Anda di halaman 1dari 71

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU

PADA PEMASANGAN BOX GIRDER


(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Layang Kereta Api)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat


penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil

Disusun Oleh :

MUHAMMAD SALAM HARIKA NASUTION


13 0404 018

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU
PADA PEMASANGAN BOX GIRDER
(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Layang Kereta Api)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat


penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ing. Ir. Johannes Tarigan
NIP. 19611231 198811 1 001

Dosen Co – Pembimbing:
Indra Jaya. S. T., M. T.
NIP. 19800630201706 1 001

Disusun Oleh :

MUHAMMAD SALAM HARIKA NASUTION


13 0404 018

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Keberhasilan pelaksanaan suatu proyek tidak terlepas dari perencanaan


dan penglolahan waktu yang baik, terlebih pada proyek-proyek yang berskala
besar permasalahannya sangat kompleks dan bervariasi. Perencanaan dan
pengelolahan waktu tentunya bertujuan untuk mengurangi berbagai macam resiko
yang bisa terjadi dalam pengerjaan sebuah proyek. Salah satu resiko sering terjadi
adalah keterlambatan.
Penggunaan Manajemen Waktu yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek. Sehingga setiap
perencanaan yang ditetapkan dapat tercapai. Manajemen Waktu sendiri adalah
proses merencanakan, menyusun dan mengendalikan jadwal kegiatan proyek.

Dalam pelaksanaan proyek ini secara keseluruhan pihak kontraktor busa


menyelesaikan proyek sesuai dengan jadwal. Tapi dalam hal efisiensi waktu,
pihak kontraktor seharusnya bisa menyelesaikan proyek lebih cepat dari jadwal
yang direncanakan. Pada minggu ke 13 realisasi pekerjaan sudah mencapai 4, 549
%, Apabila pihak kontraktor bisa mempertahankan kemajuan pekerjaan dengan
realisasi 4, 549 % sampai minggu terakhir dengan anggapan kondisi penurunan
tidak terjadi, maka pekerjaan akan selesai pada minggu ke 25.

Kata Kunci: Manajemen Waktu

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisis Penerapan Manajemen Waktu Pada
Pemasangan Box Girder (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Layang
Kereta Api)”.

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang berperan
penting yaitu :

1. Terutama kepada orang tua saya, Ayahanda Ali Atas dan Ibunda Anita
Syahfitri Harahap, kepada Abang saya Chandra Ali Wardana Nasution
yang telah memberikan dukungan penuh serta mendoakan saya dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungan dalam bentuk waktu
dan pemikiran menyelesaikan tugas akhir ini
3. Bapak Ir. Medis Surbakti, M.T sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. M. Ridwan Anas, ST.,MT. sebagai Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan
memberikan pengajaran kepada penulis selama menempuh masa studi di
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Univeristas Sumatera Utara.
6. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada
penulis selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara


7. Bang Indra Jaya, S.T., M.T selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
saran kepada Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Teristimewa kepada Wildan Nur Fauziah Matondang, yang telah
memberikan dukungan doa, motivasi, semangat, nasehat dan membantu
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Tak lagi disebut teman, yaitu Zaki, Rizky, Heru, Hari, Irpan, Mulkan,
Beni, Yasir. Sebab gelar terbaik untuk mereka adalah sahabat, yang selalu
ada kapan pun dalam suka maupun duka.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan
seluruhnya, terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini.
11. Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat saya tuliskan satu-persatu atas
dukungan selama ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2018


Penulis

Muhammad Salam Harika Nasution


13 0404 018

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................................ 3

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3

1.4. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 4

1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6

2.1. Pendahuluan ......................................................................................................................................6

2.2. Sistem Manajemen Waktu..............................................................................................................7

2.3. Aspek – Aspek Manajemen Waktu ...............................................................................................7

2.3.1. Menentukan Penjadwalan Proyek.........................................................................................8

2.3.1.1 Identifikasi Aktivitas............................................................................. 9

2.3.1.2. Penyusunan Urutan Pekerjaan ........................................................... 10

2.3.1.3. Perkiraan Waktu................................................................................. 10

2.3.1.4. Penyusunan Jadwal ............................................................................ 11

iv
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek................................... 13

2.3.3. Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan ................................................ 14

2.3.4. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan ............................... 15

2.3.5. Memperbaharui Penjadwalan Proyek ........................................................... 15

2.4. Kendala – Kendala Pelaksanaan Manajemen Waktu............................................ 16

2.5. Standarisasi Manajemen Waktu............................................................................ 17

2.6. Metode Pemasangan Box Girder .......................................................................... 17

2.7 Instruksi Kerja........................................................................................................ 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................39

3.1. Jenis Penelitian ..................................................................................................... 39

3.2. Lokasi Penelitian................................................................................................... 39

3.3. Jenis dan Sumber Data.......................................................................................... 39

3.4. Responden atau Objek Penelitian ......................................................................... 39

3.5. Sarana Penelitian................................................................................................... 40

3.6. Proses Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................................... 40

3.7. Flow Chart ............................................................................................................ 41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 42

4.1. Gambaran Umum Penelitian................................................................................. 42

4.2. Penerapan Manajemen Waktu .............................................................................. 42

4.2.1. Menentukan Penjadwalan Proyek .............................................................. 43

4.2.2. Identikasi Aktivitas .................................................................................... 43

4.2.3. Penyusunan Urutan Kegiatan ..................................................................... 46

v
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Perkiraan Kurun Waktu.............................................................................. 46

4.2.5. Penyusunan Jadwal .................................................................................... 47

4.3. Pengukuran dan Pencatatan .................................................................................. 47

4.3.1. Mengukur dan Mencatat Hasil Kerja ......................................................... 47

4.3.2. Mencatat Pemakaian Sumber Daya............................................................ 47

4.3.3. Mencatat Kinerja dan Produktivitas........................................................... 48

4.3.4. Analisa ....................................................................................................... 48

4.3.4.1. Membandingkan Secara Berkala Perencanaan Kemajuan Proyek


Dengan Kenyataab di Lapangan...................................................... 51

BAB V Kesimpula dan Saran ........................................................................................ 54

5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 54

5.2. Saran.............................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1 Sistem Manajemen Waktu 8

2.2 Proses Menyusun CPM 13

2.3 Pemasangan Main Girder (3,4,5,6) 19

2.9 Erection Main Girder (3,4,5,6) 26

4.5 Perbandingan Estimsai dan Realisasi Waktu Penyelesaia Proyek 53

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

4.1 Daftar Aktivitas Proyek 44

4.2 Selisih Antara Perencanaan dan Realisasi 51

viii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dunia industri, begitu juga dengan


perkembangan sarana transportasi, terutama pembangunan Jalan Layang Kereta
Api (JLKA) yang semakin pesat, maka tingkat kesulitan untuk mengelola dan
menjalankan sebuah proyek Jalan Layang semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat
kesulitannya, berarti semakin panjang durasi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek tersebut.

Rel kereta api dua lajur ini akan dibuat sepanjang 26 km dengan beberapa
bagian dari rel ditinggikan untuk mencegah kemacetan lalu lintas di Medan. Rel
kereta api baru ini akan mempersingkat waktu perjalanan dari pusat kota Medan
ke Bandara Kuala Namu, yang akan melayani lalu lintas dua arah secara terus-
menerus, dan akan menghemat setidaknya 10 menit dari 30 menit waktu
perjalanan seperti saat ini.

Satu segmen box girder memiliki tinggi 2,4 meter dan lebar 10,3 meter,
dengan berat maksimum 40 ton. Sementara itu, tinggi tipikal span utama adalah
40 m yang membutuhkan 15 segmen untuk satu rentang. Jumlah segmen precast
girder adalah 2.974 buah. Mereka diproduksi oleh pabrik-pabrik sementara milik
Wika Beton di Tembung-Medan dengan menggunakan sistem produksi precast
segment satu jalur.

Karena jembatan dibangun di jalur lalu lintas kereta api yang terkenal
padat, Kontraktor mengadopsi pendekatan inovatif atas instalasi segmen jembatan
untuk struktur bagian atas. Inovasi ini tidak hanya memastikan bahwa proyek
akan selesai sesuai jadwal, tetapi juga menunjukkan penghematan biaya sebagai
hasil pengurangan kompleksitas konstruksi.

Box girder ini didirikan menggunakan metode pemasangan span by span.


Box segment dimulai pada satu dermaga dan dibangun terus - menerus dengan

1
Universitas Sumatera Utara
menempatkan segmen selanjutnya ke ujung jembatan satunya. Segmen
diposisikan dengan menggunakan launching truss. Sebelum segmen ditempatkan,
launching truss dikaitkan di antara dua dermaga. Kemudian, segmen diangkut
menggunakan low-bed trailer ke span di bawah konstruksi. Setiap segmen
diangkat dan ditempatkan ke posisinya. Setelah semua segmen berada dalam
posisinya, pier segment baru ditempatkan.

Tahap akhir dimulai dengan menjalankan longitudinal prestressing


tendons melalui saluran segmen dan prestressing ke seluruh span. Setelah
span selesai, rangkaian launching truss diturunkan dan dipindahkan ke
span berikutnya dimana urutan pemasangan tadi dimulai lagi sampai jembatan
selesai.

Karena tidak ada tempat untuk menyimpan segmen di lokasi proyek,


semua segmen yang datang harus segera dipasang pada posisi jembatan yang
direncanakan. Untuk menghindari lalu lintas kereta api, semua pemasangan
segmen harus dilakukan hanya selama jendela waktu diberikan oleh operator rel
kereta api.

Oleh karena itu disini sangat diperlukan suatu manajemen waktu (time
management) yang disamping mempertajam prioritas, juga mengusahakan
peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan proyek JLKA agar dicapai hasil
yang maksimal dari sumber daya yang tersedia semuanya itu untuk mencapai
tujuan dari sebuah proyek konstruksi bangunan yaitu kesuksesan yang memenuhi
kriteria waktu (jadwal), selain juga biaya (anggaran) dan mutu (kualitas)

Selain manajemen waktu tentu juga harus diikuti dengan pelaksanaan


proyek yang baik dan sesuai dengan perencanaannya. Dengan manajemen waktu
dan pelaksanaan yang baik, maka resiko sebuah proyek konstruksi Jalan Layang
tersebut dapat berkurang, serta pada akhirnya akan memberikan keuntungan
tersendiri bagi para kontraktor sebagai penanggung jawab pelaksanaan proyek

Saat ini banyak dijumpai proyek konstruksi Jalan Layang yang


mempunyai performa yang kurang baik untuk penyelesaian tepat waktu, maka
diperlukan suatu analisa tentang pelaksanaan manajemen waktu pada penusahaan

2
Universitas Sumatera Utara
kontraktor, sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelemahan yang dilakukan
selama ini, yang nantinya dapat menjadi masukan bagi kontraktor, untuk dapat
lebih baik lagi dalam pelaksanaan manajemen waktu suatu proyek konstruksi
Jalan Layang.

Berkaitan dengan hal - hal tersebut, maka penerapan manajemen waktu


suatu proyek Jalan Layang lebih mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, penulis
tertarik melihat sejauh mana penerapan manajemen waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan, namun pada tugas akhir penulis hanya membahas mengenai setiap
aspek pelaksanaan manajemen waktu serta kendala - kendala yang dihadapi dan
apa saja yang mengakibatkan proyek tersebut sesuai dengan waktu yang telah
dijadwalkan pada pemasangan box girder diproyek pembangunan jalan layang
kereta api .

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan


dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan manajemen waktu pemasanagan box girder
pada proyek pembangunan jalan layang kereta api ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana


pelaksanaan manajemen waktu dalam pemasangan box girder diproyek
pembangunan jalan layang kereta api antara perencanaan dan realisasi.

1.4. Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian berupa studi kasus pada perusahaan kontraktor klasifikasi besar


maupun yang memiliki kantor cabang di Medan namun lokasi proyeknya
yang ada di Medan.

3
Universitas Sumatera Utara
2. Penelitian ini dibatasi pada pemasangan box girder saja. Responden yang
akan kami wawancarai yaitu yang mengerti tentang pelaksanaan
manajemen waktu pada pemasanagan box girder diproyek jalan layang
kereta pada perusahaan kontraktor tersebut. Penelitian ini hanya dilakukan
pada proyek pembangunan jalan layang kereta api.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini merupakan pengembangan dari teori-teori yang ada


dihubungkan dengan kenyataannya di lapangan Dari hasil ini dapatditarik
suatu kesimpulan baru yang pada waktu yang akan datang dapat
dikembangkan lebih lanjut.

2. Bagi Perusahaan Kontraktor

Penelitian ini dapat memberikan masukan pada perusahaan


kontraktor,karena dari hasil yang diperoleh dapat diketahui konsep yang
baik tentang bagaimana pelaksanaan time management proyek, sehingga
dapat membantu para kontraktor dalam merencanakan proyek jalan layang
kereta api terutama pada pemasangan box girder yang kompleks baik dari
segi perencanaan, pengawasan, dan sumber daya.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan mempertajam kemampuan


untuk menganalisa bagi peneliti, sehingga dapat menjadi bekal untuk
terjun dalam dunia kerja nantinya.

4
Universitas Sumatera Utara
1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini disusun sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat
penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Landasan Teori

Pada bab ini berisi uraian tentang tinjauan teoritis dan berbagai literatur, mengenai
berbagai sistem time management, aspek - aspek manajemen dan pelaksanaan
manajemen waktu yang sebaiknya.

BAB III : Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber
data, responden atau objek penelitan, sarana penelitian, jadwal penelitian,
kerangka kerja penelitian yang digunakan Pada bab ini berisi tentang jenis
penelitian yang akan dilakukan dan tahap - tahap dalam melakukan penelitian.

BAB IV : Analisa Pembahasan

Pada bab ini data - data yang telah dikumpulkan, yaitu data berupa hasil
wawancara yang akan dianalisa dengan teori dari studi literatur.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
para responden, baik penelitian melelui wawancara maupun studi literatur.

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan

Proyek transportasi, terutama proyek pembangunan jalan raya bukanlah


sesuatu yang baru, apa yang berubah dan merupakan hal baru adalah dimensi dari
proyek tersebut, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sejalan dengan
perubahan tersebut timbul persaingan yang ketat, hal ini mendorong para
pengusaha/praktisi mencari dan menggunakan cara-cara pengelolaan, metode
serta teknik yang paling baik, sehingga penggunaan sumber daya benar-benar
efektif dan efisien.

Dalam hal ini mengelola kegiatan dengan menggunakan konsep


manajemen proyek merupakan langkah yang relative baru, dimana konsep ini
ditandai dengan menerapkan suatu pendekatan, metode, dan teknik tertentu pada
pemikiran-pemikiran manajemen dengan tujuan meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam rangka menghadapi kegiatan yang dinamis dan non-rutin, yaitu
kegiatan proyek konstruksi (Soeharto Iman, 1999).

Adapun pengertian manajemen adalah proses merencanakan,


mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber
daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah
ditentukan. Yang dimaksud dengan proses adalah mengerjakan sesuatu dengan
pendekatan tenaga, keahlian, peralatan dana dan informasi (Soeharto Iman, 1999).

Sedangkan pengertian manajemen proyek muncul dikarenakan


penggunaan manajemen ini sendiri yang telah berhasil mengelola kegiatan
operasional rutin dengan lingkungan yang stabil, dirasakan kurang mampu dan
tidak cukup efisein untuk mengelola kegiatan proyek konstruksi yang sejatinya
penuh dengan dinamika dan perubahan cepat, sehingga hasilnya pun tidak bisa
optimal.

Universitas Sumatera Utara


Sehubungan dengan itu, dilihat dari wawasan manajemen berdasarkan
fungsi dan digabungkan dengan pendekatan sistem, maka yang dimaksud
manajemen proyek yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek
yang telah ditentukan. Serta menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus
kegiatan) vertical dan horizontal (Kerzner H, 1982).

Manajemen Proyek sendiri terbagi menajdi bagian-bagian ilmu yaitu


project scope management, project time management, project cost management,
project quality management, project human resoures management, project
communications management, project risk management, project procurement
management, dan project integration management (Project Management
Instirute, 1996). Pada penilitian yang akan dianalisa adalah dari segi pengaturan
waktu, dalam hal ini yaitu project time management.

2.2. Sistem Manajemen Waktu

Adapun pengertian manajemen waktu proyek adalah proses


merencanakan, menyusun dana mengendalikan jadwal kegiatan proyek.
Manajemen waktu termasuk ke dalam proses yang akan diperlukan untuk
memastikan waktu penyelesaian suatu proyek. Sistem manajemen waktu berpusat
pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Dimana dalam
perencanaan dan penjadwalan tersebut teah disediakan pedoman yang spesifik
untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien (Clough dan
Scars, 1991).

2.3. Aspek-aspek Manajemen Waktu

Dasar yang dipakai pada sistem manajemen waktu yaitu perencanaan


operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi proyek yang sudah
ditetapkan. Dalam hal ini penjadwalan digunakan untuk mengontrol aktivitas
proyek setiap harinya. Adapun aspek-aspek manajemen waktu yaitu menentukan
penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek,

Universitas Sumatera Utara


membandingkan penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan,
menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan
di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk
mengatasi akibat tersebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjdwalan
proyek (Clough dan Scars, 1991). Sedangkan aspek-aspek manajemen waktu itu
sendiri merupakan proses yang saling berurutan satu dengan yang lainnya.

Menentukan Penjadwalan

Mengukur dan Membuat laporan kemajuan

Membandingkan kemajuan dilapangan dengan penjadwalan

Menentukan akibat yang ditimbulkan pada akhir penyelesaian

Merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat tersebut

Memperbaharui penjadwalan proyek

Gambar 2.1 Sistem Manajemen Waktu


( Sumber: Clough dan Scars, 1991 )

2.3.1. Menentukan Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek adalah daftar urutan waktu operasional proyek yang


berguna sebagai pokok garis pedoman pada saat proyek dilaksanakan. Pada tahap
ini harus dibuat suatu daftar pekerjaan sesuai dengan kesatuan aktivitas yang
mudah ditangani secara bersamaan. Tujuan memecah lingkup aktivitas dan
menyusun urutannya antara lain untuk meningkatkan akurasi turun waktu
penyelesaian proyek (Clough dan Scars, 1991). Adapun langkah - langkah dalam
menentukan penjadwakan proyek, yaitu (Soeharto Iman, 1999) :

Universitas Sumatera Utara


1. Identifikasi aktivitas (Work Breakdown Structure)
2. Penyusunan urutan kegiatan
3. Perkiraan kurun waktu
4. Penyusunan jadwal

2.3.1.1. Identifikasi Aktivitas (Work Breakdown Structure)

Proses penjadwalan diawali dengan mengidentifikasi aktivitas proyek.


Setiap aktivitas diidentifikasi agar dapat dimonitor dengan mudah dan dapat
dimengerti pelaksanaannya, sehingga tujuan proyek yang telah ditentukan dapat
terlaksana sesuai dengan jadwal.

Dalam mengidentifkasi kegiatan sebaiknya tidak terlalu sedikit dalam


pembagiannya karena akan membatasi keefektifan dalam perencanaan dan
control, juga sebaiknya tidak terlalu banyak dalam pembagiannya karena juga
akan membingungkan bagi penggunanya. Dalam penentuan jumlah level detail
WBS sebaiknya berdasarkan :
1. Kebutuhan pengguna schedule
2. Tipe aktivtas (biaya,keamanan,kualitas)
3. Ukuran, kompleksitas, dan tipe proyek
4. Pengalaman
5. Persediaan informasi yang didapat
6. Karakteristik sumber daya
Dalam pengembangan WBS sebaiknya berdasarkan beberapa pembagian :
1. Wilayah geografi
2. Area konstruksi
3. Elemen-elemen bangunan
4. Jenis pekerjaan
5. Departemen
Beberapa hal yang dapat dipakai sebagai pedoman penyusunan WBS (Ervianto,
2004) :

1. Susuna WBS dibuat bertingkat (level) menurut ketelitian


spesifiksai pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara


2. Susuan WBS dibuat atas dasar pengruraian yang diskrit dan logis
3. Jumlah level sesuai dengan kebutuhan tingkat penglolanya
4. Jumlah elemen pekerjaan tiap level sesuai dengan kebutuhan
penglolanya
5. Tiap elemen WBS diberi nomor, dengan penomoran yang sesuai
dengan tingkat levelnya
6. Elemen pekerjaan dalamWBS merupakan pekerjaan yang terukur

2.3.1.2. Penyusunan Urutan Pekerjaan


Setelah diuraukan menjadi komponen-komponen, lingkup proyek disusun
kembali menjadi urutan kegiatan sesuai dengan logika ketergantungan (jaringan
kerja).

Didalam penyusunan kegiatan adalah bagaimana meletakkan kegiatan


tersebut di tempat yang benar, apakah harus bersamaan, setelah pekerjaan yang
lain selesai atau sebelum pekerjaan yang lain selesai. Pada penyusunan urutan
kegiatan sendiri ada beberapa informasi yang harsu diperhatikan, yaitu :

1. Technological constrants, yang meliputi metode konstruksi,


prosedur dan kualitas
2. Managerial constraints, yang meliputi sumber daya, waktu,
biaya, dan kualitas
3. External constraints, yang meliputi cuaca, peraturan, dan bencana
alam

2.3.1.3. Perkiraan kurun waktu (Durasi)

Setelah terbentuk jaringan kerja, masing-masing komponen


kegiatan
diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan yang bersangkutan, juga perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut.
Durasi suatu aktivitas adalah panjagnya waktu pekerjaan mulai dari
start sampai finish. Ada 2 pendekatan dalam menentukan durasi aktivitas, yaitu :

10

Universitas Sumatera Utara


1. Pendekatan Teknik, meliputi memeriksa persediaan sumber
daya (a), mencatat produktivitas sumbe daya (b), memeriksa
kuantitas pekerjaan (c), kemudian menentukan durasi [(c/a)*b].
2. Pendekatan praktek, meliputi penggalaman dan keputusan.

2.3.1.4. Penyusunan Jadwal (Schedule)


Jaringan kerja yang masing-masing komponen kegiatannya telah diberi
kurun waktu kemudian secara keseluruhan dianalisa dan dihitung kurun waktu
penyelesaian proyek, sehingga dapat diketahui jadwal induk dan jadwal
untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Di dalam penyusunan jadwal masukan - masukan yang diperlukan yaitu
jenis - jenis aktivitas, urutan setiap aktivitas, durasi waktu aktivitas, kalender (
jadwal hari ), milestones dan asumsi - asumsi yang diperlukan.
Schedule dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu Master Schedule dan
Detailed Schedule. Master Schedule berisikan kegiatan - kegiatan utama dari suatu
proyek yang dibuat untuk level executive management, sedangkan Detailed
Scheduled merupakan bagian dari Master Scheduled yang berisikan detail dari
kegiatan-kegiatan utama yang dibuat untuk membantu para pelaksana dalam
pengerjaan di lapangan.
Macam-macam dari schedule dapat dibagi menjadi 2 yaitu Bagan Balok
dan Jaringan Kerja (CPM). Dimana keduanya mempunyai kelebihan dan
kekurangan seperti yang dijelaskan di bawah ini :

1. Bagan Balok (BAR/GANTT Chart)


Metode Bagan Balok diperkenalkan oleh H.L Gantt, dengan
tujuan mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan urutan
suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian dan pada saat
pelaporan. Bagan balok mudah dibuat dan dipahami sehingga amat berguna
sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.
Bagan balok dapat dibuat secara manual atau dengan
menggunakan computer. Bagan ini tersusun pada koordinat X dan Y. Pada
sumbu tegak lurus X, dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil
penguraian lingkup suatu proyek dan digambar sebagai balok. Sedangkan

11

Universitas Sumatera Utara


pada koordinat sumbu Y,tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu, atau
bulan.
Penggunaan metode bagan balok sangat terbatas karena mempunyai
kelemahan – kelemahan seperti tidak menunjukan secara spesifik hubungan
ketergantungan antara satu kegiatan dengan yang lain sehingga sulit untuk
mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap
jadwal keseluruhan proyek, sukar mengadakan perbaikan atau pembaharuan
(updating) karena umumnya harus dilakukan dengan membuat bagan balok baru,
selain itu juga tidak cocok untuk proyek yang berukuran sedang dan besar atau yang
bersifat kompleks disebabkan kurangnya kemampuan penyajian secara sistematis
karena harus menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan yang mencapai puluhan
ribu dan memiliki keterkaitan antara satu kegiatan dengan lainnya.

2. Jaringan Kerja (CPM)


Jaringan Kerja merupakan penyempurnaan dari metode bagan balok yang
akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berapa lama kurun waktu
penyelesaian proyek tercepat, kegiatan mana yang bersifat kritis dan non kritis,
dan lain-lain. CPM diperkenalkan pertama kali oleh ahli matematika dari
perusahaan Du-Pont bekerja sama dengan Rand Corporation dibantu oleh team
engineer. Pada metode CPM dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.
Dalam CPM sendiri ada beberapa proses perhitungan yang harus
dilakukan, yaitu forward pass, backward pass, dan float analyses.
Yang kemudian menghasilkan overall project duration, start dan finish dates,
activity dates (ES, EF, LS, LF), activity floats, critical path (critical activities).
Proses menyusun jaringan CPM dibagi menjadi beberapa langkah, dapat dilihat
pada Gambar 2.2

12

Universitas Sumatera Utara


• Identifikasi lingkup proyek dan menguraikan menjadi komponen-
I komponen kegiatan
• Identifikasi lingkup proyek dan menguraikan menjadi komponen-
II komponen kegiatan

• Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing kegiatan


III
• Identifikasi jalur kritis, float, dan kurun waktu penyelesaian
IV
• Meningkatkan daya guna dan pemakain sumber dayaMeningkatkan
V daya guna dan pemakain sumber daya

Gambar 2.2 Proses Menyusun CPM


(Sumber : Soeharto Iman, 1999)
3. Time-Based Diagram

Time-Based Diagram adalah perpaduan antara GANTT/BAR chart


dengan Jaringan Kerja. Dimana kelebihan Time-Based Diagram adalah dapat
menunjukkan jadwal kalender sebaik dengan hubungan di antara aktivitas.

2.3.2. Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)

Evaluasi kemajuan proyek tergantung pada akurasi pengukuran dan


pembuatan laporan di lapangan (Brandon dan Gray, 1970). Laporan kemajuan di
lapangan adalah dokumen yang sangat penting dalam menganalisa kemajuan pada
akhir penyelesaian proyek. Laporan - laporan yang diperlukan meliputi
presentase penyelesaian proyek pada tiap - tiap aktivitasnya (Clough dan Sears,
1991). Beberapa langkah yang dilakukan dalam mengukur dan membuat laporan
kemajuan proyek, yaitu (Soeharto Iman, 1999, Clough dan Sears, 1991) :

1. Mengukur dan mencatat hasil kerja


Dalam pengukuran dan pencatatan hasil kerja ada beberapa
informasi yang harus diperoleh, yaitu :
a) Pencatatan actual start dan actual completion date
b) Pencatatan kemajuan setiap aktivitas (progress)
c) Perubahan durasi dari suatu aktivitas

13

Universitas Sumatera Utara


d) Penambahan atau pengurangan suatu aktivitas
e) Perubahan hubungan atau urutan dari suatu aktivitas (job logi)
f) Pencatatan laporan singkat tentang kejadian penting pada saat
pengerjaan proyek
2. Mencatat pemakaian sumber daya
Dalam pencatatan pemakaian sumber daya, informasi yang harus
diperoleh, yaitu pencatatan dari macam-macam sumber daya yang dapat
dipakai (alat berat, alat pertukangan, material).

3. Memeriksa kualitas
Dalam memeriksa kualitas sumber daya dan hasil pekerjaan ada
beberapa informasi yang harus diperoleh yaitu :
a) Pencatatan dari macam-macam kualitas sumber daya apa saja yang
diperiksa.
b) Pencatatan dari kualitas pekerjaan apa saja yang diperiksa.

4. Mencatat kinerja dan produktivitas


Dalam pencatatan kinerja dan produktivitas pekerja informasi
yang harus diperoleh yaitu pencatatan terhadap sumber daya manusia
yang melakukan aktivitas di proyek.

2.3.3. Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan dan Menentukan


Akibat yang terjadi pada Tanggal Penyelesaian (Analysis)

Menganalisa atau mengevaluasi tidak hanya dilakukan pada akhir


proyek saja, tapi bisa juga dilakukan sewaktu - waktu apabila proyek telah
terlihat ketinggalan dari jadwalnya (Smith, 2000). Setelah menerima laporan
kemajuan di lapangan, informasi yang didapat kemudian di bandingkan dengan
penjadwalan proyek.

Dari perbandingan tersebut dapat dilihat aktivitas mana yang


mengalami keterlambatan, sehingga dapat ditentukan dan dianalisa akibat -
akibat yang terjadi pada tanggal penyelesaiannya. Tiap - tiap aktivitas yang
mengalami keterlambatan harus dianalisa penyebabnya, apakah dikarenakan

14

Universitas Sumatera Utara


tingkat kesulitannya yang tinggi atau sebab lainnya, sehingga keterlambatan
dengan sebAb dan pada aktivitas yang sama tidak akan terulang lagi (Brandon
dan Gray, 1970).

Langkah-langkah dalam melakukan analisa dapat berupa (Clough dan


Sears,1991) :

1. Membandingkan secara berkala perencanaan kemajuan proyek dengan


kenyataan di lapangan.
2. Menetukan akibat/pengaruh yang terjadi pada tanggal penyelesaian dan
pada sasaran waktu/tanggal-tanggal penting (milestone) proyek (setelah
menerima laporan hasil perbandingan).
3. Memeriksa kemungkinan munculnya jalur kritis yang baru.

2.3.4. Merencanakan dan menerapkan tindakan pembetulan ( plan and


implement corrective action )

Setalah laporan kemajuan tiap aktivitas proyek dianalisa, harus dibuat


keputusan tentang bagaimana tindakan pembetulan, jika ada aktivitas yang
ketinggalan jadwal.

Apabila hasil analisa menunjukan adanya indikasi penyimpangan yang


cukup berarti, maka perlu dilakukan langkah – langkah pembetulan. Tindakan
pembetulan dapat berupa (Soeharto, 1999, Clough dan Sears, 1991) :
1. Realokasi sumber daya
2. Menambah jumlah tenaga kerja
3. Jadwal alternative (lembur, shif)
4. Membagi – bagi pekerjaan ke subkontraktor
5. Merubah metode kerja
6. Work Splitting (pembagian pekerjaan dengan durasi yang lama)

2.3.5. Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational Schedule)

Penyimpangan dari perencanaan dan penjadwalan yang sudah ditetapkan


terkadang tidak dapat diletakkan, oleh karena itu bila tidak dapat diatasi dengan

15

Universitas Sumatera Utara


cara - cara penanganan di atas, maka penjadwalan proyek tesebut perlu
diperbaharui kembali.

Tujuan dasar dari updating adalah meng-schedule ulang pekerjaan


yang sudah dilakukan dengan menggunakan status proyek yang aktual sebagai
awal mula penentuan ulang schedule proyek. Adapun beberapa tindakan yang
perlu dilakukan dalam memperbaharui penjadwalan proyek, yaitu (Clough dann
Sears, 1991) :

1. Perhitungan float dan setiap aktivitas dari jadwal yang baru


2. Perhitungan project complement date jadwal yang baru
3. Penyelesaian jadwal yang baru dengan jadwal yang sudah dikoreksi
(correcting schedule)

2.4. Kendala - kendala Pelaksanaan Manajemen Waktu

Dalam kenyataan dilapangan, pelaksanaan manajemen waktu proyek


konstruksi banyak menemui kendala - kendala yang menyebabkan
pelaksanaannya tidak optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan beberapa
ahli pada perusahaan kontraktor di Indonesia sebelumnya, disebutkan bahwa
kendala - kendala yang sering dihadapi tersebut adalah :

1. Kesulitan untuk mendapatkan supliyer dan subkontraktor yang commit


dengan schedule yang sudah dibuat bersama.
2. Kesulitan untuk mendapatkan pengawas (mandor) yang commit dengan
schedule yang sudah dibuat bersama.
3. Desain yang belum selesai dan perubahan desain.
4. Kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pelaksana dilapangan.
5. Keterlambatan pembayaran dari owner kepada kontraktor.
6. Kekurangan material dan peralatan.
7. Perubahan cuaca yang tidak bisa diduga.
8. Tidak adanya pekerja khusus untuk melakukan measure dilapangan.
9. Kurang adanya kesadaran pekerja untuk mencatat setiap pekerjaan yang
sudah dilakukan.
10. Kurangnya koordinasi atau pengawasan antara pengawas dengan kerja.

16

Universitas Sumatera Utara


11. Kurangnya komunikasi antara pelaksana monitoring dilapangan dengan
pembuatan schedule.
12. Ketidakakuratan informasi yang didapat dari monitoring.
13. Diperlukan biaya yang besar untuk mempekerjakan tenaga kerja khusus
untuk melakukan monitoring dilapangan.
14. Kurangnya sumber daya (tenaga ahli) yang mampu menganilitis
keadaan proyek.
15. Program computer yang kurang baik.

2.5. Standarisasi Manajemen waktu

Manajemen waktu itu dikatakan telah dilaksanakan dengan baik, bila


setiap perusahaan kontraktor tersebut melaksanakan setiap aspek – aspek dari
manajemen waktu. Dimana aspek – aspek manajemen waktu yaitu :

1. Menentukan penjadwalan proyek


2. Monitoring (mengukur dan membuat laporan kemajuan proyek)
3. Membandingkan jadwal dengan kemajuan proyek (analysis)
4. Merencanakan dan menerapkan tindakan pembetulan (corrective action)
5. Memperbaharui penjadwalan proyek (update operational schedule)

2.6. Metode Pemasangan Box Girder

Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Kereta Api Medan-Bandar


Khalipah-Kualanamu Erection Box Girder dilakukan dengan metode span by span
menggunakan alat Launching Gantry, sebelum melaksanakan pekerjaan erection
box girder hal-hal yang harus dipersiapkan yaitu pengaturan lalu lintas atau traffic
management dengan memasang pagar proyek dan rambu-rambu di area kerja
sebagai batas area aman kerja proyek dengan badan jalan, serta membuat rekayasa
lalu lintas jika memang kondisi jalan tidak memungkinkan untuk dilalui
pengendara, setelah itu menyiapkan lahan untuk mobilisasi alat berat saat proses
erection. Setelah pengecekan box girder dimobilisasi, dilakukan pengecekan
kelayakan gantry setelah launching agar nantinya pekerjaan sedang berjalan tidak

17

Universitas Sumatera Utara


terhambat. Kemampuan alat harus selalu dimonitoring dan dievaluasi antara
kebutuhan, ketersedian dan durasi waktu pekerjaan.

2.7. Instruksi Kerja

Berikut langkah-langkah kerja alat pemasangan box girder ;

 PEMASANGAN MAIN SUPPORT


a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Hex BoIt + Nut Bolt
2. Sliding platform
3. Oli Hidrolik
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi per bagian Main Support sebelum digabung dengan
bagian lain. Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan
pada bagian sambungan joint.
2. Lakukan pembersiahan pada lubang-Iubang baut sebelum dilakukan
joint antar bagian-bagian Main Support.
3. Kemudian pasang keseluruhan bagian-bagian Main Support.

 Pemasangan Main Girder (3,4,5,6)


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt

18

Universitas Sumatera Utara


5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Hex Bolt + Nut Bolt
2. Oli Hidrolik
c . Urutan Kerja :
1. Cek kondisi per bagian Main Gircler (3.4,5,6) sebelum digabung
dengan bagian Iain. Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada
kerusakan pada bagian sambungan/joint.
2. Lakukan pembersihan pada lubang-lubang baut sebelum
dilakukan joint antar bagian-bagian Main Girder (3,4,5,6).
Gerinda permukaan joint girder. pastikan dalam kondisi rata dan
halus saat akan di joint.

3. Berikut adalah gambar keseluruhan bagian-bagian MainGirder


(3.4,5,6).

Gambar 2.3 Pemasangan Main Girder (3,4,5,6)


( Sumber : Wika Beton )

4. Letakkan bagian-bagian Main Girder (3.4,5.6) pada permukaan


yang datar dan sejajar dapat mengunakan plat besi atau dengan
ganjalan block beton.
5. Setelah di gabungkan No.3.4.5,6 pasang rel Main Girder di bagian
bawah dengan cara diganjal kedua sisinya atau menggunakan jack
hidrolik hingga selesai.

19

Universitas Sumatera Utara


 Pemasangan Main Girder (1,2,7,8)
1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Hamess
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5. Machine Impact Tool
b. Materiai :
1. Hex Bolt+NutBoIt
2. Oli Hidrolik
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi per bagian Main Girder (1 ,2.7,8) sebelum digabung
dengan bagian lain. Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada
kerusakan pada bagian sambungan/joint.
2. Lakukan pembersihan pada lubang-lubang baut sebelum
dilakukan joint antar bagian-bagian Main Girder (1,2,7,8).
Gerinda permukaan joint girder, pastikan dalam kondisi rata dan
halus saat akan di joint.
3. Berikut adalah gambar keseluruhan bagian-bagian Main Girder
(1,2,7,8).

Gambar 2.4 Pemasangan Main Girder (1,2,7,8)


( sumber : Wika Beton )

20

Universitas Sumatera Utara


4. Letakkan bagian-bagian Main Girder (1,2,7.8) pada permukaan
yang datar dan sejajar dapat menggunakan plat besi atau dengan
ganjalan block beton.
5. Setelah itu pasang rel main Girder dibagian bawah dengan cara
diganjal kedua sisinya atau menggunakan jack hidrolik hingga
selesai.

 Pemasangan Master winch


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. body Harnss
3. D-shackle
4. Wire rope/Sling Belt
5. Machine Impact TooI
b. Material :
1. Hex Bolt + Nut BoIt
2. Oli Hidrolik
c. Urulan Kerja :
1. Cek kondisi per bagian master winch sebelum digabung dengan
bagian lain. Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan
pada bagian sambungan/joint.
2. Lakukan pembersihan pada lubang-lubang baut sebelum dilakukan
joint antar bagian-bagian master winch.
3. Letakkan bagian-bagian master winch pada permukaan yang datar
dan sejajar dapat menggunakan plat besi atau dengan ganjalan
block kayu.
4. Pasang rel dan kaki master winch, pastikan dalam posisi rata
Gunakan waterpass jika diperlukan serta ukur jarak antar kaki
yang berseberangan.
5. Pasang kaki mastar winch, kemudian sambung menggunakan
baut lakukan impact pada baut supaya kencang.

21

Universitas Sumatera Utara


6. Naikkan platform atas master winch. Pastikan dalam posisi yang
benar terhadap kaki-kaki master winch.
7. Naikan drum sling, panel dan aksesoris lainnya keatas platform
master winch.
8. Pasang lengan hoist master winch serta install sistem pump nya.
Pastikan lengan hoist winch dalam kondisi rata.
9. Install drum kabel master winch keatas lengan master winch.
Pastikan kinerja pompa sudah baik. lakukan trial jika diperlukan.
10. Lanjutkan dengan pemasangan instlasi listrik. panel serta pump
system lainnya pada master winch.

 Pemasangan End Suspension


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Hex Bolt + Nut Bolt
2. Oli Hidrolik
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi per bagian End Suspention sebelum digabung dengan
bagian lain. Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan
pada bagian sambungan/joint.
2. Lakukan pembersihan pada lubang-lubang baut sebelum
dilakukan joint antar bagian-bagian End Suspention.
3. Letakkan bagian-bagian End Suspention pada permukaan yang
datar dan sejajar dapat menggunakan plat besi.
4. Lakukan instalasi pada platform End suspension, susun sesuai
drawing. Pastikan jack dalam kondisi baik.

22

Universitas Sumatera Utara


5. Naikkan platfom ke atas beam End Suspension, lakukan juga
instalasi pump-nya. Masukkan Stress Bar Hanger pada lubang
jack.

 Pemasangan Slave Winch


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. BodyHarness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5. Mechine lmpact tool
b. Material :
1. Hex Bolt + Nut BoIt
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi per bagian Slave Winch sebelum digabung dengan
bagian lain. Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan
pada bagian sambungan/joint.
2. Lakukan pembersihan pada lubang-lubang baut sebelum
dilakukan joint antar bagian-bagian Slave Winch.
3. Letakkan bagian-bagian Slave Winch pada permukan yang datar
dan sejajar dapat menggunakan plat besi.
4. Pasang instalasi listrik pada slave winch, cek kondisi motor dan
kabel.

 Pemasangan fornt dan Rear leg support


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/CrawIer)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt

23

Universitas Sumatera Utara


5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Hex Bolt + Nut Bolt
2. Sliding platform
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi per bagian From dan Real Leg Support sebelum
digabung dengan bagian lain. Pastikan dalam kondisi baik dan
tidak ada kerusakan pada bagian sambungan/joint.
2. Lakukan pembersihan pada lubang-lubang baut sebelum
dilakukan joint antar bagian-bagian From dan Rear Leg Support
3. Letakkan bagian-bagian Front dan Rear Leg Support pada
permukaan yang datar dan sejajar.
4. Instal semua jack yang ada. Pastikan jack dapat berfungsi
sempurna lakukan trial jika diperlukan.
5. Pasang inner sleeve, pasang juga jack diatas inner sleeve.
6. Cek fungsi jack. Lakukan sampai kedua jack menghasilkan
kecepatan yang sama.

 ERECTION MAIN SUPPORT


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5.Machine Impact Tool
6. Stressing pump
b. Material :
1. Stress bar D50
2. Nut/Coupler D50

24

Universitas Sumatera Utara


c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi alat berat (crane) dan alat angkat (wire ropelsling
belt/D-shackle). pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada yang
rusak/cacat.
2. Cek kondisi area sekitar dan dibawahnya, pada akan den seat
pengangkatan pastikan aman untuk pengangkatan.
3. Pasang sling belt/wire rope pada tilik angkat main support.
4.Kemudian ditahan beberapa saat untuk memastikan perangkat
mengangkat main support. Dan untuk memastikan hidroulik jack
main support bekerja dengan baik. Lakukan testing jack kaki pada
main support. Lakukan testing sampai ke empat jack
menghasilkan kecepatan yang sama.
5. Setelah dilakukan pengecekan pada hidraulik jack main support
lalu di angkat perlahan ke atas dummy.
6. Setelah main support berdiri di atas dummy kemudian main
support dan dummy di ikat dengan stress bar yang di siressing.
Dengan posisi main support masih mengikat dengan slat beret.
7. Setelah main support terinstall sempurna dan stress bar pengikat
antara main support ke dummy sudah terinstall baik. Kemudian
lepas perlahan saling angkat.

 ERECTION MAIN GIRDER (3,456)


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1 Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Hex Bolt + NutBolt

25

Universitas Sumatera Utara


c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi alat berat (crane) clan alat angkat (wire rope/sling
belt/UD-shackle). Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada yang
rusak/cacat.
2. Cek kondisi area sekitar dan dibawahnya. pada akan dan saat
pengangkatan pastikan amen untuk pengangkatan.
3. pasang sling belt/wire rope pada titik angkat Main Girder (3.4,5,6)
yaitu diujung-ujung nya dengan mengunakan 2 alat berat (crane)
karena menggunakan 2 crane pastikan kordinasi dengan operator
crane berjalan dengan baik

Gambar 2.9 Erection Main Girder (3,4,5,6)


( sumber : Wika Beton )

4. Kemudian diangkat sedikit kurang lebih 50 cm dan nahan beberapa


saat untuk memastikan perangkat alat angkat dapat mengangkat
main girder (3.4,5,6).
5. Selanjutnya main girder (3.4.5,6) diangkat perlahan-lahan di atas
main support.
6. Kemudian setelah sisi depan tersambung ke Main Support,
dilakukan kembali pengangkatan Main Girder (3,4,5,6) sisi
belakang.
7. Jika Main Girder sudah duduk di Main support. berikan kunci
(lockjack) yang ada pada main support ke bawah rel main girder
sehingga Main Girder tidak bergerak jika ada gaya yang terjadi.

26

Universitas Sumatera Utara


 ERECTION MAIN GIRDER (1,2,7,8)
1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wins Rope/Sling Belt
5 Machine Impact Tool
b. Material :
1. Hex Bolt + Nut Bolt
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi alat berat (crane) dan alai angkat (wire rope/sling
belt/D-Shackle pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada yang
rusak/cacat.
2. Cek kondisi area sakitar dan dibawahnya. pada akan dan saat
pengangkatan pastikan aman untuk pengangkatan.
3. Kemudian diangkat sedikit kurang lebih 50 cm dan ditahan
beberapa saat untuk memastikan perangkat alat angkat dapat
mengangkat main girder (1,2).
4. Selanjutnya Main Girder (1,2) diangkat perlahan-lahan dan
disambungkan dengan Main Girder (3,4,5,6).
5. Saat penyambungan Main Girder 1,2 atau 7,8 ke Main Girder
3,4,5,6 gunakan tangga bantu sehingga memudahkan saat proses
impact baut Girder. Perhatikan aspek K3 selama proses
pengerjaan.
6. Setelah dipasang main girder (1,2) bagian depan dan main girder
(7.8) bagian belakang lalu di pasang beam bresing/pengaku
sebagai penyambung/pengikat antar main girder.

 ERECTION MASTER WINCH


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)

27

Universitas Sumatera Utara


2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/S/ing Belt
5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Stress bar D50
2. Nut/Coupler D50
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi alat berat (crane) dan alat angkat (wire rope/sling
belt/D-shackle), pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada yang
rusak/cacat.
2. Cek kondisi area sekitar dan dibawahnya. pada akan dan saat
pengangkatan pastikan aman untuk pengangkatan.
3. Pasang sling belt/wire rope pada titlk angkat Master Winch.
4. Kemudian diangkat sedikit kurang lebih 50 cm, dan ditahan
beberapa saat untuk memastikan perangkat alat angkat dapat
mengangkat Master Winch.
5. Selanjutnya Pastikan saat master winch diangkat keatas Main
Girder. posisi rel dari Master Winch sudah sejajar satu garis lurus
dengan posisi rel pada Main Girder (bagian atas Main Girder).
 ERECTION END SUSPENSION
1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a . Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rape/Sling Belt
5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Stress bar D50
2. Nut/Coupler D50

28

Universitas Sumatera Utara


c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi alat berat (crane) dan alat angkat (wire rope/sling
belt/D-shackle). Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada yang
rusak/cacat.
2. Cek kondisi area sekitar dan dibawahnya, pada akan dan saat
pengangkatan pastikan aman untuk pengangkatan.
3. Pasang sling belt wire rope pada titik angkat End Suspension.
4. Kemudian diangkat sedikit kurang lebih 50 cm, dan ditahan
beberapa saat untuk memastikan perangkat alat angkat dapat
mengangkat End Suspension.
5. Setelah badan End Suspension yang diangkat, selanjutnya kaki-
kaki Hanger End Suspension yang diangkat dan di sambung ke
badan End Suspension.

 ERECTION SLAVE WINCH


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Stress bar D50
2. Nut/Coupler D50
c. Urutan Kerja :
1. Cek kondisi alat berat (crane) dan alat angkat (wire rope/sling
beIt/D-shackle),pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada yang
rusak/cacat.
2. Cek kondisi area sekitar dan dibawahnya, pada akan dan saat
pengangkatan pastikan aman untuk pengangkatan.
3. Pasang sling belt/wire rope pada titik angkat Slave Winch

29

Universitas Sumatera Utara


4. Kemudian diangkat sedikit kurang lebih 50 cm, dan ditahan
beberapa saat untuk memastikan perangkat alat angkat dapat
mengangkat Slave Winch.
5. Selanjutnya master winch diangkat perlahan-lahan diatas main
girder. Pastikan saat master winch diangkat keatas Main Girder,
posisi rel dari Master Winch sudah sejajar / satu garis Iurus
dengan posisi rel pada Main Girder (bagian atas Main Girder).

 ERECTION FRONT & REAR LEG


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Crane (Mobile/Crawler)
2. Body Harness
3. D-shackle
4. Wire Rope/Sling Belt
5. Machine Impact Tool
b. Material :
1. Stress bar D50
2. Nut/Coupler D50
c. Urutan kerja :
1. Cek kondisi alat berat (crane) dan alat angkat (wire rope/sling
belt/D-shackle). Pastikan dalam kondisi baik dan tidak ada yang
rusak/cacat.
2. Cek kondisi area sekitar dan dibawahnya. pada akan dan saat
pengangkatan pastikan arnan untuk pengangkatan.
3. Pasang sling belt/wire rope pada titik angkat From & Real Leg
Support.
4. Kemudian diangkat sedikit kurang lebih 50 cm, dan ditahan
beberapa saat untuk memastikan perangkat alat angkat dapat
mengangkat Front & Real Leg Support.
5. Penama yang di angkat adalah kaki-kaki dari Front & Real Leg
Support.

30

Universitas Sumatera Utara


6. Setelah terangkat, kemudian kunci Front Leg / Rear Leg ke Main
Girder.
7. Setelah kedua kaki Front Leg / Rear Leg terpasang, kemudian
pasang beam
8. Install jack pump, pastikan dalam kondisi baik, Install yang
menghubungkan main girder ke Leg.

 ERECTION BOX GIRDER DENGAN METODE LG


a. Alat Utama :
1. Launching Gantry
2. Master Winch
3. Stressing Jack
4. Hydrolic Pump
b. Material :
1. Box Girder
2. Temporary Bearing / Pot Bearing
3. Strand. angkur block, wedges
4. HDPE
5. Material Grouting Tendon
c . Urutan Kerja :
A. Hangging Segman
1. Posisikan low bed yang membawa box girder diatas center dari
LG. Usahakan jangkauan master winch dapat menjangkau box
yang akan diangkat
2. Lakukan pemasangan lifting point master winch dengan lifting
point spreader beam / mid suspension. Pastikan pin pengunci
terpasang sempurna. Gunakan water pass untuk mengetahui
level tidaknya saat pemasangan.
3. Lakukan pemasangan tag line (tali pengarah) pada box girder.
Tag line dapat menggunakan tali tambang yang diikat ke
tulangan di box girder. Untuk memudahkan sewaktu box girder
melakukan rotate saat akan diangkat.

31

Universitas Sumatera Utara


4. Naikkan stress bar, nut dan plat untuk hangging keatas box
girder sehingga mernudahkan saat hangging nanti. Kemudian
naikkan master winch yang sudah dihangging dengan box
girder. Posisikan box girder sesuai dengan urutan clan
konfigurasi yang telah ditetapkan.
5. Setelah box girder diangkat pada posisi dan urutannya, lakukan
hangging dengan menggunakan stress bar hanger yang dipasang
pada spreader beam dan rail main girder. Pasang stress bar, plat
dan nut sesuai dengan dimensi yang telah disetujui. Setelah itu
lakukan penguncian dengan jack.
6. Setelah box girder terhangging sempurna, lepas lifting point
master winch dari spreader beam / mid suspension. Hangging
segmen berikutnya dapat dilakukan dan mengikuti prosedur di
atas.

B. Jolnt Segmen (Perapatan Segmen)


1. Jika semua segmen sudah terhangging sempurna, lakukan
setting dimulai dari segmen 1 sesuai dengan koordinat EGC
(Erection Geometric Control) nya. Posisikan box sesuai dengan
desain yang diinginkan, tepat pada koordinat X, Y dan Z.
2. Lakukan penguncian segmen 1 yang sudah disetting, dipastikan
segmen 1 tersebut tidak bergerak selama proses joint segmen.
Gunakan Jack Brace. Tackle. Stress bar atau alat lainnya jika
diperlukan.
3. Jika segmen 1 sudah dikunci, lakukan joint segmen 1-2.
4. Pindahkan lifting point master winch ke segmen 2. Jika sudah
terpasang dengan sempurna lepas semua hangger stress bar yang
terpasang disegmen 2. kemudian bawa maju segmen 2 mendekat
ke segmen 1.
5. Lakukan perapatan segmen 1 dan segmen 2. pastikan posisi
shear key pada setiap segmen bertemu serta pastikan juga
kontrol point dari masing- masing box segaris.

32

Universitas Sumatera Utara


6. Setelah shear key pada kedua box sudah bertemu, pastikan
elevasinya dengan menggunakan waterpass batang pada master
winch. Tembak nilai koordinat kontrol point menggunakan
water pass & total station, pastikan sudah sesuai dengan EGC
(Erection Geometric Controt) yang diinginkan.
7. Setelah koordinat EGC sudah sesuai, masukkan stress bar, nut
dan plat pada TPT atas dan TPT bawah (blister bawah jika ada).
Lakukan stressing pada stress bar secara bersamaan.
8. Lakukan joint segmen selanjutnya seperti prosedur diatas.
sampai semua segmen tersambung datam 1 bentang.

C. Strsssfng Span (Post Tensioning)


1. Turunkan End Suspension pada segmen pertama dan terakhir,
kunci dengan menggunakan lock pin pada spreader beam yang
ada pada segmen pertama dan terakhir.
2. Jika sudah terkunci lakukan persiapan stressing.
3. Untuk mempercepat siklus pekerjaan, lakukan pemotongan
strand dan penyambungan pipe HDPE sebelum joint segrnen.
Tusuk pipa HDPE kedalam box sesuai dengan urutan dan
panjangnya. Setelah Pipa HDPE terinstall sempurna kemudian
lanjutkan penusukan strand.
4. Setelah strand terpasang, kemudian pasang aksesoris seperli
angkur block dan wedges.
5. Setelah semuanya sudah terinstal dengan baik. lakukan proses
stressing sesuai urutan dan tahapan pada proposal stressing yang
telah disetujui (baik mutu beton maupun tahapan
prosesstressing).

D. Adjust Span
1. Setelah stressing span selesai, lepas semua hanger stress bar
pada spreader beam.
2. Naikkan plat temporary bearing ke atas pier. leiakkan sesuai
dengan desain yang sudah disetujui oleh engineer dan konsultan.

33

Universitas Sumatera Utara


3. Lakukan adjust span dengan koordinasi bersama tim survey
terkait koordinat X.Y, Z.
4. Untuk mengedjusl koordinat X dan Y gunakan jack sliding pada
End Suspension. sedangkan uniuk koordinat Z gunakan jack
Stress Bar End Suspension. Berikut toleransi 1-5mm untuk
setiap koordinat. atau toleransi sebesar nilai yang sudah
disepakati oleh designer.
5. Setelah adjust span selesai, kemudian naikkan hangger stress bar
end suspension.
6. Setelah hangger stress bar end suspension dinaikkan, kemudian
lanjutkan proses Iangsir spreader beam.

E. Grouting Tendon
Lakukan grouting tendon dan capping tendon jika semua proses
pekerjaan dalam 1 span sudah selesai.

 PEMASANGAN SPREADER BEAM


1. PEMASANGAN MAIN SUPPORT
a. Alat :
1. Spreader beam / mid suspension
2. Pump Station
3. Jack Stressing
4. Crane
5. Genset
b. Material :
1. Stress bar
2. Plat dan nut
c. Urutan Kerja :
1. Pastikan crane I alat bantu angka dalam kondisi baik, Periksa sling
dan scakle angkat.
2. Posisikan mobil lowbed yang membawa box girder diposisinya
agar crane dapat menjangkau.

34

Universitas Sumatera Utara


3. Naikkan Bracket TPT ke atas box girder, posisi kan sesuai dengan
letak dan lubang insert stress bar pada box girder.
4. Lakukan Tension pada stress bar di Bracket TPT. pastikan plat 8-
nut dalam kondisi terpasang sempurna. Lakukan sesuai proposal
stressing yang telah disetujui.
5. Naikkan spreader beam sesuai dengan tipe box yang dipasang.
Posisikan pada lubang insert stress bar yang berada di box girder.
6. Lakukan Tension pada stress bar pada spreader beam / mid
suspension, pastikan plat & nut dalam kondisi terpasang sempurna
Lakukan sesuai proposal stressing yang telah disetujui.
7. Jika sudah dalam kondisi terpasang. luncurkan mobil low bed ke
area erection uniuk dilanjut dengan kegiatan hangging segmen.

 LAUNCHING LG
a. Alat :
1. Waterpass
2. Bak Ukur
3. Benang Pancing (benang ukur)
4. Kuas /roll cat
b. Material :
1. Grease
c. Urutan Kerja :
1. Ukur dahulu elevasi dudukan Front Main Support.kemudian ukur
elevasi dudukan dummy / false segment di pier didepannya. Dari
data akan diperoleh perbedaan elevasi antar pier sehingga dapat
diprediksi seberapa banyak Main Support akan ngejack untuk adjust
level.
2. Setelah LG dalam kondisi seperti drawing dibawah (dalam posisi
sudah siap launching), lepas safety lock pada jack agar jack bisa
bergerak maju.
3. Lakukan launching LG dengan menggunakan jack yang mengunci
ke rel dibawah main girder. Pastikan saat kondisi launching beban
merata. Sewaktu launching, gerakkan perlahan-lahan secara bertahap

35

Universitas Sumatera Utara


End Suspension, Master Winch dan Slave Winch ke arah Rear Main
Support, sehingga beban dapat terpusat dibagian belakang LG.
Olehkan grease pada rel bawah Main Girder agar gesekan antara
Girder dengan plafon tidak terlalu besar / menjadi licin.
4. Jika Front Leg sudah di posisinya, aktifkan Front Leg dan Rear Leg
dengan menumpu beban ke Dummy / False Segmen sena di span
dibelakangnya.
5. Pastikan jarak antar Main Girder tetap dimonitor sehingga dapat
dikontrol apakah kecepatan jack di Main Girder kiri dan kanan sama.
6. Kemudian lakukan survey elevasi aktual FMS dan RMS setelah
kedua Leg aktif. Hal ini diperlukan saat perpindahan RMS ke
segmen 14 span eievasi antar main support bisa sama.
7. Kemudian gunakan master winch untuk memindahkan Main Support
ke segmen 14. lakukan periahan. Perhatikan agar jangan sampai
master winch keluar dari rel nya.
8. Kemudian gunakan master winch untuk memindahkan Main Support
(RMS) ke segmen 14, diakukan perlahan. Perhatikan agar jangan
sampai master winch keluar dari rel nya.
9. Setelah RMS duduk di segmen 14 span sebelumnya, kemudian
pasangkan transfer beam pada span, sehingga RMS dan span saling
mengunci.
10. Kemudian gunakan master winch untuk memindahkan Main
Support (FMS) ke dummy di pier selanjutnya, iakukan perlahan.
Perhatikan agar jangan V sampai master winch keluar dari rel nya.
Perhatikan juga beban pada LG, pindahkan Master Winch End
Suspension dan Slave Winch secara perlahan ke arah Pier
Selaniutnya.
11. Pastikan elevasi dari RMS den FMS sudah sama saat dipindah
sehingga launching LG ke depan dapat dilanjut kembali.
12. Lakukan launching sehingga Girder yang tertinggal dibelakang bisa
maju kearah pier selanjutnya.

36

Universitas Sumatera Utara


2.8. Penelitian Terdahulu
No JUDUL PERMASALAHAN HASIL

1 PELAKSANAAN Melakukan perbadingan Pemilihan metode


JEMBATAN antara metode span by konstruksi jembatan
SEGMENTAL span dengan alternative segmental pracetak
PRECAST BOX metode instalasi sangat tergantung dari
GIRDER segmen pracetak kondisi struktur dan
DENGAN tipe struktur, dan
METODE SPAN BY melakukan perkuatan
SPAN: PROYEK tambahan selama
TOL BOGOR RING konstruksi diperlukan
ROAD ketika struktur tidak
cukup kuat menahan
gaya temporer yang
terjadi pada struktur.
2 ANALISA Bagaimana durasi Dengan menggunakan
PENERAPAN optimal pada proyek CPM dapat diketahui
MANAJEMEN jangka waktu
WAKTU DAN pelaksanaan proyek
BIAYA PADA yaitu selama 48 minggu
PROYEK dengan jalur kritis yaitu
PEMBANGUNAN berada pada pekerjaan
HOTEL BW Pemancangan Sitepile
LUXURY JAMBI pondasi dan pekerjaan-
pekerjaan Pembesian,
Bekisting dan Beton
dari Lt Dasar sampai
dengan Lantai Atap.

37

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan
3 ANALISA untuk mengetahui Pengembangan dari
PENERAPAN sejauh mana teori-teori yang ada
MANAJEMEN penerapan manajemen dihubungkan dengan
WAKTU PADA waktu yang diterapkan kenyataannya
PEMBANGUNAN oleh pihak kontraktor, dilapangan.
JARINGAN serta dampak yang Dari hasil ini dapat
DAERAH IRIGASI ditimbulkan pada ditarik suatu
SANGKUP KIRI pembangunan jaringan kesimpulan baru yang
irigasi pada waktu yang akan
datang dapat
dikembangankan lebih
lanjut, dapat diketahui
konsep yang baik
tentang bagaimana
pelaksanaan
manajemen waktu
proyek konstruksi,
sehingga dapat
membantu para
kontraktor
dalam merencanakan
proyek.

38

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metodologi penelitian merupakan beberapa prosedur untuk memperoleh hasil


atau kesimpulan tertentu. Untuk memperoleh hasil penelitian yang benar maka setiap
prosedur-prosedur penelitian harus direncanakan dengan baik. Adapun jenis penelitian
ini merupakan studi kasus yang mengacu pada objek studi pada proyek.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan kontraktor yang mana perusahaan


kontraktor tersebut PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk yang mengerjakan Proyek
Pembangunan Jalan Layang Segmen P14 – P20.

3.3. Jenis Dan Sumber Data


Ada dua jenis sumber data, yaitu :
1. Data-data primer
Data-data yang dikumpulkan dari studi kasus b e r u p a pengamatan
lapangan secara informal, yaitu wawancara dengan kontraktor yang
mengerti pelaksanaan pemasangan box girder.
2. Data-data sekunder
Data-data yang diperoleh langsung dari pihak kontraktor. Data data ini
berupa “Time Schedule Curve S”.

3.4. Responden atau Objek Penelitian

Responden atau objek penelitian dari studi kasus yang dilakukan adalah
kontraktor yang terlibat dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Layang
KA Segmen P14-P20, yaitu PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk.

39

Universitas Sumatera Utara


3.5. Sarana Penelitian

Untuk mendapatkan data – data yang diperlukan maka penelitian ini


dilakukan melalui :
1. Wawancara Langsung
Pengambilan data melalui metode wawancara ini dilakukan
kepada responden dari perusahaan kontraktor. Dalam hal ini, satu
perusahaan kontraktor yang akan diwawancari hanya satu orang saja,
yaitu orang yang mengerti dan terlibat langsung mulai dari
penjadwalan, pelaksanaan, pengontrolan, hingga meng-update kembali
jadwal suatu proyek konstruksi.
2. Studi Literatur
Dari beberapa literatur yang dibaca, dikumpulkan data – data yang
diperlukan untuk mendukung pembuatan daftar pertanyaan wawancara
untuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan.

3.6. Proses pengumpulan data dan pengelohan data

1. Mengumpulkan data tentang sistem manajemen waktu dari berbagai


literatur dan jurnal sebagai dasar penyusunan daftar pertanyaan untuk
melakukan wawancara.
2. Melakukan wawancara ke perusahaan kontraktor klasifikasi besar yang
dijadikan objek penelitian.
3. Mengolah dan melakukan analisa data hasil wawancara. Pembahasan
lebih lanjut mengenai hasil analisa data dan pembahasan data ini dapat
dilihat pada BAB 4.
4. Membuat kesimpulan dan saran.

40

Universitas Sumatera Utara


3.7. Flow Chart

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PADA


PEMASANGAN BOX GIRDER
(STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LAYANG
KERETA API)

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


- Pengamatan di lapangan - Time Schedule
- Volume Pekerjaan
- Wawancara

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil Penelitian

Kesimpulan & Saran

SELESAI

41

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan kontraktor Klasifikasi Besar


yaitu PT. Adhi Karya (Persero). Pada penelitian ini akan membahas penerapan
manajemen waktu pada pemasangan box girder. Adapun alasan dipilihnya proyek
ini adalah karena dari hasil pengamatan, proyek ini memiliki ukuran yang besar
baik dari segi kuantitas dan kualitas, sehingga kompleksitas yang terjadi juga
dalam skala besar. Adapun pelaksanaan manajeman waktu pada proyek ini
kebanyakan dilakukan oleh perusahaan kontraktor klasifikasi besar dengan skala
besar pula.

Dalam penelitian ini tinjauan berdasarkan teori-teori manajemen waktu


yang perlu dilakukan setiap perusahaan kontraktor agar manajemen waktu yang
diterapkan dalam sebuah pekerjaan bisa dilaksanakan dengan baik, dimana hal-hal
tersebut adalah menentukan penjadwalan, mengukur dan membuat laporan
kemajuan proyek, membandingkan kemajuan dilapangan dan menentukan akibat
yang ditimbulkan pada akhir penyelesaian. Setelah melakukan peninjauan
terhadap tiap aspek manajemen waktu oleh pihak kontraktor secara keseluruhan
bisa dikatakan baik karena pekerjaan selesai sesuai dengan perencanaan.

Data umum proyek :


Nama proyek : PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LAYANG
KERETA API
Kontraktor Utama : PT. ADHI KARYA (Persero)
Lokasi : MEDAN

4.2. Penerapan Manajemen Waktu


Manajemen waktu adalah suatu cara untuk bisa menggunakan waktu se-
efisien dan juga seefektif mungkin sehingga mampu memperoleh hasil
penggunaan waktu yang maksimal.

42

Universitas Sumatera Utara


Menurut penulis setelah di lakukan penelitian di lapangan berdasarkan
teori-teori manajemen waktu yang perlu dilakukan setiap perusahaan kontraktor
agar manajemen waktu yang diterapkan dalam sebuah pekerjaan agar bisa
dilaksanakan dengan baik, hal-hal yang harus dilakukan adalah menentukan
penjadwalan terlebih dahulu, kemudian mengukur dan membuat laporan
kemajuan, membandingkan kemajuan dilapangan dengan penjadwalan dan
menentukan akibat yang ditimbulkan pada akhir penyelesaian, merencanakan
penanganan untuk mengatasi akibat tersebut, dan memperbaharui penjadwalan
proyek.

4.2.1. Menentukan Penjadwalan Proyek

Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Kereta Api, Penulis membuat


jadwal proyek (Master Schedule) menjadi satu dengan Detailed Schedule, tetapi
dalam penyajiannya dipisah. Detailed Schedule tersebut dibagi-bagi lagi menjadi
bagian yang lebih kecil, agar dalam pelaksanaan, pemantauan, serta
pengontrolannya bisa lebih mudah.

4.2.2, Identifikasi Aktivitas (Work Breakdown Structure)

Setelah melakukan penelitian di lapangan. Penulis mengambil kesimpulan


bahwa pengelompokan aktivitas-aktivitas proyek harus dikerjakan dan ditentukan
berdasarkan gambar struktural dan arsitektural. Gambar struktural yang dimaksud
di sini adalah dengan menggunakan Work Breakdown Structure (WBS). WBS
dapat menunjukkan aktivitas-aktivitas proyek secara keseluruhan dalam
pengerjaannya, yang digunakan sebagai dasar penentuan durasi pekerjaan, volume
dan digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan jadwal. Berikut ini tabel daftar
aktivitas – aktivitas pada proyek :

43

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Daftar aktivitas pada proyek :

Durasi
No. Item Pekerjaan Satuan Volume
(Hari)
1 P6 - P7 (portal-portal)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 456,1 70
2 P2BJ - P5BJ (pier-pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
m3
Diafragma 784,4 35
3 Jacking dan Stressing kg 75,891.6 70
Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ
4 FIX unit 3 35
5 OD1 unit 3 35
6 OD2 unit 3 35
7 MD unit 3 35
8 P7 - P8 (portal-portal)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 456,1 70
9 P1BJ - P2BJ (pier-pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 244,8 35
10 Jacking dan Stressing kg 47,541.1 70
Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ
11 FIX unit 1 35
12 OD1 unit 1 35
13 OD2 unit 1 35
14 MD unit 1 35
15 P8 - P13 (portal-portal)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 2,736.8 144
16 Jacking dan Stressing kg 190,999.00 144
17 P14 - P20 (portal-portal)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 2,736.8 133
18 P20 - P22 (pier-portal)
Pekerjaan pengadaan Box Precast
(bentang 40m)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 508,2 56
19 Jacking dan Stressing kg 62,232.30 133
Pemasangan Pot Bearing P20 - P22
20 FIX unit 3 35
21 OD1 unit 3 35
44

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan
22 OD2 unit 3 35
23 MD unit 3 35
24 P4" - P5" (pier to pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 2,353.20 63
25 P5 - P6 (pier to pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 244,8 42
26 Jacking dan Stressing kg 149,551.90 56
Pemasangan Pot Bearing P4" - P5"
27 FIX unit 9 42
28 OD1 unit 9 42
29 OD2 unit 10 42
30 MD unit 10 42
31 P1"BJ - P5"BJ (portal-pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 912,3 56
32 P5"BJ - P6 (portal to portal double)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 228,1 28
33 Jacking dan Stressing kg 79,907.20 56
P15" - P10" (pier to pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
34 Diafragma m3 1,307.3 28
35 P1BJ - P1"BJ (portal to portal double)
Pekerjaan pengadaan Box Precast
(bentang 40m)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 456,1 28
36 Jacking dan Stressing kg 109,292.20 28
Pemasangan Pot Bearing P15'-10
37 FIX unit 5 28
38 OD1 unit 5 28
39 OD2 unit 5 28
40 MD unit 5 28
41 P7BJ - P5BJ (pier to pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 522,9 35
Pekerjaan Box Precast-Pengadaan dan
Pemasangan Tendon
Pekerjaan Box Precast P7BJ - P5BJ (pier
to pier)
42 Jacking dan Stressing kg 29,382.40 35
Pemasangan Pot Bearing P7BJ - P5BJ
43 FIX unit 2 35
45

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan

44 OD1 unit 2 35
45 OD2 unit 2 35
46 MD unit 2 35
47 P10' - P4' (pier to pier)
Pemasangan Segmen Standar, Deviator,
Diafragma m3 1,368.40 56
48 Jacking dan Stressing kg 88,147.20 56
Pemasangan Pot Bearing P15'-10
49 FIX unit 6 28
50 OD1 unit 6 28
51 OD2 unit 6 28
52 MD unit 6 28

4.2.3. Penyusunan Urutan kegiatan

Pada penelitian ini penyusunan urutan kegiatan kelompok kerja atau


aktivitas proyek yang ada di lapangan, penulis menggunakan metode Gantt/Bar
Chart. Urutan kegiatan disusun dengan mempertimbangkan desain/perencanaan
dari kegiatan tersebut.

4.2.4. Perkiraan Kurun Waktu

Setelah melakukan pengurutan aktivitas, penulis memberi kurun waktu


penyelesaian tiap-tiap aktivitas. Skala waktu yang digunakan dalam menentukan
durasi kurun waktu aktivitas adalah minggu, tetapi terkadang skala waktu yang
digunakan hari atau minggu tergantung pada situasi pekerjaan. Pada penelitian ini
kurun waktu penyelasaian masing-masing aktivtas, pada pekerjaan launching
membutuhkan waktu 10 jam, pengangkatan box girder membutuhkan waktu 25-
40 menit, perapatan dan setting segmen membutuhkan waktu 12 jam, stressing
membutuhkan waktu 8 jam, kegiatan yang dilakukan tidak hanya berdasarkan
pengalaman selama ini tetapi juga dihitung berdasarkan sumber daya (material,
peralatan, dan tenaga kerja) yang digunakan dan volume pekerjaan yang akan
diselesaikan.

46

Universitas Sumatera Utara


4.2.5. Penyusunan jadwal

Dari aktivitas yang telah dibagi-bagi sebelumnya, penulis menyusun


urutan kelompok kerja atau aktivitas proyek tersebut. Metode yang digunakan
yaitu Metode GANTT/BAR Chart, metode ini digunakan karena lebih mudah
dimengerti. Urutan kegiatan ini disusun sesuai dengan perencanaan yang
sebelumnya telah ditentukan.

4.3. Pengukuran dan Pencatatan

Monitoring dilakukan setelah proyek mulai berjalan sesuai dengan jadwal,


adapun monitoring meliputi pengukuran penelitian tersebut dilakukan pencatatan
ke dalam sebuah bentuk laporan kemajuan yang berupa tabulasi dan grafik.

4.3.1. Mengukur dan Mencatat Hasil Kerja


Pada penelitian ini dilakukan pengukuran dan pencatatan terhadap hasil
kerja setiap aktivitas secara periodik, dengan periode waktu yang digunakan yaitu
mingguan. Proses perhitungan atau pengukuran terhadap hasil kerja yang
dilakukan penulis dengan computerized.
Dalam pelaksanaan proyek penulis selalu mencatat actual start dan
completion date dari setiap aktivitas. Selain itu juga penulis melakukan pencatatan
kemajuan setiap aktivitas pekerjaan khususnya pekerjaan-pekerjaan utama seperti
pekerjaan pengangkatan dan pemasangan box girder serta melakukan pencatatan
bila ada perubahan dari durasi suatu aktivitas, bila ada aktivitas yang dihilangkan
atau ditambah, serta bila ada perubahan hubungan atau urutan dari suatu aktivitas,
tetapi penulis tidak menyertakan laporan singkat tentang kejadian atau hal penting
yang terjadi pada saat pengerjaan proyek.

4.3.2. Mencatat Pemakaian Sumber Daya


Setiap pemakaian sumber daya baik material maupun peralatan penulis
melakukan pencatatan.. Pencatatan dilakukan penulis secara periodic, dengan
periode waktu secara harian. Pada penelitian ini laporan pencatatan pemakaian
sumber daya dibuat menjadi satu antara material dan peralatan.
Dalam hal ini yang melakukan pencatatan sumber daya yaitu bagian
Quality Assurance Departement.

47

Universitas Sumatera Utara


4.3.3. Mencatat Kinerja Dan Produktivitas
Pada aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja terdapat
pengawasan secara khusus oleh tenaga ahli keselamatan kerja. Penulis hanya
mengetahui jumlah pekerja yang datang saja, karena jumlah pekerja sangat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan yang dilakukan. Hambatan
bagi penulis sendiri dalam melakukan pencatatan kinerja dan produktivitas tenaga
kerja adalah terlampau besarnya jumlah tenaga kerja sehingga dirasakan kurang
efektif dalam pemeriksaannya walaupun adanya pengawasan secara khusus, jadi
pemeriksaannya hanya dilakukan pada hasil kerjanya saja

4.3.4. Analisa
Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap laporan dari hasil
pengukuran dan pencatatan setiap hasil pekerjaan. Hal ini dilakukan penulis untuk
mencegah bila terjadi keterlambatan pada suatu aktivitas, hal itu dapat langsung
diatasi, sehingga diharapkan tidak mempengaruhi jadwal utama yang dibuat pada
penjadwalan proyek. Kegiatan pengukuran dan pencatatan hasil didapat dengan
wawancara dan observasi dilapangan, berikut data-data yang didapatkan :

Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Kereta Api Medan-Bandar


Khalipah-Kualanamu Erection Box Girder dilakukan dengan metode span by span
menggunakan alat Launching Gantry, sebelum melaksanakan pekerjaan erection
box girder hal-hal yang harus dipersiapkan yaitu pengaturan lalu lintas atau traffic
management dengan memasanga pagar proyek dan rambu-rambu di area kerja
sebagai batas area aman kerja proyek dengan badan jalan, serta membuat rekayasa
lalu lintas jika memang kondisi jalan tidak memungkinkan untuk dilalui
pengendara, setelah itu menyiapkan lahan untuk mobilisasi alat berat saat proses
erection. Setelah pengecekan box girder dimobilisasi, dilakukan pengecekan
kelayakan gantry setelah launching agar nantinya pekerjaan sedang berjalan tidak
terhambat. Kemampuan alat harus selalu dimonitoring dan dievaluasi antara
kebutuhan, ketersedian dan durasi waktu pekerjaan.

48

Universitas Sumatera Utara


Adapun tahapan – tahapan pengangkatan box girder adalah sebagai berikut :

1. Setting Launching Gantry


Melakukan pemasangan temporary support pada salah satu span,
maka dilakukan proses mobilisasi gantry ke pier berikutnya. Launching
Gantry dapat berpindah dengan jalan kedepan atau kesamping (sliding)
sesuai dengan posisi erection launching gantry.

2. Pemasangan Spreader Beam


Spreade Beam dipasang untuk proses penggantungan segmental
box girder dengan metode span by span. Setelah spreader beam terpasang
pada segmen box girder, kemudian segmen dimobilisasi menggunakan
lowbed trailer dengan kapasitas 60 ton ke bagian bawah span yang akan
dirangkai kemudian dipasang spreader yang berfungsi sebagai
penghubung antara box girder dengan master winch. Setelah spreader
beam selesai dipasang segmen box girder dapat diangkat dan diposisikan
sesuai dengan rencana metode kerja yang digunakan.

3. Pengangkatan Box Girder


Jika sudah tercapai posisi segmen box sesuai dengan yang
diinginkan, segmen box girder akan digantungkan pada alat Launching
gantry dengan memanfaatkan spreader beam yang telah terpasang
sebelumnya. Spreader beam disambungkan dengan kait pada master winch
yang terhubung ke bagian launching gantry.

4. Join Segmen
Jika segmen box girder dalam 1 (satu) span sudah terangkat
kemudian melaksanakan pekerjaan joint segment, yaitu menghubungkan
segmen – segmen box girder yang diangkat agar menjadi satu bagian.
Pertama, kegiatan ini dimulai dengan menentukan lebar wet joint (celah
anatara segmen box pertama dengan pier. Bagian ini akan dicor ketika
pekerjaan join segmen selesai. Kedua, melakukan penggabungan segmen –
segmen box girder dengan temporary stressing.

49

Universitas Sumatera Utara


Untuk menentukan lebar wet joint perlu dilakukan surver posisi
pier pada awal span dan akhir span. Pada pelaksanaanya,surveyor
menggunakan waterpass dan total station. Joint segmen selanjutnya
menempelkan segmen – segmen box girder dengan temporary stressing.
Alat yang digunakan untuk temporary stressing yaitu stress bar, nut, dan
plate.

5. Stressing
Stressing tendon ini dimaksudkan untuk tranfers gaya yang terjadi
dari segmen span ke pier. Setelah selesai di stressing, lubang tendon ini
grouting. Pekerjaan stressing dimulai install kabel strand kedalam tendon
sesuai dengan perencanaan. Setelah itu kabel strand di stressing. Ada 2
bagian pada saat stressing, bagian yang terkunci dan bagian yang ditarik.
Pada bagian yang dikunci dan ditarik bisa dilakukan pemasangan anchor
block dan wedges. Kemudian bagian yang ditarik dipasangkan hydraulic
jack yang akan menarik kabel strand sampai pada batas kekuatan tertentu,
sedangkan bagian yang dikunci akan menahan tarikan hydraulic jack
Setiap dilakukan stressing, piston pada jack akan memanjang.
Perpanjangan maksimal piston atau elongasi adalah 20 cm. Besaran
stressing yang dilakukan pada tendon dilakukan berdasarkan hasil
perhitungan. Secara umum besarnya tarikan adalah 75% dari kawat baja.
Penarikannya dilakukan secara bertahap sampai batas tarikan
maksimal. Jika langsung dilakukan stressing sampai batas maksimal, dapat
mengakibatkan loss gaya yang besar pada tendon. Selain itu jika langsung
dilakukan penarikan hingga batas maksimal, pertambahan panjang kawat
tidak akan bisa dimonitor oleh piston karna panjang piston maksimal
adalah 20 cm

6. Rilis Span
Setelah selesai semua strand di stressing, tahap selanjutnya adalah
proses rilis. Proses ini meliputi pelesapan spreader beam dari box.
Kemudian LG sliding kearah erection box berikutnya.

50

Universitas Sumatera Utara


7. Pengecoran Wet Joint
Setelah semua segmen sudah selesai distressing, celah yang
dicorin. Wet joint berada pada 2 bagian yaitu diawal dan diakhir span.

4.3.4.1. Membandingkan Secara Berkala Perencanaan Kemajuan Proyek Dengan


Kenyataan di Lapangan
Perbandingan antara perencanaan kemajuan proyek dengan kenyataan
dilapangan, dilakukan penulis secara periodik, dengan skala waktu yang digunakan
yaitu mingguan. Untuk membandingkan secara berkala perencanaan kemajuan
proyek dengan kenyataan dilapangan, pada penelitian ini digunakan grafik kurva
S, dimana dapat dilihat perbandingan kemajuan proyek yang mereka kerjakan.
Adapun grafik kurva S tersebut dapat dilihat pada Lampiran.

Apabila tidak terjadi penurunan performa realisasi pekerjaan tentunya


proyek bisa diselesaikan lebih awal, yang akan bisa mengurangi biaya pengerjaan
proyek secara signifikan.

Tabel 4.2 Selisih Antara Perencanaan dan Realisasi


Minggu Perencanaan Realisasi Selisih

1 0,225 1,667 1,443

2 0,950 4,778 3,828

3 1,900 7,801 5,901

4 2,850 10,816 7,966

5 4,442 13,093 8,651

6 6,482 13,780 7,298

7 8,523 14,498 5,974

8 10,564 16,754 6,190

9 13,768 18,064 4,295

10 15,882 20,649 4,768

51

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan

11 18,848 22,017 3,169

12 21,813 22,248 0,435

13 25,228 24,442 0,786

14 30,789 35,344 4,555

15 36,197 40,747 4,550

16 43,438 47,987 4,549

17 53,074 57,622 4,548

18 61,020 65,569 4,549

19 69,846 74,395 4,549

20 79,329 83,878 4,549

21 85,474 90,023 4,549

22 88,447 92,996 4,549

23 91,355 95,904 4,549

24 93,586 98,135 4,549

25 95,479 100,000 4,521

Dari tabel diatas merupakan realisasi pekerjaan dari minggu ke-1 sampai
ke-13 yang dimana didapat dari kurva S, jika diambil rata-rata surplus
mendapatkan 4,549 %. Adapun rumus untuk mendapatkan surplus adalah :

Untuk minggu ke-14 sampai pada minggu ke-25 menggunakan rumus sebagai
berikut :

52

Universitas Sumatera Utara


Apabila pihak kontraktor bisa mempertahankan kemajuan pekerjaan
dengan surplus 4,549% hingga minggu terakhir dan dengan anggapan kondisi
penurunan prestasi pekerjaan tidak terjadi, maka pekerjaan akan selesai pada
minggu ke-25.

Bobot (%)

Perencanaan
Realisasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Minggu

Gambar 4.5 Perbandingan Estimasi dan Realisasi Waktu Penyelesaian Proyek

Penyelesaian pada minggu ke-25 tentunya akan mengurangi biaya


penyelesaian proyek, dalam hal ini kontraktor bisa mendapatkan keuntungan
lebih.

53

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan didapati pihak kontraktor dapat memenuhi aspek-
aspek yang diperlukan dalam manajemen waktu dengan baik, terbukti dengan pihak
kontraktor menyelesaikan pekerjaan pada minggu ke 25. Namun bila dilihat dari Time
Schedule seharusnya pihak kontraktor bisa memberikan dampak lebih dalam hal waktu
penyelesaian pekerjaan untuk mendapatkan keuntungan lebih.

5.2. Saran
Ada beberapa saran yang penulis dapat berikan sehubungan dengan penulisan skripi
ini seperti :

 Untuk mengoptimalkan waktu pengerjaan proyek, informasi mengenai


pekerjaan apa saja yang yang sama sekali tidak bisa terlambat menjadi sangat penting.
oleh karena itu penggunaan metode CPM sangat direkomendasikan untuk
memberikan dan menjaga efisiensi waktu dalam pengerjaan proyek.

 Pihak kontraktor harus lebih berkoordinasi dengan pengawas lapangan agar


bisa lebih cermat dalam melihat kemajuan pekerjaan, sehingga dapat menekan waktu
penyelesaian proyek.

54
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Andra Avioffarbella, Iskandar Purba, Robby Permata, Arvila Delitriana,


Jodi Firmansjah. 2014. PELAKSANAAN JEMBATAN SEGMENTAL
PRECAST BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN:
PROYEK TOL BOGOR RING ROAD, Bandung.

Brandon, Dick H. and Gray, 1970. Max Project Control Standards. New York :
Brandon/System Press.

Clough, Richard H, and Sears, Glenn A. 1991. Construction Project


Management. Canada : John Willey & Sans.

Ervianto, Wulfram, 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Edisi


1, Yogyakarta. Andi.

Kezner, H. 1982. Project Management for Executives. Van Nostrand Reinhold


Company.

Prabawati T, 2008. Microsoft Project untuk pemula Edisi 1. Yogyakarta. Andi.

Soeharto. Iman. 1999. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai


Operasional Edisi 2. Jakarta : Erlangga

Soeharto, Iman, 1998. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai


Operasional. Jakarta : Erlangga.

Smith, Karl A. 2000. Project Management and Teamwork. Minnesota :


McGraw-Hill.

O. Gerung A. K. T. Dundu Jenaldo dan B. Mangare Jantje. 2016. ANALISA


PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PADA PEMBANGUNAN
JARINGAN DAERAH IRIGASI SANGKUP KIRI. Jurnal Sipil Statik,
ISSN: 2337-6732, Vol.4 No.7, Manado.

Universitas Sumatera Utara


Messah Afliana Yunita, Lona Paula Hellen Lazry dan Sina T. ADantje. 2013.
PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA PEKERJAAN
KONSTRUKSI SEBAGAI DAMPAK DARI PERUBAHAN DESAIN.
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2 No. 2,Kupang

Waldi, Bertinus Simanihuruk, Kristina Sembiring. 2016. ANALISA


PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK
PEMBANGUNAN HOTEL BW LUXURY JAMBI. Jurnal Sains dan
Teknologi Utama, Vol. 9 No. 3, Jambi

Universitas Sumatera Utara


KURVA S
PEKERJAAN : PEMASANGAN BOX GIRDER PADA PEMBANGUNAN JALAN KA LAYANG
ANTARA MEDAN - BANDAR KHALIPAH LINTAS MEDAN - KUALANAMU (MBK-6)
DEPARTEMEN / INSTANSI : KEMENTRIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
BALAI TEKNIK PERKERETAAPIAN SUMATERA BAGIAN UTARA ( PPK SUMBAGUT )
KONTRAKTOR : PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk
NO KONTRAK : 01/SP-MBK-6/BTP-SBU/VII/2018
JANGKA WAKTU : 182 HARI KALENDER
KONSULTAN SUPERVISI : DAJAKARA, KSO -

MINGGU KE -

NO URAIAN PEKERJAAN SAT JUMLAH HARGA BOBOT 02/07/2018 09/07/2018 16/07/2018 23/07/2018 30/07/2018 06/08/2018 13/08/2018 20/08/2018 27/08/2018 03/09/2018 10/09/2018 17/09/2018 24/09/2018 01/10/2018 08/10/2018 15/10/2018 22/10/2018 29/10/2018 05/11/2018 12/11/2018 19/11/2018 26/11/2018 03/12/2018 10/12/2018 17/12/2018 24/12/2018 KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

a A PEKERJAAN PEMASANGAN BOX GIRDER


a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a I.1 PEKERJAAN BOX GIRDER 100%
a I.1.1 P6 - P7 (portal - portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.760.682.830,00 2,764 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276
a I.1.2 P2BJ - P5BJ (pier - pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 3.028.019.320,00 4,753 0,951 0,951 0,951 0,951 0,951
b -
a I.2.2 Jacking dan Stressing kg 349.101.360,00 0,548 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055
b -
a I.4 Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ -
a FIX unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD1 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD2 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a MD unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a II.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a II.1.1 P7 - P8 (portal - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.760.682.830,00 2,764 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276
a II.1.2 P1BJ - P2BJ (pier - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 945.001.440,00 1,483 0,890 0,148 0,148 0,148 0,148
b -
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 218.689.060,00 0,343 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034
b -
a II.3 Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ -
a FIX unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
a OD1 unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
a OD2 unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
a MD unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a III.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a III.1.1 P8 - P13 (portal - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 10.564.869.040,00 16,582 0,207 0,207 0,415 0,415 0,415 0,829 0,829 0,829 0,829 0,415 0,415 0,415 0,829 0,415 0,829 0,829 0,829 1,658 1,658 1,658 1,658
b -
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 878.595.400,00 1,379 0,017 0,017 0,034 0,034 0,034 0,069 0,069 0,069 0,069 0,034 0,034 0,034 0,069 0,034 0,069 0,069 0,069 0,138 0,138 0,138 0,138
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a IV.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a IV.1.1 P14 - P20 (portal - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 10.564.869.040,00 16,582 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 1,951 1,951 0,975 1,951 2,926
a IV.1.2 P20 - P22 (pier - portal) -
a Pekerjaan Pengadaan Box Precast (Bentang 40m) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.954.083.860,00 3,067 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383
b -
a IV.2.2 Jacking dan Stressing kg 286.268.580,00 0,449 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,053 0,053 0,026 0,053 0,079
b -
a IV.4 Pemasangan Pot Bearing P20 - P22 - 75%
a FIX unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD1 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD2 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a MD unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a V.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a V.1.1 P4" - P5 (pier to pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 9.084.057.960,00 14,258 0,792 0,792 1,584 1,584 1,584 1,584 1,584 1,584 3,168
a V.1.2 P5 - P6 (pier to pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 945.001.440,00 1,483 0,247 0,247 0,247 0,247 0,247 0,247
b -
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 687.938.740,00 1,080 0,060 0,060 0,120 0,120 0,120 0,120 0,120 0,120 0,240
b -
a V.5 Pemasangan Pot Bearing P4"- P5 -
a FIX unit 58.149.000,00 0,091 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD1 unit 58.149.000,00 0,091 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD2 unit 64.610.000,00 0,101 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
a MD unit 64.610.000,00 0,101 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a VI.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a VI.1.1 P1"BJ - P5"BJ (portal to portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 3.521.751.690,00 5,528 0,691 0,691 0,691 1,382 0,691 0,691 0,345 0,345
a VI.1.2 P5'BJ - P6 (portal to portal double) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 880.534.430,00 1,382 0,346 0,346 0,346 0,346
b -
a VI.2.2 Jacking dan Stressing kg 367.573.120,00 0,577 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a VIII.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
Universitas Sumatera Utara
MINGGU KE -

NO URAIAN PEKERJAAN SAT JUMLAH HARGA BOBOT 02/07/2018 09/07/2018 16/07/2018 23/07/2018 30/07/2018 06/08/2018 13/08/2018 20/08/2018 27/08/2018 03/09/2018 10/09/2018 17/09/2018 24/09/2018 01/10/2018 08/10/2018 15/10/2018 22/10/2018 29/10/2018 05/11/2018 12/11/2018 19/11/2018 26/11/2018 03/12/2018 10/12/2018 17/12/2018 24/12/2018 KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

a VIII.1.1 P15" - P10" (pear to pear) -


a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 5.046.570.190,00 7,921 1,980 1,980 1,980 1,980
a VIII.1.2 P1BJ - P1'BJ (portal to portal double) -
a Pekerjaan Pengadaan Box Precast (Bentang 40m) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.760.682.830,00 2,764 0,691 0,496 0,496 0,496
b -
a VIII.2.2 Jacking dan Stressing kg 502.744.580,00 0,789 0,197 0,197 0,197 0,197
b -
a VIII.4 Pemasangan Pot Bearing P15' - P10 -
a FIX unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
a OD1 unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
a OD2 unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
a MD unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a IX.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a IX.1.1 P7BJ - P5BJ (pier to pier) - 50%
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 2.018.550.870,00 3,168 0,634 1,267 0,634 0,317 0,317
a IX.2 Pekerjaan Box Precast - Pengadaan dan Pemasangan Tendon -
a Pekerjaan Box Precast P7BJ - P5BJ (pier to pier) -
b -
a IX.2.3 Jacking dan Stressing kg 135.159.040,00 0,212 0,042 0,085 0,042 0,021 0,021
b -
a IX.4 Pemasangan Pot Bearing P7BJ - P5BJ -
a FIX unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD1 unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD2 unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a MD unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS (ARAH PULO BERAYAN) -
a X.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a X.1.1 P10' - P4' (pier to pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 5.282.434.520,00 8,291 1,036 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744
b -
a X.2.2 Jacking dan Stressing kg 405.477.120,00 0,636 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080
b -
a X.4 Pemasangan Pot Bearing P15' - P10 -
a FIX unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD1 unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD2 unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015
a MD unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015

RENCANA 63.711.737.290,00 100,000 0,225 0,725 0,950 0,950 1,592 2,041 2,041 2,041 3,204 2,113 2,966 2,966 3,415 5,562 5,407 7,241 9,636 7,946 8,826 9,482 6,146 2,973 2,907 2,231 1,893 1,893
b RENCANA KOMULATIF 100,00 0,225 0,950 1,900 2,850 4,442 6,482 8,523 10,564 13,768 15,882 18,848 21,813 25,228 30,789 36,197 43,438 53,074 61,020 69,846 79,329 85,474 88,447 91,355 93,586 95,479 97,373
b REALISASI 1,667 3,111 3,022 3,015 2,277 0,687 0,717 2,256 1,310 2,587 1,367 0,231 2,194 10,903 5,402 7,240 9,635 7,947 8,826 9,482 6,146 2,973 2,907 2,231 1,865
REALISASI KOMULATIF 1,667 4,778 7,801 10,816 13,093 13,780 14,498 16,754 18,064 20,649 22,017 22,248 24,442 35,344 40,747 47,987 57,622 65,569 74,395 83,878 90,023 92,996 95,904 98,135 100,000
DEVIASI 1,443 3,828 5,901 7,966 8,651 7,298 5,974 6,190 4,295 4,768 3,169 0,435 -0,786 4,555 4,550 4,549 4,548 4,549 4,549 4,549 4,549 4,549 4,549 4,549 4,521

Universitas Sumatera Utara


KURVA S
PEKERJAAN : PEMASANGAN BOX GIRDER PADA PEMBANGUNAN JALAN KA LAYANG
ANTARA MEDAN - BANDAR KHALIPAH LINTAS MEDAN - KUALANAMU (MBK-6)
DEPARTEMEN / INSTANSI : KEMENTRIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
BALAI TEKNIK PERKERETAAPIAN SUMATERA BAGIAN UTARA ( PPK SUMBAGUT )
KONTRAKTOR : PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk
NO KONTRAK : 01/SP-MBK-6/BTP-SBU/VII/2018
JANGKA WAKTU : 182 HARI KALENDER
KONSULTAN SUPERVISI : DAJAKARA, KSO -

MINGGU KE -

NO URAIAN PEKERJAAN SAT JUMLAH HARGA BOBOT 02/07/2018 09/07/2018 16/07/2018 23/07/2018 30/07/2018 06/08/2018 13/08/2018 20/08/2018 27/08/2018 03/09/2018 10/09/2018 17/09/2018 24/09/2018 01/10/2018 08/10/2018 15/10/2018 22/10/2018 29/10/2018 05/11/2018 12/11/2018 19/11/2018 26/11/2018 03/12/2018 10/12/2018 17/12/2018 24/12/2018 KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

a A PEKERJAAN PEMASANGAN BOX GIRDER


a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a I.1 PEKERJAAN BOX GIRDER 100%
a I.1.1 P6 - P7 (portal - portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.760.682.830,00 2,764 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276
a I.1.2 P2BJ - P5BJ (pier - pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 3.028.019.320,00 4,753 0,951 0,951 0,951 0,951 0,951
b -
a I.2.2 Jacking dan Stressing kg 349.101.360,00 0,548 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055 0,055
b -
a I.4 Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ -
a FIX unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD1 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD2 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a MD unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a II.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a II.1.1 P7 - P8 (portal - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.760.682.830,00 2,764 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276 0,276
a II.1.2 P1BJ - P2BJ (pier - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 945.001.440,00 1,483 0,890 0,148 0,148 0,148 0,148
b -
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 218.689.060,00 0,343 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034
b -
a II.3 Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ -
a FIX unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
a OD1 unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
a OD2 unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
a MD unit 6.461.000,00 0,010 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a III.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a III.1.1 P8 - P13 (portal - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 10.564.869.040,00 16,582 0,207 0,207 0,415 0,415 0,415 0,829 0,829 0,829 0,829 0,415 0,415 0,415 0,829 0,415 0,829 0,829 0,829 1,658 1,658 1,658 1,658
b -
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 878.595.400,00 1,379 0,017 0,017 0,034 0,034 0,034 0,069 0,069 0,069 0,069 0,034 0,034 0,034 0,069 0,034 0,069 0,069 0,069 0,138 0,138 0,138 0,138
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a IV.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a IV.1.1 P14 - P20 (portal - portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 10.564.869.040,00 16,582 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 0,488 1,951 1,951 0,975 1,951 2,926
a IV.1.2 P20 - P22 (pier - portal) -
a Pekerjaan Pengadaan Box Precast (Bentang 40m) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.954.083.860,00 3,067 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383 0,383
b -
a IV.2.2 Jacking dan Stressing kg 286.268.580,00 0,449 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,053 0,053 0,026 0,053 0,079
b -
a IV.4 Pemasangan Pot Bearing P20 - P22 - 75%
a FIX unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD1 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a OD2 unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
a MD unit 19.383.000,00 0,030 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a V.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a V.1.1 P4" - P5 (pier to pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 9.084.057.960,00 14,258 0,792 0,792 1,584 1,584 1,584 1,584 1,584 1,584 3,168
a V.1.2 P5 - P6 (pier to pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 945.001.440,00 1,483 0,247 0,247 0,247 0,247 0,247 0,247
b -
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 687.938.740,00 1,080 0,060 0,060 0,120 0,120 0,120 0,120 0,120 0,120 0,240
b -
a V.5 Pemasangan Pot Bearing P4"- P5 -
a FIX unit 58.149.000,00 0,091 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD1 unit 58.149.000,00 0,091 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD2 unit 64.610.000,00 0,101 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
a MD unit 64.610.000,00 0,101 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a VI.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a VI.1.1 P1"BJ - P5"BJ (portal to portal) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 3.521.751.690,00 5,528 0,691 0,691 0,691 1,382 0,691 0,691 0,345 0,345
a VI.1.2 P5'BJ - P6 (portal to portal double) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 880.534.430,00 1,382 0,346 0,346 0,346 0,346
b -
a VI.2.2 Jacking dan Stressing kg 367.573.120,00 0,577 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a VIII.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
Universitas Sumatera Utara
MINGGU KE -

NO URAIAN PEKERJAAN SAT JUMLAH HARGA BOBOT 02/07/2018 09/07/2018 16/07/2018 23/07/2018 30/07/2018 06/08/2018 13/08/2018 20/08/2018 27/08/2018 03/09/2018 10/09/2018 17/09/2018 24/09/2018 01/10/2018 08/10/2018 15/10/2018 22/10/2018 29/10/2018 05/11/2018 12/11/2018 19/11/2018 26/11/2018 03/12/2018 10/12/2018 17/12/2018 24/12/2018 KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

a VIII.1.1 P15" - P10" (pear to pear) -


a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 5.046.570.190,00 7,921 1,980 1,980 1,980 1,980
a VIII.1.2 P1BJ - P1'BJ (portal to portal double) -
a Pekerjaan Pengadaan Box Precast (Bentang 40m) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.760.682.830,00 2,764 0,691 0,496 0,496 0,496
b -
a VIII.2.2 Jacking dan Stressing kg 502.744.580,00 0,789 0,197 0,197 0,197 0,197
b -
a VIII.4 Pemasangan Pot Bearing P15' - P10 -
a FIX unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
a OD1 unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
a OD2 unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
a MD unit 32.305.000,00 0,051 0,013 0,013 0,013 0,013
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS -
a IX.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a IX.1.1 P7BJ - P5BJ (pier to pier) - 50%
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 2.018.550.870,00 3,168 0,634 1,267 0,634 0,317 0,317
a IX.2 Pekerjaan Box Precast - Pengadaan dan Pemasangan Tendon -
a Pekerjaan Box Precast P7BJ - P5BJ (pier to pier) -
b -
a IX.2.3 Jacking dan Stressing kg 135.159.040,00 0,212 0,042 0,085 0,042 0,021 0,021
b -
a IX.4 Pemasangan Pot Bearing P7BJ - P5BJ -
a FIX unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD1 unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD2 unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a MD unit 12.922.000,00 0,020 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
b -
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS (ARAH PULO BERAYAN) -
a X.1 PEKERJAAN BOX GIRDER -
a X.1.1 P10' - P4' (pier to pier) -
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 5.282.434.520,00 8,291 1,036 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744
b -
a X.2.2 Jacking dan Stressing kg 405.477.120,00 0,636 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080 0,080
b -
a X.4 Pemasangan Pot Bearing P15' - P10 -
a FIX unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD1 unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015
a OD2 unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015
a MD unit 38.766.000,00 0,061 0,015 0,015 0,015 0,015

RENCANA 63.711.737.290,00 100,000 0,225 0,725 0,950 0,950 1,592 2,041 2,041 2,041 3,204 2,113 2,966 2,966 3,415 5,562 5,407 7,241 9,636 7,946 8,826 9,482 6,146 2,973 2,907 2,231 1,893 1,893
b RENCANA KOMULATIF 100,00 0,225 0,950 1,900 2,850 4,442 6,482 8,523 10,564 13,768 15,882 18,848 21,813 25,228 30,789 36,197 43,438 53,074 61,020 69,846 79,329 85,474 88,447 91,355 93,586 95,479 97,373
b REALISASI 1,667 3,111 3,022 3,015 2,277 0,687 0,717 2,256 1,310 2,587 1,367 0,231 2,194
REALISASI KOMULATIF 1,667 4,778 7,801 10,816 13,093 13,780 14,498 16,754 18,064 20,649 22,017 22,248 24,442
DEVIASI 1,443 3,828 5,901 7,966 8,651 7,298 5,974 6,190 4,295 4,768 3,169 0,435 -0,786

Universitas Sumatera Utara


KURVA S
-

MINGGU KE -

NO URAIAN PEKERJAAN SAT VOLUME JUMLAH HARGA BOBOT 02/07/2018 09/07/2018 16/07/2018 23/07/2018 30/07/2018 06/08/2018 13/08/2018 20/08/2018 27/08/2018 03/09/2018 10/09/2018 17/09/2018 24/09/2018 01/10/2018 08/10/2018 15/10/2018 22/10/2018 29/10/2018 05/11/2018 12/11/2018 19/11/2018 26/11/2018 03/12/2018 10/12/2018 17/12/2018 24/12/2018 KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

a A PEKERJAAN PEMASANGAN BOX GIRDER


a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a I.1 PEKERJAAN BOX GIRDER 100%
a I.1.1 P6 - P7 (portal - portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 456,10 1.760.682.830,00 1,985 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199
a I.1.2 P2BJ - P5BJ (pier - pier)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 784,40 3.028.019.320,00 3,414 0,683 0,683 0,683 0,683 0,683
b
a I.2.2 Jacking dan Stressing kg 75.891,60 349.101.360,00 0,394 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039
a I.4 Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ
a FIX unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD1 unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD2 unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a MD unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a II.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a II.1.1 P7 - P8 (portal - portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 456,10 1.760.682.830,00 1,985 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199
a II.1.2 P1BJ - P2BJ (pier - portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 244,80 945.001.440,00 1,065 0,639 0,107 0,107 0,107 0,107
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 47.541,10 218.689.060,00 0,247 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025
a II.3 Pemasangan Pot Bearing P2BJ - P5BJ
a FIX unit 1,00 6.461.000,00 0,007 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
a OD1 unit 1,00 6.461.000,00 0,007 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
a OD2 unit 1,00 6.461.000,00 0,007 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
a MD unit 1,00 6.461.000,00 0,007 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a III.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a III.1.1 P8 - P13 (portal - portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 2.736,80 10.564.869.040,00 11,911 0,149 0,149 0,298 0,298 0,298 0,596 0,596 0,596 0,596 0,298 0,298 0,298 0,596 0,298 0,596 0,596 0,596 1,191 1,191 1,191 1,191
b
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 190.999,00 878.595.400,00 0,991 0,012 0,012 0,025 0,025 0,025 0,050 0,050 0,050 0,050 0,025 0,025 0,025 0,050 0,025 0,050 0,050 0,050 0,099 0,099 0,099 0,099
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a IV.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a IV.1.1 P14 - P20 (portal - portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 2.736,80 10.564.869.040,00 11,911 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 1,401 1,401 0,701 1,401 2,102
a IV.1.2 P20 - P22 (pier - portal)
a Pekerjaan Pengadaan Box Precast (Bentang 40m)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 506,20 1.954.083.860,00 2,203 0,275 0,275 0,275 0,275 0,275 0,275 0,275 0,275
a IV.2.2 Jacking dan Stressing kg 62.232,30 286.268.580,00 0,323 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,038 0,038 0,019 0,038 0,057
a IV.4 Pemasangan Pot Bearing P20 - P22 75%
a FIX unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD1 unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a OD2 unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a MD unit 3,00 19.383.000,00 0,022 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a V.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a V.1.1 P4" - P5 (pier to pier)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 2.353,20 9.084.057.960,00 10,242 0,569 0,569 1,138 1,138 1,138 1,138 1,138 1,138 2,276
a V.1.2 P5 - P6 (pier to pier)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 244,80 945.001.440,00 1,065 0,178 0,178 0,178 0,178 0,178 0,178
a II.2.2 Jacking dan Stressing kg 149.551,90 687.938.740,00 0,776 0,043 0,043 0,086 0,086 0,086 0,086 0,086 0,086 0,172
a V.5 Pemasangan Pot Bearing P4"- P5
a FIX unit 9,00 58.149.000,00 0,066 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011
a OD1 unit 9,00 58.149.000,00 0,066 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011
a OD2 unit 10,00 64.610.000,00 0,073 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012
a MD unit 10,00 64.610.000,00 0,073 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a VI.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a VI.1.1 P1"BJ - P5"BJ (portal to portal)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 912,30 3.521.751.690,00 3,971 0,496 0,496 0,496 0,993 0,496 0,496 0,248 0,248
a VI.1.2 P5'BJ - P6 (portal to portal double)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 228,10 880.534.430,00 0,993 0,248 0,248 0,248 0,248
a VI.2.2 Jacking dan Stressing kg 79.907,20 367.573.120,00 0,414 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a VIII.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a VIII.1.1 P15" - P10" (pear to pear)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.307,30 5.046.570.190,00 5,690 1,422 1,422 1,422 1,422
a VIII.1.2 P1BJ - P1'BJ (portal to portal double)
a Pekerjaan Pengadaan Box Precast (Bentang 40m)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 456,10 1.760.682.830,00 1,985 0,496 0,496 0,496 0,496
a VIII.2.2 Jacking dan Stressing kg 109.292,30 502.744.580,00 0,567 0,142 0,142 0,142 0,142
a VIII.4 Pemasangan Pot Bearing P15' - P10
a FIX unit 5,00 32.305.000,00 0,036 0,009 0,009 0,009 0,009
a OD1 unit 5,00 32.305.000,00 0,036 0,009 0,009 0,009 0,009
a OD2 unit 5,00 32.305.000,00 0,036 0,009 0,009 0,009 0,009
a MD unit 5,00 32.305.000,00 0,036 0,009 0,009 0,009 0,009
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
a IX.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a IX.1.1 P7BJ - P5BJ (pier to pier) 50%
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 522,90 2.018.550.870,00 2,276 0,455 0,910 0,455 0,228 0,228
a IX.2 Pekerjaan Box Precast - Pengadaan dan Pemasangan Tendon
a Pekerjaan Box Precast P7BJ - P5BJ (pier to pier)
a IX.2.3 Jacking dan Stressing kg 29.382,40 135.159.040,00 0,152 0,030 0,061 0,030 0,015 0,015
a IX.4 Pemasangan Pot Bearing P7BJ - P5BJ
a FIX unit 2,00 12.922.000,00 0,015 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003
a OD1 unit 2,00 12.922.000,00 0,015 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003
a OD2 unit 2,00 12.922.000,00 0,015 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003
a MD unit 2,00 12.922.000,00 0,015 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003
a PEKERJAAN STRUKTUR ATAS (ARAH PULO BERAYAN)
a X.1 PEKERJAAN BOX GIRDER
a X.1.1 P10' - P4' (pier to pier)
a Pemasangan Segmen Standar, Deviator, Diafragma m3 1.368,40 5.282.434.520,00 5,956 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744 0,744
a X.2.2 Jacking dan Stressing kg 88.147,20 405.477.120,00 0,457 0,057 0,057 0,057 0,057 0,057 0,057 0,057 0,057
a X.4 Pemasangan Pot Bearing P15' - P10
a FIX unit 6,00 38.766.000,00 0,044 0,011 0,011 0,011 0,011
a OD1 unit 6,00 38.766.000,00 0,044 0,011 0,011 0,011 0,011
a OD2 unit 6,00 38.766.000,00 0,044 0,011 0,011 0,011 0,011
a MD unit 6,00 38.766.000,00 0,044 0,011 0,011 0,011 0,011
RENCANA 0,161 0,521 0,682 0,682 1,143 1,466 1,466 1,466 2,302 1,518 2,130 2,130 2,453 3,995 4,094 5,411 7,132 5,917 6,689 7,161 4,764 2,136 2,088 1,603 1,360 1,360
b RENCANA KOMULATIF 63.711.737.290,00 0,161 0,682 1,365 2,047 3,191 4,656 6,122 7,588 9,890 11,408 13,538 15,669 18,121 22,116 26,210 31,622 38,753 44,671 51,360 58,521 63,285 65,420 67,509 69,111 70,471 71,831

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai