Anda di halaman 1dari 32

PENGELOLAAN SATU KESATUAN SISTEM IRIGASI

(SINGLE MANAGEMENT IRIGASI)


DIREKTORAT PENGAIRAN DAN IRIGASI
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

27 April 2022
KERENTANAN KETERSEDIAAN AIR

NERACA AIR TAHUN 2016 WATER DEMAND DI SETIAP WILAYAH


KATEGORI
WILAYAH
Household Industry Irrigation Others*
Sumatera 8 4 78 10
Jawa 16 7 74 3
Bali Nusra 7 3 89 1
Kalimantan 5 2 75 18
Sulawesi 3 1 89 7
Maluku 4 2 93 1
Papua 7 3 75 15
*Fisheries, Urban, etc Sumber: Indonesia Vision 2045 : Toward Water Security (2021)

▪ Secara total ketersediaan air besar namun tidak merata Irigasi masih merupakan pengguna air terbesar.
secara distribusi wilayah.
▪ Sebagian besar wilayah di Jawa, Bali Nusra, Sulawesi Pengelolaan irigasi yang lebih efisien
sudah mengalami krisis/defisit air. akan memberikan kesempatan realoakasi
▪ Kebutuhan air total diproyeksikan meningkat 31% pada pemanfaatan air untuk keperluan lain.

tahun 2045. 2
KONDISI PENGELOLAAN IRIGASI SAAT INI
KONDISI JARINGAN IRIGASI PER PADA SETIAP PRODUKTIVITAS AIR DI INDONESIA
KEWENANGAN TAHUN 2014
KEWENANGAN PEMERINTAH
TINGKAT
KONDISI PUSAT PROVINSI KAB/KOTA
KERUSAKAN
ha ha ha
1.840.874 515.092 1.500.209 < 10%
Baik
77% 47% 41%
535.647 590.382 2.162.964
Rusak
23% 53% 59%
▪ Ringan/ 420.292 408.562 1.364.537
10% - 40%
Sedang 18% 37% 37%
115.355 181.820 798.427
▪ Berat >40%
5% 16% 22%
TOTAL 2.376.521 1.105.474 3.663.173

▪ Sebagian besar irigasi dibangun sejak puluhan tahun


yang lalu berdasarkan desain dan praktek pertanian yang Kecenderungan pemanfaatan air untuk non-high
lazim pada saat itu (penggenangan air secara menerus). value crop dan masih tingginya tingkat kehilangan air
di saluran irigasi berkontribusi pada rendahnya
▪ Hampir separuh jaringan irigasi (3,3 juta dari 7,14 juta ha)
produktivitas air di Indonesia.
dalam kondisi rusak. 3
DASAR HUKUM PENGELOLAAN SATU KESATUAN SISTEM IRIGASI
(SMI)
Pengaturan Irigasi sesuai dengan UU No. 11 tahun 2020
Konsep RPP Ttg Irigasi
UU No. 17 tahun 2019 TTg Cipta Kerja
1. Pasal 10. Dalam mengatur dan mengelola Sumber
Daya Air, Pemerintah Pusat sebagaimana 1. Penggunaan SDA untuk 1. Pasal 13 ayat (2), Komisi irigasi
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) bertugas: huruf (i) kebutuhan bukan usaha untuk pusat membantu Menteri dengan
“mengembangkan dan mengelola sistem irigasi pertanian rakyat di luar sistem tugas:
sebagai satu kesatuan sistem pada daerah irigasi yang sudah ada →
irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah persetujuan ▪ huruf (c) “Mengkoordinasikan
Pusat” pelaksanaan Single
2. Penggunaan SDA untuk Management Irigasi”
2. Pasal 13. Dalam mengatur dan mengelola Sumber kebutuhan usaha untuk pertanian
Daya Air, Pemerintah Daerah kabupaten/kota rakyat di luar sistem irigasi yang ▪ huruf (f) “Merekomendasikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 bertugas: sudah ada → Perizinan Berusaha progam, prioritas pendanaan
huruf (h) “mengembangkan dan mengelola dan bantuan teknis, pembinaan,
sistem irigasi sebagai satu kesatuan sistem 3. Pengelolaan SDA oleh pemberdayaan, monitoring dan
pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah provinsi evaluasi penerapan Single
Pemerintah Daerah Provinsi”. dan/atau kab/kota sesuai dengan Management Irigasi”
NSPK yang ditetapkan oleh
3. Pasal 15. Dalam mengatur dan mengelola Sumber Pemerintah Pusat 2. Pasal 36 “Kementerian yang
Daya Air, Pemerintah Daerah kabupaten/kota membidangi sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 bertugas: bertanggung jawab
huruf (d) “mengembangkan dan mengelola mengkoordinasikan pelaksanaan
sistem irigasi sebagai satu kesatuan sistem Single Management Irigasi.
pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota”.

4
SINGLE MANAGEMENT IRIGASI DALAM RPP TENTANG IRIGASI

UU NOMOR 17 TAHUN 2019 TENTANG SDA KETENTUAN UMUM RPP IRIGASI

Mengatur dan mengelola sumber daya air adalah Penambahan definisi:


tugas Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi 1. Pertanian rakyat 5. UPI/UPIM
2. Hak Rakyat Atas Air 6. Knowledge Management
dan Pemerintah Kabupaten Kota antara lain
3. PTGA 7. Jenis-jenis irigasi yang akan diatur
adalah mengembangkan dan mengelola sistem 4. Modernisasi Irigasi
irigasi sebagai satu kesatuan sistem pada
daerah irigasi yang menjadi kewenangan
masing-masing. Pengembangan dan pengelolaan irigasi
di Indonesia dilaksanakan dengan
Prasa-
pendekatan SISTEM (memasukkan rana
Irigasi
aspek 5 pilar)
Kesatuan sistem primer,
Sistem irigasi sekunder, dan tersier yang Kelem-
sebagai satu mencakup aspek ketersediaan bagaan
Air Irigasi
Pengelola
kesatuan sistem air irigasi, prasarana irigasi, Irigasi
SISTEM
pada daerah manajemen irigasi, lembaga IRIGASI
irigasi pengelola irigasi, dan aspek
sumber daya manusia.

Manaje-
SDM
men
Irigasi
Irigasi
5
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN “SINGLE MANAGEMENT IRIGASI”

Pengelolaan irigasi yang dipengaruhi oleh dinamika


Peraturan Perundangan dan kebijakan “Modernisasi Irigasi”
(selama periode 1974 -2019)
Pilar 3: Sistem pengelolaan
Pilar 4: Kelembagaan
Pengembangan & Pilar 5: SDM
Permasalahan mismatch pengelolaan irigasi dengan
Kelembagaan dan sumber
pembangunan lahan daya prinsip satu manajemen
pertanian beririgasi yang dilaksanakan PUPR

Keterbatasan anggaran Adanya upaya sinergitas


daerah untuk irigasi antar K/L dalam
pengelolaan irigasi yang Single
Pengembangan Surat Gubernur Arahan Tindaklanjut terintegrasi Mgt.
Sidang
dan Pengelolaan kepada Presiden Presiden Arahan Irigasi
Kabinet Presiden
irigasi RI th. 2017 (14 Maret 2017) Mengikutsertakan Pemda (SMI)
secara langsung agar
Perbedaan prioritas OP terwujud kesamaan
antar K/L Gub. Jawa Timur
pemahanan dlm
Gub. Aceh
pengelolaan irigasi
Belum optimalnya (mewakili Gub.
Kondisi kinerja jaringan
pemanfaatan sistem se-P Sumatera) Adanya upaya sinergitas
irigasi informasi manajemen
Pemanfaatan teknologi
Gub. Sulawesi informasi & one map policy
Tengah

SURAT SEKRETARIS KABINET


TANGGAL 4 APRIL 2017
Arahan dan Petunjuk Presiden dalam Rapat Terbatas tanggal 14 Maret 2017 mengenai pengelolaan sumber
daya air khususnya dalam pengelolaan dan pengembangan sistem irigasi menggunakan prinsip satu
manajemen (single management) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. 6
INFOGRAFIS SINGLE MANAGEMENT IRIGASI

7
PENGATURAN SATU KESATUAN SISTEM IRIGASI DALAM PPSI

• Dalam pelaksanaan satu manajemen pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi, lembaga akan
menjalin hubungan dengan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya yang terkait dengan sistem
irigasi (rolesharing).
• Hubungan lembaga satu manajemen dengan lembaga lainnya adalah koordinatif yang saling mengikat
atas hasil koordinasi antar Lembaga -→ koordinator ??.
• Manajer Irigasi dapat memberikan perintah dalam pelaksanaan koordinasi untuk dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dan stakeholder lainnya dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
• Anggaran pelaksanaan kegiatan satu manajemen pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
berasal dari Pemerintah sesuai dengan kewenangan Daerah Irigasi tersebut.

SISTEM INFORMASI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI


• Untuk mewujudkan Satu Kesatuan Manajemen Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi yang
berkelanjutan, dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi perlu berbasis Sistem Informasi
Daerah Irigasi.

8
ISU KEWENANGAN DAERAH IRIGASI DALAM SMI

Dalam Permen PUPR No. 14/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah
Irigasi, dijelaskan bahwa kewenangan daerah irigasi berdasarkan strata luasan, lokasi,
dan statusnya. Terbagi menjadi tiga kewenangan yaitu kewenangan pusat, kewenangan
provinsi, dan kewenangan kabupaten.
Catatan: PERMEN No. 14/2015 tersebut dalam masa transisi berlakunya PP tentang Irigasi yang akan diterbitkan

➢ Terbatasnya anggaran OP pada DI kewenangan kabupaten dan provinsi yang


berakibat pada banyaknya jaringan yang rusak, sehingga anggaran rehabilitasi yang
tersedia tidak dapat mengimbangi laju kerusakan jaringan irigasi. Kegiatan
rehabilitasi dimungkinkan untuk menggunakan APBN namun, terhalang kewenangan.
➢ Pemeliharaan jaringan irigasi belum terintegrasi dan terkoneksi mulai dari jaringan
irigasi primer, sekunder dan tersier sehingga fungsinya belum dapat berjalan optimal.

Langkah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah ini adalah tetap membagi
daerah irigasi sesuai kewenangan, dengan mempertimbangkan perubahan batasan
luasan. Namun, pemerintah pusat diberi peluang (memungkinkan) untuk melakukan
rehabilitasi DI kewenangan daerah dengan menggunakan APBN. Sementara, APBD
dapat difokuskan untuk pembiayaan perencanaan, OP, kelembagaan, staf, dan
pembinaan P3A.

9
ISU JARINGAN IRIGASI TERSIER DALAM SMI

Permen PUPR No. 30/2015 tetang PPSI pasal (9) disebutkan bahwa P3A mempunyai hak dan
kewajiban untuk pengembangan dan pengelolaan di jaringan irigasi tersier.

Sedangkan persepsi yang berkembang: jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder
merupakan kewenangan PUPR dan jaringan irigasi tersier merupakan P3A/GP3A dan/atau
kewenangan Kementan.

Pengembangan jaringan irigasi tersier oleh petani relatif tidak dapat berjalan dikarenakan
keterbatasan petani dalam pembiayaan untuk pengembangan jaringan irigasi tersier,
sehingga pengelolaan jaringan irigasi tidak maksimal.

Perlu dilegalkan (diatur dalam PP Irigasi) K/L sebagai koordinator (Kementerian PUPR)
dalam pengelolaan irigasi dalam satu kesatuan sistem irigasi (primer s/d tersier).

10
PROBLEMATIK PERENCANAAN & PELAKSANAAN JARINGAN TERSIER DALAM
KP-05 PETAK TERSIER

UU No. 7/2004 Ttg SDA

Perencanaan &
Keterhubungan Jika air dr jaringan utama Perencanaan detaiL
Kriteria Perencanaan pelaksanaan jaringan tersier
menjadi tanggungjawab perencanaan jaringan tdk sampai ke jaringan jaringan tersier perlu peta
KP-05 Petak tersier topografi secara detail
P3A → dg batuan teknis utama dg jaringan tersier tersier
pemerintah
Jaringan utamA
hrs diatasi dahulu

PP No. 20/2006 Ttg Irigasi Kekurangan teknis


& penyadapan liar
di tersier hulu

Catatan: KP -05 disusun mengacu pada peraturan perundangan yg berlaku pada saat itu
(UU N0. 7/2004 & PP No. 20/2006)

Rolesharing di jaringan tersier antar K/L dalam KP-05: Instruksi Presiden No. 2, 1984, telah menguraikan tugas-tugas dan tanggung jawab
Kementerian Dalam Negeri, Pekerjaan Umum dan Pertanian atas bimbingan (penyuluhan) kepada Petani Pemakai Air.
▪ Tugas Kementerian Pekerjaan Umum didefinisikan sebagai berikut:" ............. melakukan pembinaan dalam operasi irigasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi ditingkat petak tersier, guna terselenggaranya pengelolaan air secara tepat guna, berdaya guna, dan berhasil
guna".
▪ Tugas Kementerian Dalam Negeri adalah memberikan petunjuk-petunjuk kepada Pemerintah Daerah tentang bimbingan dan pembentukan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
▪ Tugas Kementerian Pertanian adalah memberikan petunjuk mengenai penggunaan air irigasi secara benar dan adil ditingkat kuarter.
▪ Menggambarkan sesuai dengan regulasi yang ada dan nantinya disesuaikan dengan UU No. 17/2019.
11
KEBIJAKAN “ONE MAP” DAN “SINGLE MANAGEMENT IRIGASI”
Dapat diakses & diupdate oleh
KEBIJAKAN SATU PETA (ONE SINGLE MANAGEMENT
Kememterian PUPR,
!
Kementan, & K/L terkait
MAP POLICY) lainnya

1. PERPRES No. 27 Tahun Surat Sekretaris Kabinet No. B- SISTEM DATABASE


2014 : Jaringan Informasi 195 / Seskab / Ekon /4/2017 ttg DAERAH IRIGASI & LAHAN
Geospasial Nasional SAWAH
Tindak Lanjut Arahan Presiden
2. PERPRES No. 9 Tahun pada Ratas 14/3/2017 :
2016 : Percepatan 1. Alokasi anggaran irigasi
Pelaksanaan Kebijakan tersebar (Kementerian PUPR,
Satu Peta pada Tingkat Pertanian, Desa PDT & Luas Baku Sawah
Ketelitian Peta Skala Transmigrasi) (ha), BBSDLP-
2019
1:50.000 2. Menghindari pengembangan
3. PERPRES No. 39/2019 & pengelolaan bangunan
tentang Satu Data penyedia air, jaringan irigasi,
Indonesia & cetak sawah yang selama Peta geospasial
ini MISMATCH Daerah Irigasi
3. Perlu sinergi program +
memanfaatkan sistem Kinerja Irigasi
informasi geospasial

12
KINERJA PENGELOLAAN IRIGASI

“MANAJEMEN IRIGASI” ??

Q/A
Manajemen
irigasi: baik

Kesepakatan
Layanan Irigasi (ISA)

13
“MANAJEMEN” PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN IRIGASI

Secara teknis dengan prinsip satu


Secara prinsip tidak dikenal nama SMI,
kesatuan pengelolaan irigasi secara
tapi satu kesatuan pengelolaan sistem
baik, sehingga tidak akan muncul
irigasi
ketidakketerhubungan antar jaringan
Problem irigasi
manajemen
menuju satu
kesatuan
pengelolaan
irigasi
Kasus surat dari beberapa Gubernur,
Kasus di Indonesia memang adanya
bahwa tidak keterhubungan antar
friksi antara Kemen. PUPR dengan
jaringan primer s/d tersier sehingga
Kementan sehingga perlu pembenahan
perlu pembenahan pengelolaan

Sehingga, Single Management


irigasi (SMI) menjadi isu di
Indonesia

14
PRASYARAT SINGLE MANAGEMENT IRIGASI
One Map Policy dengan standar BIG: Sinkronisasi Data Irigasi:

⮚ Peta/data luas sawah beririgasi beserta batasnya ⮚ Peta/data jaringan irigasi dan bangunan irigasi – yang
⮚ Peta/data luas daerah irigasi beserta batasnya. akan ditempatkan pada one map atau pada
⮚ Peta/data jaringan irigasi (primer, sekunder,
tersier).
dan V sinkronisasi data
⮚ Pilih salah satu /atau integrasi database irigasi.
⮚ Peta/data ⮚ Manajemen data irigasi pada suatu sistem database
bangunan-bangunan irigasi (bangunan
utama, bangunan pembawa, bangunan bagi dan sadap,
bangunan pengukur dan pengatur, dan bangunan
S yang dapat diakses dan diupdate oleh (Kementerian
PUPR dan Kementerian Pertanian).
pelengkap)

Koordinasi
“MANAJEMEN” PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Mekanisme Kerja :
Mekanisme Kerja/SOP (Koordinator/Komando dan Hubungan Kerja):
➢ Koordinator
➢ Rolesharing/pembagian peran
➢ Mekanisme kerja

Apabila prasyarat tersebut belum terpenuhi maka prasyarat, tiga hal tersebut harus
disiapkan dan dilengkapi 15
RENCANA INDUK SINGLE MANAGEMENT IRRIGATION (SMI)

16
KERANGKA STRATEGIS SMI

17
PRINSIP-PRINSIP DALAM SINGLE MANAGEMENT IRIGASI

❑ Bertujuan mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian;


❑ Diselenggarakan secara partisipatif terpadu berwawasan lingkungan hidup transparan, akuntabel dan
berkeadilan;
❑ Berdasarkan 5 (lima) pilar sistem irigasi (1) keandalan air irigasi (2) prasarana irigasi (3) pengelolaan air
irigasi (4) kelembagaan pengelolaan irigasi (5) sumber daya manusia;
❑ Tetap memperhatikan aspek lahan dan pembiayaan;
❑ Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi berdasarkan sinergi antar stakeholder;
❑ Kesepakatan dan komitmen pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi oleh stakeholder;
❑ Sharing informasi pengelolaan dan pengembangan sistem irigasi;
❑ Kementerian PUPR sebagai Koordinator dalam tingkat operasional pengembangan dan pengelolaan
Sistem Irigasi;
❑ Perencanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang terintegrasi;
❑ Pemanfaatan teknologi informasi seperti peta informasi geospasial infrastruktur irigasi dan lahan sawah
dll.

18
SKEMA SINGLE MANAGEMENT IRIGASI

19
KONSEPTUAL SINGLE MANAGEMENT IRIGASI (SMI)

20
TIMELINE SINGLE MANAGEMENT IRIGASI
Prasyarat Single Management Irigasi:
⮚ One map policy
⮚ Sinkronisasi database irigasi
⮚ Mekanisme kerja/SOP

Yes No

Prasyarat Prasyarat belum


terpenuhi Paralel: terpenuhi
1) Pilot DI yang
memenuhi syarat Percepatan pemenuhan
2) Pilot skala kedaerahan syarat
Implementasi SMI pada DI yang
memenuhi syarat
Implementasi SMI
Timeline

Strategi paralel Menunggu prasyarat terpenuhi


Operasion
al ± pd th.
Ke 4

Th. Th. Th. Th.


0 1 2 3 21
LANGKAH PELAKSANAAN SMI DI KEMENTERIAN PUPR

TUSI Kementerian PUPR dalam SMI:


1) Percepatan Kebijakan Satu Peta telah menyelesaikan sinkronisasi Satu Peta Daerah Irigasi skala 1:5.000. Selanjutnya, Satu Peta Daerah
Irigasi dilanjutkan dengan tahap penyelesaian tumpang tindih kewenangan pengelolaan daerah irigasi;
2) Kementerian PUPR sebagai walidata menargetkan penyelesaian tumpang tindih pada satu peta daerah irigasi
3) Pola operasi jaringan irigasi mengacu pada Pola pengelolaan sumber daya air, oleh karena itu perlu sinergi antara pengelolaan wilayah
sungai dengan pengelolaan irigasi dalam hal jaminan terhadap ketersediaan air irigasi. Prinsip satu kesatuan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi dengan memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi di bagian hulu, tengah,
dan hilir (primer-sekunder-tersier) secara selaras;
4) Dalam pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi, Kementerian PUPR mengimplementasikan modernisasi irigasi (lima
pilar irigasi) serta membentuk Unit Pengelola Irigasi (UPI) dibawah koordinasi B/BWS untuk mengoptimalkan pengelolaan irigasi;
5) Aspek teknis dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi mulai dari jaringan primer, sekunder, s/d tersier dilaksanakan oleh
Kementerian PUPR.
❑ Survey Investigation Design (SID) jaringan irigasi primer, sekunder s/d tersier termasuk pelaksanaan pembangunan dilaksanakan
oleh Kementerian PUPR;
❑ Sedangkan untuk pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier dilaksanakan oleh Kementerian PUPR, namun
untuk rehabilitasi jaringan tersier selain dilaksanakan oleh Kementerian PUPR juga dapat dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian,
dan Kemendes dengan mengacu pada SID yang disediakan oleh Kementerian PUPR dan pelaksanaannya melalui program partisipasi,
pembantuan dan padat karya;
❑ Untuk pemeliharaan jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier dilaksanakan oleh Kementerian PUPR dan khusus untuk
pemeliharaan jaringan irigasi tersier selain dilaksanakan oleh Kementerian PUPR juga dapat dilaksanakan oleh Kementerian
Pertanian, dan Kemendes melalui program partisipasi, pembantuan dan padat karya;
6) Kementerian PUPR melakukan pembinaan kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(GP3A) dan Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A)
22
LANGKAH PELAKSANAAN SMI DI KEMENTERIAN PERTANIAN

TUSI Kementerian Pertanian dalam SMI:

1) Kementerian Pertanian tetap melaksanan penyediaan dan pemanfaatan air untuk usaha tani terutama untuk kegiatan
peternakan perkebunan hortikultura dan lainnya;
2) Mengacu pada Perpres No 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian pada Pasal 10 disebutkan bahwa “Dalam
melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. perumusan
kebijakan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian (LP2B), pengembangan dan
rehabilitasi irigasi tersier fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian pra-
panen. Penanganan irigasi teknis di tingkat tersier mengacu pada desain irigasi yang disusun oleh Kementerian
PUPR;
4) Penyusunan peta luas sawah beserta batas-batasnya; dan
5) Kementerian Pertanian melakukan pembinaan kepada Kelompok Petani (POKTAN) untuk peningkatan kemampuan
usaha tani;

23
HUBUNGAN KOORDINASI PENGELOLAAN IRIGASI & KEBUTUHAN AIR
IRIGASI PERTANIAN DALAM SMI
Alur Koordinasi Unit Pengelola Irigasi (UPI) Dalam Alur Koordinasi KOMIR Dalam Memberikan Rekomendasi Kebutuhan
Operasional Sistem Irigasi (Ketersediaan Air) Air Irigasi
Kementerian
Kementerian Pertanian Kementerian
PUPR Dalam Negeri

TKPSDA Gubernur
BBWS Komir Provinsi
WS

Dinas
Bappeda, Dinas
PSDA
Pertanian

Rekomendasi Komir

Bupati Komir Kabupaten IP3A


GP3A
UPT WS Bappeda, Dinas
Pertanian, Dinas P3A
Keterangan: PU
Garis Koordinasi

Unit Pengelola Irigasi (UPI) dibentuk dalam rangka membantu Tugas Komisi Irigasi (KOMIR) dalam memberikan rekomendasi kepada Kepala
tugas B/BWS dalam pengembangan dan pengelolaan satu kesatuan daerah, antara lain: i) Merumuskan pola dan rencana tata tanam; ii)
sistem irigasi. Garis koordinasi UPI melaporkan secara langsung Merumuskan rencana tahunan penyediaan air irigasi; iii) Merumuskan rencana
pengelolaan irigasi kepada B/BWS cq Kepala Bidang tahunan pembagian dan pemberian air irigasi bagi pertanian dan keperluan
lainnya; dan iv) pertimbangan izin alih fungsi lahan pertanian beririgasi. 24
INTEGRASI DATA & INFORMASI ANTAR K/L

Kementerian PUPR BPS


Kementerian Pertanain BMKG
- Data Hujan - Data Produksi Padi dan
- Data Standing Crop, - Data Meteorologi LAPAN
- Data Debit Sungai Beras
Provitas, dan Indeks - Data Klimatologi - Data Citra Satelit
- Data Air Tanah - PODES
(Hidrogeologi) Pertanaman - SUSENAS
- Data Tampungan dan - Data varietas dan
Relesae Debit Reservoir kebutuhan air irigasi
- Data geospasial - Data Profil Poktan
infrastruktur jaringan - Data geospasial luas
dan luasan DI lahan sawah
- Data Kinerja dan Aset
Irigasi
- Data Profil P3A

- MoU
- Pengolahan data lebih
lanjut

WATER RESOURCES DATA


CENTER
25
INTEGRASI DAN PENGEMBANGAN DATA

- Data PAI
- Data IKSI
- Data Jaringan dan - Usulan petani
- Data Tampungan - Data Meteorologi
Luasan Irigasi
Reservoir - Data Klimatologi
- Data varietas dan
- Data Hujan
kebutuhan air irigasi
- Kegiatan
rehabilitasi

- Pola Operasi - Pola Operasi Bendung


- Pola Operasi sungai Jaringan dan bangunan
Bendungan dan bangunan irigasi
irigasi, petak sawah

- Data ketersediaan
air tanah

- Perhitungan data standing crop,


- provitas, dan IP

26
PEMANFAATAN PENGINDERAAN JARAK JAUH (REMOTE SENSING)
Teknik Remote Sensing untuk monitoring real-time
Peran Stakeholder Pemetaan IGT Daerah Irigasi dan Lahan Sawah Beririgasi
parameter spatial atmosfer dan pemanfaatannya di
bidang pertanian Pemerintah
▪ Monitoring Banjir/Kekeringan di Lahan Sawah Daerah
▪ Monitoring Fase Pertumbuhan Tanaman Padi
▪ Estimasi Produktivitas & Luas Panen Padi
Prediksi Panen Padi di Pulau Jawa dan Bali Bulan April – Juli 2020

Link : https://spbn.pusfatja.lapan.go.id/layers/geonode%3Apanen_0812020_jwbl

Produktivitas Padi Pulau Jawa dan Bali Bulan April – Juli 2020 Sumber: Dit. Irigasi dan Rawa, Ditjen. SDA. Kemen.PUPR; 5 Maret 2018

Untuk memudahkan tugas KOMIR, diantaranya : merumuskan pola dan rencana


tata tanam pada daerah irigasi dalam satu kabupaten/kota serta merumuskan
rencana tahunan penyediaan air irigasi → dapat memanfaatkan teknolgi Remote
Sensing.

Link : https://spbn.pusfatja.lapan.go.id/layers/geonode%3Aproduktivitas__0812020_jwbl 27
PEMBERDAYAAN P3A MELALUI PTGA

Untuk mewujudkan pengelolaan irigasi satu kesatuan sistem Pengembangan Tata Guna Air selain bertindak sebagai
dari jaringan utama sampai ke jaringan tersier yang didukung
oleh P3A/GP3A/IP3A, petugas pengelola irigasi, dan komisi
fasilitasi pemberdayaan, juga berfungsi sebagai pusat
irigasi yang handal guna mewujudkan tata kelola jaringan pengelolaan pengetahuan (knowledge center) terkait
irigasi yang efisien, efektif dan berkelanjutan dengan pengembangan tata guna air diberbagai wilayah
BBWS/BWS.

Melaksanakan pembinaan /
bimbingan teknis dan Sebagai knowledge center on irrigation
pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A management dalam rangka:
dan petugas yang terkait dalam
pengelolaan irigasi ➢ Percepatan pengembangan tersier dan tata kelolanya
➢ Kemitraan antara pemerintah dan masyarakat petani
➢ Pemakai air/P3A dapat terjalin lebih baik
➢ Upaya mendukung peningkatan produksi pertanian
➢ Mewujudkan tata kelola air dalam satu kesatuan
➢ Sistem dari jaringan utama sampai dengan jaringan tersier
(single management)

Sumber: Ditjen SDA, Kementerian PUPR 28


ASPEK PEMBIAYAAN DALAM SMI

Implikasi dari satu K/L untuk mengelola irigasi adalah harus terpusatnya anggaran untuk
pengelolaan irigasi. Untuk mendukung partisipasi organisasi dalam pengelolaan irigasi
dibutuhkan anggaran khusus untuk hal ini.

Sinergitas pembiayaan dalam pengembangan/pembangunan, operasi dan pemeliharaan


jaringan irigasi harus dilakukan dengan melibatkan Kementerian PPN/Bappenas,
Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Pertanian, dan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Partisipasi petani dibutuhkan bantuan teknis maupun investasi kepada petani. Paket
pekerjaan rehabilitasi ringan dapat diserahkan kepada petani melalui skema swakelola tipe
IV.

29
ASPEK PENTING SINGLE MANAGEMENT IRIGASI (SMI)

• Satu peta daerah irigasi • Dibutuhkan dasar hukum


permukaan skala 1: 5000 SMI
telah selesai terintegrasi. • Pengaturan Single
• Selanjutnya proses Management akan diatur
penyelesaian tumpang dalam RPP Irigasi/ PUPK
tindih kewenangan.

Satu data –
Dasar Hukum
Satu peta
Pilar Modernisasi Irigasi:
1. Ketersediaan air
2. Prasarana
3. Sistem pengelolaan
4. Kelembagaan
5. SDM

Pelaksanaan Penganggaran

• Masing-masing K/L • Perencanaan desain teknis


melakukan Tupoksinya dan penganggaran kegiatan
dengan tujuan Ketahanan pembangunan/rehabilitasi
Pangan Nasional jaringan irigasi pada satu K/L
atau dinas teknis di daerah

30
CATATAN PENUTUP: APA LANGKAH SELANJUTNYA?

MANAJEMEN AIR
▪ Perlu terus berevolusi untuk memastikan
layanan yang lebih baik (Tepat Volume,
Tepat Waktu dan Tepat Lokasi);
▪ Desain pengelolaan air yang efektif, efisien
dan produktif ➢ Pelibatan
▪ Strategi perencanaan dan pelaksanaan stakeholder yang
yang kuat, efektif, dan efisien, dengan lebih luas dan aktif;
jadwal/milestone yang jelas; ➢ Komunikasi antar
▪ Monitoring dan Evaluasi berkala (berbasis stakeholder yang
teknologi) lebih baik;
➢ Pendekatan yang
MANAJEMEN INFRASTRUKTUR bersifat hybrid
▪ Sejauh ini sudah berjalan cukup baik dan antara bottom-up
efektif; dan top-down;
▪ Perbaikan manajemen diperlukan untuk ➢ Peran para pihak
meningkatkan efisiensi investasi yang lebih jelas
pemerintah.

MANAJEMEN PRODUKSI: Petani, Saprodi,


Saprotan, dll
TERIMA KASIH
DIREKTORAT PENGAIRAN & IRIGASI, KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Gedung Saleh Afiff Lantai 3 & 4
Jl. Taman Suropati No. 2 Menteng Jakarta Pusat
www.bappenas.go.id

Sumber: Twitter Presiden Joko Widodo

Anda mungkin juga menyukai