel terhadap
kualitas kmk adalah signifikan, kuat dan searah.
j. Uji Deskriptif
Uji deskriptif dari tiap variabel ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.17 Tabel Hasil Uji Deskriptif Kemampuan Mencapai Tujuan Proyek.
Item Mean Std. Deviation
1 3.70 0,733
2 3.55 0,686
3 3.60 0,681
4 3.90 0,718
5 3.90 0,788
6 3.85 0,813

Tabel 4.18 Hasil Uji Deskriptif Kemampuan Manajerial Proyek.


Item Mean Std. Deviation
1 3.35 0,745
2 3.35 0,875
3 3.25 0,851
4 3.55 0,826
5 3.60 0,681

63

Universitas Sumatera Utara


6 3.55 0,686

Tabel 4.19 Hasil Uji Deskriptif Kemampuan Menjamin dan Menambah Mutu
Pekerjaan.
Item Mean Std. Deviation
1 3.65 0,671
2 3.35 0,875
3 3.85 0,813
4 3.70 0,801
5 3.50 0,688

Tabel 4.20 Hasil Uji Deskriptif Kemampuan Mencegah, Mengurangi Atau Mengatasi
Masalah.
Item Mean Std. Deviation
1 3.25 0,639
2 3.40 0,681
3 3.35 0,745
4 3.30 0,657
5 3.10 0,718
6 3.45 0,759

Tabel 4.21 Hasil Uji Deskriptif Kualitas Internal Konsultan Manajemen Konstruksi.
Item Mean Std. Deviation
1 3.35 .587
2 3.60 .681
3 3.50 .513
4 3.70 .733
5 2.90 .788
6 3.15 .875
7 3.35 .933

Dari tabel – tabel diatas didapat parameter dari tiap-tiap variabel. Pada
faktor Kemampuan Mencapai Tujuan Proyek melakukan pengawasan pada
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi (nilai mean: 3,90, deviasi

64

Universitas Sumatera Utara


standar: 0,788) menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap peranan konsultan
manajeman konstruksi untuk mencegah rework.
Pada kemampuan manajerial proyek menyusun laporan dan berita acara
dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan
pelaksanaan konstruksi (nilai mean: 3,60, deviasi standar: 0,681) menjadi faktor
yang paling berpengaruh terhadap peranan konsultan manajeman konstruksi untuk
mencegah rework.
Pada kemampuan menjamin dan menambah mutu pekerjaan melakukan
pemeriksaan terhadap kualitas hasil pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi (nilai
mean: 3,85, deviasi standar: 0,813) menjadi faktor yang paling berpengaruh
terhadap peranan konsultan manajeman konstruksi untuk mencegah rework.
Pada kemampuan mencegah, mengurangi atau mangatasi masalah
kemampuan berkomunikasi dengan baik secara verbal dan tulisan (nilai mean: 3,45,
deviasi standar: 0,759) menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap peranan
konsultan manajeman konstruksi untuk mencegah rework.
Pada kualitas internal konsultan manajemen konstruksi terbuka dan
menerima masukan yang konstruktif (nilai mean: 3,70, deviasi standar: 0,733)
menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap peranan konsultan manajeman
konstruksi untuk mencegah rework.

Tabel 4.22 Hasil Uji Deskriptif frekuensi umur responden.


Model Frekuensi percent
< 39 tahun 5 25%
40 - 49 tahun 13 65%
> 49 tahun 2 10%

Tabel 4.23 Hasil Uji Deskriptif frekuensi pendidikan responden.


Model Frekuensi percent
SMA 3 15%
D3 2 10%
S1 12 60%
S2 3 15%

65

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.24 Hasil Uji Deskriptif frekuensi lama kerja responden.
Model Frekuensi percent
< 10 tahun 1 5%
10 – 20 tahun 17 85%
> 20 tahun 2 10%

66

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang peranan konsultan


manajemen konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umun dan Penataan Ruang Kota
Binjai dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pematangsiantar
dapat disimpulkan bahwa:
1. Keterlibatan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mencegah atau
mengurangi rework adalah cukup baik berdasarkan hasil kuesioner yaitu dari
20 responden terdapat 16 responden (80%) menyatakan cukup baik, 2 (10%)
responden menyatakan baik dan 2 responden (10%) menyatakan tidak baik
dan juga dilihat berdasarkan time schedule pekerjaan bahwa peranan
konsultan manajemen konstruksi sangat baik sehingga tidak ada pekerjaan
yang mengalami keterlambatan kerja.
2. Berdasarkan hasil kuesioner peranan konsultan manajemen konstruksi yang
sangat atau lebih berperan dalam mencegah atau mengurangi rework adalah
pada variabel faktor Kemampuan Mencapai Tujuan Proyek, melakukan
pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi (nilai
mean: 3,90, deviasi standar: 0,788) menjadi faktor yang paling berpengaruh
terhadap peranan konsultan manajeman konstruksi untuk mencegah rework.
Pada kemampuan manajerial proyek menyusun laporan dan berita acara
dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan
pelaksanaan konstruksi (nilai mean: 3,60, deviasi standar: 0,681) menjadi
faktor yang paling berpengaruh terhadap peranan konsultan manajeman
konstruksi untuk mencegah rework. Pada kemampuan menjamin dan
menambah mutu pekerjaan melakukan pemeriksaan terhadap kualitas hasil
pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi (nilai mean: 3,85, deviasi standar:
0,813) menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap peranan konsultan
manajeman konstruksi untuk mencegah rework. Pada kemampuan mencegah,
mengurangi atau mangatasi masalah kemampuan berkomunikasi dengan baik

67

Universitas Sumatera Utara


secara verbal dan tulisan (nilai mean: 3,45, deviasi standar: 0,759) menjadi
faktor yang paling berpengaruh terhadap peranan konsultan manajeman
konstruksi untuk mencegah rework. Pada kualitas internal konsultan
manajemen konstruksi terbuka dan menerima masukan yang konstruktif
(nilai mean: 3,70, deviasi standar: 0,733) menjadi faktor yang paling
berpengaruh terhadap peranan konsultan manajeman konstruksi untuk
mencegah rework.
3. Indeks peranan konsultan manajemen konstruksi untuk mencegah atau
mengurangi rework adalah cukup baik. Hal ini diindikasikan oleh jawaban
responden dimana mayoritas responden (80%) menyatakan peranan
konsultan manajemen konstruksi dalam mencagah rework adalah cukup baik.
Hanya (10%) yang menyatakan baik dan (10%) yang menyatakan tidak baik.
Hal ini didukung oleh faktor umur yang sudah cukup dewasa yang mayoritas
responden yaitu berumur 40-49 tahun yakni sebanyak 14 orang (65%). Dan
didukung juga oleh Pendidikan yang mayoritas adalah berpendidikan S1
yakni sebanyak 12 orang (60%), S2 sebanyak 3 orang (15%), D3 sebanyak 2
orang (10%) dan Pendidikan SMA sebanyak 3 orang (15%). Dan didukung
juga oleh pengalaman kerja yang sudah cukup lama yakni 10-20 tahun
sebanyak 17 orang (85%), <10 tahun sebanyak 1 orang (5%) dan untuk, >20
tahun sebanyak 2 orang (10%).

5.2. SARAN
1. Kepada Dinas Pekerjaan Umun dan Penataan Ruang Kota Binjai dan juga
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pematangsiantar
disarankan untuk memberikan evaluasi bagi konsultan manajemen konstruksi
dalam hal mengadakan pelatihan dan Pendidikan kerja sehingga kuliatas
internal dari konsultan manajemen konstruksi dapat lebih ditingkatkan dan
peranan konsultan manajemen konstruksi dapat menjadi lebih baik.
2. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan
skala penelitian yang lebih luas sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih
akurat.

68

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Jeol Daniel Paulus Teulah, Jermias Tjakra, D.R.O. Walangitan. 2014. Peranan
Konsultan Manajemn Konstruksi Pada Tahap Pelaksanaan Proyek
Pembangunan The laoon Taman Sari Analisis. Tekno Sipil, Vol 12, No. 61,
47 – 53 .
Victor Michael Tyson Lempoy, G.V. Malingkas, B.F Sompie, D.R.O. Walangitan.
2013. Peranan Konsultan ManajemCen Konstruksi Pada Tahap Pelaksanaan
Pembangunan Star Square. Vol 1, No. 3, 215-218, Manado: Universitas Sam
Ratulangi.
Peter F Kaming dan Ambar Y. Saputra. 2013. Studi Peranan Konsultan Manajemen
Konstruksi Pada Tahapan Proyek. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Idzurnida Ismael. 2013. Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor
Penyebab dan Tindakan Pencegahannya. Padang: Institut Teknologi Padang.
Widiasanti, Irika dan Lenggogeni. 2013. Manajemen Konstruksi, Cetakan Pertama.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1.
Yogyakarta: Kanisius.
Ervianto, Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Andi.
Ervianto, Wulfram I. 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi.
Yogyakarta: Andi.
Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek: Perencanaan, Penjadwalan, dan
Pengendalian Proyek. Yogyakarta: Andi.
Napitupulu, Wahyudi Ali. 2017. Identifikasi Faktor – faktor Penyebab Rework
Pada Pekerjaan Konstruksi (Tugas Akhir). Tugas Akhir. Medan : Universitas
Sumatera Utara
Husen, Abrar. 2010. Manajemen Proyek, Ed II. Yogyakarta: Andi
Setiaman,Sobur. 2018. Modul Praktikum Analisa Data Kuantatif Dengan SPSS.
Santosa, Purbayu Budi, dan Ashari, 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel
dan SPSS”. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Soeharto. Iman. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga.

69

Universitas Sumatera Utara


_____________. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional
(Jilid 1: Konsep, Studi, Kelayakan dan Jaringan Kerja ). Jakarta: Erlangga.
_____________. 2001. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional
(Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Shenson, Howard L. 1990. The Contract and Fee-Setting Guide for Consultants
and Professionals. Penerbit Wiley, Amerika Serikat.
Undang-undang No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (Jakarta:Medisa,2017)
Koriawan, Nyoman. 2011. Tesis : “Karakteristik dan Kinerja Perusahaan Jasa
Konstruksi Kualifikasi Kecil di Kabupaten Jembrana tahun 2009”. Program
Magister Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Soekanto, Soerjono. 2002. Teori Peranan. Jakarta: Bumi Aksara.
Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Karier di
Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djaali. 2008. Skala Likert. Jakarta: Pustaka Utama.
Sugianto. 2007. Metode Pengolahan Data. Bandung.
Sudjana. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production.
Nazir,Mohammad. 1983. “Metode Penelitian”.Jakarta: Ghalia Indonesia.

70

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai