Muhammad Arifuddin
2011031011
Pembimbing :
Syafril Daus ST, MT.
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Lapangan ini dibuat dan disetujui serta disahkan untuk
memenuhi persyaratan Praktek Kerja Lapangan semester ganjil tahun akademik
2023/2024 program studi DIV Teknik Perencanaan Irigasi dan Rawa , Jurusan
Teknik Sipil , Politeknik Negeri Padang.
Disusun oleh :
Nim : 2011031011
Disetujui oleh:
Satwarnirat, ST.,MT.
NIP. 19660619 199003 2 002
ii
KATA PENGANTAR
iii
Akhir kata penulis berharap laporan ini bermanfaat terutama di bidang
Perencanaan Irigasi dan Rawa.
Muhammad Arifuddin
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek kerja lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib bagi
mahasiswa program studi D-IV Perencanaan Irigasi dan Rawa. Praktek kerja
lapangan adalah pengamatan terhadap suatu proyek di lapangan, sehingga
mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di lapangan secara langsung
dan mampu mengaitkannya dengan teori dan praktek yang didapat di bangku
kuliah. Selama mengikuti praktek kerja lapangan, disamping melakukan
pengamatan langsung juga sedapat mungkin ikut aktif di lapangan, sehingga
diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama
pelaksanaan proyek tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan skill dan
kemampuan serta profesionalisme kinerja. Dengan demikian akan menumbuhkan
sikap mandiri dan kritis dalam diri manusia tersebut serta diharapkan mahasiswa
dapat mengembangkan kreatifitasnya di lapangan.
Berdasarkan Surat Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
No HM.05.06-Ah.1/10/ dan Surat Tugas Kerja Praktek no 192/PL9.3/PP2023 dari
Politeknik Negeri Padang, Durasi kerja praktik ditetapkan selama 3 (Tiga) bulan
dalam kurun tanggal 14 Agustus 2023 s.d. 14 November 2023 di Bendungan Tiga
Dihaji, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan di
bawah naungan Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera Selatan VIII.
Dalam praktek kerja lapangan ini penulis mendapatkan kesempatan untuk
mengamati secara langsung sekaligus mengembangkan kreatifitas pada Proyek
Pembangunan Bendungan Tiga Dihaji yang berlokasi di Kecamatan Tiga Dihaji,
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.
viii
1.2 Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.1.1. Maksud
Adapun bahasan dari laporan ini adalah tentang pekerjaan yang sedang
berlangsung di lapangan yang dapat penulis amati, yaitu :
a. Deskripsi Proyek Pembangunan Bendungan Tiga Dihaji
b. Pekerjaan Galian Terowongan Pengelak pada Bendungan Tiga Dihaji
c. Pekerjaan Pemasangan Steel Rib pada Terowongan Pengelak
d. Tinjauan Khusus Metode Pelaksanaan Pekerjaan Galian Terowongan
Pengelak Bendungan Tiga Dihaji, OKU Selatan, Provinsi Sumatra Selatan
x
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
Untuk memberikan pengertian yang jelas dan mudah dipahami, laporan ini
disusun sesuai urutan kegiatan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Memaparkan mengenai latar belakang Praktek Kerja Lapangan, tujuan Praktek
Kerja Lapangan, metode pengumpulan data, rumusan masalah, batasan masalah,
serta sistematika laporan.
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
Menjelaskan mengenai latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, lokasi
proyek, data umum proyek, data teknis proyek, srtuktur organisasi, manajemen
proyek dan tinjauan perencanaan pnroyek.
BAB III TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK
Pada bab ini, Penulis akan menjelaskan mengenai uraian umum, uraian pekerjaan
paket 4, pengendalian waktu pelaksanaan, dan pengendalian biaya (meliputi
pengendalian biaya material, pengendalian biaya sumber daya manusia,
pengendalian biaya peralatan), dan pengendalian kesehatan, keselamatan kerja
dan lingkungan (K3L).
BAB IV STUDI KASUS
Pada bab ini, Penulis akan menjelaskan mengenai tinjauan kasus umum, aspek
teknis, dan aspek non teknis. Aspek teknis merupakan uraian mengenai studi
kasus, sementara aspek non teknis merupakan aspek-aspek yang berkaitan di
lapangan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini, Penulis akan memaparkan kesimpulan mengenai laporan secara
keseluruhan dan saran untuk terciptanya aspek kerja secara baik dan benar.
xi
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
1.6 Latar Belakang
Layout luas areal irigasi yang diairi secara detail dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
BendunganTigadihaji
Kab. OKU Selatan
xiii
1.7 Maksud dan Tujuan Proyek
xiv
e. Pelaksana Pekerjaan
xv
1.1.1. Data-Data Teknis Proyek
a. Data Umum
1) Sungai : Sungai Selabung
2) Nama Bendungan : Tiga Dihaji
3) Koordinat : 4˚37' 44, 154 " LS 103˚ 52'36,
748 BT
4) Wilayah : Desa Sukabumi, Kecamatan
Tiga Dihaji, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan
b. Hidrologi
c. Bendungan
xvi
Gambar 2.4: Desain Penampang Tubuh Bendungan
xvii
19) Tipe Bendungan :Urugan Zonal
inti tegak
20) Tinggi Bendungan : 122 m
21) Elevasi Puncak : 332 m
22) Elevasi Dasar Cut-Off : +210,00 m
23) Panjang Puncak : 950.00 m
24) Lebar Puncak : 12 m
25) Kemiringan Lereng Hulu : 1:2,50
26) Kemiringan Lereng Hilir : 1:2
27) Volume Timbunan Inti Lempung (Zona 1) : 1,78 juta m³
28) Volume Timbunan Filter Halus (Zona 2a) : 0,27 juta m³
29) Volume Timbunan Filter Kasar : 0,27 juta m³
30) Volume Timbunan Batu (Zona 3a) I : 1,77 juta m³
31) Volume Timbunan Batu (Zona 3a) II : 3,05 juta m³
32) Volume Timbunan Batu (Zona 3b) : 2,12 juta m³
33) Volume Timbunan Rip-Rap (Zona 4) : 0,31 juta m³
34) Total Volume Timbunan : 9,57 juta m³
35) Kedalaman Curtain Grouting : 16 m- 120 m
36) Kedalaman Blanket Grouting : 10.00 m
xviii
d. Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel)
1) Lokasi : Bukit tumpuan kanan
2) Tipe : Lingkaran
3) Debit Banjir Desain Q25 : 910,7 m³/det
4) Dimensi Terowongan : 7,00 m
5) Panjang Terowongan : 595 m
6) Diameter : 1 buah X 7,00m
7) Kemiringan Pengelak : 0,00467
e. Cofferdam
1) Elevasi Inlet Dasar Terowongan : +221,00m
2) Elevasi Outlet Dasar Terowongan : +218,41m
3) Kapasitas Maksimum (Q25) Out : 623,51m³/det
4) Tipe Pintu Pengelak : Pintu sorong plat baja
5) Ruang Pintu Pengelak : Bentuk persegi struktur
beton
6) Ukuran Pintu : 7,00 x 7,00m(1 buah)
7) Tipe Ruang Olak Pengelak : USBR I
8) Panjang Ruang Olak Pengelak : 40,00 m
9) Lebar Ruang Olak Pengelak : 35,00 m
10) Elevasi Puncak : 270 m
xix
11) Tinggi dari Dasar Galian : 54 m
12) Kemiringan/ Slope Lereng Hulu : 1:2,50
13) Kemiringan/ Slope Lereng Hilir : 1:2,00
14) Lebar Puncak : 10,00 m
15) Panjang Puncak : 66,00 m
16) Type : Urugan dengan inti miring
f. Bangunan Pelimpah
1) Lokasi : BukitTumpuanKanan
2) Tipe Pelimpah : Frontal Ogee dengan
pintu
xx
3) Elevasi Puncak Mercu : +324,00 m
4) Lebar Bersih Pelimpah : 80,00 m
5) Tinggi Mercu dari Apron : 10,00 m
6) Tipe Kolam Olak : USBR III
7) Panjang Kolam Olak : 40,00 m
8) Kedalaman : 10,42 m
9) Debit Banjir Desain QPMF Out : 3614,0 m³/dt
10) Debit Banjir PMF OUT Lewat Pelimpah : 1728,5 m³/dt
11) Debit Banjir PMF OUT Lewat Pintu : 1885,5 m³/dt
12) Debit Banjir Q1000 Out Lewat Pelimpah : 8,91 m³/dt
13) Debit Banjir Q1000 Out Lewat Pintu : 1171,92 m³/dt
14) Debit Banjir Q100 Out Lewat Pintu : 964,28 m³/dt
xxi
g. Bangunan Pengambilan Untuk Irigasi
1) Lokasi : Bukit tumpuan kiri
2) Tipe intake : Intake Tower
dengan Headrace Unnel
Beton dan Penstock
Baja
3) Ruang Pintu Intake : Bentuk Persegi Struktur
Beton
4) Tipe Pintu Intake : Sorong tegak
5) Debit Rata-Rata untuk Irigasi (RWL 137,00 m) : 54,72 m³/dt
6) Debit Rata-Rata untuk Air Baku : 1,00 m³/dt
7) Trash Rack :1 (set)
8) Elevasi Bangunan Pengatur Pintu : + 331,00 m
9) Elevasi Dasar Intake : + 301,50 m
10) Elevasi Puncak Menara : + 339,25 m
11) Elevasi Dasar Outlet : + 294,25 m
12) Elevasi Power House : 212 m
13) Tinggi Menara : + 37,75 m
14) Debit Rencana (Q25) Out : 804,6 m³/dt
15) Kemiringan Terowongan Pengambilan : 0,0099
16) Ukuran Intake : 5,00x5,00 m
1. Headrace Intake Tunnel
xxii
b) Jenis Pintu Valve Regulator : Gate Valve (Ø2,0 m)
c) Jenis Pintu Pengatur : Slide Gate Valve (Ø 2,0
m)
d) Jenis Pintu Outlet : Hollow Jet (Ø 2,0 m)
e) Elevasi Dasar Outlet Pipa : +212,00 m
4. Bottom Outlet
xxiii
Gambar 2.7: Desain Penampang Bangunan Pengambilan (Intake)
xxiv
i. Instalasi Pembangkit Tenaga Listrik
1) Lokasi : Bukittumpuan kiri
hilir
2) Jenis Gedung Pembangkit : Indoor
3) Ukuran Gedung :Tinggi maksimum diatas
pondasi 27 x 78x 22 m
4) Kapasitas Terpasang : 4 unit x 10,0 MW
1) Turbin
xxv
c. Luas Areal Irigasi : 38.489,5 Ha
d. Air Baku : 1 m³/det
e. PLTA : 40 MW
xxvi
2.4 Pemilihan Penyedia Jasa
xxvii
d. Tender,dilaksanakan dalam hal tidak menggunakan metode pemilihan
penyedia sebagaimana e-purchasing, pengadaan langsung, penunjukan
langsung dan tender cepat.
xxviii
2.5 Sistem Kontrak
xxix
1.1.4. Harga Kontrak
Harga kontrak untuk melaksanakan Proyek Pembangunan Bendungan Tiga
Dihaji secara keseluruhan adalah Rp 3.744.156.521.000,- (Tiga Trilyun Tujuh
Ratus Empat Puluh Empat Milyar Seratus Lima Puluh Enam Juta Lima Ratus Dua
Puluh Satu Ribu Rupiah) termasuk PPN 10%. Dengan rincian sebagai berikut :
a. Harga kontrak pelaksanaan paket 1 senilai Rp 1.077.580.618.000,-
(Satu Trilyun Tujuh Puluh Tujuh Milyar Lima Ratus Delapan Puluh
Juta Enam Ratus Delapan Belas Ribu Rupiah)
xxx
5. Laporan hasil pengujian-pengujian yang dipersyaratkan; dan
6. Dokumentasi dengan menggunakan kamera dan/atau drone (foto
dan/atau video) pelaksaan pekerjaan.
xxxii
2.6 Ruang Lingkup Proyek dan Tahapan dalam Manajemen Proyek
xxxiii
Selatan dapat dilihat pada gambar berikut :
Satker PB
BBWS S VIII
PPK PPK PB
Perencanaan
Pengawas C C C Direksi
KONTRAKTOR
KONSULTAN
Keterangan :
: Garis Perintah
C : Direksi
xxxv
1.2.1. Hubungan Kontraktor dengan Pemilik Proyek
xxxvi
1.3. Wewenang dan Tanggung Jawab dalam Struktur Organisasi Proyek
Menurut buku Manajemen Proyek Konstruksi (Ervianto, Wulfram I, 2005 :
44 -47) hak dan kewajiban masing - masing pihak yang terlibat dalam proyek
sebagai berikut :
1.3.1. Pemilik Proyek (Owner)
xxxvii
Wewenang Pemberi Tugas adalah sebagai berikut :
PPK BENDUNGAN
PPK PERENCANAAN
I DAN II
1.3.2. Konsultan
Menurut buku Manajemen Proyek Konstruksi (Ervianto, Wulfram I, 2005:
45) pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
konsultan perencana dan konsultan pengawas.
1.3.3. Konsultan Perencana
Menurut buku Manajemen Proyek Konstruksi (Ervianto, Wulfram I, 2005:
45) konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang
melekat erat membentuk sebuah sistem bangunan.
xxxviii
Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah :
xl
Gambar 2.12: Struktur Organisasi Konsultan Supervisi Pembangunan
Bendungan Tiga Dihaji
xli
1.3.5. Kontraktor
Menurut buku Manajemen Proyek Konstruksi (Ervianto, Wulfram I, 2005 :
46-46) kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan
berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat - syarat yang ditetapkan.
Kontaktor pada proyek Pembangunan Bendungan Tiga Dihaji Paket 1 adalah PT.
Hutama Karya (Persero) – PT. Basuki Rahmanta Putra, KSO; Paket 2
dilaksanakan oleh PT. Waskita Karya (Persero) Tbk – PT Jaya Kontruksi
Manggala Pratama, Tbk – PT. SAC Nusantara, KSO; Paket 3 dilaksanakan oleh
PT. Nindya Karya (Pesero), Tbk – Taruna Putra Pertiwi, KSO; Paket 4
dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk – PT. Rudy Jaya, KSO.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah :
xlii
Gambar 2.13 Struktur Organisasi Penyedia Konstruksi Proyek
Pembangunan Bendungan Tiga Dihaji WIJAYA KARYA-RUDY JAYA,
KSO.
xliii
xliv
1.3.6. Sub-Kontaktor
Menurut buku Manajemen Proyek Sub-kontraktor adalah pihak yang
ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian
pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian
khusus/spesialis (Husen,Abrar, 2010 : 19).
1.3.7. Pemasok (Supplier)
Menurut buku Manajemen Proyek Pemasok adalah pihak yang ditunjuk oleh
kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan
oleh pemilik (Husen,Abrar, 2010 : 19).
1.3.8. Tugas dan Tanggung Jawab
Adapun penjelasan bagian bagian unsur-unsur yang terkait dalam struktur
organisasi dari gambar diatas sebagai berikut:
a. Project Manager
45
keluarkan organisasi, harus mengambil keputusan dengan
wewenang yang terbatas dari organisasi.
b. Deputi Manager Proyek
46
5. Menetapkan Standar pekerjaan dan sumber daya sesuai syarat
kontrak.
f. Kasie Komersial
3. Perpajakan.
4. Umum.
47
h. Drafter
48
komposisi material yang dipergunakan.
j. Laboraturium
Tugas Laborat antara lain:
49
sebagai dasar certify pembayaran kepada kontraktor.
5. Konsultan juga bertanggung jawab terhadap hal-hal antara lain :
50
pekerjaan bangunan termasuk gambar purna bangun seluruh
bangunan dan fasilitas pelengkapnya.
k. Membantu pengguna jasa dalam pelaksaan administrasi kontrak.
51
berfungsi sebagai penunjang para pihak terkait untuk melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan administratif, pertemuan, tempat
untuk melaksanakan meeting para direksi lapangan, dan lain-lain. Pada
proyek pembangunan Bendungan Tiga Dihaji direksi keet berada di
wilayah proyek.
c. Pos Keamanan
Pos keamanan merupakan tempat security untuk berjaga selama proyek
berlangsung. Security memiliki peran dan fungsi tugas keamanan sekitar
area proyek, selain itu security dapat membantu.
Mess pegawai ini berfungsi sebagai tempat tinggal sementara untuk para
pegawai yang tidak memiliki tempat tinggal di sekitar lokasi proyek.
Mess pegawai ini juga terletak di lokasi proyek. Mess pegawai ini
memiliki beberapa fasilitas penunjang seperti kamar tidur, toilet,
ruang ibadah, dan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan semua
52
pegawai.
f. Ruang Rapat
Ruang rapat merupakan salah satu ruangan penting di kantor atau yang
berada di area direksi keet. Ruang rapat ini berfungsi sebagai tempat
pertemuan untuk membicarakan pekerjaan di proyek antar sesama
pegawai.
53
g. QHSE/Klinik
QHSE ini berfungsi sebagai tempat berobat untuk karyawan maupun
pekerja.
h. Kantin
Kantin merupakan sebuah ruangan yang digunakan oleh pegawai
untuk melakukan kegiatan minum dan makan.
i. Lapangan Olahrga
Lapangan Olah raga adalah sebuah area yang digunakan para
pegawai untuk berolah raga seperti bermain volly,badminton, futsal, dan
lain-lain.
54
Gambar 2.22: Lapangan Olah Raga
j. Labor
Labor merupakan ruangan yang digunakan laborat untuk melakukan
berbagai pengujian misalnya pengujian material timbunan dan lain-lain.
55
diperhatikan dan dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah sumber daya yang tersedia sesuai kebutuhan proyek
b. Kondisi keuangan membayar sumber daya yang akan digunakan
c. Produktivitas sumber daya
d. Kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan
e. Efektivitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan.
Tenaga kerja ahli merupakan tenaga kerja yang telah terdidik dan
terlatih serta sedikit banyaknya telah memiliki pengalaman dibidang
keahliannya masing-masing, seperti: kontraktor, konsultan perencana,
konsultan pengawas, tenaga ahli mekanikal elektrikal dan sebagainya.
2. Tenaga Kerja Menengah
56
Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang melaksanakan
pekerjaan- pekerjaan berat yang banyak menggunakan tenaga fisik
dan keterampilan dalam bekerja dilapangan, seperti : tukang besi,
tukang batu, tukang kayu, buruh, pekerja supir dan sebagainya.
57
NO Alat pelindung diri Keterangan
pernafasan dari partikel debu pada saat
pekerjaan konstruksi dilakukan, masker
juga berfungsi sebagai pencegah
penyebab virus.
5 Sarung Tangan Sarung tangan berfungsi untuk
melindungi tangan dari berbagai
macam bahaya contohnya tergores
benda tajam seperti potongan besi atau
kawat.
6 Kaca Mata Kaca mata berfungsi untuk melindungi
Mata dari masuknya debu atau partikel-
partikel yang dapat menyebabkan
iritasi mata atau risiko-risiko yang
dapat terjadi pada mata
58
2.1.3 Safety Morning Talk
Safety morning talk ini bertujuan untuk memotivasi semua pihak yang
terlibat dalam proyek, dalam acara ini juga membahas tentang informasi baru
seperti pekerja yang teladan akan diberikan penghargaan, dan pekerja yang
melanggar peraturan akan diberikan sanksi. Kegiatan safety morning talk ini di
adakan setiap hari selasa kamis dan sabtu.
59
adalah sebagai berikut :
1) Pukul 08.00 – 11.30 WIB adalah jam bekerja
2) Pukul 11.30 – 13.00 WIB adalah jam isitirahat
3) Pukul 13.00 – 17.00 WIB adalah jam bekerja
b) Jam kerja lembur
Jam kerja lembur dihitung apabila pekerjaan dilakukan sampai melebihi jam
kerja biasa. Jam kerja lembur dilakukan apabila ada pekerjaan yang menuntut
harus segera diselesaikan, agar target bagian pekerjaan tersebut tercapai dan tidak
mengalami deviasi yang terlalu banyak. Adapun rincian jam kerja lembur adalah
sebagai berikut :
1) Pukul 17.00 – 19.00 WIB adalah istirahat lembur
2) Pukul 19.00 – 22.00 WIB adalah jam kerja lembur
60
Gambar Kerja (Shop drawing)
61
Gambar 2.29: Ptongan melintang terowongan pengelak
62
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK
3.1 Uraian Umum
63
Daerah tangkapan air Waduk Tiga Dihaji mempunyai luas 1158,2 km 2,
panjang sampai dengan 71,29 km dengan kemiringan rata-rata sungai sebesar
0,0025. Pemanfaatan lahan di DAS Selabung di dominasi oleh Pertanian Lahan
Kering (47,12), Sawah Irigasi (1,5%), Kawasan Fungsi Lindung (23,8%), dengan
komposisi sebagai tertera pada tabel 3.1 diatas.
Kemiringan tanah daerah tangkapan air Waduk Tiga Dihaji relatif terjal,
dengan kemiringan rata-rata 18%-35%. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat
erosi lahan di daerah aliran sungai cukup besar. Ditambah lagi pola pemanfaatan
lahan yang cenderung memperkecil penutupan lahan (land covering) akan
memperbesar laju sedimentasi sungai. Pada umumnya kondisi cuaca di DAS
Selabung sepanjang tahun adalah relatif hangat dan lembab dengan sedikit ada
variasi temperatur. Variasi cuaca disebabkan oleh sifat alam dari daerah
pegunungan yaitu perbedaan dari ketinggian tersebut. Di DAS Selabung terdapat
dua musim setiap tahun, yaitu musim penghujan (November-April) dan musim
kemarau (Mei-Oktober). Hampir 80 % curah hujan terjadi pada musim penghujan.
Pada musim kemarau curah hujan relatif berkurang. Sehingga dibeberapa tempat
kekurang air. Curah hujan tahunan rata-rata di DAS Selabung sebesar 2732 mm.
Terdapat 1(satu) stasiun hujan yang berada di DAS bendungan dengan data
dengan keadaan kuantitas data kurang. Lokasi stasiun hujan dimaksud pos 217 di
Banding Agung, namun sejak juni tahun 1999 tidak ada lagi data yang keluar dari
stasiun tersebut. Pengumpulan data sekunder dari stasiun hujan yang lain yang
berada di sekitar DAS Bendungan yaitu POS Tanjung Raya.
64
g. Penyediaan Vidio dan foto selama kegiatan kontruksi
h. Soil Investigasi pada jalur terowongan (diversion tunnel) dan jalur pipa
penstok
65
3.2.2 Bangunan pengelak
a. Pekrjaan Dewatering
- Selama pekerjaan konstruksi galian terbuka dan galian
66
- Beton k-225 tipe B untuk Terowongan
f. Pekerjaan Driling dan Grouting
- Drilling Consolidasi grouting 0-5m
- Water pressure test untuk pilot dan check hole (7 Tekanan)
- Grouting Termasuk material dan peralatan
g. Pekerjaan Emergency Release
- Pekerjaan Tanah , Clearing dan gubbring dibuang kedisposal
dengan jarak 1000m-1500m dan timbunan tanah kembali
dipadatkan
- Bangunan Peredam energi , 1 m3 Beton mutu fc’ = 19,3 (K-
225) Type A
- Bangunan Operasional Pintu, 1 m3 Beton (K-225) Type A
h. Pekrjaan Driling dan Grouting Bendungan
- Blanket, kedalaman 0 – 10m
- Grouting termasuk material dan peralatan
i. Pekerjaan bangunan pengambil
- Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Proteksi
- Pekerjaan Beton, 1 m3 Beton Mutu fc’ = 19,3 mpa (K-225)
- Pekerjaan Pipa Pesat , Pipa Pesat Ø 4,0 mm
j. Pekerjaan lain lain
- Handrail, Glavanis pipe Diameter 3* (termasuk cat)
- Besi untuk tangga (pilot lader), besi glavanis diameter 22mm
67
dan pengujian laboratorium pengujian secara visual dilakukan dengan cara
melihat beton ready mix yang ada digunakan. Hal yang perlu diperhatikan adalah
kondisi beton ready mix yang tidak mencapai serta memiliki campuran yang
homogen yang dapat dilihat dari warnanya. Namun, tidak cukup jika mengetahui
mutu beton ready mix hanya dengan pengamatan visual. Oleh kaerna itu, perlu
dilakukan pengujian dengan alat, dalam hal ini adalah slump test di lapangan dan
tes kuat tekan beton di laboratorium.
1) Uji slump
Uji slump adalah suatu uji empiris atau metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi atau kekakuan (dapat dikerjkan atau tidak) dari campuran
beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya.
Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan apakah campuran
beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air. Selain itu, yang dipakai tidak terlalu
kental dan tidak terlalu encer, maka aduka beton dianjurkan untuk memiliki nilai
slump yang terletak dalam klasifikasi yang telah ditetapkan.
Pengujian slump ini dilakukan ketika adukan beton datang di lokasi proyek
dan langsung diambil dari truck mixer dengan disaksikan oleh konsultan
pengawas.
Nilai slump yang digunakan pada proyek pembangunan bendungan tiga dihaji ini,
antara lain :
a) untuk pekerjaan shotcrete pada slope protection
b) untuk pekerjaan terowonga pengelak
c) untuk pekerjaan konstruksi suport block
Pada dasarnya terdapat 3 jenis nilai slump yang terjadi, yaitu :
a. Slump sejati (True Slump)
Pada jenis ini, nilai faktor air semen rendah yang berakibat beton menjadi
kaku. Sifat pengerjaan akan menjadi lebih sulit karena adukan beton akan
sulit untuk memasuki rongga dan ruang.
68
Gambar 3.1: Slump sejati
b. Slump plastis (Shear)
Ini adalah kondisi yang diharapkan, dimana nilai faktor air semen (f.a.s)
telah mencukupi sehingga adukan beton tidak terlalu kental dan tidak terlalu
encer.
69
b. Tongkat pemadat diameter 1,6 cm panjang 60 cm dengan ujung
dibulatkan.
c. Plat atas yang terbuat dari plat baja atau bahan-bahan lain yang kedap air
sebagai alas kerucut.
d. Mistar yang rata dan meteran
e. Ember dan sendok
f. Stop watch atau penunjuk waktu lainnya
Pada proyek ini nilai slump berkisar 7-12 cm, yang berarti dapat dikatakan
bahwa nilai slumpnya memenuhi ketentuan SNI Kekentalan adukan beton ini
dipengaruhi oleh :
1) Jumlah dan jenis semen Nilai faktor Air Semen ( FAS ), yaitu
perbandingan antara berat air dengan semen
2) Jenis dan susunan butiran agregat
3) Penggunaan bahan pembantu untuk campuran beton
70
Gambar 3.4: pengujian slump
2) Uji Kekuatan (Cruising Test)
Cruising test berguna untuk menguji kuat tekan atau karakteristik beton
dengan terlebih dahulu membuat benda uji berbentuk silinder dengan dimensi
15x30cm. Jadi ini merupakan elevasi mutu beton selama pelaksanaan pekerjaan
beton dengan ketentuan :
Alat-alat yang digunakan :
a) Cetakan benda uji silinder 15x30 cm
b) Tongkat pemadat diameter 1,6 cm panjang 60 cm
c) Sendok semen
d) Palu karet
Tahap - tahap pelaksanaan :
a) Cetakan dibersihkan dan diolesi oli pada bagian dalam
b) Mengisi cetakan dengan agregat beton dalam 3 (tiga) lapisan yang kira-
kira sama tebalnya dan tiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat
dengan cara menumbuk tiap lapisan sebanyak 25 kali secara merata.
c) Mengetuk-ngetuk sisi luar cetakan secara perlahan-lahan hingga rongga
bekas pemadatan tertutup.
d) Meratakan permukaan agregat beton dengan sendok semen dan dibiarkan
selama ± 24 jam pada tempat lembab dan bebas dari getaran.
e) Kemudian benda uji tersebut direndam dan diuji kuat tekannya
dilaboratorium.
Tahap-tahap pelaksanaan pengujian :
71
a) Mengeringkan benda uji yang sudah direndam dan berumur 3 dan 28
hari
b) Menimbang dan mengukur benda uji
c) Meletakkan benda uji pada mesin kuat tekan secara simetris
d) Mengaktifkan mesin sampai batas maksimum dan mencatat hasilnya.
72
Gambar 3. 4 Pengujian Kuat Tekan Beton
Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standar dan
dapat dipertanggungjawabkan, maka mutu bahan untuk struktur harus sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka perlu dilakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu yang meliputi
pemilihan bahan, pengujian berkala, cara pelaksanaan, perawatan dan
pemeliharaan. Pengendalian mutu meliputi tindakan-tindakan yang berupa
pengetesan, pengukuran, dan pemeriksaan untuk memantau apakah kegiatan
engineering, pembelian, manufaktur, konstruksi, dan kegiatan lain untuk
mewujudkan sistem instalasi atau produk hasil proyek telah dilakukan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Bila terdapat penyimpangan maka segera
diadakan koreksi. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang harus disesuaikan
dengan spesifikasi teknis, gambar kerja dan kesepakatan-kesepakatan yang telah
disetujui oleh semua pihak. Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi
beberapa hal yang harus dilakukan sebagai berikut:
73
1) Terjadinya rockfall
Rockfall terjadi pada dinding atas terowongan pengelak yang di sebabkan
oleh kesalahan metode kerja yang dilakukan oleh pekerja. Akibat dari
terjadinya rockfall ini terhentinya pekerjaan di terowongan pengelak.
Penanganan yang dilakukan oleh pihak direksi, konsultan, dan kontraktor
adalah dengan memasukkan mortar foam kedalam dinding terowongan
sehingga mengikat batuan-batuan yang mengalami rockfall.
2) Kondisi batuan yang jelek
Pada lokasi pembangunan terowongan pengelak terdapat jenis batuan
yang jelek dan rapuh sehingga untuk melanjutkan galian di terowongan harus
dilakukan penanganan terlebih dahulu. Penanganan yang dilakukan oleh
pihak direksi, konsultan, dan kontraktor adalah dengan melakukan grouting
pada lokasi yang terdapat batuan jelek. Goruting itu sendiri adalah proses
injeksi atau penyuntikan pasta semen ke dalam tanah untuk mengisi ronga-
rongga pada batuan jelek tersebut untuk menaikan kelas batuan.
74
Adapun kendala non teknis pada proyek pembangunan bandungan tiga dihaji
adala sebagai berikut :
1. Mobilisasi alat
Pada proyek pembangunan bendungan tiga dihaji ini lokasi pekerjaan
cukup jauh dari mess dan akses jalan menuju lokasi pekerjaan medan nya
cukup sulit untuk dilalui apalagi terutama pada musim penghujan.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan menggunakan winchi, yang mana
winchi itu sendiri adalah alat untuk memindahkan material ke lokasi
pekerjaan dengan cara menggantungkan material tersebut.
2. Material
Pada proyek pembangunan bendungan tiga dihajin ini sebagian besar
material di pesan cukup jauh dari lokasi dan untuk mendatangkan material
tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan
pekerjaan terkadang terlambat di karenakan menunggu material tersebut.
75