Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PERENCANAAN

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM


KABUPATEN REMBANG

Disusun Oleh:
Yusuf Hindrawan
19513217

DOSEN:
Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., M.Sc., Ph.D.

ASISTEN DOSEN:
Suphia Rahmawati

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022

Yusuf Hindrawan
18513130
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut Departemen
Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Kep. Menkes No. 907 Tahun
2002).
Air merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam kehidupan di bumi.
Makhluk hidup tidak dapat terlepas dari kebutuhannya akan air. Terdapat banyak air, sekitar
1,4 x 109 kubik kilometer yang terdapat di samudra, laut, sungai, danau, salju, dan lainnya.
Tetapi hanya 3 persen dari total kualitas air di bumi ini yang merupakan air tawar/air baku.
Dalam memenuhi kebutuhan manusia tersebut, sumber air baku yang dapat digunakan
sebagai air bersih/minum adalah air permukaan (sungai, danau, dsb), air hujan, dan air tanah.
Dari ketiga sumber air baku tersebut yang lebih baik digunakan sebagai sumber air bersih/air
minum adalah air tanah karena kandungan bahan–bahan berbahaya yang terlarut didalamnya
relatif sedikit. Tetapi, ketersedianya sebagai sumber air bersih/minum sangat terbatas,
sehingga digunakan air sungai/danau sebagai sumber air baku untuk air bersih/minum
(M.Anis, 1978).
Saat ini pertumbuhan penduduk setiap tahunnya semakin meningkat, disetiap wilayah
pasti akan mengalami pertambahan penduduk setiap tahunnya. Semakin tinggi tingkat
pertumbuhan penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air minum. Sehingga,
Perlu adanya sistem penyediaan air minum yang baik dengan perhitungan dan perencanaan
yang cermat agar dapat memenuhi kuantitas dan kualitas air minum yang layak dan sesuai

Yusuf Hindrawan
18513130
dengan standar yang ada, serta seluruh masyarakat yang ada di suatu wilayah dapat terlayani
secara menyeluruh.

Sebagai penunjang dalam perencanaan sistem penyediaan air minum di seluruh wilayah,
maka pemerintah membuat Rencana Induk Pengembangan SPAM atau yang sering dikenal
dengan RISPAM. Dokumen RISPAM merupakan dokumen rencana jangka Panjang (10-20
tahun) yang berisikan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum, jaringan
perpipaan, dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada
satu periode dibagi dalam beberapa tahapan dan membuat komponen utama sistem beserta
dimensi-dimensinya (Permen PUPR No. 7 Tahun 2007). Melalui analisis perencanaan yang
tercantum di dalam Dokumen RISPAM, ditargetkan kebutuhan air masyarakat dapat
terpenuhi dengan tingkat pelayanan 100% dari jumlah penduduk di suatu wilayah. Hal ini
sesuai dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) pada poin ke-enam, untuk
mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat, serta manajemen air bersih yang baik dan berkelanjutan pada tahun
2030.
Dalam mendukung program pemerintah tersebut dan sekaligus mengatasi permasalahan
sistem penyediaan air minum di Indonesia maka dibuatlah perencanaan Sistem Penyediaan
Air Minum suatu wilayah. Dalam Tugas Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) ini, daerah yang akan dilayani oleh perencana yaitu Kabupaten Rembang, Provinsi
Jawa Tengah. Sumber air yang digunakan di Kabupaten Rembang berasal dari air permukaan
(sungai) tipe A dengan kekeruhan 680 NTU dan kadar lumpur tinggi & pH netral. Dari
sumber tersebut kemudian akan direncanakan Sistem Perencanaan Air Minum yang
mencangkup master plan air minum Kabupaten Rembang dan unit-unit Instalasi Pengolahan
Air Minum (IPAM) agar air yang akan didistribusikan telah sesuai dengan baku mutu air
minum. Kemudian, dibuat sistem pendistribusiannya agar pelayanan air minum dapat
mencangkup keseluruhan daerah pelayanan pada Kabupaten Rembang.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari Tugas Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) ini yaitu:
1. Kebutuhan air minum masyarakat Kabupaten Rembang terpenuhi dengan kualitas yang
memenuhi standar baku mutu konsumsi.
2. Tersedianya air yang memadai secara kontinuitas atau berkelanjutan disertai dengan
kuantitas yang mencukupi.

Yusuf Hindrawan
18513130
3. Tersedianya air dengan biaya yang rendah dan mudah diakses oleh masyarakat
Kabupaten Rembang.
Tujuan dari Tugas Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) ini yaitu:
1. Mampu menyusun masterplan sederhana air minum Kabupaten Rembang.
2. Mampu merancang dan menyusun desain bangunan Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPAM) serta bangunan pelengkap yang dibutuhkan.
3. Mampu merencanakan jaringan perpipaan distribusi air bersih di wilayah perencanaan.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup Tugas Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kabupaten
Rembang, antara lain:
1. Periode perencanaan Masterplan Air Minum selama 20 tahun.
2. Periode perencanaan teknis IPAM dan SDAM selama 10 tahun.
3. IPAM dan SDAM difokuskan untuk melayani Ibu Kota Kabupaten (IKK) dan atau
wilayah perkotaan Kabupaten sesuai RTRW
4. Persentase pelayanan 90%
5. Kebutuhan air Sambungan Rumah (SR) sebesar 130 L/org/hari.
6. Pelayanan Sambungan Rumah 1 SR = 4 orang/KK
7. Tingkat kebocoran air sebesar 20%
8. Wilayah yang menjadi lokasi perencanaan adalah Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa
Tengah.
9. Kualtias air baku memiliki warns 150 Pt-Co Residu, dengan air baku berasal dari Danau
B.
10. Jaringan distribusi air minum yang direncanakan hanya jaringan distribusi primer dengan
bantuan software EPANET.
11. Perhitungan Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari sistem
distribusi air minum dan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM).
12. Gambar perencanaan meliputi:
a. Peta daerah pelayanan
b. Peta blok dan loop pelayanan
c. Gambar profil hidrolis perpipaan
d. Gambar detail unit pengolahan
e. Detail junction dan bangunan pelengkap

Yusuf Hindrawan
18513130
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

2.
2.1. Aspek Fisik Daerah Perencanaan
Aspek fisik daerah perencanaan di Kabupaten Rembang terbagi atas batas administrasi
wilayah, kondisi geografis, topografi, hidrologi, dan klimatologi dari wilayah Kabupaten
Rembang.

1.
2.
2.1.
2.1.1. Batas Adminisitrasi Wilayah
Kabupaten Rembang terletak di provinsi jawa tengah yang berjarak 111 km kerah
timur dari Semarang. Kondisi Kabupaten Rembang jika dilihat dari aspek fisik wilayah dapat
diidentifikasi atas beberapa kriteria fisik. Kriteria fisik tersebut yang akan menentukan ciri-
ciri wilayah yang ada diberbagai kawasan Kabupaten Rembang. Secara geografis Kabupaten
Rembang terletak diantara 111°00’ – 111°30’ Bujur Timur dan 6°30’ – 7°6’ Lintang Selatan,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut jawa.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tuban.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pati.

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Rembang

Wilayah Kabupaten Rembang memiliki luas wilayah sebesar 101.408 hektar. Secara
administratif wilayah Kabupaten Rembang dibagi kedalam beberapa wilayah administratif
yang lebih kecil lagi yaitu berupa 14 kecamatan dengan rincian sebagai berikut:

Yusuf Hindrawan
18513130
Tabel 1. Administratif Wilayah Kabupaten Rembang

Luas
Kecamatan Persentase terhadap Luas Kabupaten
Total Area
Subdistrict Percentage to Regency Area
(km2/sq.km)
1 Sumber 78.2 7.55
2 Bulu 101.1 9.76
3 Gunem 84.74 8.18
4 Sale 109.02 10.53
5 Sarang 93.83 9.06
6 Sedan 86.35 8.34
7 Pamotan 80.6 7.78
8 Sulang 84.81 8.19
9 Kaliori 61.17 5.91
1
Rembang 61.55 5.94
0
1
Pancur 43.01 4.15
1
1
Kragan 67.18 6.49
2
1
Sluke 38.02 3.67
3
1
Lasem 46.12 4.45
4
Jumlah/
  1 035.70 100.0
Total

Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa daerah atau kecamatan yang mempunyai
wilayah terluas secara berurutan yaitu Kecamatan Sale, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sarang,
dan Kecamatan Sedan.

Yusuf Hindrawan
18513130
2.1.2. Kondisi Topografi

2.1.3. Kondisi Hidrologi


2.1.4. Kondisi Klimatologi
2.2. Aspek Kependudukan

Yusuf Hindrawan
18513130
2.3. Fasilitas Umum
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.3.1. Fasilitas Jalan

Yusuf Hindrawan
18513130
2.3.2. Fasilitas Pendidikan

Yusuf Hindrawan
18513130
2.3.3. Fasilitas Sarana Pelayanan Kesehatan
2.3.4. Fasilitas Ibadah
2.3.5. Fasilitas Sarana Perdagangan

Yusuf Hindrawan
18513130
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

3.
3.1. Kriteria Umum
Sistem Penyediaan Air Minum direncanakan dengan kriteria perencanaan yang mengacu
pada PERMEN PU No. 18 Tahun 2007. Dalam regulasi tersebut dijelaskan bahwa sistem
penyediaan air minum harus direncanakan dan dibangun dengan sedemikian rupa agar dapat
memenuhi tujuan-tujuan berikut.
1. Tersedianya air minum dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi
persyaratan kualitas air minum.
2. Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.
3. Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau konsumen.
4. Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi.

3.2. Kriteria Teknis


Berdasarkan PERMEN PU No. 18 Tahun 2007, terdapat kriteria teknis perencanaan dan
pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum, diantaranya yaitu :

1. Periode perencanaan (15-20 tahun)


2. Sasaran dan prioritas penanganan
Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah yang belum
mendapat pelayanan air minum dan berkepadatan tinggi serta kawasan strategis. Setelah
itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembanngan sesuia dengan arahan
dalam perencanaan induk kota.
3. Strategi penanganan
Strategi pemecahan permasalahan dan pemenuhan air minum di suatu kota sebagai
berikut:
a. Pemanfaatan air tanah dangkal yang baik
b. Pemanfaatan kapasitas belum terpakai
c. Pengurangan jumlah air tak berekening (ATR)
d. Pembangunan baru

Yusuf Hindrawan
18513130
4. Kebutuhan air
Penentuan kebutuhan air dilakukan berdasarkan :
a. Proyeksi penduduk ( untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan)
b. Pemakaian air (L/org/hari), diproyeksikan setiap interval 5 tahun
c. Ketersediaan air
5. Kapasitas sistem
Sistem air minum harus memiliki kemampuan untuk mengalirkan air pada kebutuhan air
maksimum dan untuk jaringan distribusi harus sesuai dengan kebutuhan jam puncak
pemakaian air.
● Unit air baku direncanakan berdasarkan kebutuhan hari puncak yang besarnya
sekitar 130% dari kebutuhan rata-rata.
● Unit produksi direncanakan berdasarkan kebutuhan hari puncak yang besarnya
sekitar 120% dari kebutuhan rata-rata.
● Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan hari puncak yang besarnya
sekitar 115 - 300% dari kebutuhan rata-rata.
3.3. Kependudukan
Ketentuan teknis untuk tata cara survei dan pengkajian demografi adalah:
1. Wilayah sasaran survei harus dikelompokan ke dalam kategori wilayah berdasarkan
jumlah penduduk seperti yang terlihat pada Tabel 3.1

Tabel 2. Kategori Wilayah

No. Kategori Jumlah Penduduk Jumlah Rumah


Wilayah (Jiwa) (buah)
Kota > 1.000.000 > 200.00
1.
Metropolitan 500.000 – 1.000.000
2. 100.000 – 200.000
Kota Besar 100.000 – 500.000 20.000 – 100.000
3.
Kota Sedang 10.000 – 100.000 2.000 – 20.000
4.
Kota Kecil
5. 3.000 – 10.000 600 – 2.000
Desa

(Sumber: Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996)


2. Cari data jumlah penduduk awal perencanaan
3. Tentukan nilai persentase pertambahan penduduk per tahun (r)

Yusuf Hindrawan
18513130
4. Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan dengan
menggunakan salah satu metode aritmatik, geometrik, dan least square. Namun metode
yang biasa digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Metode Geometrik.
5. Rumus-rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk:
● Metode aritmatik

Po=Pn−Ka ( Tn−¿ )
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;
Tn = tahun ke n;
To = tahun dasar;
Ka = konstanta arithmatik;
Po = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I;
Pn = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir;
To = tahun ke I yang diketahui;
Tn = tahun ke n yang diketahui.
● Metode Geometrik
n
Pn=Po/ ( 1+r )
dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;
R = laju pertumbuhan penduduk;
n = jumlah interval tahun.

Yusuf Hindrawan
18513130
● Least Square

Ŷ =a+b . X

dimana:
Ŷ = Nilai variabel berdasarkan garis regresi
X = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linear

● Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis
dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi.
● Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

dimana:
s = standar deviasi;
Xi = variabel independen X (jumlah penduduk);
X = rata-rata X;
N = jumlah data;
Metode perhitungan proyeksi penduduk yang paling tepat adalah metode yang
memberikan harga standar deviasi terkecil.

Yusuf Hindrawan
18513130
3.4. Kebutuhan Air
3.4.1. Kebutuhan Air Minum
Kapasitas air minum suatu kota diperkirakan berdasarkan kebutuhan domestik, non-
domestik, dan industri, dan lain sebagainya. Faktor pengaruh penggunaan air di suatu wilayah
diantaranya yaitu :

1. Kondisi iklim
2. Kondisi ekonomi
3. Komposisi masyarakat/wilayah
4. Harga air
5. Tekanan dan kualitas air
6. Pemasangan meter air
Untuk menghitung kebutuhan air bersih, diperlukan asumsi-asumsi dasar perhitungan,
yaitu:

1. Jumlah penduduk di wilayah administrasi


2. Cakupan Pelayanan
3. Prosentase pelayanan dengan SR
4. Prosentase pelayanan dengan HU
5. Tingkat pelayanan dengan SR (l/or/hari)
6. Tingkat pelayanan dengan HU (l/or/hari)
7. Tingkat pelayanan non domestik atau
8. Koefisien pelayanan non domestik terhadap domestik
9. Jumlah pelanggan non domestik.
10. Kebutuhan pemadam kebakaran
11. Koefisien kehilangan air
Terdapat kriteria perencanaan untuk masing-masing tipe kota/kabupaten yang terlihat
pada tabel dibawah.

Yusuf Hindrawan
18513130
Tabel 3. Kriteria Perencanaan Berdasarkan Kriteria Kota

Konsumsi
Kriteria Kota
No Sambungan Rumah Hidran Umum
(Penduduk)
(L/orang/hari) (L/orang/hari)
1 Metropolitan (>1 juta) 170 - 190 30
2 Besar (500 ribu - 1 juta) 150 - 170 30
3 Sedang (100 - 500 ribu) 130 - 150 30
4 Kecil (20 - 100 ribu) 100 - 130 30
5 Pedesaan (< 20 ribu) 90 - 100 30
Sumber: Permen PU No.18 tahun 2007
Berdasarkan Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU Tahun 2000, terdapat
kriteria kebutuhan air non domestik berdasarkan jenis bangunan yang terlihat pada tabel
berikut

Tabel 4. Kriteria Kebutuhan Air Non-Domestik

Unit Kebutuhan Air Satuan


Sekolah 10 L/murid/hari
Rumah Sakit 200 L/bed/hari
Puskesmas 2000 L/Unit/hari
Masjid 3000 L/Unit/hari
Gereja 1000 L/Unit/hari
Kantor 10 L/pegawai/hari
Pasar 12000 L/pegawai/hari
Hotel 150 L/tempat tidur/hari
Rumah Makan 100 L/tempat duduk/hari
Kompleks Militer 60 L/org/hari
Kawasan Industri 0.2 - 0.8 L/det/ha
Kawasan Pariwisata 0.1 - 0.3 L/det/ha

Yusuf Hindrawan
18513130
3.4.2. Perhitungan Kebutuhan Air Minum
3.4.2.1. Kebutuhan Air Rata-Rata Harian (Qrh)
Kebutuhan air rata-rata harian merupakan jumlah air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari baik domestik maupun non-domestik yang ditambah dengan
kehilangan air.

Qrh =Qdom +Qndom +Qkha

Keterangan :
Qrh = kebutuhan air rata - rata harian (m3/detik)
Qdom = kebutuhan air domestik (m3/detik)
Qnon-dom = kebutuhan air non domestik (m3/detik)
Qkha = kehilangan air sebesar 10-20% dari kebutuhan domestik (m3/detik)

3.4.2.2. Kebutuhan Air Harian Maksimum (Qhm)


Kebutuhan air harian maksimum merupakan jumlah air terbesar yang diperlukan
pada suatu hari dalam satu tahun yang didasarkan pada Qrh. Perhitungan Qhm diperlukan
faktor kebutuhan air maksimum.

Qhm=f hm ×Qrh

Keterangan :
Qhm = kebutuhan harian maksimum (m3/detik)
fhm = faktor harian maksimum sebesar 1,5
Qrh = kebutuhan air rata-rata harian (m3/detik)

3.4.2.3. Kebutuhan Air Jam Maksimum (Qjm)


Kebutuhan air jam merupakan jumlah kebutuhan air terbesar pada jam tertentu
dalam suatu.

Q jm=f jm ×Q rh
Keterangan :
Qjm = kebutuhan air jam maksimum (m3/detik)
fjm = faktor jam maksimum sebesar 1,5 – 2
Qrh = kebutuhan air rata-rata harian (m3/detik)

3.5. Sistem Distribusi


Tiga sistem pengairan yang digunakan untuk mendistribusi air minum, yaitu :

Yusuf Hindrawan
18513130
a. Sistem pengaliran secara gravitasi
Sistem ini digunakan bila tinggi elevasi sumber air baku atau pengolahan berada jauh
di atas tinggi elevasi daerah pelayanan. Sistem ini memberikan energi potensial yang
cukup tinggi hingga pada pelayanan. Sistem ini merupakan sistem yang paling
memuaskan dan menguntungkan, karena pengoperasiannya dan pemeliharaannya lebih
mudah.
b. Sistem pengaliran dengan menggunakan pompa
Sistem ini digunakan bila beda tinggi elevasi antara sumber air atau instalasi dengan
daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang diinginkan, sehingga debit
dan tekanan air yang diinginkan akan dipompa langsung ke jaringan pipa distribusi.
c. Sistem penyediaan air minum
Sistem ini merupakan pengaliran dimana air bersih dari sumber air atau instalasi
pengolahan akan dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan menggunakan pompa dan
reservoir distribusi, baik dioperasikan secara bergantian atau bersama-sama.

3.6. Perencanaan Teknis Unit Distribusi


Perencanaan teknis pengembangan SPAM dengan unit distribusi dapat berupa jaringan
pipa yang terkoneksi membentuk jaringan tertutup, sistem jaringan distribusi bercabang
(dead-end distribution system), atau kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system).
Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas
wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.
Adapun ketentuan yang harus dimiliki dalam perancangan layout sistem distribusi,
meliputi :

1. Denah sistem distribusi yang ditentukan berdasarkan topografi daerah pelayanan dan
lokasi IPAM
2. Sistem distribusi ditentukan berdasarkan kondisi topografi
3. Apabila kondisi topografi tidak menunjang sistem gravitasi, maka digunakan sistem
pompa dan pompa penguat.
4. Perbedaan elevasi wilayah pelayanan yang terlalu besar > 40 m, wilayah pelayanan dibagi
menjadi beberapa zona sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat tekanan minimum.
Tekanan yang berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve).

Berdasarkan Laporan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum,


terdapat kriteria pipa distribusi yang terlihat pada tabel berikut ini

Yusuf Hindrawan
18513130
Tabel 5. Kriteria Pipa Distribusi

No Uraian Notasi Kriteria


Kebutuhan air jam
puncak
1 Debit Perencanaan Q puncak
Q peak= F peak X Q
rata-rata
2 Faktor jam puncak F puncak 1,15-3
Kecepatan aliran air
   
dalam pipa
a) Kecepatan
V min 0,3-0,6 m/det
minimum
3
b) Kecepatan
   
maksimum
Pipa PVC atau ACP V max 3-4,5 m/detik
Pipa DCIP atau baja V max 6 m/det
Tekanan dalam pipa    
(0,5-1) atm, pada titik
a) Tekanan minimum H min jangkauan pelayanan
terjauh
b) Tekanan
   
4 maksimum
Pipa PVC atau ACP H maks 6-8 atm
Pipa DCIP atau baja   10 atm
Pipa PE 100   12,4 Mpa
Pipa PE 80   9 Mpa

3.6.1. Penentuan Jenis Pipa


Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa HDPE atau pipa berdasarkan SNI,
Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah memiliki SNI atau standar internasional setara.
Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona pelayan
yang ditentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani.

3.6.2. Reservoir
1. Lokasi dan Tinggi Reservoir

Yusuf Hindrawan
18513130
Lokasi dan tinggi reservoir ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Reservoir pelayanan di tempat sedekat mungkin dengan pusat daerah pelayanan,
kecuali kalau keadaan tidak memungkinkan. Selain itu harus dipertimbangkan
pemasangan pipa paralel.
b. Tinggi reservoir pada sistem gravitasi ditentukan sedemikian rupa sehingga tekanan
minimum sesuai hasil perhitungan hidrolis di jaringan pipa distribusi. Muka air
reservoir rencana diperhitungkan berdasarkan tinggi muka air minimum.
c. Jika elevasi muka tanah wilayah pelayanan bervariasi, maka wilayah pelayanan dapat
dibagi menjadi beberapa zona wilayah pelayanan yang dilayani masing- masing
dengan satu reservoir.

2. Volume Reservoir
a. Reservoir Pelayanan
Volume reservoir pelayanan (service reservoir) ditentukan berdasarkan :
 Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air
minimum ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam
puncak karena adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode
pengisian reservoir.
 Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk daerah setempat Dinas Kebakaran.
 Kebutuhan air khusus, yaitu pengurasan reservoir, taman dan peristiwa khusus.

Yusuf Hindrawan
18513130
b. Reservoir Penyeimbang
Metoda Perhitungan Volume Efektif Reservoir :
● Secara tabulasi.
Dengan cara tabulasi, volume efektif adalah jumlah selisih terbesar yang
positif (M3) dan selisih terbesar yang negatif (M3) antara fluktuasi pemakaian air
dan suplai air ke reservoir. Hasil perhitungan nilai kumulatif dibuat dalam bentuk
tabel.

● Metoda kurva massa.


Volume efektif didapat dari jumlah persentase akumulasi surplus terbesar
pemakaian air ditambah akumulasi defisit terbesar pemakaian air terhadap
akumulasi pengaliran air ke reservoir (bila pengaliran air ke reservoir dilakukan
selama 24 jam).

● Secara persentase.
Volume efektif ditentukan sebesar sekian persen dari kebutuhan air
maksimum per hari minimal 15%. Penentuan dengan cara ini tergantung pada
kebiasaan kota yang bersangkutan, karena itu harus berdasarkan pengalaman.

3.6.3. Pompa Distribusi


Penentuan debit pompa distribusi berdasarkan fluktuasi pemakaian air dalam satu hari.
Debit pompa besar ditentukan sebesar 50% dari debit jam puncak. Pompa kecil sebesar 25%
dari debit jam puncak.

Tabel 6. Penentuan Pompa Distribusi

Debit (m3/hari) Jumlah pompa (unit) Total unit


sampai 125 2(1) 3
120-450 besar : 1(1) 2
lebih dari 400 Kecil : 1 1
  Besar : lebih dari 3(1) lebih dari 4
  Kecil : 1 1

Yusuf Hindrawan
18513130
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pompa adalah :
1. Efisiensi pompa; kapasitas dan total head pompa mampu beroperasi dengan efisiensi
tinggi dan bekerja pada titik optimum sistem.
2. Tipe pompa
a. Bila ada kekhawatiran terendam air, gunakan pompa tipe vertikal;
b. Bila total head kurang dari 6 m ukuran pompa (bore size)
c. Lebih dari 200 m, menggunakan tipe mixed flow atau axial flow;
d. Bila total head lebih dari 20 m, atau ukuran pompa lebih kecil dari 200 mm,
digunakan tipe sentrifugal;
e. Bila head hisap lebih dari 6 m atau pompa tipe mixed-flow atau axial flow yang
lubang pompanya (bore size) lebih besar dari 1.500 mm, digunakan pompa tipe
vertikal.

3. Kombinasi pemasangan pompa


Kombinasi pemasangan pompa harus memenuhi syarat titik optimum kerja
pompa.Titik optimum kerja pompa terletak pada titik potong antara kurva pompa dan
kurva sistem.Penggunaan beberapa pompa kecil lebih ekonomis daripada satu pompa
besar. Pemakaian pompa kecil akan lebih ekonomis pada saat pemakaian air minimum di
daerah distribusi.

4. Pompa cadangan

Pompa cadangan diperlukan untuk mengatasi suplai air saat terjadi perawatan dan
perbaikan pompa. Pemasangan beberapa pompa sangat ekonomis, dimana pada saat jam
puncak semua pompa bekerja, dan apabila salah satu pompa tidak dapat berfungsi, maka
kekurangan suplai air ke daerah pelayanan tidak terlalu banyak.

5. Peningkatan stasiun pompa yang sudah ada


Peningkatan stasiun pompa eksisting dapat ditingkatkan dengan penambahan jumlah
pompa, memperbesar ukuran pendorong (impeller) pompa atau mengganti pompa lama
dengan pompa baru. Setiap alternatif tersebut harus dievaluasi dalam perancangan teknik
perpompaan.
Gejala pukulan air (water hammer) yang umum terjadi pada sistem distribusi adalah
sebagai berikut :
a. Pada pipa yang dihubungkan dengan pompa. Pemilihan metoda pencegahan pukulan
air ( water hammer) harus berdasarkan ketentuan variable.

Yusuf Hindrawan
18513130
b. Pada jalur pipa transmisi distribusi yang memungkinkan terjadi tekanan negatif dan
tekanan uap air lebih besar akan menyebabkan terjadi penguapan dan terjadi
pemisahan dua kolom zat cair. Pada jalur pipa yang paling tinggi harus dilengkapi
dengan katup udara (air valve), sehingga udara dari atmosfer dapat terhisap masuk
pipa. Penggunaan katup ini tidak akan menimbulkan masalah jika udara yang
terhisap dapat dikeluarkan kembali oleh air di sebelah hilir katup.
3.6.4. Pipa Distribusi
1. Denah layout jaringan pipa distribusi ditentukan berdasarkan :
a. Situasi jaringan jalan di wilayah pelayanan;jalan-jalan yang tidak saling menyambung
dapat menggunakan sistem cabang. Jalan-jalan yang saling berhubungan membentuk
jalur jalan melingkar atau tertutup, cocok untuk sistem tertutup, kecuali bila
konsumen jarang;
b. Kepadatan konsumen; makin jarang konsumen lebih baik dipilih denah (layout) pipa
berbentuk cabang;
c. Keadaan topografi dan batas alam wilayah pelayanan;
d. Tata guna lahan wilayah pelayanan.
2. Komponen Jaringan Distribusi
Jaringan pipa distribusi harus terdiri dari beberapa komponen untuk memudahkan
pengendalian kehilangan air.

a. Zona distribusi suatu sistem penyediaan air minum adalah suatu area pelayanan dalam
wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh pipa jaringan distribusi utama
(distribusi primer). Pembentukan zona distribusi didasarkan pada batas alam (sungai,
lembah, atau perbukitan ) atau perbedaan tinggi lebih besar dari 40 meter antara zona
pelayanan dimana masyarakat terkonsentrasi atau batas administrasi. Setiap zona
distribusi dalam sebuah wilayah pelayanan yang terdiri dari beberapa Sel Utama
(biasanya 5-6 sel utama) dilengkapi dengan sebuah meter induk.
b. Jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer yaitu rangkaian pipa distribusi
yang membentuk zona distribusi dalam suatu wilayah pelayanan SPAM
c. Jaringan distribusi pembawa atau distribusi sekunder adalah jalur pipa yang
menghubungkan antara JDU dengan Sel Utama.
d. Jaringan distribusi pembagi atau distribusi tersier adalah rangkaian pipa yang
membentuk jaringan tertutup Sel Utama;

Yusuf Hindrawan
18513130
e. Pipa pelayanan adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi pembagi
dengan Sambungan Rumah. Pendistribusian air minum dari pipa pelayanan dilakukan
melalui Clamp Sadle.
f. Sel utama (Primary Cell ) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona distribusi
dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang membentuk
suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk beberapa Sel Dasar dengan
jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya dibentuk bila jumlah sambungan
rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
g. Sel dasar (Elementary Zone ) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah sel utama dan
dibatasi oleh pipa pelayanan. Sel dasar adalah rangkaian pipa yang membentuk
jaringan tertutup dan biasanya dibentuk bila jumlah sambungan rumah SR mencapai
1.000-2.000 SR. Setiap sel dasar dalam sebuah Sel Utama dilengkapi dengan sebuah
Meter Distrik.
3. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji mutu
pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili tersebut harus
memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang Metode Pengambilan
Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang berlaku.
4. Diameter Pipa Distribusi
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak
dengan sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan pipa
mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah hidran
kebakaran masing masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran maksimum
300 m.

Yusuf Hindrawan
18513130
Tabel 7. Kriteria Diameter Pipa Distribusi

Cakupan Pipa distribusi Pipa distribusi Pipa distribusi Pipa


Sistem utama pembawa pembagi pelayanan

Sistem
≥ 100 mm 75-100 mm 75 mmm 50 mm
Kecamatan

Sistem Kota ≥ 150 mm 100-150 mm 75-100 mm 50-75 mm

Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop , perhitungan dengan metoda hardy-cross
masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis dengan bantuan
program komputer.
2) Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams:
Hf = 10,66-1,85 x D-4,87 x L

Kecepatan aliran dengan rumus :

V = 0,38464 x C x D0,63 x I0,54

Debit aliran dihitung dengan rumus :

Q = 0,27853 x C x D2,63 x I0,54

Keterangan :

Q : debit air dalam pipa (m³/detik)


C : koefisien kekasaran pipa
D : diameter pipa (m)
S : slope
Ah : kehilangan tekanan
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
A : luas penampang pipa (m³)

Yusuf Hindrawan
18513130
3.7. Unit Air Baku
Pengoperasian unit air baku meliputi kegiatan pengaturan jumlah debit air baku yang
akan diambil serta pemantauan kualitas air baku yang diambil dengan ketentuan sebagai
berikut:

1. Pengoperasian unit air baku air minum, meliputi pengoperasian bangunan dan
perlengkapan penyadapan air baku, untuk mengalirkan air baku dari sumber ke unit
produksi.
2. Jumlah air baku yang disadap tidak boleh melebihi izin pengambilan air baku dan sesuai
jumlah yang direncanakan sesuai tahapan perencanaan.

Tipe Intake untuk Sumber Air Permukaan adalah sebagai berikut :

1. Intake bebas, adalah tipe intake dimana air permukaan mengalir secara bebas ke
bak/sumuran penampung.
2. Intake dengan bendung, adalah tipe dimana permukaan air dibagian hilir dari lokasi
bangunan intake ditinggikan dengan bangunan bendung (dapat disamping intake atau
dibagian hilir).
3. Intake Ponton, adalah tipe intake untuk pengambilan air permukaan yang mempunyai
fluktuasi muka air yang cukup tinggi.
4. Intake jembatan, adalah tipe Intake pada air sungai/danau dengan bentuk tebing yang
curam dan bantaran yang sempit.

3.8. Perencanaan Unit Produksi


Unit Instalasi Pengolahan Air Minum:
1. Bak Prasedimentasi
a. Baca debit air yang masuk pada alat ukur yang tersedia.
b. Bersihkan bak dari kotoran/sampah yang mungkin terbawa.
c. Periksa kekeruhan air baku yang masuk dan keluar bak prasedimentasi, pH dan dosis
bahan koagulan.
d. Lakukan pembuangan lumpur dari bak prasedimentasi sesuai dengan periode waktu
yang telah ditentukan dalam perencanaan atau tergantung pada kondisi air baku.
e. Amati ketinggian muka air dalam bak sesuai yang direncanakan.
f. Perhatikan aliran dalam bak, apakah merata, atau ada bagian yang terlalu
lambat/cepat. Bilamana ada aliran tidak merata, maka hal ini merupakan indikasi
adanya pembebanan yang tidak merata pada seluruh bidang bak prasedimentasi.

Yusuf Hindrawan
18513130
2. Pengaduk Cepat
a. Operasikan pompa pembubuh Alum/Soda dan stel stroke pompa sesuai dengan
perhitungan debit yang diperlukan (ada jenis pompa kimia lain yang penyetelan
strokenya dilakukan pada saat pompa tidak dioperasikan).
b. Atur pH sehingga sama dengan pH pada waktu jar test, dengan menambah atau
mengurangi stroke pompa.
c. Amati unjuk kerja pompa pembubuh, persediaan dan aliran larutan bahan kimia.
d. Pertahankan keadaan seperti pada awal operasi, dan lakukan penyesuaian bila
diperlukan.

3. Pengaduk Lambat
a. Amati flok–flok yang terbentuk, apakah terbentuk dengan baik.
b. Apabila tidak, periksa kembali pH air di pengaduk lambat dan lakukan penyesuaian
penyesuaian pembubuhan.
c. Periksa pembentukan buih-buih yang terjadi di permukaan air dan bersihkan apabila
terdapat buih-buih.

4. Bak Sedimentasi
a. Setelah proses koagulasi dan pembentukan flok-flok, maka air masuk kedalam bak
sedimentasi.
b. Harus diperhatikan apakah pembebanan merata (Surface Loading merata).
c. Apabila tidak merata, maka kinerja bak sedimentasi menjadi tidak optimal.
d. Untuk itu harus diperiksa, apakah inlet (yang memakai baffle) berfungsi dengan baik,
atau apakah Plate Settler/Tube Settler dalam keadaan baik, tidak ada yang pecah atau
tersumbat.
e. Periksa kekeruhan air yang keluar dari bak sedimentasi. Biasanya efluen dari bak
sedimentasi mempunyai kekeruhan dibawah 10 NTU, agar saringan pasir dapat
berkinerja tidak terlalu berat.
f. Lakukan pembuangan lumpur sesuai dengan yang telah direncanakan.
g. Bersihkan buih-buih atau bahan-bahan yang terapung.
h. Periksa fungsi katup–katup.

5. Bak Filtrasi
a. Saringan Pasir (lambat dan cepat) pada umumnya untuk menyaring efluen dari bak
sedimentasi yang mempunyai kekeruhan dibawah 10 NTU.

Yusuf Hindrawan
18513130
b. Tutup katup penguras, katup pencucian dan katup outlet penyaring.
c. Alirkan air sampai ketinggian yang telah ditentukan.
d. Buka katup outlet penyaring dan atur kapasitasnya sesuai dengan perencanaan.
e. Periksa kekeruhan air pada inlet dan outlet penyaring.
f. Amati debit outlet pada alat ukur yang tersedia.
g. Lakukan pencucian penyaring bila debitnya menurun sampai batas tertentu, yaitu
untuk Saringan Pasir Lambat kalau kecepatan menyaring < 2 m/jam, Saringan Pasir
Cepat < 5 m/jam, dan Saringan Pasir dengan Tekanan < 9 m/jam. Penurunan
kecepatan menyaring merupakan indikator bahwa media filter sudah mulai clogging.
Indikasi tersebut dapat dilihat bila air pada permukaan penyaring naik sampai
melampaui batas ketinggian yang sudah ditetapkan dalam perencanaan, dengan cara:
 Tutup katup inlet dan outlet penyaring.
 Buka katup outlet buangan pencucian dan inlet air pencuci.
 Operasikan pompa pencuci dan atur debitnya.
 Amati penyebaran air pada permukaan penyaring.
 Atur debit pencucian dengan mengatur katup, sehingga media tidak terbawa.
 Hentikan pencucian jika air pencucian sudah jernih. Pada instalasi dengan proses
pengolahan lengkap, filter dipakai untuk mengolah efluen dari bak sedimentasi
yang sudah diturunkan turbiditasnya. Biasanya turbidity yang masuk unit Filter
antara 50 – 100 NTU.
h. Pencucian Filter, Pencucian filter dilakukan bilamana filter sudah kotor (clogging).
Sebagian indikator bahwa media filter sudah memerlukan pencucian bilamana
kecepatan penyaringan filter untuk :
 Saringan Pasir Lambat < 2 m3/m2/jam.
 Saringan Pasir Cepat < 5 m3/m2/jam.
 Saringan Pasir bertekanan < 9 m3/m2/jam.

6. Bak Reservoir
a. Periksa pH air yang masuk ke bak penampung air bersih/Reservoir.
b. Ukur debit air yang masuk
c. Bubuhkan larutan Netralisator (larutan Soda Ash 10% atau larutan Kapur jenuh),
apabila pHnya < 7, sesuai perhitungan.
d. Bubuhkan larutan desinfektan, seperti larutan kaporit sesuai perhitungan.

Yusuf Hindrawan
18513130
e. Periksa pH, kekeruhan dan sisa khlor dari air bersih di bak penampung setiap jam,
yaitu pH antara 6,0 – 7,5; kekeruhan dibawah 5 NTU dan sisa chlor 0,2 ppm, serta
bakteri E-coli = 0 (negatif).
f. Periksa Kualitas air secara lengkap (fisika, kimia dan bakteriologi) di Laboratorium
Departemen Kesehatan setempat minimal setiap bulan.
3.9. Perencanaan Teknis Unit Pelayanan
Unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah dan hidran umum.
1. Sambungan Rumah
Pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya, dimulai dari titik
penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari sambungan rumah adalah :

a. mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen


b. untuk mengetahui jumlah air yang dialirkan ke konsumen
Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah :
a. bagian penyadapan pipa
b. meter air dan pelindung meter air atau flow restrictor
c. katup pembuka/penutup aliran air
d. pipa dan perlengkapannya

2. Hidran Umum
Pelayanan Hidran Umum (HU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan
meteran air berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. HU
menggunakan pipa pelayanan dengan diameter ¾"– 1” dan meteran air berukuran 3/4”.
Panjang pipa pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di
lapangan/pelanggan. Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan
pekerjaan sipil yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton, meteran air,
penyediaan kotak pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat baja beserta anak
kuncinya, pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana. Instalasi
HU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:

a. lokasi penempatan HU harus disetujui oleh pemilik tanah


b. Saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air kotor/selokan
terdekat yang ada
c. HU dilengkapi dengan meter air diameter 3/4”.

Yusuf Hindrawan
18513130
Yusuf Hindrawan
18513130

Anda mungkin juga menyukai