Anda di halaman 1dari 78

PENERAPAN RESOURCE LEVELING UNTUK

OPTIMALISASI PERATAAN ALOKASI TENAGA KERJA


(STUDI KASUS: PROYEK PEKERJAAN PEMBANGUNAN
DINDING PENAHAN TANAH DAN DERMAGA IKD 3 SERTA
PERBAIKAN TANAH IKD PELABUHAN BELAWAN)

Disusun Oleh:
VINCE YAMOTAROMA ZENDRATO
12 0404 096

Dosen Pembimbing:

Ir. Indra Jaya Pandia, MT


NIP. 19560618 198601 1 001
Indra Jaya, ST., MT
NIP. 19800630 201706 1 001

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA


KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat
penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil

Disusun Oleh:
VINCE YAMOTAROMA ZENDRATO
12 0404 096

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA


KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2019
PENERAPAN RESOURCE LEVELING UNTUK OPTIMALISASI
PERATAAN ALOKASI TENAGA KERJA

ABSTRAK

Pada umumnya proyek dibatasi oleh waktu, biaya, dan sumber daya.
Sumber daya sendiri terdiri dari material, peralatan dan tenaga kerja. Khusus
untuk tenaga kerja, sumber daya ini tidak dapat ditimbun atau disimpan sehingga
dapat digunakan ketika dibutuhkan. Sehingga pengelolaan tenaga kerja menjadi
sangat menentukan berdasarkan pertimbangan tersebut. Masalah yang paling
sering terjadi dalam manajemen tenaga kerja adalah fluktuasi.
Penelitian ini bertujuan untuk meminimalkan fluktuasi tenaga kerja di
dalam suatu proyek, sehingga didapatkan histogram tenaga kerja yang paling
optimal. Penelitian ini menggunkan metode Resource Leveling untuk
mendapatkan fluktuasi tenaga kerja yang lebih optimal dibandingkan dengan
perencanaan awal pada proyek. Microsoft Project akan digunakan pada penelitian
ini untuk membantu analisis, perhitungan, dan pengelolaan data tenaga kerja pada
proyek.
Dari hasil penelitian ini, metode Resource Leveling dengan bantuan
Microsoft Project dapat diterapakan dengan efisien dan efektif. Dengan
memanfaatkan float atau slack yang tersedia hubungan jaringa kerja dapat diatur
sedemikian rupa sehingga diperoleh pengelolaan tenaga kerja yang optimal jika
dibandingkan dengan perencanaan awal. Selain itu, setelah penerapan metode
Resource Leveling diperoleh waktu dapat sepersingkat sebanyak 20 hari dan
grafik histogram tenaga kerja yang lebih teratur.

Kata kunci : tenaga kerja, fluktuasi, Resource Leveling, mircrosoft Project, Float
atau Slack.

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik
Sipil bidang studi Manajemen Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul:

“Penerapan Resource Leveling Untuk Optimalisasi Perataan Alokasi


Tenaga Kerja”

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang berperan penting yaitu:

1. Terutama kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Boi’olifu Zendrato dan
Ibunda Musimriang Zendrato serta kepada Adik saya Juang Zendrato yang
telah memberikan dukungan penuh, nasehat, motivasi serta mendoakan saya
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, ST dan Bapak Indra Jaya, ST.,MT sebagai
Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan
dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
3. Bapak Medis Surbakti, S.T., M.T, Ph.D sebagai Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. M. Ridwan Anas, S.T., M.T sebagai Sekretaris Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan
pengajaran kepada Penulis selama menempuh masa studi di Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada Penulis
selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
7. Buat David, Garry, Toman, dan Hasrat yang membantu dalam pengambilan
data.
8. Teman – teman seperjuangan dikampus Albert, Rajamin, David, Sanggam
Marsada, Vince, Rickson, Saptino, Nakkok, Doly, dan seluruh teman- teman
stambuk 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimah kasih buat
kebersamaan yang selama ini baik diperkulihan maupun dipertemanan yang
luar biasa, semoga kita semua sukses selalu.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Terkhusus untuk Abangda Ivandaya Zendrato yang memberi segala macam
bantuan.
10. Abang dan kakak stambuk 2009, 2010 dan 2011 yang sudah membantu untuk
mengenal dunia perkulihan di teknik sipil.
11. Adik adik Stambuk 2013 dan 2014 yang sudah membantu di perkuliahan
maupun menemani saat sedang suntuk.
12. Seluruh rekan-rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu-persatu atas
dukungannya yang sangat baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2019

Penulis

(Vince Zendrato)
12 0404 096

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................3
1.4 Batasan Masalah..........................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan..................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1 Proyek Konstruksi........................................................................5
2.2 Manajemen Proyek......................................................................6
2.3 Aspek-aspek Dalam Manajemen Proyek.....................................7
2.4 Manajemen Sumber Daya............................................................9
2.4.1 Manajemen Sumber Daya Manusia...............................10
2.4.2 Manajemen Sumber Daya Peralatan..............................11
2.4.3 Manajemen Sumber Daya Material...............................12
2.4.4 Manajemen Sumber Daya Keuangan/Modal.................13
2.5 Optimalisasi Tenaga Kerja.........................................................13
2.6 Penjadwalan Proyek...................................................................15
2.7 Metode Penjadwalan Proyek.....................................................17
2.7.1 Barchart..........................................................................18
2.7.2 Kurva S..........................................................................19
2.7.3 PERT..............................................................................20
2.7.4 CPM...............................................................................22
2.7.5 PDM...............................................................................22
2.8 Alokasi Sumber Daya................................................................23
2.9 Keterbatasan Sumber Daya........................................................25
2.10 Kebutuhan Sumber Daya...........................................................26
2.11 Perataan Sumber Daya...............................................................27
2.12 Grafik Kebutuhan Sumber Daya................................................29
2.13 Penggunaan Microsoft Project...................................................29
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................31
3.1 Metode Penelitian......................................................................31
3.2 Metode Pengumpulan Data........................................................31
3.3 Jenis Data dan Sumber Data......................................................32
3.4 Proses Pengolahan Data.............................................................32
3.5 Flow Chart.................................................................................34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN......................................................35
4.1 Analisis Data..............................................................................35
4.1.1 Penyusunan Jaringan Kerja PDM..................................35

iv
4.1.1.1 Mengidentifikasi dan mengelompokkan lingkup
kerja proyek........................................................35
4.1.1.2 Menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
volume dan durasi..............................................37
4.1.1.3 Menentukan hubungan ketergantungan antar
pekerjaan............................................................39
4.1.1.4 Membuat dan menghitung diagram kerja dengan
metode PDM......................................................40
4.1.1.5 Memasukkan data ke dalam
Microsoft Project...............................................40
4.1.2 Histogram Kebutuhan Tenaga Kerja..............................44
4.1.2.1 Diagram jaringan kerja.......................................44
4.1.2.2 Penyusunan histogram tenaga kerja...................45
4.1.2.3 Proses leveling kebutuhan tenaga kerja.............46
4.2 Pembahasan...............................................................................49
4.2.1 Histogram Kebutuhan Tenaga Kerja..............................49
4.2.1.1 Histogram kebutuhan tenaga kerja sebelum
leveling...............................................................49
4.2.1.2 Histogram kebutuhan tenaga kerja setelah
leveling...............................................................49
4.2.2 Perbandingan Histogram Penelitian (Permen PUPR 2016)
dan Histogram perencanaan...........................................50
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................52
5.1 Kesimpulan................................................................................52
5.2 Saran..........................................................................................53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

BAB I
Tidak ada gambar

BAB II
Gambar 2.1 Tingkat kebutuhan tenaga kerja pada proyek.....................................11
Gambar 2.2 Kurva S...............................................................................................20
Gambar 2.3 Node kegiatan PDM...........................................................................23
Gambar 2.4 Grafik sumber daya............................................................................24
Gambar 2.5 Grafik-grafik yang baik tenaga kerja.................................................25

BAB III
Tidak ada gambar

BAB IV
Gambar 4.1 Project Information pada Microsoft Project......................................36
Gambar 4.2 Lembar kerja dan pekerjaan-pekerjaan pada proyek..........................41
Gambar 4.3 Network diagram................................................................................42
Gambar 4.4 Lembar kerja sumber daya.................................................................43
Gambar 4.5 Memasukkan sumber daya tenaga kerja.............................................44
Gambar 4.6a Box sebelum diubah..........................................................................44
Gambar 4.6b Box setelah diubah............................................................................45
Gambar 4.7 Histogram pada Microsoft Project.....................................................46
Gambar 4.8 Menampilkan slack............................................................................47
Gambar 4.9 Batas slack pekerjaan.........................................................................47
Gambar 4.10 Split tampilan pada lembar kerja......................................................48
Gambar 4.11 Histogram tenaga kerja perencanaan................................................49
Gambar 4.12 Histogram tenaga kerja setelah leveling...........................................50
Gambar 4.13a Histogram perencanaan awal..........................................................59
Gambar 4.13b Histogram penelitian......................................................................51

BAB V
Tidak ada gambar

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan dalam dunia konstruksi memerlukan manajemen proyek
yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan, keekonomisan, keterpaduan,
kecepatan, ketepatan, ketelitian serta keamanan yang tinggi dalam rangka
memperoleh hasil akhir yang sesuai harapan (Husen 2010). Menajemen proyek
mengacu pada bagaimana sumber daya yang tersedia dapat diaplikasikan dan
dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan efektif dan efisien dalam kerangka
perencanaan waktu, biaya, dan lingkup proyek untuk menyukseskan
pembangunan suatu proyek (Widiasanti dan Lenggogeni 2013).
Pada umumnya proyek dibatasi oleh waktu, biaya, dan sumber daya.
Sumber daya terdiri atas material, peralatan, dan tenaga kerja. Salah satu sumber
daya yang sangat penting dan berpengaruh adalah tenaga kerja. Tenaga kerja tidak
seperti sumber daya material dan pelaralatan yang dapat ditimbun atau disimpan
dan digunakan ketika dibutuhkan. Banyak hal yang dipertimbangkan dalam
pengelolaan tenaga kerja seperti ketersediaan, kualitas, dan kualifikasi tenaga
kerja yang harus disesuaikan dengan proyek. Karena banyaknya pertimbangan ini,
maka dibutuhkan pengelolaan tenaga kerja yang optimal. Pengelolaan yang
kurang optimal akan mempengaruhi waktu dan biaya proyek konstruksi, karena
biaya dan pendanaan tenaga kerja merupakan salah satu komponen yang memiliki
porsi terbesar. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah fluktuasi, yang
diakibatkan oleh pengelolaan alokasi tenaga kerja yang kurang merata. Hal ini
dipengaruhi oleh volume pekerjaan yang tidak stabil dan overlap antara tiap-tiap
pekerjaan. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh penempatan tenaga kerja yang
kurang optimal terhadap jumlah dan keahliannya. Permasalahan fluktuasi ini
merupakan hal yang penting karena mempertahankan tenaga kerja ketika
kebutuhan rendah akan menelan biaya, tetapi jika melepas dan mendapatkan
mereka kembali ketika kebutuhan tinggi merupakan hal yang tidak mudah.
Untuk mengatasi permasalahan fluktuasi tenaga kerja yang kurang
optimal, perataan alokasi tenaga kerja harus dilakukan. Resource Leveling
merupakan salah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


satu pendekatan yang dapat digunakan dan diterapkan. Penerapan ini diperlukan
di dalam proyek kontruksi untuk meminimalkan fluktuasi yang terjadi dalam
pengelolaan tenaga kerja. Hal ini diterapkan dengan cara menggeser atau
menunda pekerjaan non kritis dalam float yang tersedia. Pada kasus ini, durasi
proyek tetap tidak terganggu, lintasan kritis tidak berubah, karena optimalisasi
perataan alokasi tenaga kerja hanya diterapkan pada pekerjaan non kritis saja.
Perataan tenaga kerja dilakukan dengan menyesuaikan keseimbangan antara
kebutuhan dan keterbatasan pasokan tenaga kerja yang ada. Selain itu, harus
memprioritaskan tenaga kerja yang langka dan dibutuhkan untuk selurah durasi
proyek.
Kemajuan teknologi khususnya pada bidang program aplikasi telah
berkembang dengan pesat. Salah satu progaram aplikasi yang dapat digunakan
untuk menerapkan Resource Leveling adalah Microsoft Project Professional 2016
yang merupakan update paling baru, dengan tampilan yang lebih simple, mudah,
dan lebih cepat. Microsoft Project Professional 2016 sangat mendukung
pembuatan histrogram untuk grafik tenaga kerja. Program aplikasi ini juga dapat
digunakan untuk merencanakan, menyusun jadwal, serta mengendalikan dan
mengelola proyek dengan pekerjaan yang banyak. Selain itu, program aplikasi ini
juga sangat terintegrasi dengan program aplikasi Microsoft Office, yang pada
umumnya digunakan untuk mengurus administrasi proyek.
Untuk mendapatkan perataan alokasi tenaga kerja yang optimal
dibutuhkan analisis yang mendalam terhadap time schedule yang tersedia. Ini
dikarenakan di dalam time schedule terdapat informasi tentang nilai pekerjaan,
durasi, dan bobot yang diperlukan sebagai data awal. Dari permasalahan ini
penulis akan melakukan penelitian pada proyek Pekerjaan Pembangunan Dinding
Penahan Tanah dan Dermaga IKD 3 serta Perbaikan Tanah IKD Pelabuhan
Belawan Medan – Sumatera Utara untuk menemukan solusi kebutuhan tenaga
kerja yang optimal.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mendapatkan histogram tenaga kerja yang optimal dengan
menerapkan Resource Leveling?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Bagaimana alokasi tenaga kerja setelah penerapan Resource Leveling?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan histrogram tenaga kerja yang
optimal pada suatu proyek.
2. Untuk mengatahui alokasi tenaga kerja setelah penerapan Resource Leveling.

1.4. Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan pada proyek Pekerjaan Pembangunan Dinding Penahan
Tanah dan Dermaga IKD 3 serta Perbaikan Tanah IKD Pelabuhan Belawan
Medan – Sumatera Utara.
2. Penelitian meliputi sumber daya tenaga kerja, sedangakan biaya, peralatan, dan
material pada proyek tidak ditinjau.
3. Penelitian ini difokuskan pada tenaga kerja secara keseluruhan, dimana tidak
membedakan antara mandor, kepala tukang, tukang, dan pekerja.
4. Penelitian ini meninjau dan menggunakan durasi penjadwalan berdasarkan data
perencanaan awal.
5. Alokasi jumlah kebutuhan tenaga kerja ditinjau dari analisa satuan dan
pengamatan di lapangan.
6. Penelitian ini menerapkan Resource Leveling dengan bantuan Microsoft
Project Professional 2016.
7. Pekerjaan yang tidak memiliki kofeisien di dalam Permen PUPR 2016
dianggap lump sum.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Mahasiswa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah dapat memberi gambaran tentang
perencanaan alokasi tenaga kerja yang optimal dengan menerapkan Resource
Leveling menggunakan Microsoft Project Professional 2016.
2. Bagi Penyedia Jasa Konstruksi
Manfaat penelitian ini bagi pihak kontraktor adalah membantu pihak
kontraktor mempertimpangkan perencanaan alokasi tenaga kerja yang optimal
untuk proyek.
3. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi suatu institusi,
lembaga pendidikan, dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.6. Sistematika Penulisan


Dalam penelitian ini, garis besar penulisan terdiri atas 5 bagian yaitu:
a. Bab 1 - Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
b. Bab 2 - Tinjauan Pustaka
Mencakup teori pendukung yang terkait dengan penelitian yang diantaranya
adalah analisa satuan SNI untuk mencari jumlah tenaga kerja, jaringan kerja
PDM, program aplikasi Microsoft Project Professional 2016, penerapan
Resource Leveling, dan alokasi tenaga kerja yang optimal.
c. Bab 3 - Metode Penelitian
Berisi tentang pengumpulan dan perhitungan data, urutan tahapan
pelaksanaan penelitian, dan analisis yang dilakukan.
d. Bab 4 - Analisis dan Pembahasan
Menjelaskan tentang analisis dan pengolahan data osehingga mendapatkan
tujuan penelitian.
e. Bab 5 - Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diharapkan menjawab rumusan
masalah dan menjadi masukkan bagi semua kalangan dalam dunia bidang
konstruksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proyek Konstruksi


Menurut Ervianto (2005) proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu
pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terdapat proses yang mengolah
sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Semakin
majunya perkembangan di dunia konstruksi maka semakin maju dan kompleks
proyek yang dikerjakan. Selain itu, kebutuhan alat-alat produksi, barang
konsumsi, maupun jasa pada kehidupan masyarakat semakin meningkat jumlah
maupun mutunya.
Santosa (2009), menyatakan bahwa sebuah proyek memiliki beberapa
karakteristik penting yang di dalamnya. Berberapa hal tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Sementara: bahwa setiap proyek memiliki waktu penjadwalan yang jelas yang
dalam hal ini kapan mulai dan selesainya suatu proyek. Proyek akan berakhir
bila tujuannya telah tercapai atau kebutuhan proyek tersebut tidak ada lagi
sehingga proyek dapat diberhentikan.
b. Unik: bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi, ataupun output
yang berbeda-beda.
c. Progressive elaboration: karakteristik proyek yang berhubungan dengan dua
konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik.
Sebuah proyek terdiri dari urutan dan rangkaian kegiatan panjang dan
dimulai sejak dituangkannya gagasan, direncanakan, kemudian dilaksanakan
sehingga mencapai hasil yang sesuai dengan perencanaan. Pelaksanaan proyek
pada umumnya merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan kompleks,
membentuk saling ketergantungan, dan mengandung berbagai permasalahan
tersendiri (Dipohusodo, 1996).
Secara umum proyek konstruksi terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Konstruksi gedung
Konstruksi gedung adalah bangunan yang digunakan sebagai fasilitas umum,
misalnya bangunan institusional, pendidikan, industri ringan, bangunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


komersial, sosial, dan tempat rekreasi. Jenis bangunan pada konstruksi ini
adalah gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen, dan sekolah.
2. Konstruksi Teknik
Konstruksi teknik melibatka struktur yang direncanakan dan didesain secara
khusus oleh para ahli dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang berhubungan dengan infrastruktur. Jenis konstruksi ini adalah
konstruksi jalan dan konstruksi berat.
3. Konstruksi industri
Konstruksi industri biasanya melibatkan proyek-proyek teknik tingkat tinggi
dalam manufaktur dan produksi. Dalam beberapa kasus, kontraktor dan
arsitek berada pada suatu perusahaan untuk mendesain dan melaksanakan
pembangunan pabrik untuk pemilik.

2.2. Manajemen Proyek


Menurut Husen (2009, 2011) manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan
tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya
yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien.
Adapun tujuan dari manajemen yaitu mendapatkan metode atau cara teknis yang
paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil
maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan, dan keselamatan kerja
secara komprehensif.
Menajemen proyek konstruksi mengacu pada bagaimana sumber daya
tersedia bagi manajer sehingga dapat diaplikasikan dengan baik pada suatu proyek
konstruksi (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013). Biasanya, sumber daya konstruksi
terdiri atas lima hal:
1. Tenaga kerja
2. Peralatan
3. Bahan bangunan
4. Uang
5. Metode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk keberhasilan suatu proyek, manajemen melibatkan lima hal di atas.
Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk mengaplikasikan lima hal ini
sehingga mencapai tujuan proyek. Waktu, biaya, dan lingkup proyek adalah
beberapa hal yang paling penting yang selalu terlibat dalam perencanaan,
sehingga perencanaan proyek dapat dicapai dengan semestinya.
Menurut Widiasanti dan Lenggogeni (2013) pekerjaan proyek konstruksi
dimulai dengan tiga hal, yaitu penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal, dan
pengendalian. Penjelasan mengenai ketiga hal ini adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan adalah suatu proses penentuan tujuan dan sasaran melibatkan
persiapan sumber daya dalam pencapaiannya. Perencanaan yang dibuat
dengan baik akan mengikat dan mengarahkan pelaksanaan suatu kegiatan
proyek konstruksi dalam memanfaatkan sumber daya secara efektif dan
efisien untuk mewujudkan tujuan dan sasaran.
2. Penjadwalan proyek konstruksi merupakan alat untuk menentukan waktu
yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan dalam penyelesaian. Perencanaan
proyek konstruksi secara umum terdiri dari perencanaan waktu, tenaga kerja,
material, dan keuangan. Ketepatan penjadwalan dalam pelaksaan proyek
sangat berpengaruh untung rugi proyek, keterlambatan, serta perselisihan.
3. Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang
sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan
adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil
tindakan pembetulan yang diperlukan sehingga sumber daya dimanfaatkan
secara efektif dan efisien dengan maksud mencapai tujuan dan sasaran.

2.3. Aspek-Aspek Dalam Manajemen Proyek


Menurut Husen (2009, 2011), terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam manajemen proyek. Jika beberapa aspek ini tidak diberikan
perhatian yang cermat dapat menimbulkan berbagai masalah di dalam suatu
proyek, sehingga tujuan dan sasaran proyek tidak tercapai dengan baik. Adapun
beberapa aspek tersebut adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Aspek keuangan: masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan
pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman
dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Pembiayaan akan sangat krusial bila proyek berskala besar dengan tingkat
kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan analisis keuangan yang cermat
dan terencana.
b. Aspek anggaran biaya: masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan
pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencaan yang matang dan
rinci akan memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang
dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Jika sebaliknya, akan
terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses
perencanaannya salah.
c. Aspek manajemen sumber daya manusia: masalah ini berkaitan dengan
kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif.
Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM
didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan
melakukan langkah-langkah, proses sataffing SDM, deskripsi kerja,
perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta
penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
d. Aspek manajemen produksi: masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari
proyek; hasil akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan
pengendaliaanya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan
berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan
efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui
jaminan mutu dan pengendalian mutu.
e. Aspek harga: masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal
persaingan harga, yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang
dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing
dengan produk lain.
f. Aspek efektivitas dan efisiensi: masalah ini dapat merugikan bila fungsi
produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi
bila faktor efisiensi tidak dipenuhi, sehingga usaha produk membutuhkan
biaya yang besar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Aspek pemasaran: masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor
eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu
produk serta analisis pasar yang salah terhadap produk yang dihasilkan.
h. Aspek mutu: masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang
nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi
pelanggan.
i. Askpek waktu: masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila
terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat
dipercepat.

2.4. Manajemen Sumber Daya


Dalam pengelolaan proyek yang cukup besar, masalah sumber daya
merupakan objek sekaligus subjek. Karena itu pengambilan keputusan mengenai
kuantitas dan kualitasnya harus diperhatikan dengan cermat. Macam-macam
sumber daya itu adalah tenaga kerja/manusia, peralatan, material serta modal
(Husen 2009, 2011).
Dalam menentukan alokasi sumber daya untuk proyek, beberapa aspek
yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah sumber daya yang tersedia sesuai dengan kebutuhan proyek.
b. Kondisi keuangan membayar sumber daya yang akan digunakan.
c. Produktivitas sumber daya.
d. Kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan.
e. Efektivitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan.
Manajemen sumber daya terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Manajemen sumber daya manusia.
b. Manajemen sumber daya peralatan.
c. Manajemen sumber daya material.
d. Manajemen sumber daya modal/keuangan.
Setelah penjadwalan proyek dilakukan, hal yang akan dibahas setelahnya
adalah apakah penjadwalan proyek sudah optimal. Optimal dalam hal ini
berbicara tentang kombinasi antara fluktuasi yang minimal, durasi yang paling
cepat, dan biaya masih dalam batas-batas yang dianggap ekonomis (Seoharto,
1999).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sekalipun dalam sebuah proyek memiliki sumber daya yang dapat
memenuhi kebutuhan pada keadaan puncak, jika tidak dioptimalkan dengan baik
maka akan menjadi sebuah kerugian. Walaupun sumber daya memenuhi tuntutan
proyek, tapi suplai sumber daya harus dialokasikan dengan efektif. Dengan
perataan sumber daya ini, selain dapat menghindari keterlambatan atau
penundaan, pertambahan biaya seiring fluktuasi sumber daya juga dapat
dihindarkan (Meredith dan Mantel, 2010).

2.4.1 Manajemen Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini
dimaksudkan agar efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat
maksimal dengan beban ekonomis yang memadai. Tenaga kerja/karyawan yang
berstatus tetap biasanya dikelola perusahaan dengan pembayaran gaji tetap setiap
bulannya dan diberi beberapa fasilitas lain dalam rangka memelihara produktivitas
kerja karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaan. Hal ini
dilakukan agar karyawan tetap sebagai aset perusahaan dapat memberikan karya
terbaiknya serta memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan keahlian yang
dimilikinya. Adanya tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak
terbebani oleh pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah
kebutuhan tenaga kerja pada saat tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan
dengan jumlah yang seharusnya. Biasanya tenaga kerja tidak tetap ini dibutuhkan
dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan jumlah tenaga kerja tetap dengan
tingkat keahlian sedang (Husen 2009, 2011).
Penjadwalan tenaga kerja dalam proyek yang cukup besar sangat penting
karena dapat memberikan hasil kerja serta efisiensi keuangan yang maksimal.
Dalam mengatur alokasi jumlah tenaga kerja sepanjang durasi proyek diusahakan
agar fluktuasinya tidak terlalu berlebihan. Harus dipertimbangkan pula kebutuhan
maksimal perhari, perminggu, atau perbulan agar persediaan tenaga kerja tidak
melampaui kemampuan perusahaan.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Awal Proyek Pertengahan Proyek Akhir Proyek

Gambar 2.1 Tingkat kebutuhan tenaga kerja pada proyek

2.4.2 Manajemen Sumber Daya Peralatan


Kondisi kerja dan peralatan perlu diidentifikasi terlebih dahulu untuk
menentukan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan pada proyek,
agar tingkat kebutuhan dapat direncanakan dengan efektif dan efisien. Selain itu
pada beberapa proyek, penggunaan dan jenis peralatan dapat dibagi atas tingkat
beratnya pekerjaan serta lokasi yang digunakan. Beberapa hal ini berupa mesin,
perkakas, instalasi dan bebera perlengkapan lainnya sebagi berikut (Husen 2009,
2011).
a. Alat-alat berat seperti bulldozer, dumptruck, motor grader, scraper atau
bachoe yang biasa digunakan untuk perkerjaan-pekerjaan berat, seperti
pembukaan lahan, perataan lahan, penggalian tanah dengan volume besar,
pengangkutan tanah, dan penimbunan tanah. Tower Crane yang digunakan
pada bangunan bertingkat untuk mengangkut material secara vertikal dan
horizontal. Batching Plant dan Truck Mixer yang merupakan tempat fabrikasi
beton dan alat angkut menuju proyek.
b. Peralatan ringan seperti mixer pengaduk beton di lokasi proyek atau bar
bender dan bar cutter digunakan untuk pembengkokan dan pemotongan besi
beton, dan juga perancah untuk penopang bekisting beton.
c. Pada proyek manufaktur dikenal pula peralatan forklift dan crane pengangkut
barang atau material di sekitar lokasi. Peralatan lain adala peralatan ringan
yang sifatnya statis seperti peralatan las, peralatan mesin pembentukan atau
cetakan model produk, pengecatan, dan lain sebagainya.
Menurut Husen (2009, 2011) hendaknya penjadwalan peralatan dibuat
tersendiri sebagai bagian terpadu, sehingga pengendalian peralatan dapat
ditangani

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oleh seorang supervisi yang mengatur agar semua kebutuhan pekerjaan yang
menggunakan peralatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan master schedule.

2.4.3 Manajemen Sumber Daya Material


Material harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar kebutuhannya
mencukupi pada waktu dan tempat yang diinginkan. Selain itu, dalam pengelolaan
material dibutuhkan beragam informasi tentang spesifikasi, harga, maupun
kualitas yang diinginkan, agar beberapa penawaran dari pemasok dapat dipilih
sesuai dengan spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis, seperti
diuraikan dibawah ini (Husen 2009, 2011).
a. Kualitas material yang dibutuhkan menggunakan tipe tertentu dengan mutu
harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi proyek.
b. Spesifikasi teknis material, merupakan dokumentasi persyaratan teknis
material yang direncanakan dan menjadi acuan untuk pemenuhan kebutuhan
material.
c. Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok adalah dengan
memilih harga yang paling murah dengan kualitas material terbaik.
d. Waktu pengiriman menyesuaikan dengan jadwal pemakaian material,
biasanya beberapa material dikirim sebelum pekerjaan dimulai.
e. Pajak penjualan material, dibebankan pada pemilik proyek yang telah
dihitung dalam harga satuan material atau dalam harga proyek keseluruhan.
f. Termin pembayaran logistik material harus disesuaikan dengan cashflow
proyek agar likuiditas keuangan proyek tetap aman.
g. Pemasok material adalah rekanan terpilih, telah berkerja sama dengan baik
dan memberikan pelayanan yang memuaskan pada proyek sebelumnya.
h. Gudang penimbunan material harus cukup untuk menampung material yang
siap dipakai, sehingga kapasitas dan lalu lintas materialnya harus
diperhitungkan.
i. Harga material dapat naik sewaktu-waktu saat proyek dilaksanakan, sehingga
eskalasi harga harus dimasukkan dalam komponen harga satuan.
j. Jadwal penggunaan material harus sesuai, antara kebutuhan proyek dengan
waktu pengiriman material dari pemasok. Oleh karena itu, penggunaan

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


subschedule material yang untuk tiap-tiap item pekerjaan mutlak dilakukan
agar tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam proyek.

2.4.4 Manajemen Sumber Daya Modal/Keuangan.


Menurut Husen (2009, 2011) keuangan proyek perlu dikelola dengan hati-
hati agar pada akhir proyek proyeksi keuntungan yang telah direncanakan dapat
dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Aliran kas masuk dan kas keluar harus
terlapor dengan benar dan teliti sehingga setiap laporan berkalanya dapat
memberikan informasi yang akurat dan dapat diaudit dengan tingkat kewajaran
yang baik, serta menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
berikutnya. Adapun aliran kas tersebut berupa:
a. Kas keluar: penggunaan modal, pembayaran tenaga kerja dan staf kantor,
pembelian material, sewa atau beli peralatan, pembayaran subkontraktor dan
pemasok pembayaran pajak, pembayaran asuransi, retensi, pembayaran
pinjaman serta bunga bank dan biaya overhead.
b. Kas masuk: modal awal, pinjaman dari bank, uang muka proyek, penerimaan
termin pembayaran.
Beberapa bentuk laporan keuangan proyek dapat menjadi informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan selanjutnya (Husen 2009, 2011):
a. Laporan berkala harian, mingguan, atau tahunan dalam bentuk rinci, yang
memuat pemasukan dan pengeluaran proyek oleh divisi atau unit.
b. Laporan akhir proyek yang memuat pemasukan dan pengeluaran total proyek
dibuat secara global dan bersifat informatif.
c. Penggunaan keuangan selama berlangsungnya proyek dalam bentuk
subjadwal induk.
d. Jadwal induk penggunaan keuangan selama pelaksanaan proyek.

2.5. Optimalisasi Tenaga Kerja


Menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) kata optimal memiliki arti
terbaik, tertinggi, paling menguntungkan. Optimalisasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Jadi, dapat dikatakan bahwa
optimalisasi merupakan tindakan yang bertujuan mendapatkan hasil yang terbaik,

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tertinggi, dan paling menguntungkan. Hasil yang optimal ini dapat diartikan
dengan keuntungan yang paling maksimal atau kerugian yang paling minimal.
Dalam proses mendapatkan hasil yang optimal, tentu saja banyak batasan-batasan
dan kendala yang harus dihadapi. Bayak masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang tidak dapat menghasilkan solusi yang optimal. Hal ini dapat diakibatkan oleh
berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi adalah
metode yang diterapakan untuk mendapatkan solusi dalam permasalahan yang
tersebut.
Salah satu karakteristik yang terdapat di dalam proyek adalah keterbatasan,
dimana proyek diharapakan berjalan dengan sukses. Keterbatasan-keterbatasan ini
dapat berupa ketersediaan sumber daya atau biaya, yang terjadi pada waktu-waktu
kritis ketika dibutuhkan. Estimasi pembiayaan awal adalah hal yang menentukan
sumber daya, dimana merupakan hal yang sangat penting di dalam manajemen
proyek. Ketika hal ini dilakukan dengan baik, hal ini dapat memastikan sumber
daya yang tepat pada proyek sementara proyek dalam proses (Pinto, 2007).
Adakalanya dalam masa-masa kritis, sumber daya yang perlu
ditambahkan, tetapi tidak ada biaya. Beberapa sumber daya lain yang melimpah
dapat dijual kembali untuk mendapatkan sumber daya yang langka dan
dibutuhkan. Sering sekali, solusi dengan cara jual beli ini berujung penambahan
biaya, jadi hal utama yang harus manajer proyek lakukan adalah memanfaatkan
yang ada (Meredith dan Mantel, 2010).
Biasanya, jenis keterbatasan yang paling sering terjadi yaitu keterbatasan
tenaga kerja dalam melaksanakan proyek. Salah satu metode untuk
memperpendek durasi proyek adalah dengan cara memindahkan aktivitas-
aktivitas sebanyak mungkin dalam rangkain yang serial ke dalam rangkaian yang
paralel. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa tenaga kerja tidak terbatas untuk
mendukung pelaksanaan aktivitas yang banyak, yang dilaksanakan dalam waktu
yang sama. Dalam suatu kondisi dimana tidak ada tenaga kerja yang cukup atau
sumber daya lain yang penting, aktivitas tidak dapat dikerjakan dalam bentuk
rangkain yang paralel. Ketika proyek dirancanakan tanpa penyediaan tenaga kerja
yang cukup, tenaga kerja proyek dalam keadaan yang sulit. Tenaga kerja yang
melakukan banyak tugas, yang diharapakan bekerja lembur, mungkin saja tidak
mendapatkan pelatihan yang memadai dalam melakukan banyak tugas sekaligus
(Pinto, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu keberhasilan
proyek, harus memiliki kualifikasi, keterampilan, dan keahlian yang sesuai
dengan kebutuhan untuk mencapai keberhasilan suatu proyek. Perencanaan tenaga
kerja dalam suatu proyek mempertimbangkan juga perkiraan jenis, waktu, dan
lokasi proyek, baik secara kualitas maupun kuantitas. Proyek yang secara
geografis berbeda biasanya membutuhkan pengelolaan dan ketersediaan tenga
kerja yang juga berbeda (Husen 2009, 2011).
Di sini yang akan ditinjau adalah sumber daya yang berbentuk tenaga
kerja. Merekrut, menyeleksi, dan melatih tenaga kerja memerlukan biaya mahal
dan membutuhkan waktu lama sebelum mereka siap pakai. Setelah mereka
bergabung dengan proyek, tidak mudah untuk melepas dan memanggil kembali
untuk bekerja sesuai dengan fluktuasi pekerjaan yang tersedia. Sedangkan
menahan mereka untuk stand-by akan menelan biaya yang dipandang tidak
efisien, oleh karena itu diusahakan jangan sampai terjadi fluktuasi keperluan
secara tajam (Soeharto, 1999).

2.6. Penjadwalan Proyek


Penjadwalan pada proyek merupakan kegiatan yang menentukan waktu
yang dibutuhkan, kapan mulai, dan kapan selesainya suatu kegiatan dalam
penyelesaian suatu proyek. Pada umumnya, perencanaan penjadwalan dalam
suatu proyek terdiri dari penjadwalan waktu, biaya, dan sumber daya (Widiasanti
dan Lenggogeni, 2013).
Di dalam penjadwalan proyek, penyusunan kegiatan dan penentuan
hubungan antar kegiatan dibuat dengan rinci dan detail dengan tujuan membantu
pelaksanaan dan evaluasi pada proyek. Pembengkakan biaya, kerugian, dan
keterlambatan sangat dipengaruhi oleh ketepatan dalam penjadwalan untuk
melaksanakan proyek. Di dalam proses pengedalian proyek, penjadwalan
disesuaikan dengan perkembangan proyek dan semua masalah yang dapat terjadi
di dalam proyek. Kegiatan monitoring dan updataing harus dengan konsisten
dilakukan dengan tujuan mendapatkan penjadwalan yang paling akurat sehingga
alokasi sumber daya dan durasi yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan dapat
mencapai tujuan proyek (Husen 2009, 2011).

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Widiasanti dan Lenggogeni (2013) manfaat yang didapatkan dari
penjadwalan adalah sebagai berikut:
a. Bagi pemberi tugas
1) Untuk mengetahui kapan waktu awal dan akhir suatu proyek;
2) Untuk mengevaluasi dan menilai bila terjadi perubahan waktu dan biaya
dalam penyelesaian proyek;
3) Untuk merencanakan arus kas proyek (cashflow).
b. Bagi pemberi jasa konstruksi
1) Untuk mengatur kebutuhan material, peralatan, dan tenaga kerja;
2) Untuk merencanakan waktu keterlibatan subkontraktor.
Menurut Husen (2009, 2011), secara umum penjadwalan mempunyai
manfaat-manfaat sebagai berikut.
a. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas-batas
waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.
b. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan
realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya.
c. Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.
d. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan
proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.
e. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
f. Merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek.
Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut.
a. Sasaran dan tujuan proyek.
b. Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.
c. Dana yang diperlukan dan dana yang tersedia.
d. Waktu yang diperlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang
hilang, dan hari-hari libur.
e. Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan diantaranya.
f. Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.
g. Sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang tersedia.
h. Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Proyek berskala besar memilki kegiatan yang banyak, beragam, dan rumit,
sehingga penjadwalan harus dilakukan untuk dapat melaksanakan kegiatan
dengan efisien. Penjadwalan proyek dapat diterapkan dengan menggunakan
metode teknis. Untuk mendapatkan penjadwalan proyek yang optimal dibutuhkan
kemampuan manajer proyek yang memadai serta bantunan software komputer
yang dapat membantu pengerjaannya semakin lebih mudah dan cepat (Husen
2009, 2011).
Tugas utama seorang manajer proyek adalah dapat mengolah sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan proyek dalam biaya dan waktu yang telah
ditentukan di dalam keterbatasan-keterbatasan proyek yang ada. Dalam
hubungannya dengan waktu, manajer proyek diwajibkan untuk dapat
merencanakan waktu dengan efektif dan efisien sehingga keterlambatan pada
pelaksanaan proyek dapat dihindarkan (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013).
Semakin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan
karena dana yang dikelola sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya
juga besar, kegiatan yang dilakukan sangat beragam serta durasi proyek menjadi
sangat panjang. Agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan metode-
metode yang sudah pernah dilakukan. Selain itu, kemampuan scheduler yang
memadai dan bantuan software komputer untuk penjadwalan dapat membantu
memberikan hasil yang optimal (Husen 2009, 2011).

2.7. Metode Penjadwalan Proyek


Melaksanakan suatu proyek adalah proses mengubah masukan (input)
yang berupa kegiatan dan sumber daya menjadi keluaran (output) seperti yang
sudah ditentukan. Banyak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan, pembiayaan
yang melampaui batas anggaran, dan masalah lainnya yang timbul dalam
pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, tim proyek harus dapat menyiapkan
perencanaan input secara cukup terperinci sehingga seluruh kegiatan proyek dapat
dijadwalkan, dianggarkan, dimonitor, dan dikendalikan dengan baik (Widiasanti
dan Lenggogeni, 2013).
Terdapat beberapa metode penjadwalan proyek dimana masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan metode-metode ini
dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan dan hasil yang diharapkan di dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penjadwalan proyek. Perencanaan waktu, biaya, dan sumber daya saling
mempengaruhi dan saling berhubungan, sehingga ketika salah satu bermasalah,
akan berpengaruh pada keseluruhan proyek. Oleh karena itu, variabel-variabel
yang mempengaruhinya juga harus dimonitor, misalnya mutu, keselamatan kerja,
ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder proyek yang terlibat. Di
dalam proyek sering terjadi masalah yang menimbulkan penyimpangan dari
rencana awal. Ketika hal ini terjadi, dilakukan evaluasi dan perbaikan sehingga
proyek tetap pada jalur yang direncanakan (Husen 2009, 2011).

2.7.1 Barchart
Metode yang paling sering digunakan pada proyek konstrusi adalah
metode Barchart. Barchart dikenal juga sebagai Bagan Balok atau Diagram
Batang. Dalam pembuatan Barchart kegiatan-kegiatan diolah pada daerah bagian
kolom vertikal dan waktu diolah pada daerah bagian baris horizontal. Daerah
bagian kanan kolom kegiatan-kegiatan akan mendeskripsikan waktu mulai, waktu
selesai, dan durasi setiap kegiatan. Waktu mulai, waktu selesai, dan durasi setiap
kegiatan ditentukan oleh waktu dan skala waktu yang terdapat pada bagian baris
horizontal di atas. Durasi setiap kegiatan dideskripsikan pada panjang dari balok
yang telah dibuat. Kegiatan-kegiatan ini dibuat berdasarkan urutan atau bagian
dari pelaksanaan proyek (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013).
Barchart sering juga disebut sebagai Ganttchart, kerana Barchart pertama
kali ditemukan oleh Henry L. Gantt pada zaman perang dunia pertama, sekitar
tahun 1917. Pada masanya Barchart merupakan metode yang memiliki prosedur
sistematis dan analitis dalam hal perencanaan maupun pengendalian proyek.
Barchart atau Ganttchart memiliki bagan yang mudah dibaca, sederhana, dan
gampang untuk dibuat, sehingga digunakan secara luas dalam dunia proyek
konsruksi. Barchart mudah dalam persiapannya dan bisa digabungkan dengan
metode lain sehingga lebih lengkap untuk digunakan sebagai pengendalian biaya
(Soeharto, 1999).
Selain segi keuntungan, penggunaan Barchart juga memiliki keterbatasan
juga. Hubungan ketergantungan antar pekerjaan tidak dideskripsikan secara
terperinci dalam bagan Barchart. Hal ini dapat mempersulit untuk dapat

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengetahui dampak akibat keterlambatan terhadap jadwal pekerjaan lainnya
didalam proyek. Selain itu, perbaikan pada Barchart merupakan hal yang sulit
karena bagan balok yang baru harus dibuat lagi. Jika hal ini tidak dilakukan daya
guna Barchart ini menjadi turun (Soeharto, 1999).
Untuk itu, Barchart tidak cocok digunakan untuk proyek yang berukuran
besar yang bersifat kompleks. Umumnya penjadwalan proyek konstruksi dengan
Barchart hanya diterapkan pada proyek dengan kegitan kurang dari seratus
kegiatan. Tapi untuk proyek yang kecil, yang kegiatannya dibawah seratus
kegaitan, Barchart menjadi pilihan utama. Alasannya adalah karena hampir semua
lapisan pelaksana proyek mudah untuk memahami metode Barchart ini
(Widiasanti dan Lenggogeni, 2013).
Barchart juga sering digunakan dalam penyusunan jadwal proyek yang
memiliki milestone. Milestone juga sering disebut tonggak kemajuan yang
berfungsi sebagai gambaran untuk mengetahui pencapaian keberhasilan proyek
dari segi penjadwalan. Milestone menandai waktu mulai serta waktu akhir dari
suatu kegiatan proyek, sehingga bila terjadi keterlambatan dapat dilihat dengan
jelas (Soeharto, 1999). Untuk proses updating, bagan balok dapat diperpendek
atau diperpanjang dengan memperhatikan total floatnya, yang menunjukkan
bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau berkurang sesuai kebutuhan dalam
proses perbaikan jadwal (Husen 2009, 2011).

2.7.2 Kurva S
Kurva S pertama kali dikembangkan oleh Warren T. Hanumm, sehingga
kurva S sering juga disebut sebagai Hanumm Curve. Tujuannya didasarkan pada
pengamatan suatu proyek dari awal mulai proyek hingga selesainya proyek. Kurva
S adalah hasil gambaran dari Barchart yang bertujuan untuk mengamati
perkembangan kemajuan proyek dalam suatu jangka waktu (Widiasanti dan
Lenggogeni, 2013). Menurut Soeharto (1999), kurva S adalah grafik yang dibuat
dengan sumbu vertikal sebagai nilai kumulatif biaya atau penyelesaian kegiatan
dan sumbu horizontal sebagai waktu. Kurva S dapat menunjukkan kemampuan
proyek berdasarkan kegiatan, waktu, dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan
sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegitan proyek. Visualisasi kurva S
memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkan terhadap jadwal
rencana (Husen 2009, 2011).

awal pertengahan akhir

Gambar 2.2 Kurva S

Dari kurva S dapat diketahui masalah keterlambatan atau percepatan pada


proyek, sehingga informasi awal ini dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam konteks pengendalian proyek. Walaupun
demikian, informasi yang didapat hanya sebatas penilain untuk kemajuan suatu
proyek. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dapat dilakukan
berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya/kegitan dibagi nilai anggaran,
karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih mundah
untuk menghitungnya (Husen 2009, 2011). Kesimpulannya adalah kurva S
digunakan untuk menganalisis kemajuan proyek secara keseluruhan, mengatahui
pengeluaran dan kebutuhan biaya pelaksanaan, mengontrol penyimpangan yang
terjadi dengan cara membandingkan kurva S rencana dan aktual (Widiasanti dan
Lenggogeni, 2013).

2.7.3 PERT
Biro proyek khusus angkatan laut Amerika Serikat atau Navy Special
Project Office mengembangkan metode PERT pada tahun 1958. Metode ini
digunakan untuk pengendalian proyek yang besar dan kompleks, yang memiliki
ribuan kontraktor. Pemilik proyek ingin mengetahui apakah milestone dapat
dicapai

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
atau tidak. Jiki milestone tidak dapat dicapai, seberapa besar penyimpangan yang
dapat terjadi.
PERT atau Program Evaluation and Review Technique secara prinsip
merupakan hubungan ketergantungan antar kegiatan yang dideskripsikan dalam
bentuk diagram jaringan kerja. Dari diagram jaringan kerja ini dapat diketahui
kegiatan yang harus didahulukan dan kegiatan yang harus menunggu selesainya
pekerjaan. Penggunaan metode PERT lebih diunggulkan dalam menghadapi
situasi dimana ketidakpastian durasi waktu kegiatan tinggi. Keadaan seperti ini
sering dihadapi dalam proyek yang benar-benar baru. Metode ini mengasumsikan
bahwa durasi waktu dipengaruhi oleh banyak faktor dan variasi (Soeharto, 1999).
Metode PERT menggunakan tiga angka estimasi. a, kurun waktu
optimistik yaitu waktu paling cepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika
segala sesuatu lancar. m, kurun waktu paling mungkin yaitu waktu yang paling
sering terjadi dengan kemungkinan paling tinggi. b, kurun waktu pesimistik yaitu
waktu yang paling paling lama jiga segala sesuatu tidak benar-benar lancar dan
mulus.
Hubungan ketergantungan yang logis antar kegiatan merupakan
keunggulan metode PERT dibandingkan dengan Barchart. Dengan keunggulan
ini, kemungkinan proyek dapat dikendalikan dan dikerjakan dengan prosedur yang
jelas semakin besar. Pengaruh yang disebabkan oleh suatu kegiatan proyek yang
terganggu terhadap kegiatan lainnya dapat diketahui dengan metode ini. Tetapi,
meskipun dengan keunggulan ini, metode ini tidak dapat dibaca atau dipahami
oleh semua level manajemen.
PERT khususnya berorientasi pada elemen waktu dari proyek dan
menggunakan estimasi kemungkinan waktu yang dibutuhkan dalam sebuah
aktivitas untuk membantu menentukan kemungkinan proyek dapat diselesaikan
dalam tanggal tertentu. PERT juga dapat mengindentifikasi jalus kritis pada
proyek dimana aktivitasnya tidak dapat ditunda, dan juga dapat mengindikasikan
aktivitas yang memiliki foat dimana aktivitas ini dapat ditunda tanpa harus
memperpanjang waktu penyelesaian proyek (Meredith dan Mantel, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.7.4 CPM
Tahun 1958 perusahaan bahan kimia DuPont, Inc menemukan CPM atau
Critical Path Method, bersamaan dengan periode penemuan metode PERT. CPM
memiliki perbedaan dengan metode PERT, dimana metode CPM menggunakan
estimasi waktu aktivitas proyek yang sudah ditentukan dan dibuat untuk
mengontrol masalah waktu dan biaya. Di dalam CPM aktivitas dapat dipercepat
dengan tambahan biaya untuk mempersingkat penyelesaian proyek. Jadi dapat
disimpulkan bahwa PERT dapat mengestimasi probabilitas waktu dalam CPM,
sedangkan CPM dapat mempercepat jaringan kerja dalam metode PERT
(Meredith dan Mantel, 2010).
Metode CPM memiliki jalur kritis yaitu jalur yang memiliki rangkaian
komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Makna jalur kritis
penting bagi pelaksana proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan
yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek
secara keseluruhan. kadang-kadang dijumpai lebih dari satu jalur kritis dalam
jaringan kerja (Soeharto, 1999).
Di dalam metode CPM dikenal istilah hitungan maju dan hitungan
mundur. Hitungan maju digunakan untuk mengidentifikasi jalur kritis. Hitungan
mundur digunakan untuk mengidentifikasi waktu paling akhir suatu kegiatan
dapat mulai dan selesai tanpa menundan waktu penyelesaian keseluruhan proyek.
Kelemahan CPM hampir sama dengan PERT, dimana tidak mudah untuk dibaca
atau dipahami semua tingkat level manajemen.

2.7.5 PDM
Metode PDM petama kali diperkenalkan oleh J.W. Fondahl dari
Universitas Stanford USA, kemudian dikembangkan oleh perusahaan IBM. PDM
merupakan salah satu teknik penjadwalan yang termasuk dalam teknik
penjadwalan yang menggunakan jaringan kerja.
Jaringan kerja pada metode PDM berbentuk segiempat dan anak panah
berfungsi begai penunjuk kegiatan. Metode PDM tidak memerlukan kegiatan

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dummy dan di dalam penerapan metode PDM kegiatan baru dapat dimulai tanpa
harus menunggu kegiatan pendahulu selesai (Soeharto, 1999).
Aktivitas di dalam metode PDM digambarkan dalam node yang berbentuk
segiempat. Setiap node memiliki keterangan peristiwa awal dan peristiwa akhir.
Di dalam node segiempat ini terdapat bagian-bagian yang berisi tentang
keterangan spesifik dari aktivitas yang bersangkutan. Jumlah atau banyaknya
pembagian node segiempat ini bervariasi sesuai dengan keinginan pemakai.
Semakin banyak atribut berarti semakin lengkap dan spesifik keterangan suatu
pekerjaan tersebut (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013).
Meskipun penerapan metode PDM lebih jelas dan logis, tetapi tetap hanya
jaringan kerja yang dibuat hanya dapat dipahami oleh level manajemen tertentu
saja. Penerapan metode ini sudah sangat populer dan telah dikomputerisasikan
untuk mempermudah penggunaanya.

Nomor Urut No. & Nama No. & Pekerjaan


Kegiatan
E Nama Waktu E FF ES Nama E
S kegiatan Penyelesaian S ES/LS TF kegiatan F
(D) EF/LF EF L
F
L Nama Waktu L Waktu FF TF
S kegiatan Penyelesaian F Penyelesaian
(D)

Gambar 2.3 Node Kegiatan PDM

Meskipun penerapan metode PDM lebih jelas dan logis, tetapi tetap hanya
jaringan kerja yang dibuat hanya dapat dipahami oleh level manajemen tertentu
saja. Penerapan metode ini sudah sangat populer dan telah dikomputerisasikan
untuk mempermudah penggunaanya.

2.8. Alokasi Sumber Daya


Terdapat dua permasalahan utama dalam pengalokasian sumber daya,
yaitu keterbatasan waktu dan keterbatasan sumber daya. Keterbatasan waktu
berarti proyek harus diselesaikan dalam waktu tertentu, dengan menggunakan
sumber daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


seminimal mungkin. Sedangkan keterbatasan berarti proyek harus diselesaikan
secepat mungkin, tetapi tanpa melewati tingkat keterbatasan sumber daya
(Meredith dan Mantel, 2010).
Dalam penelitian ini hanya meninjau dan membahas perencanaan dan
penyediaan alokasi tenaga kerja. Pembiayaan tenaga kerja merupakan salah satu
yang memiliki porsi terbesar dalam hal biaya. Jadi, hal ini merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan, karena perencanaan yang kurang baik akan
mengakibatkan pemborosan biaya pada proyek. Di bawah ini contoh grafik tenaga
kerja yang kurang baik.

Jumlah
tenaga

50
40
30
20
10
0
waktu

Gambar 2.4 Grafik Sumber Daya

Sering sekali dalam perencanaan penjadwalan tenaga kerja tidak optimal.


Fluktuasi yang terjadi dalam perencanaan alokasi tenaga kerja dapat
mengakibatkan kerugian di dalam proyek. Bukan pilihan yang baik jika harus
memberhentikan atau menarik kembali pekerja ketika fluktuasi terjadi. Salah satu
hal yang paling mungkin dilakukan adalah merencanakan kembali penjadwalan
tenaga kerja sehingga mendapat grafik yang lebih merata dengan fluktuasi yang
paling minimal (Soeharto, 1999). Contoh grafik yang baik di bawah ini.

Jumlah Jumlah
tenaga tenaga
50 50
40 40
30
30
20
10 20
0 10
Waktu 0
Waktu

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jumlah Jumlah
tenaga tenaga
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
Waktu Waktu
Gambar 2.5 grafik-grafik yang
baik Sumber Daya Tenaga
Kerja

Mendapatkan grafik alokasi


tenaga kerja yang optimal dapat
dilakukan dengan mengatur dan
menyesuaikan kembali penjadwalan
kegiatan-kegiatan. Penyesuaian tidak
dilakukan pada jalur kritis, tetapi pada
jalur tidak kritis. Penyesuaian pada jalur
tidak kritis hanya dilakuakn dengan cara
memajukan atau memundurkan kegiatan-
kegiatan di dalam float yang tersedia.

2.9. Keterbatasan Sumber Daya


Sumber daya yang terbatas
merupakan salah satu alasan mengapa
penjadwalan perlu dilakukan.
Penjadwalan ini bertujuan bagaimana
proyek dapat tetap berjalan dengan
sumber daya yang terbatas dan
diusahakan agar proyek tidak terlambat
(Husen 2009, 2011).
Ada dua jenis batasan yang harus
diperhatikan dalam penjadwalan proyek,
karena batasan tersebut berpengaruh
terhadap waktu kerja dari suatu kegiatan
(Husen 2009, 2011). Dua batasan
tersebut adalah sebagai berikut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Batas n Sebagai tambahan, terdapat empat
an aturan yang dapat diterapkan pada
hubu o penjadwalan proyek dalam hubungannya
ngan l dengan keterbatasan sumber daya, yaitu:
kegiat e a. Memprioritaskan kegiatan yang
an: h mempunyai batasan kegiatan-
batas kegiatan dengan sumber daya
an k maksimum, lalu dilakukan
yang e penjadwalan terhadap kegiatan
diaki t tersebut dengan basis kontinyu.
batka i

n d

oleh a
25
hubu k

ngan t

antar e

kegiat r

an s

pada e

beber d

apa i

kegiat a

an. a

b. Batas n

an
kondi s

si u

sumb m

er b

daya: e

batas r

an
d
yang
a
diaki
y
batka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Memprioritaskan pada kegiatan kritis atau mendekati kritis dengan total float
paling rendah, lalu dilakukan penjadwalan terhadap kegiatan tersebut dengan
cara basis kontinyu.
c. Memprioritaskan pada kegiatan yang mempunyai durasi paling pendek, lalu
dilakukan penjadwalan terhadap kegiatan tersebut dengan cara basis
kontinyu.
d. Setelah salah satu dari tiga aturan di atas terpenuhi, dilakukan pada kegiatan
dengan prioritas rendah dengan cara basis terputus, kemudia dilakukan
interupsi oleh kegiatan yang lebih tinggi prioritasnya.
Di dalam proyek dengan sumber daya terbatas, kebutuhan sumber daya
untuk suatu kegiatan tidak boleh melebihi dari yang tingkat kebutuhan yang telah
ditentukan, karena tujuan utamanya bukan tentang kecepatan penyelesaian
proyek, sekalipun proyek harus diselesaikan secepat mungkin. Tujuan utamanya
adalah bagimana mengarahkan proyek dengan pengguanaan sumber daya yang
minimal. Dalam konteks ini, keterlambatan penyelesain proyek harus dapat
ditoleransi dalam pertimbangan terhadap keterbatasan sumber daya yang ada
(Pinto 2007).
Pengoptimalan penjadwalan sumber daya dalam jaringan kerja proyek
merupakan hal yang rumit dan kompleks. Di satu sisi, jaringan kerja direncanakan
seefektif mungkin dengan menerapkan kegiatan-kegiatan dalam rangkaian yang
paralel sehingga penyelesian proyek dapat dipercepat. Tapi di sisi lain,
penyediaan sumber daya yang dibutuhkan menjadi suatu tantangan untuk tujuan
ini. Secara sederhana, hal ini berbicara tentang bagaimana mendapatkan
kombinasi yang optimal antara penjadwalan dan ketersediaan sumber daya (Pinto
2007).
Keterbatasan yang terlalu besar dapat menimbulkan kesulitan pemakaian
kaidah-kaidah yang mendasari penggunaan jaringan kerja. Karena permasalahan
ini, jalur kritis mungkin saja terdapat di jalur yang memiliki keterbatasan sumber
daya yang terparah (Soeharto, 1999).

2.10. Kebutuhan Sumber Daya


Di Indonesia peraturan tenaga kerja tergantung dalam UU. No 13 tahun
2003 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja. Tenaga kerja
didefinisikan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa yang baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maupun masyarakat. Tenaga kerja dalam suatu proyek konstruksi merupakan
bagian dari sumber daya proyek dan dapat diartikan sebagai orang yang secara
langsung terlibat dalam pekerjaan fisik proyek tersebut (Soeharto, 1999).
Menurut Iman Soeharto (1995), dalam penyelenggaraan proyek, sumber
daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Jenis dan
kegiatan proyek berubah cepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan tenaga
keterampilan dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang
sedang berlangsung. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka suatu perencanaan
tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terinci meliputi jenis dan kapan
keperluan tenaga kerja.
Mengetahui kebutuhan sumber daya merupakan informasi yang paling
dasar. Dengan mengetahui hal ini, tuntutan proyek dapat dipertimbangkan, atau
sumber daya dapat dipersiapkan. Hal ini juga merupakan suatu langkah pertama
dalam mengurangi sumber daya yang berkelebihan dalam suatu proyek (Meredith
dan Mantel, 2010).
Kebutuhan sumber daya mengacu pada jumlah atau banyaknya sumber
daya yang ditempatkan pada sebuah aktivitas dengan durasi tertentu dalam
keseluruhan panjadwalan proyek. Secara sederhana, penempatan sumber daya
bertujuan untuk menetapkan sumber daya yang tepat terhadap tingkat kebutuhan
sumber daya, dalam setiap aktivitas proyek (Pinto, 2007).
Penjadwalan yang fokus pada penempatan sumber daya dapat dengan
cepat mengatasi masalah yang berhubungan dengan penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan keahliannya, aktivitas yang membutuhkan lebih banyak
sumber daya, dan aktivitas yang membutuhkan lebih sedikit sumber daya (Pinto,
2007).

2.11. Perataan Sumber Daya


Perataan sumber daya adalah meratakan alokasi sumber daya untuk
memastikan sumber daya yang tersedia pada awal perencanaan mencukupi
kebutuhan proyek. Sumber daya yang tersedia dijadwalkan pada kegiatan proyek
dengan distribusi yang logis dan merata. Variasi distribusi sumber daya dari
periode ke periode diusahakan tetap pada tingkat batas minimum kebutuhannya,
sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tujuan proyek dapat dicapai sesuai dengan ketersedaiaan sumber daya yang ada
(Husen 2009, 2011).
Dalam hal ini, tuntutan kebutuhan akan sumber daya yang terbatas harus
diminimalkan dalam keselurahan proses penyelesaian proyek. Dari waktu ke
waktu, diusahakan untuk meminimalkan fluktuasi yang dapat terjadi, mencari
penambahan kebutuhan sumber daya sementara proyek berjalan sesuai dengan
perencanaan, tanpa keterlambatan atau penundaan. Kunci dari keberhasilan
perataan tenaga kerja adalah penempatan sumber daya yang tepat, dengan jumlah
yang tepat, dan pada waktu yang tepat (Pinto, 2007).
Float atau slack adalah sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan
sehingga memungkinkan penundaan atau perlambatan kegiatan tersebut secara
sengaja atau tidak sengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek
menjadi terlambat dalam pelaksanaanya. Perataan sumber daya memanfaatkan
float yang tersedia dalam sebuah kegitan, dengan cara digeser, dengan tujuan
mendapatkan distribusi penggunaan sumber daya yang rata. Perataan sumber daya
tidak hanya dapat mempengaruhi manajemen, tetapi juga mempengaruhi
pembiayaan. Ketika sumber daya dalam keadaan rata, maka suatu kemungkinan
besar bahwa biaya cenderung merata (Meredith dan Mantel, 2010).
Memanfaatkan dengan optimal sumber daya tenaga kerja merupakan suatu
hal yang penting dalam suatu proyek. Bukan hal yang mudah untuk melepas
tenaga kerja dan memanggilnya kembali ketika dibutuhkan. Untuk itu, fluktuasi
atau turun naiknya kebutuhan tenaga kerja harus dioptimalkan sebaik mungkin.
Resource Leveling merupakan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk
mengatasi permasalahan ini (Soeharto, 1999).
Pemasalahan pengalokasian sumber daya dapat deselesaikan dengan dua
cara, yaitu: metode seri dan metod paralel. Metode seri adalah metode yang
mengalokasikan sumber daya dalam rangkaian seri dimana fokus pada satu
aktivitas dalam satu satuan waktu dari mulai hingga selesainya aktivitas tersebut.
Metode paralel adalah pengalokasian sumber daya pada satu hari pada aktivitas-
aktivitas dalam satuan waktu. Untuk mendapatkan hasil terbaik dari metode ini
prosedur trial and error dapat diterapakan (Ahuja, 1994).

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.12. Grafik Kebutuhan Sumber Daya
Grafik histogram kebutuhan sumber daya berfungsi untuk menunjukkan
bayaknya sumber daya yang dibutuhkan dalam acuan terhadap waktu, yang
dideskripsikan dalam bentuk grafik. Grafik ini memiliki visual yang dapat
dipahami dengan mudah sebagai hasil dari kebutuhan jumlah sumber daya yang
dibutuhkan (Pinto, 2007).
Memecah suatu aktivitas merupakan salah satu prosedur yang paling
sering digunakan dalam mengatasi permasalahan kebutuhan sumber daya.
Memecah aktivitas maksudnya, menyela suatu proses pengerjaan aktivitas pada
suatu waktu tertentu dan mengalokasikan sumber dayanya pada suatu
aktivitas lain dalam jangka waktu tententu. Di saat jangka waktu yang
direncanakan ini terpenuhi, maka sumber daya dialokasikan kembali ke aktivitas
yang sebelumnya sesuai dengan perencanaan awal. Penerapan metode ini sebagai
salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk mendapatkan grafik kebutuhan
sumber daya yang optimal (Pinto, 2007).

2.13. Penggunaan Microsoft Project


Di dalam bidang manajemen konstruksi khususnya, penggunaan sistem
komputerisasi telah berkembang. Penggunaan sistem ini sudah diterapkan oleh
kontraktor maupun konsultan. Aplikasi praktis komputerisasi dalam bidang ini
adalah dalam hal sebagai berikut (Nugraha, 1986).
a. Perencanaan (Planning), merencanakan waktu dan biaya proyek, kebutuhan
material, peralatan dan tenaga kerja.
b. Penjadwalan (time scheduling), salah satu teknik penjadwalan waktu yang
mempunyai banyak perhitungan rutin dalam proses pembuatannya adalah
jaringan kerja (network planning).
c. Pengontrolan (controlling), menganalisa dan mengoreksi yang telah terjadi
antara waktu penjadwalan yang direncanakan terhadap pelaksanaan.
Microsoft Project merupakan salah satu software manajemen proyek yang
digunakan untuk mengurus administrasi pada proyek. Banyak hal yang dapat
dilakukan Microsoft Project antara lain perencanaan, pengelolaan, dan pelaporan
data dalam suatu proyek. Kemudahan dalam penggunaan dam terintegrasi dengan

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


baik dengan produk Microsoft lainnya sangat membantu administrasi proyek,
sehingga dapat mengatur proyek dengan efektif dan efisien.
Proyek memiliki kerumitan dalam pengelolaannya, sehingga
membutuhakan ketelitian yang tinggi. Microsoft Project dapat membantu
memenuhi tuntutan ini dan menghasilkan data yang akurat yang sangat
dibutuhkan dalam sebuah proyek.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Metode penelitian deskriptif kuantitatif pada penelitian ini bertujuan menjelaskan
kondisi yang ada dalam suatu proyek untuk menggambarkan karakteristik yang
terdapat di dalam sebuah proyek tersebut sebagaimana adanya. Untuk
menggambarkan karakteristik proyek, dilakukan analisa terhadap data-data yang
ada dengan metode analitis dan deskriptif. Data yang telah dikumpulkan akan
dianalisa sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan kondisi dari proyek
sehingga menghasilkan hasil akhir untuk dapat membuat suatu kesimpulan.
Sedangkan untuk metode deskriptif bertujuan untuk memaparkan permasalahan
yang ada di dalam proyek, hasil analisis, dan kesimpulan yang dapat diambil.

3.2. Metode Pengumpulan Data


Penelitian tentang optimisasi tenaga kerja ini membutuhkan analisa yang
baik terhadap perlaksanaan proyek. Untuk penelitian ini, diambil proyek
pembangunan Dinding Penahan Tanah dan Dermaga IKD 3 serta Perbaikan Tanah
IKD Pelabuhan Belawan Medan – Sumatera Utara sebagai studi kasus, sebagai
proyek yang akan dianalisa. Untuk mencapai analisa yang optimal diperlukan
metode pengumpulan data-data pada proyek yang bersangkutan, antara lain:
a. Studi Literatur
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dan informasi dari referensi
yang berupa jurnal, buku, artikel, maupun internet, yang terkait dengan
pembahasan tentang penerapan Resource Leveling untuk optimisasi perataan
alokasi tenaga kerja.
b. Metode Observasi
Penulis mengumpulkan data dan mendapatkan dokumentasi proyek dengan
peninjauan langsung ke tempat proyek pembangunan Dinding Penahan Tanah
dan Dermaga IKD 3 serta Perbaikan Tanah IKD Pelabuhan Belawan Medan –
Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3. Jenis Data dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini menggunakan jenis data
skunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak kontraktor berupa
RAB, gamber kerja, Time Schedule, dan laporan harian. Data sekunder ini
bertujuan sebagi data pendukung dimana dapat digunakan atau dijadikan sebagai
input dan referensi dalam melakukan analisa untuk mendapatkan penjadwalan
yang paling optimal terhadap fluktuasi tenaga kerja di dalam proyek.

3.4. Proses Pengolahan Data


Tahapan uratan langkah yang akan dilakanakan untuk menganalisa secara
sistematis dan logis didasarkan pada teori permasalahan sehingga mencapai tujuan
penelitian dengan akurat. Adapun tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
1. Pengolahan RAB dan Time Schedule dangan bantuan analisa pekerja SNI
untuk memperoleh jenis-jenis pekerjaan, rincian tenaga dan durasi yang
diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan.
2. Penentuan hubungan ketergantungan antar perkerjaan dengan metode PDM
dari data yang telah diolah maupun data Time Schedule yang sudah ada.
3. Pengaplikasian dan penginputan data kedalam Microsoft Project yang
kemudian digunakan untuk manghasilkan metode jaringan kerja PDM. Data
yang diinput berasal dari data yang diolah sebelumnya.
4. Pembuatan histogram tenga kerja pada Microsoft Project, kemudian
menerapkan Resource Leveling untuk mendapatkan histogram tenaga kerja
yang paling optimal.
5. Analisa dan pembahasan mengenai histogram hasil penerapan Resource
Leveling, histogram perencanan, dan histogram pelaksanaan. Pembahasan ini
juga meliputi kebutuhan tenaga kerja berdasarkan hasil penerapan Resource
Leveling, perencanaan awal dengan SNI, dan pelaksanaan dilapangan.
Kemudian menganalisa tingkat fluktuasi pada masing-masing histogram yang
sudah ada.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Kesimpulan dan saran mengenai penerapan Resource Leveling untuk
optimisasi perataan alokasi tenaga kerja menggunakan Microsoft Project
Professional 2016 pada proyek yang bersangkutan.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5. Flow Chart

MULAI

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATA

DATA SEKUNDER
RAB
Gambar Kerja
Time Schedule

ANALISA DATA
1. Analisa data untuk input yang diperlukan
2. Pengaplikasian Microsoft Project Professional 2016 berdasarkan data yang didapat
3. Pembuatan jaringan kerja dengan metode PDM
4. Pembuatan histogram tenaga kerja
5. Penerapan Resource Leveling

PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. ANALISIS DATA


4.1.1. Penyusunan Jaringan Kerja PDM
4.1.1.1 Mengidentifikasi dan mengelompokkan lingkup kerja proyek
Pada proyek Pekerjaan Pembangunan Dinding Penahan Tanah dan
Dermaga IKD 3 serta Perbaikan Tanah IKD Pelabuhan Belawan Medan –
Sumatera Utara menunjukkan manajemen sumber daya tenaga kerja masih
memiliki fluktuasi pada perencanaan awal berdasarkan time schedule yang ada.
Selain itu penggunaan sumber daya tenaga kerja tidak didasarkan pada jumlah
yang direncanakan pada perencaan awal. Di lapangan, tenaga kerja yang
diperkerjakan lebih sedikit dibandingkan pada time schedule perencanaan awal
pelaksanaan proyek. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang diakibatkan
oleh fluktuasi, walaupun kemungkinanan ketelambatan palaksanaan dapat terjadi.
Jika tenaga kerja lebih sedikit, sangat mungkin untuk mempekerjakan mereka
semua karena porsi pekerjaan masih banyak. Tetapi, bila tenaga kerja lebih
banyak, maka sangat mungkin jika beberapa dari pekerja tidak memiliki porsi
pekerjaan, sehingga ada tenaga kerja yang menganggur. Sedangkan pekerja tidak
mungkin diberhentikan. Tenaga kerja yang diberhentikan akan menjadi masalah
jika memanggil mereka kembali untuk bekerja. Untuk itu perlu dilakukan perataan
tenaga keja yang baik pada perencaan awal untuk mencegah masalah yang bisa
terjadi seperti yang disebutkan di atas.
Memahami lingkup kerja proyek akan berguna untuk mendapatkan data
akurat proyek. Selain itu memahami lingkup kerja proyek, akan membantu
memahami alur pelaksanaan proyek. Jika alur pelaksanaan proyek dapat
dipahami, maka uratan data yang dibutuhkan yang kemudian dimasukkan ke
dalam Microsoft Project akan mudah diperoleh. Dalam penelitian ini bagian
pekerjaan Dinding Penahan Tanah saja yang akan dianalisa.
Data dasar proyek akan dianalisa untuk dimasukkan kedalam Microsoft
Project. Data yang akan digunakan sebagai tahap paling pertama adalah data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perencanaan. Data perencaan ini digunakan sebagai pembanding terhadap data
hasil penelitian. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang paling maksimal
dalam hal manajemen tenaga kerja yang lebih terdistribusi.
Untuk menyusun dan menentukan jaringan kerja PDM, hal yang pertama
kali dilakukan adalah mengidentifikasi lingkup kerja proyek, dalam hal ini:
Nama Proyek : Pekerjaan Pembangunan Dinding Penahan Tanah dan
Dermaga IKD 3 serta Perbaikan Tanah IKD Pelabuhan
Belawan Medan – Sumatera Utara
Setelah data-data dari proyek diperoleh, hal yang dilakukan selanjutnya
adalah menentukan tanggal mulainya proyek, terkhusus untuk pekerjaan Dinding
Penahan Tanah. Penentuan tanggal mulai proyek berhubungan dengan time
schedule proyek, sehingga penyusunan jaringan PDM di dalam Mircrosoft Project
dapat sesuai dengan tanggal mulai proyek pada data proyek yang telah tersedia.
Cara menentukan tanggal mulai proyek adalah seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4.1 Project information pada Microsoft Project

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Data proyek yang telah diperoleh dikelompokkan dalam beberapa area,
yaitu jenis pekerjaan, volume masing-masing pekerjaan, dan durasi dari masing-
masing pekerjaan yang diambil berdasarkan data perencanaan. Ada pun
pengidentifikasian pekerjaan di dalam lingkup proyek berdasarkan urutan
pekerjaan yang terdapat di dalam RAB dan time schedule adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pekerjaan, Volume, dan Durasi pekerjaan Dinding Penahan Tanah
Sat. Volume Durasi
No. Uraian Pekerjaan
(hari)
2 PEKERJAAN DINDING PENAHAN TANAH
2.1 Pekerjaan Sheet Pile Beton Tipe W600 B 1000, L = 20
m
2.2.1 Pengadaan sheet pile beton tipe W600 B 1000, L = 20 m ls 8,020.00 49
2.2.2 Pemancangan sheet pile beton m 8,020.00 71
2.2.3 Pemotongan kepala sheet pile titik 401.00 113
2.2 Pekerjaan Capping Beam
2.2.1 Beton mutu K-350 m3 669.01 133
2.2.2 Bekisting m2 1,294.83 133
2.2.3 Pembesian ulir kg 56,992.01 107
2.3 Pekerjaan Tiang Pancang Baja Ø 711, t=14 mm
2.3.1 Pengadaan tiang pancang baja Ø 711, t=14 mm, L=56 m ls 1,361,399.20 45
2.3.2 Pekerjaan pemancangan tiang pancang baja miring m 5,656.00 145
2.3.3 Pekerjaan penyambungan tiang pancang baja titik 303.00 145
2.3.4 Pemotongan kepala tiang pancang baja titik 101.00 124
2.3.5 Pengecatan anti karat 5 m m2 2,705.84 49
2.3.6 Splash guard Petrolatum ls 676.46 42
2.3.7 Pekerjaan beton K-350 isian tiang pancang baja m3 48.08 139
2.3.8 Pekerjaan pembesian ulir kg 11,610.57 140
2.3.9 Plat penutup tiang pancang kg 3,484.04 140

4.1.1.2 Menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan volume dan durasi


Untuk mendapatkan jumlah kebutuhan tenaga kerja dibutuhkan data
volume dan durasi dari masing-masing pekerjaan, serta koefisien analisa harga
satuan pekerjaan PermenPUPR 2016. Sebagai contoh diambil salah satu pekerjaan
untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja, sebagai berikut:
Jenis pekerjaan : Direksi keet
Volume pekerjaan : 180 m2

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Durasi : 61 hari
Koefisien Pekerja : 2 OH
Koefisien Tukang Kayu : 2 OH
Koefisien Tukang Batu : 1 OH
Koefisien Kepala Tukang : 0,3 OH
Koefisien Mandor : 0,05 OH

Jumlah Pekerja : 2 x 180 = 360 orang


Jumlah Tukang Kayu : 2 x 180 = 360 orang
Jumlah Tukang Batu : 1 x 180 = 180 orang
Jumlah Kepala Tukang : 0,3 x 180 = 54 orang
Jumlah Mandor : 0,05 x 180 = 9 orang

Kebutuhan Pekerja Harian : 360/61 = 5,90 ≈ 6 orang per hari


Kebutuhan Tukang Kayu Harian : 360/61 = 5,90 ≈ 6 orang per hari
Kebutuhan Tukang Batu Harian : 180/61 = 2,95 ≈ 2 orang per hari
Kebutuhan Kepala Tukang Harian : 54/61 = 0,89 ≈ 1 orang per hari
Kebutuhan Mandor Harian : 9/61 = 0,15 ≈ 1 orang per hari
Kebutuhan Tenaga Kerja Harian: (6 + 6 + 2 + 1 + 1) = 16 orang per hari

Tabel 4. 2 Kebutuhan tenaga kerja pekerjaan Dinding Penahan Tanah


Kebutuhan
No. Uraian Pekerjaan Sat.
Tenaga Kerja
2 PEKERJAAN DINDING PENAHAN TANAH
2.1 Pekerjaan Sheet Pile Beton Tipe W600 B 1000, L = 20 m
2.2.1 Pengadaan sheet pile beton tipe W600 B 1000, L = 20 m OH -
2.2.2 Pemancangan sheet pile beton OH 77
2.2.3 Pemotongan kepala sheet pile OH -
2.2 Pekerjaan Capping Beam
2.2.1 Beton mutu K-350 OH 10
2.2.2 Bekisting OH 5
2.2.3 Pembesian ulir OH 23

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3 Pekerjaan Tiang Pancang Baja Ø 711, t=14 mm
2.3.1 Pengadaan tiang pancang baja Ø 711, t=14 mm, L=56 m OH -
2.3.2 Pekerjaan pemancangan tiang pancang baja miring OH 10
2.3.3 Pekerjaan penyambungan tiang pancang baja OH -
2.3.4 Pemotongan kepala tiang pancang baja OH -
2.3.5 Pengecatan anti karat 5 m OH 17
2.3.6 Splash guard Petrolatum OH -
2.3.7 Pekerjaan beton K-350 isian tiang pancang baja OH 4
2.3.8 Pekerjaan pembesian ulir OH 4
2.3.9 Plat penutup tiang pancang OH

Biaya tenaga kerja, material, dan peralatan yang digunakan tidak ditinjau
karena fokus dari permasalahan dalam penelitian ini hanya pada jumlah sumber
daya yang akan diratakan. Pada umumnya ketika kesimbangan kebutuhan tenaga
kerja dapat ditangani dengan baik maka biaya serta peralatan akan secara otomatis
seimbang. Ini dikarenakan tenaga kerja, material yang digunakan, peralatan, serta
biaya saling berhubungan.

4.1.1.3 Menentukan hubungan ketergantungan antar pekerjaan


Hubungan antar kegiatan di dalam proyek beragam dan bervariasi. Ada
kegiatan yang mulai bersamaan, selesai bersamaan dan mulai setelah pekerjaan
yang lain selesai. Ada juga pekerjaan yang dimulai beberapa hari ketika pekerjaan
lainnya mulai maupun pekerjaan yang dimulai beberapa hari ketika pekerjaan
lainnya selesai.
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan urutan pekerjaan dan hubungan
antar kegiatan berdasarkan logika ketergantungan. Untuk melakukan hal ini, dapat
dibantu dengan program aplikasi Microsoft Project dengan cara memasukkan
kegiatan pendahulu dalam kolom Presecessor. Salah satu contoh hubungan antar
kegitan adalah sebagai berikut.
a. Pengadaan sheet pile beton
Predecessor : -
Successor : - pemancangan sheet pile beton

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Pemancangan sheet pile beton
Predecessor : - pengadaan sheet pile beton
Successor : - pemotongan kepala sheet pile
- pembesian ulir capping beam

4.1.1.4 Membuat dan menghitung diagram kerja dengan metode PDM


Ada beberapa jenis hubungan ketergantungan yang dapat diterapkan dalam
metode PDM, yaitu Start to Start (SS), Finish to Start (FS), Finish to Finish (FF),
dan Start to Finish (SF). Hubungan antar kegitan harus sesuai dengan logika
ketergantungan sehingga menjadi diagaram kerja PDM yang dapat digunakan
untuk menerapkan metode Resource Leveling. Setiap kegiatan didalam proyek
memiliki Predecessor dan Successor. Penentuan hubungan ketergantungan ini
membutuhkan data durasi setiap kegiatan. Hal ini dikarenakan durasi merupakan
komponen yang penting untuk dipertimbangankan dalam hal menentukan jenis
konstrain yang akan dipilih. Setelah jaringan kerja tersusun rapi, maka diagram
kerja dapat dihitung secara otomatis menggunakan program Microsoft Project.

4.1.1.5 Memasukkan data ke dalam Microsoft Project


Data yang dimaksud adalah data yang telah dianalisa sebelumnya berupa,
tanggal mulai proyek, pekerjaan-pekerjaan di dalam proyek dan urutannya,
kebutuhan tenaga kerja masing-masing pekerjaan yang berdasarkan volume dan
durasinya, hubungan antar pekerjaan berdasarkan logika ketergantungan, diagram
jaringan kerja pekerjaan-pekerjaan proyek dengan metode PDM. Data ini akan
diinput sebagai langkah pertama dalam penggunaan Microsoft Project. Ada pun
proses peinputan data-data tersebut, sebagai berikut.
a. Setelah mengidentifikasi data awal perencaan, data-data yang berisikan
pekerjaan pada proyek akan dimasukkan ke dalam Microsoft Project. Ada
beberapa kolom pada lembar kerja yang dapat digunakan untuk menempatkan
data. Kolom lebar kerja ini dapat diubah atau diperlebar sehingga cocok
dengan panjang nama pekerjaan. Kolom ini juga dapat diubah untuk
memasukkan data yang lain degan cara klik kanan pada nama kolom. Data
pekerjaan-pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diinput dengan cara mengetikkan pada kolom Task Name untuk nama
pekerjaan, durasi pekerjaan pada kolom Duration, dan untuk kolom Start dan
Finish akan terisi secara otomatis.

Gambar 4.2 Lembar kerja dan pekerjaan-pekerjaan pada proyek

b. Untuk hubungan ketergantungan antar kegitan, data diinput kedalam kolom


Predecessor. Pada kolom ini data yang dimasukkan adalah ID dari pekerjaan
sebelumnya yang memiliki hubungan konstain dengan data yang dimaksud.
c. Langkah selanjutnya adalah mengubah tampilan pada Microsoft Projet dari
tampilan Gantt Chart ke tampilan yang dikehendaki. Mengubah tampilan
lember kerja bertujuan untuk masukkan data yang diinginkan. Tampilan pada
lember kerja ini mudah untuk dipahami sehingga memudahkan dalam hal
penginputan data. Caranya adalah dengan memilih View, dan menentukan
tampilan yang diinginkan. Ada banyak tampilan yang dapat dipilih seperti
Calender, Gantt Chart, Network Diagram, Task Usage, Resource Graph,
Resource Sheet, Resource Usage. Banyaknya tampilan ini dikaranakan
banyaknya macam data yang bisa dimasukkan untuk mendukung manajemen
pada proyek. Dengan tampilan yang banyak, data proyek dapat dilengkapi
dengan rinci, sehingga hasil analisa proyek dengan lebih dengan lebih tepat.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.3 Network Diagram

d. Mengubah tampilan Microsoft Project ke dalam tampilan Resource Sheet


untuk memasukkan data sumber daya tenaga kerja yang telah dianalisa
sebelumnya. Untuk kolom Resource Name data yang dimasukkan adalah
nama dari sumber daya. Untuk penelitian ini nama sumber daya yang
dimasukkan hanya tenaga kerja. Pekerja, tukang, dan mandor dianggap sama
sebagai tenaga kerja. Untuk kolom Type berfungsi untuk menentukan jenis
dari sumber daya yang diinput. Apakah sumber daya termasuk kedalam Work
atau Material. Untuk kolom Max Unit, digunakan untuk menentukan jumlah
sumber daya paling maksimal yang dapat tesedia. Untuk penelitian ini
difokuskan pada pemerataan sumber daya dibawah jumlah sumber daya
maksimal dari perencanaan proyek.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gamabar 4.4 Lembar kerja sumber daya

e. Mengubah tampilan ke dalam Gantt Chart untuk menentukan kebutuhan


tenaga kerja pada masing-masing pekerjaan yang tersedia. Tampilan Gantt
Chart memiliki kolom dan tampilan untuk menerangkan jumlah tenaga kerja
pada masing-masing perkerjaan proyek yang telah dimasukkan sebelumnya.
Kolom tenga kerja dapat dibuat disebelah kiri tampilan lembar kerja.
Sedangkan untuk keterangan dapat dilihat pada bagian kanan lembar kerja.
Masing-masing Bar Chart pekerjaan memiliki tampilan untuk merangkan
jumlah tenaga kerja. Bisanya keterangan jumlah sumber data, dapat
ditemukan pada ujung kanan setiap Bar Chart pekejerjaan. Caranya adalah
dengan memilih Assign Resource, yang kemudian akan memunculkan data-
data sumber daya yang telah dimasukkan sebelumnya. Kemudian, letakkan
kursor pada suatu pekerjaan dan tentukan jumlah kebutuhan tenaga kerjanya.
Jumlah yang dimasukkan adalah data kebutuhan tenga yang telah dihitung
sebelumnya.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.5 Memasukkan sumber daya tenaga kerja

4.1.2. Histogram Kebutuhan Tenaga Kerja


4.1.2.1 Diagram Jaringan kerja
Analisa jaringan kerja dengan metode PDM dapat dilakukan pada
Microsoft Project. Dari data yang telah diinput jaringan kerja didapatkan dengan
cara mengubah tampilan Network Diagram. Caranya adalah dengan mengubah
tampilan Gantt Chart ke dalam bentuk Network Diagram melalui menu View.
Setelah tampilan Network Diagram mucul, langkah selanjutnya adalah mengubah
tampilan Box. Cara mengubah tampilan Box dapat dilakukan dengan memilih
menu Format, Box Styles. Pada tampilan Box Styles, Data Template dibuat dan
diedit sedemikian rupa sehingga menyerupai jaringan kerja metode PDM.

Gambar 4.6a Box sebelum diubah

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.6b Box setelah diubah

Dari hasil penginputan data ke dalam Microsoft Project didapatkan waktu


perencanaan proyek yaitu 451 hari. Untuk analisa Float dapat diketahui dengan
cara mengubah tampilan pada Microsoft Project dengan cara menampilkan
Schedule. Cara menampilkan Schedule adalah dengan memilih menu View,
kemudian Data, Table, dan terakhir Schedule.
Untuk identifikasi jalur kritis dapat diketahui dengan melihat Total Float.
Total Float yang memiliki nilai nol menunjukkan bahwa kegiatan tersebut
merupakan jalur kritis. Sedangkan jalur tidak kritis memiliki nilai Total Float
yang tidak sama dengan nol. Pada tampilan Network Diagram metode PDM pada
Microsoft Project kegiatan tidak kritis ditandai dengan warna biru, sedangkan
untuk kegitan kritis ditandai dengan warna merah.

4.1.2.2 Penyusunan histogram tenaga kerja


Histogram di dalam program Microsoft Project dapat menunjukkan
kebutuhan tenga kerja untuk setiap hari selama proyek berlangsung. Selain itu
keterangan yang bisa didapatkan dari grafik tersebut adalah jumlah dan jenis
tenaga kerja yang dibutuhkan, sehingga memudahkan memahami dan mengatur
tenaga kerja. Untuk mendapatkan histogram dapat dilakukan dengan mengubah
tampilan lembar kerja. Untuk menampilkan histrogram tenaga kerja, dapat
dilakukan dengan memilih tampilan Resource Graph. Untuk ukuran besar grafik,
dapat diubah melalui menu Format pada lember kerja. Mengecilkan besarnya
grafik hanya bisa mencapai 25% saja. Khusus untuk penelitian ini semua jenis
tenaga kerja digabungkan menjadi satu bagian dan dianggap sama. Sehingga
memudahkan untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja secara umum.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.7 Histogram pada Microsoft Project

4.1.2.3 Proses leveling kebutuhan tenaga kerja


Cara leveling dilakukan dengan cara manual. Metode yang digunakan
adalah metode seri yang dilakukan dengan memanfaatkan waktu senggang (float)
yang tersedia pada setiap kegiatan di dalam proyek. Untuk mendapatkan hasil
yang optimal penerapan metode ini dilakukan dengan trial and error dalam
lingkup cara kerja metode seri. Ada pun cara yang dilakukan, sebagai berikut.
1. Langkah pertama adalah mengubah tampilan pada Microsoft Project. Tapilan
yang dibutuhkan yaitu tampilan Gantt Chart. Cara melakukannya seperti cara
sebelumnya di atas. Kemudian, tampilan Gantt Chart akan diubah sedemikian
rupa sehingga menampilkan slack yang tersedia pada setiap kegitan proyek.
Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan Gantt Chart yang
memiliki slack adalah dengan mengklik icon Gantt Chart Wizard. Pada
langkah selanjutnya dilakukan dengan memilih Custom Gantt Chart, next >
sampai delapan kali. Kemudian pilih Total Slack, lalu Finish. Dengan lankah
yang dilakukan ini, maka tampilan Barchart di sebelah kanan akan
menunjukkan slack yang tersedia pada masing-masing pekerjaan. Dengan
adanya tampilan ini akan memudahkan pemanfaatan slack untuk
mendapatkan histogram tenaga kerja yang optimal. Nilai slack akan
dideskripsikan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Microsoft Project dalam bentuk garis hitam tebal bersebelahan dengan
Barchart.

Gambar 4.8 Menampilkan Slack

Setiap kegiatan yang tidak kritis akan memiliki garis hitam tebal yang menandakan
banyaknya atau batasan Slack yang tersedia untuk setiap kegiatan tersebut.

Gambar 4.9 batas Slack pekerjaan

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Lember kerja pada Microsoft Project dapat diubah dengan cara memilih
menu View, Split view, dan kemudian centang Detail. Kemudian ubah
tampilan lembar kerja bagian bawah dengan memilih jenis tampilan pada
Detail, dan selanjutnya pilih Resource Graph.

Gambar 4.10 Split tampilan pada lembar kerja

3. Selanjutnya adalah dengan menggeser kegiatan tidak kritis dalam Float yang
tersedia sehingga memiliki grafik sumber tenaga kerja yang optimal. Untuk
melakukan ini, metode yang digunakan adalah metode Trial and Error, tanpa
melewati batas Float yang tersedia.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2. PEMBAHASAN
4.2.1 Histogram Kebutuhan Tenaga Kerja
4.2.1.1 Histrogram kebutuhan tenaga kerja sebelum leveling

Gambar 4.11 Histogram tenaga kerja perencanaan

Pada perencanaan awal, proyek mengalami fluktuasi sumber daya tenaga


kerja yang tidak beraturan dan terdistribusi dengan baik. Seperti terlihat pada
gambar histogram perencanaan yang, proyek mengalami peningkatan dan
penurunan kebutuhan tenaga kerja. Ada peningkatan yang signifikan mulai dari
tanggal 1 April 2018. Fluktuasi yang terjadi adalah kebutuhan pekerja dari 17
menjadi 94 orang, setelah satu hari berselang. Puncak kebutuhan tenaga kerja
terjadi pada tanggl 16 April 2018 sampai dengan 22 April 2018, dimana
kebutuhan tenaga kerja mencapai 127 orang.

4.2.1.2 Histrogram kebutuhan tenaga kerja setelah leveling


Pada leveling kedua ini mengalami penuruanan kebutuhan tenaga kerja
dibandingkan dengan perencaan awal. Kebutuhan tenaga kerja per hari paling
tinggi pada leveling kedua ini adalah 87 orang per hari. Leveling kedua ini juga
memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


distribusi tenaga kerja per hari yang lebih baik dibandingkan dengan perencaan
awal.

Gambar 4.12 Histogram tenaga kerja setelah leveling

4.2.2 Perbandingan Histogram Penelitian (PermenPUPR 2016) dan


Histogram Perencanaan

Gambar 4.13a Histogram perencanaan awal

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.13b Histrogram Penelitian

Histogram hasil penelitian menunjukkan grafik kebutuhan tenaga kerja


yang lebih merata atau terdistribusi lebih baik dibandingkan dengan histogram
perencanaan pada proyek. Histogram yang lebih merata memiliki fluktuasi yang
lebih kecil. Fluktuasi pada histogram hasil penelitian lebih kecil dibandingkan
dengan histogram hasil perencanaan. Dengan pencapaian ini, fluktuasi pada
proyek dapat diminimalkan. Fluktuasi yang diminimalkan, memiliki sisi positif
dalam hal penggunaan tenaga kerja. Dengan hasil yang seperti ini proyek dapat
meminimalkan masalah pencarian tenaga kerja ketika terjadi fluktuasi saat
pekerjaan proyek berlangsung.
Hal ini terjadi karena perencanaan yang terjadi tidak mempertimbangakan
manajemen yang lebih baik untuk pendistribusian sumber daya tenaga kerja di
lapangan. Selain itu, konsultan perencana hanya menggunakan pertimbangan
berdasarkan pengalaman di lapangan, tanpa mempertimbangkan metode Resource
Leveling untuk medapatkan distribusi tenaga kerja yang lebih optimal.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tentang pemerataan tenaga kerja yang berjudul
Penerapan Resource Leveling Untuk Optimisasi Perataan Alokasi Tenaga Kerja
pada proyek Pekerjaan Pembangunan Dinding Penahan Tanah dan Dermaga IKD
3 serta Perbaikan Tanah IKD Pelabuhan Belawan Medan – Sumatera Utara
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode Resource Leveling dalam perencanaan tenaga kerja pada proyek
Pekerjaan Pembangunan Dinding Penahan Tanah dan Dermaga IKD 3 serta
Perbaikan Tanah IKD Pelabuhan Belawan Medan – Sumatera Utara dengan
bantuan software Microsoft Project 2016 sangat efisien dan efektif untuk
diterapkan. Penggunaan software ini dapat melakukan pergesaran waktu
mulai dan waktu selesai suatu kegiatan pekerjaan berdasarkan float atau slack
dalam hubungan jaringan kerja yang telah atur sedemikian rupa sebelumnya.
Dengan bantuan software ini, penjadwalan pada proyek khususnya tenaga
kerja, dapat menghasilkan grafik histogram tenaga kerja yang lebih merata
jika dibandingkan dengan grafik histogram tenaga kerja pada perancanaan
awal. Fluktuasi pada perencanaan awal dapan diminimalkan dengan
menerapkan metode Resource Leveling.
2. Penjadwalan alokasi kebutuhan tenaga kerja pada proyek pada perencanaan
awal membutuhkan waktu penyelesaian proyek hingga 12 Januari 2019.
Sedangkan penjadwalan alokasi kebutuhan tenaga kerja pada proyek setelah
penerapan metode Resource Leveling membutuhkan penyelesaian proyek
hingga 23 Desember 2019. Jadi, pelaksanaan proyek dapat dipersingkat
sebanyak 20 hari dan dengan alokasi tenaga kerja yang lebih optimimal.
3. Optimisasi pemerataan sumber daya tenaga kerja pada proyek dengan
menggunakan bantuan software Microsoft Project 2016 mengubah jaringan
kerja pada perencanaan awal. Setelah penerapan metode Resource Leveling,
grafik penggunaan tanaga kerja lebih teratur dibandingkan dengan time

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


schedule pada perencanaan awal. Software Microsoft Project 2016 ini juga
mengatur ulang secara otomatis jaringan kerja yang sudah tersusun pada time
schedule sebelumnya, berdasarkan perubahan yang dilakukan dengan
menerapakan metode Resource Leveling.
4. Optimisasi pemerataan sumber daya tenaga kerja pada proyek Pekerjaan
Pembangunan Dinding Penahan Tanah dan Dermaga IKD 3 serta Perbaikan
Tanah IKD Pelabuhan Belawan Medan – Sumatera Utara dengan bantuan
software Microsoft Project 2016 sangat menghemat waktu proses
pengontrolan dalam perencanaan proyek.

5.2. Saran
Dari hasil analisis yang diperoleh atas penelitian ini, diberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif pada penelitian selanjutnya,
metode Resource Leveling dapat diterapkan pada alokasi kebutuhan sember
daya tenaga kerja dan sumber daya meterial serta sumber daya Peralatan.
2. Penelitian selanjutnya dapat membahas mengenai efisiensi biaya dari proses
leveling sumber daya yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan proyek.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Areros, Christine Friani., dkk. 2014. Perataan Tenaga Kerja Pada Proyek
Menggunakan Microsoft Project 2010. Jurnal Sipil Statik, Vol. 2, No. 3,
Maret 2014.
Ahuja, Hira N. 1994. Project Management Technique in Planning and
Controlling Construction Projects. John Wiley & Sons, Inc. Canada.
Dipohusodo, Istimawan. 1995. Manajemen Proyek dan Konstruksi: Jilid 1 dan 2.
Kanisius.Yogyakarta.
Ervianto, W.I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Edisi Revisi. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Haedar Ali, Tubagus. 1995. Prinsip-prinsip Network Planning. PT. Gramedia:
Jakarta.
Husen, Abrar. 2010. Manajemen Proyek. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Kabangnga, Israel Y., R.J.M. Mandagi., & H. Tarore. 2013. Perataan Sumber Daya
Biaya Tenaga Kerja Dengan Menggunakan Program Microsoft
Project 2007. Jurnal Sipil Statik, Vol. 1, No. 8, Juli 2013.
Kelana, Rama Putra. 2010. Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya Manusia
Dengan Metode Resource Levelling Menggunakan Bantuan Microsoft
Project 2007. Skripsi: Surakarta.
Luthan, Putri Lyna A., & Syafriandi. 2006. Aplikasi Microsoft Project Untuk
Penjadwalan Kerja Proyek Teknik Sipil. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Madcoms. 2005. Mahir dalam 7 Hari Microsoft Project 2003. Penerbit Andi:
Yogyakarta.
Mandey, Jasmin Christy Natalia., dkk. 2013. Perataan Tenaga Kerja
Menggunakan Microsoft Project Pada Pekerjaan Peningkatan Jalan.
Jurnal Sipil Statik, Vol. 1, No. 10, September 2013.
Santoso dan Budi., 2009, Manajemen Proyek (konsep & implementasi). Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Soeharto, Imam. 1995. Manajemen Proyek: Dari konseptual sampai Operasional.
Erlangga: Jakarta.
Waluyo, Rudi., & Subrata Aditama. 2017. Pengaruh Resource Levelling
Terhadap Alokasi Ternaga Kerja Pada Proyek Konstruksi. Jurnal Ilmiah
Teknik Sipil, Vol.21 No. 2, 2 Juli 2017.
Widiasanti, Irika., & Lenggogeni. 2013. Manajemen Konstruksi. Bandung:
Penerbit PT REMAJA ROSDAKARYA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai