Anda di halaman 1dari 113

LAPORAN AKHIR

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM

Nama : Ariq Rama Nurvirgian (15316063)


Yuanna Violita (15316081)
Nurdianti Mursyida Fasya (15316082)
Sidqy Yusuf S P (15316084)

Kelas : 01

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air merupakan salah satu komponen dasar dan paling penting dalam kehidupan
makhluk hidup, termasuk manusia. Kebutuhan akan air terus bertambah seiring
dengan bertambahnya penduduk. Pemenuhan kebutuhan air tersebut perlu
memerhatikan segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya. Oleh karena itu, sumber
air yang dapat digunakan bukan hanya berasal dari satu jenis sumber, melainkan
beberapa sumber-sumber yang memungkinkan untuk diolah, seperti air permukaan,
air tanah, air hujan.

Salah satu komponen yang dapat terpenuhi ketika pemenuhan kebutuhan air dapat
dilakukan dengan baik adalah kebutuhan air minum. Air minum merupakan salah
satu komponen yang dapat menjadi penentu tingkat kesehatan masyarakat.
Kesehatan masyarakat itu sendiri adalah faktor yang memengaruhi produktivitas
masyarakat suatu wilayah. Secara singkat, ketersediaan air minum menjadi salah satu
kunci untuk peningkatan tingkah kesejahteraan masyarakat wilayah. Penyediaan air
minum pada suatu wilayah tersebut adalah tanggungjawab yang harus dipenuhi oleh
pemerintah

Oleh karena itu, pengembangan sistem penyediaan air minuman (SPAM) dilakukan.
Pemerintah daerah kabupaten/kota inilah yang bertanggungjawab dan berkewajiban
mengembangkan SPAM. Sistem penyediaan air minum tersebut haruslah memenuhi
standard yang telah ditetapkan. Tidak hanya kualitas air saja, ketersediaan air selama
24 jam penuh pun perlu diperhatikan. Karena banyak hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan SPAM, maka diperlukan sebuah konsep dan rancangan dasar yang
mampu menjamin ketersediaan air minum untuk masing-masing wilayah yang
disesuaikan dengan kondisi nyata dari wilayah tersebut.
Salah satu wilayah yang memiliki kebutuhan mendesak akan SPAM adalah
Semarang Barat. Semarang Barat merupakan salah satu wilayah di Kota Semarang
yang belum bisa terpenuhi kebutuhan air minumnya oleh sumber air baku yang ada.
Selain Semarang Barat, terdapat dua wilayah lain yang memiliki kasus serupa, yaitu
Ngaliyan dan Tugu. Saat ini, kebutuhan air di wilayah-wilayah tersebut berasal dari
IPA Kaligarang dan IPA Kudu. Kedua IPA tersebut menggunakan air dari Waduk
Klambu dengan debit 300 liter/detik dan sumber air alternatif lain sebanyak 700
liter/detik sehingga IPA dapat bekerja secara normal. Dari kedua IPA tersebut,
ketercapaian pemenuhan kebutuhan air minum Semarang Barat pada saat ini
mencapai 62%. Dengan prediksi penduduk Semarang Barat yang semakin banyak,
persentase ketercapaian tersebut dapat menurun apabila tidak ada sistem baru yang
mampu memenuhi kebutuhan air minum untuk masyarakat Semarang Barat ke
depannya. Tidak hanya kurang terpenuhinya kebutuhan air minum di wilayah
Semarang Barat, tetapi juga penurunan muka tanah yang telah mencapai 8-10 cm per
tahun akibat eksploitasi sumur dalam. Jika SPAM Semarang Barat dapat memenuhi
kebutuhan air minum, maka pelarangan eksploitasi air tanah dalam dapat dilakukan
untuk penjagaan lingkungan.

Pembangunan SPAM Semarang Barat diharapkan memiliki kapasitas 1000


liter/detik dan mampu memenuhi 60-70 jaringan. Target universal access (100%
akses air minum, 0% kawasan pemukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak)
pun menjadi capaian yang diusahakan dapat terpenuhi. Oleh karena itu, perencanaan
SPAM Semarang Barat menjadi fokus yang sangat penting, terutama pengembangan
teknisnya, agar dapat menciptakan sistem yang mampu memenuhi kebutuhan air
minum sesuai dengan kondisi wilayah Semarang Barat.

1.2 Maksud dan tujuan


Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk merencanakan pengembangan
sistem penyediaan air minum (SPAM) Semarang Barat, Kota Semarang. Adapun
tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan rancangan atau desain sistem
penyediaan air minum, sehingga kebutuhan air minum di kecamatan Semarang Barat
dapat terpenuhi. Pemenuhan tersebut harapannya dapat meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat di kecamatan Semarang Barat.

1.3 Dasar hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah UUD 1945 pasal
33 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Selain itu kami juga menggunakan Dasar Hukum lainnya
sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;


2. PP No.122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
3. PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No.492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum;
5. Peraturan Daerah Kota Semarang No.13 Tahun 2006 Tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup;
6. Peraturan Daerah Kota Semarang No.14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031.

1.4 Ruang lingkup

Ruang lingkup perencanaan sistem penyediaan air minum yang akan dilaksanakan
meliputi:

1. Studi gambaran umum daerah perencanaan meliputi gambaran umum, batas


administratif, kondisi geografis, kondisi demografi, kondisi hidrologi, dan
kondisi topografi.
2. Melakukan pengkajian, analisis, dan memilih sumber air baku yang paling
potensial dan efektif digunakan di Kecamatan Semarang Barat.
3. Perhitungan kebutuhan air minum berdasarkan kondisi kependudukan yang
terdapat dalam wilayah perencanaan strategis dan potensial, dengan periode
perencanaan tertentu berdasarkan karakteristik pertumbuhan penduduk
wilayah tersebut.
4. Analisis sumber air baku yang terdapat pada daerah Kecamatan Semarang
Barat dan menentukan sumber air baku mana yang paling efektif untuk
kebutuhan air minum penduduk setempat.
5. Perencanaan desain sistem penyediaan air minum meliputi sistem transmisi,
distribusi, pemilihan unit-unit, perhitungan dimensi unit, dan gambar layout
sistem penyediaan air minum.

1.5 Sistematika penulisan laporan


Sistematika penulisan laporan perencanaan SPAM di Kecamatan Semarang Barat
ini, meliputi:

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, maksud, tujuan, dasar hukum, ruang lingkup, dan
sistematika penulisan laporan. Latar belakang memuat kronologi tentang alasan
laporan dibuat. Tujuan dan maksud memuat sasaran atau output dari laporan. Dasar
hukum memuatan aturan dasar yang menunjang isi dari laporan. Sistematika
penulisan laporan adalah urutan dan konten laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM DAERAH LAYANAN

Memuat gambaran umum daerah pelayanan, berupa penjelasan administratif,


geografi, demografi, hidrologi, topografi Kota Semarang. Selanjutnya memuat
gambaran khusus daerah pelayanan, berupa data kependudukan, fasilitas khusus,
fasilitas umum Kecamatan Semarang Barat.
BAB III : KRITERIA PERENCANAAN dan METODE PERHITUNGAN

Memuat standar kebutuhan air domestik dan non domestik, standar perancangan,
periode perencanaan, perpipaan, dan aksesoris yang dibutuhkan.

BAB IV : PROYEKSI dan PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR

Memuat rencana daerah layanan dan proyeksi pembangunan di masa depan, proyeksi
penduduk dan infrastruktur, proyeksi kebutuhan air, pemilihan sumber air, dan
tahapan perencanaan.

BAB V : PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI

Memuat perancangan jalur dan aksesoris yang dibutuhkan, perhitungan dan evaluasi
per tahap perencanaan untuk sistem transmisi.

BAB VI : PERECANAAN SISTEM DISTRIBUSI

Memuat perancangan jalur dan aksesoris yang dibutuhkan, perancangan reservoir


dan pemompaan, dan evaluasi desain menggunakan EPA-Net per tahap
perencanaan untuk sistem distribusi.

BAB VII : RENCANA ANGGARAN BIAYA

Meliputi rencana anggaran biaya perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum.

BAB VIII : KESIMPULAN dan SARAN

Berisi simpulan hasil perencanaan dan saran berdasarkan pembahasan yang telah
diuraikan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH LAYANAN

2.1 Gambaran umum Kota Semarang

2.1. 1 Administratif
Secara administratif, Kota Semarangan terbagi menjadi 16 kecamatan dan 177
kelurahan dengan luas wilayah 373,70 km2. Terdapat 2 kecamatan yang mempunyai
wilayah terluas, yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 km2 dan
Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 km2. Kedua kecamatan tersebut
terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar
wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan
kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah kecamatan semarang selatan dengan
luas wilayah 5,93 km2 dan kecamatan semarang tengah dengan luas wilayah 6,14
km2.

Batas wilayah administratif kota semarang sebelah barat adalah Kabupaten Kendal,
sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten
Semarang, dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis panjang
mencapai 13,6 km. Persebaran luas wilayah masing-masing kecamatan di Kota
Semarang dilampirkan pada Tabel 2.1.1.1.

Tabel. 2.1.1.1 Wilayah Administrasi Kota Semarang


Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Mijen 57,55

Gunungpati 54,11

Tembalang 44,20
Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Ngaliyan 37,99

Tugu 31,78

Genuk 27,39

Banyumanik 25,69

Semarang Barat 21,74

Pedurungan 20,72

Semarang Utara 10,97

Gajah Mungkur 9,07

Semarang Timur 7,70

Camdisari 6,54

Gayamsari 6,18

Semarang Tengah 6,14

Sumber : Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS (Data diolah)

2.1. 2 Geografi
Kota Semarang memiliki posisi astronmi di antara garis 6050' - 7010' Lintang Selatan
dan garis 109035' - 110050' Bujur Timur. Dengan batas sebelah utara dengan Laut
Jawa pada 6050'' Lintang Selatan, batas selatan dengan Kabupaten Semarang pada
7010'' Lintang Selatan, batas sebelah barat dengan Kabupaten Kendal 109 050'' Bujur
Timur, dan batas sebelah timur adalah dengan Kabupaten Demak pada 110035''
Bujur Timur. Ketinggian kota semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00
di atas garis pantai.
2.1. 3 Demografi
Secara demografi, berdasarkan data statistik dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Semarang, jumlah penduduk Kota Semarang periode Desember 2017
adalah sebesar 1,658,552 Juta jiwa dengan persebaran jenis kelamin di setiap
daerahnya dilampirkan di Tabel 2.1.3.1.

Tabel 2.1.3.1 Data Jumlah Penduduk Kota Semarang Periode 2017

Sumber : dispendukcapil.semarangkota.go.id

2.1. 4 Hidrologi
Kondisi hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai-sungai yang
mengalir di Kota Semarang, antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali
Banjarkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem, dan lain-
lain. Kali Garang yang bermata air di Gunung Ungaran, alur sungainya memanjang
ke arah utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan
aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota
bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur
yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran
debit Kali Garang mempunyai debit 53% dari debit total dan Kali Kreo 34,7%
selanjutnya Kali Kripik 12,3%. Oleh karena kali Garang memberikan airnya yang
cukup dominan bagi Kota Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga
kelestariannya juga terus dilakukan. Karena Kali Garang digunakan untuk memenuji
kebutuhan air minum warga Kota Semarang.
Air Tanah Bebas merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air
(aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini
sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota
Semarang yang berada di dataran rendah banyak memanfaatkan air tanah ini dengan
membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3-18 meter.
Sedangkan untuk penduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali
pada musim penghujan dengan kedalaman sekitar 20-40 meter.
Curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang
tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9,891 mm per tahun. Hal ini menunjukkan
curah hujan khas pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin
monsun SENW yang umum.

2.1. 5 Topografi
Secara topografis, Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah, dan
daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya
berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran
dengan kemiringan 25% dan 37,78% merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis
kelerengan yaitu lereng I (0-2%) meliputi kecamatan Genuk, Pedurungan,
Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara, dan Tugu, serta sebagian wilayah
Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi
Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur,
Gunungpati, dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar
Kaligarang dan Kali Kreo yang berada di Kecamatan Gunungpati, sebagian wilayah
Mijen, sebagian wilayah Banyumanik, dan wilayah Kecamatan Candisari. Lereng IV
(>50%) meliputi sebagian wilayah Banyumanik, dan sebagian wilayah Gunungpati.
Pada daerah Kota Bawah, pemanfaatan lahan sebagian besar digunakan untuk jalan,
permukiman, bangunan, kawasan industri, persawahan, empang, dll. Maka dari itu,
Kota Bawah merupakan pusat kegiatan perdagangan, pemerintahan, perindustrian,
dan pendidikan.
Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0,75-348 meter di atas permukaan air
laut (mdpl), pada daerah perbukitannya memiliki ketinggian 90,56-348,00 mdpl.
Ketinggian tempat di Kota Semarang dapat dilihat pada Tabel 2.1.5.1.

Tabel 2.1.5.1 Tabel Data Ketinggian Tempat di Kota Semarang


No. Bagian Wilayah Ketinggian
(mdpl)

1 Daerah Pantai 0,75

2 Daerah Dataran Rendah

Pusat Kota 2,45

3 Daerah Perbukitan

Candi Baru 90,56

Jatingaleh 136,00

Gombel 270,00

Mijen 253,00

Gunungpati Barat 259,00

Gunungpati Timur 348,00

Sumber : Kota Semarang dalam Angka Tahun 2009


2.2 Gambaran khusus
2.2.1 Geografi
Kecamatan Semarang Barat merupakan salah satu dari 16 kecamatan yang ada di
Kota Semarang. Kecamatan Semarang Barat sendiri memiliki luas tanah seluas 21,74
K atau 5,82 % dari total luas Kota Semarang. Batas wilayah administratif
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang adalah sebagai berikut:
 Utara : Laut Jawa
 Barat : Kecamatan Tugu dan Ngaliyan
 Selatan : Kecamatan Gajah Mungkur dan Ngaliyan
 Timur : Kecamatan Semarang Utara, Semarang Tengah, Semarang
Selatan dan Gajah Mungkur

2.2.2 Administratif
Kecamatan Semarang Barat terbagi menjadi 16 kelurahan. Daftar kelurahan dapat
dilihat pada Tabel 2.2.2.1, dan gambar peta semarang dapat dilihat di Gambar 1.

Tabel 2.2.2.1 Kelurahan di Kecamatan Semarang Barat


No Nama Kelurahan

1 Bojongsalaman

2 Bongsari

3 Cabean

4 Gisikdrono

5 Kalibanteng Kidul

6 Kalibanteng Kulon

7 Karangayu
No Nama Kelurahan

8 Kembangarum

9 Krapyak

10 Krobokan

11 Manyaran

12 Ngemplaksimongan

13 Salaman Mloyo

14 Tambakharjo

15 Tawangmas

16 Tawangsari

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Semarang Barat (sumber : BPBD Kota


Semarang)

2.2.3 Kependudukan
Data kependudukan di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel 2.2.3.1.
Tabel 2.2.3.1 Kependudukan Semarang Barat

jumlah penduduk (jiwa)

no Desa/Tahun 2012 2013 2014 2015 2016


1 Kembangarum 16139 16165 16204 16337 16377
2 Manyaran 14909 15020 15151 15301 15504
3 Ngemplak Simongan 12427 12587 12668 12726 12634
4 Bongsari 14591 14614 14607 14848 14916
5 Bojongsalaman 9213 9121 9158 9126 8972
6 Cabean 5843 5799 5718 5625 5589
7 Salaman Mloyo 4541 4491 4445 4105 4041
8 Gisikdrono 18819 18739 18641 18672 18548
9 Kalibanteng Kidul 6209 6123 6039 5969 5914
10 Kalibanteng Kulon 7696 7607 7561 7557 7409
11 Krapyak 7308 7297 7275 7293 7235
12 Tambakharjo 2851 2828 2784 2671 2731
13 Tawangsari 7137 7133 7158 6788 6780
14 Karangayu 8923 8868 8856 8882 8781
15 Krobokan 14293 14213 14157 14316 14161
16 Tawang Mas 8082 8063 8088 7915 7962
Jumlah 158981 158668 158510 158131 157554
Sumber : Kecamatan Semarang Barat Dalam Angka 2017

2.2.4 Fasilitas Pendidikan


Data fasilitas pendidikan di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel
2.2.4.1.

Tabel 2.2.4.1. Sekolah di Semarang Barat

no Desa TK SD SMP SMA PT


1 Kembangarum 5 4 3 6 1
2 Manyaran 5 6 3 2 0
3 Ngemplak Simongan 4 3 0 0 0
4 Bongsari 7 1 1 0 3
5 Bojongsalaman 3 4 1 0 0
6 Cabean 2 1 0 0 0
7 Salaman Mloyo 2 2 1 0 0
no Desa TK SD SMP SMA PT
8 Gisikdrono 10 8 4 5 1
9 Kalibanteng Kidul 4 4 1 2 0
10 Kalibanteng Kulon 2 2 0 0 0
11 Krapyak 1 2 0 0 1
12 Tambakharjo 3 1 1 0 0
13 Tawangsari 2 1 2 2 0
14 Karangayu 5 4 2 1 0
15 Krobokan 6 3 1 0 0
16 Tawang Mas 5 2 2 0 1
Jumlah 66 48 22 18 7
Sumber : Kecamatan Semarang Barat Dalam Angka 2017

Data jumlah siswa dan guru TK di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Jumlah siswa dan guru TK (sumber: Kecamatan Semarang


Dalam Angka 2017)
Data jumlah siswa dan guru SD di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3. jumlah siswa dan guru SD (sumber : Kecamatan Semarang


Barat Dalam Angka 2017)

Data jumlah siswa dan guru SMP di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan di
Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Jumlah siswa dan guru smp (sumber: Kecamatan Semarang
Barat Dalam Angka 2017)

Data jumlah siswa dan guru SMA di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada
Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Jumlah guru dan siswa SMA (sumber:Kecamatan Semarang Barat
Dalam Angka 2017)

Jumlah mahasiswa dan dosen universitas di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan


pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Jumlah mahasiswa dan dosen di universitas (sumber : Kecamatan
Semarang Barat Dalam Angka 2017)

Jumlah siswa dan guru MI di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Gambar
2.7.
Gambar 2.7. Jumlah siswa dan guru MI (sumber: Kecamatan Semarang Barat
Dalam Angka 2017)

Jumlah siswa dan guru MT di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada


Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Jumlah siswa dan guru MT (sumber: Kecamatan Semarang Barat
Dalam Angka 2017)

2.2.5 Fasilitas Peribadatan


Fasilitas perabadatan yang ada di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada
Tabel 2.2.5.1.
Tabel 2.2.5.1. Tempat Peribadatan di Semarang Barat

Tempat ibadah
no Desa Masjid Mushola Gereja Kuil/Pura/Vihara
1 Kembangarum 9 8 1 0
2 Manyaran 11 15 6 1
3 Ngemplak Simongan 6 8 5 0
4 Bongsari 9 11 3 1
Tempat ibadah
no Desa Masjid Mushola Gereja Kuil/Pura/Vihara
5 Bojongsalaman 7 3 2 0
6 Cabean 2 1 1 0
7 Salaman Mloyo 3 2 4 0
8 Gisikdrono 12 10 5 0
9 Kalibanteng Kidul 5 0 2 0
10 Kalibanteng Kulon 7 4 3 0
11 Krapyak 9 2 2 0
12 Tambakharjo 4 2 0 0
13 Tawangsari 4 2 11 1
14 Karangayu 7 6 2 0
15 Krobokan 9 12 4 0
16 Tawang Mas 9 3 3 1
Jumlah 113 89 54 4
Sumber : Kecamatan Semarang Barat Dalam Angka 2017

Data detail jumlah masjid dan mushala di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan
pada Tabel 2.2.5.2.

Tabel 2.2.5.2. Data detail masjid

luas
tanah luas bangunan
No nama masjid/mushola (m2) (m2) jamaah
1 Masjid NURUL HUDA 1.282 872 > 200
2 Masjid HUDALLAH 400 375 100 – 150
3 Masjid BAITUR RAHIM 1.023 196 50 – 100
4 Masjid NUR HIDAYAH 300 260 50 – 100
5 Masjid NURUL ISLAM 242 242 50 – 100
6 Masjid AL-FATTAH 100 100 50 – 100
7 Masjid AL-BAROKAH 300 144 50 – 100
8 Masjid AT-TAWWAB - - 50 – 100
9 Masjid AS-SALAM 150 150 50 – 100
10 Masjid BAITUL MUTTAQIN 96 96 50 – 100
11 Masjid NURUL ISTIQOMAH 278 278 50 – 100
12 Masjid AL-IKHLAS 330 96 50 – 100
13 Masjid AL-MUTTAQIEN 228 228 100 – 150
luas
tanah luas bangunan
No nama masjid/mushola (m2) (m2) jamaah
14 Masjid AL-IKHLAS 900 600 50 – 100
15 Masjid Shirotol Mustaqim 300 300 100 – 150
16 Masjid Al-Iman 484 450 150 – 200
17 Masjid Al-Ikhlas 310 310 > 200
18 Masjid Al-Hidayah 900 500 > 200
19 Masjid Nurul Islam 120 120 50 – 100
20 Masjid Al-Muttaqien 228 228 100 – 150
Masjid AsSyifa PT Kimia
21 Farma 432 384 50 – 100
22 Masjid Al-Mubarok 350 240 50 – 100
23 Masjid Baitul Hasanah 215 215 50 – 100
24 Masjid Al-Barokah 720 320 50 – 100
25 Masjid Al- Hikmah 300 170 50 – 100
26 Masjid Miftahul Huda 220 200 50 – 100
27 Masjid Baitul Ma’mur 99 99 50 – 100
28 Masjid Al- Ikhsan 240 240 50 – 100
29 Masjid At- Taqwa 1.000 400 50 – 100
30 Masjid Nurul Falakh 240 230 50 – 100
31 Masjid Al-Ikhlas - - 50 – 100
32 Masjid Al-Muttaqin 200 190 50 – 100
33 Masjid Nurul Huda 210 210 50 – 100
34 Masjid Miftahul ulum 1.992 420 100 – 150
35 Masjid Roudlotul Mutakifin 138 138 50 – 100
36 Masjid Syahidin 1.250 600 50 – 100
37 Masjid Ar- Ridlo 187 187 50 – 100
38 Masjid Anna- Dhofah 100 100 50 – 100
39 Masjid At- Taqwa 80 80 50 – 100
40 Masjid Nurul Yaqin 1.911 - 50 – 100
41 Masjid Nurul Istiqomah 300 300 50 – 100
42 Masjid Al-Ikhlas 500 350 50 – 100
43 Masjid Al-Maghfur 250 250 50 – 100
44 Masjid Baitul Muttaqien 1.350 900 100 – 150
45 Masjid Darussalam 150 150 50 – 100
46 Masjid Al- Fitrah 700 500 50 – 100
47 Masjid Miftahul Huda 300 160 50 – 100
48 Masjid Al- Ikhlas 200 200 50 – 100
49 Masjid Al- Hikmah 266 266 100 – 150
luas
tanah luas bangunan
No nama masjid/mushola (m2) (m2) jamaah
50 Masjid An- Na’im 500 500 50 – 100
51 Masjid Nurul Falah 300 225 50 – 100
52 Masjid Nurul Fattah 355 340 50 – 100
53 Masjid Al- Jihad 420 420 50 – 100
54 Masjid Al- Muslim 219 219 50 – 100
55 Masjid At- Taqwa 300 300 50 – 100
56 Masjid Al-Huda 650 500 50 – 100
57 Masjid Baiturosidin 175 300 50 – 100
58 Masjid Al- Hidayah 500 300 50 – 100
59 Masjid Al- Istiqomah 590 250 50 – 100
60 Masjid Darussalam 220 180 50 – 100
61 Masjid Al-iman 188 120 50 – 100
62 Masjid At- Taqwa 247 247 50 – 100
63 Masjid Al- Ikhlas 180 144 > 200
64 Masjid Al-Huda 207 207 50 – 100
65 Masjid Nurul Fattah 300 240 100 – 150
66 Masjid Al-iman 220 200 50 – 100
67 Masjid Baitul Huda 300 300 50 – 100
68 Masjid Baitul Huda 300 300 50 – 100
69 Masjid Baiturrahman 300 225 100 – 150
70 Masjid Adhika Utama 400 190 50 – 100
71 Masjid Al-Hidayah 300 300 50 – 100
72 Masjid AL-hIKMAH II 300 200 50 – 100
73 Masjid AL-hIKMAH I 140 140 50 – 100
74 Masjid AL-Furqon 400 400 100 – 150
75 Masjid Al-Ikhwan 400 400 50 – 100
76 Masjid Al-Muttaqin/LDII 260 216 50 – 100
77 Masjid Al-Iman 625 181 50 – 100
78 Masjid Syafa’ah 900 700 100 – 150
79 Masjid Al-Muhajirin 320 310 50 – 100
80 Masjid Baitul Muttaqin 400 520 50 – 100
81 Masjid Nurul huda 628 530 50 – 100
82 Masjid Baitussalam 490 352 50 – 100
83 Masjid Nurussalam 314 300 50 – 100
84 Masjid Darussalam 200 400 50 – 100
85 Masjid Al-Muhajirin 182 182 50 – 100
86 Masjid Baituttaqwa 36 36 50 – 100
luas
tanah luas bangunan
No nama masjid/mushola (m2) (m2) jamaah
87 Masjid Al-Muthmainnah 229 200 100 – 150
88 Masjid Baitussalam 504 300 100 – 150
89 Masjid Al-Muawanah 200 190 50 – 100
90 Masjid Miftahus Salam 300 300 50 – 100
91 Masjid Baitul Huda 450 600 50 – 100
92 Masjid Al-Fattah 250 300 50 – 100
93 Masjid Istiqomah 540 350 100 – 150
94 Masjid Nurul Iman 600 300 50 – 100
95 Masjid AL-HIKMAH 743 600 50 – 100
96 Masjid Ar-Ridho 200 130 50 – 100
97 Masjid Ar-Ridho 200 130 50 – 100
98 Masjid Ar-Ridho 200 130 50 – 100
99 Masjid Al-Hikmah 220 220 100 – 150
100 Masjid At-Taubah 170 110 50 – 100
101 Masjid Al-Muttaqin 108 150 50 – 100
102 Masjid Al-Amin 148 125 50 – 100
103 Masjid Al-Islam 150 108 50 – 100
104 Masjid Al-Amin 150 132 50 – 100
105 Masjid BAITUL ATIQ 1.143 600 50 – 100
106 Masjid Al-Ikhlas 557 540 > 200
107 Masjid Baitussalam 504 300 150 – 200
108 Masjid Nurul Iman 600 300 50 – 100
109 Masjid Al-Fatah 400 350 100 – 150
110 Masjid Al-Fitrah 700 500 50 – 100
111 Masjid Baitut Taqwa 180 165 50 – 100
112 Masjid Hidayatul Muttaqin 668 144 50 – 100
113 Masjid Baitur Rochim 300 300 50 – 100
114 Masjid Miftahul Ulum 1.275 560 > 200
115 Masjid Al-Ikhlas 200 200 50 – 100
116 Masjid Baitul Muttaqien 1.350 900 100 – 150
117 Masjid Al-Hikmah 266 266 > 200
118 Masjid Al-Hikmah 300 204 50 – 100
119 Masjid An-Nur 500 450 100 – 150
120 Masjid Nurussalam 400 400 50 – 100
121 Masjid Baitus Salam 400 400 100 – 150
Sumber: Simas Kemenag
2.2.6 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
manusia. Semarang Barat pun memiliki beberapa fasilitas kesehatan guna menunjang
meningginya tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya Data mengenai
fasilitas kesehatan di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel 2.2.6.1.

Tabel 2.2.6.1 Sarana Kesehatan di Kecamatan Semarang Barat

Sarana Kesehatan
Rumah RS Puskesmas
no Desa Sakit Bersalin Puskesmas Pembantu Poliklinik
1 Kembangarum 0 0 1 0 1
2 Manyaran 0 1 0 1 0
Ngemplak
3 Simongan 0 1 1 0 1
4 Bongsari 0 0 0 0 0
5 Bojongsalaman 0 1 0 0 3
6 Cabean 0 1 0 0 0
7 Salaman Mloyo 0 0 0 0 0
8 Gisikdrono 0 1 0 1 2
9 Kalibanteng Kidul 0 0 0 0 1
10 Kalibanteng Kulon 0 1 1 0 1
11 Krapyak 0 0 0 0 0
12 Tambakharjo 0 0 0 0 0
13 Tawangsari 0 0 0 0 1
14 Karangayu 0 0 1 0 0
15 Krobokan 0 0 1 0 1
16 Tawang Mas 0 0 0 0 1
Jumlah 0 6 5 2 12
Sumber: Kecamatan Semarang Barat Dalam Angka 2017

Data detail dari puskemas di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel
2.2.6.2.

Tabel 2.2.6.2. Data puskesmas


No nama puskesmas kapasitas rawat inap
1 Karang Ayu 0
2 Lebdosari 0
3 Manyaran 0
4 Krobokan 0
5 Ngemplak Simongan 0
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang

2.2.7 Fasilitas Pemerintahan


Berikut adalah data fasilitas pemerintahan yang ada di Kecamatan Semarang Barat
ditunjukkan pada Tabel 2.2.7.1..

Tabel 2.2.7.1. Fasilitas pemerintahan di Kecamatan Semarang Barat

Sarana Pemerintahan
Balai Kantor
No desa Desa Kelurahan
1 Kembangarum 1 1
2 Manyaran 1 1
Ngemplak
3 Simongan 1 1
4 Bongsari 1 1
5 Bojongsalaman 1 1
6 Cabean 1 1
7 Salaman Mloyo 1 1
8 Gisikdrono 1 1
9 Kalibanteng Kidul 1 1
10 Kalibanteng Kulon 1 1
11 Krapyak 1 1
12 Tambakharjo 1 1
13 Tawangsari 1 1
14 Karangayu 1 1
15 Krobokan 1 1
16 Tawang Mas 1 1
jumlah 16 16
Sumber : Kecamatan Semarang Barat Dalam Angka 2017
2.2.8 Sarana Ekonomi
Sarana ekonomi di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel 2.2.8.1.
Tabel 2.2.8.1. Sarana Ekonomi di Semarang Barat

Sarana Ekonomi
Rumah
no Desa Hotel/losmen makan/warung Bank/Bpr Pasar Kios/Toko Koperasi
1 Kembangarum 2 87 0 1 66 2
2 Manyaran 0 60 0 0 70 4
Ngemplak
3 Simongan 0 35 0 1 27 3
4 Bongsari 1 42 0 0 36 3
5 Bojongsalaman 0 12 0 0 25 0
6 Cabean 0 16 4 0 32 1
7 Salaman Mloyo 1 20 1 0 4 1
8 Gisikdrono 0 92 2 0 140 10
9 Kalibanteng Kidul 0 37 0 0 44 1
10 Kalibanteng Kulon 0 58 0 0 72 1
11 Krapyak 1 14 0 0 2 5
12 Tambakharjo 0 17 0 0 10 1
13 Tawangsari 1 26 1 0 141 0
14 Karangayu 0 42 5 1 361 2
15 Krobokan 0 33 6 0 154 1
16 Tawang Mas 0 30 0 0 124 3
Jumlah 6 621 19 3 1308 38
Sumber : Kecamatan Semarang Barat Dalam Angka 2017

Data hotel di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel 2.2.8.2.


Tabel 2.2.8.2. Data hotel

No Nama Hotel/losmen jumlah bed


1 Nozz hotel 27
2 siliwangi residence 24
3 Grand Aularis 25
4 Grand Candi 198
5 Mister Stay 20
6 Red Doorz 20
Sumber : Pegipegi.com
Data pasar di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel 2.2.8.3.

Tabel 2.2.8.3. Data pasar

no nama pasar Luas(m2)


1 karangayu 3691
2 simongan 1500
3 Surtikanti 2941
Sumber : Google earth

2.2.9 Kegiatan Industri


Data Kegiatan Industri di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel
2.2.9.1.
Tabel 2.2.9.1. Kegiatan Industri di Semarang Barat

Kegiatan Industri
no Desa Industri Besar/sedang Industri kecil Industri rumah tangga
1 Kembangarum 0 4 32
2 Manyaran 5 7 33
3 Ngemplak Simongan 8 8 28
4 Bongsari 4 10 48
5 Bojongsalaman 0 3 14
6 Cabean 2 1 8
7 Salaman Mloyo 3 3 20
8 Gisikdrono 3 12 53
9 Kalibanteng Kidul 1 6 22
10 Kalibanteng Kulon 2 7 20
11 Krapyak 7 3 18
12 Tambakharjo 0 0 4
13 Tawangsari 0 2 10
14 Karangayu 2 17 46
15 Krobokan 6 26 198
16 Tawang Mas 7 6 18
Jumlah 50 115 572
Sumber : Kecamatan Semarang Barat Dalam Angka 2017
2.2.10 Terminal
Data terminal yang berada di Kecamatan Semarang Barat ditunjukkan pada Tabel
2.2.10.1.
Tabel 2.2.10.1. Terminal

no Terminal Luas
1 Bandara Ahmad Yani 58.652
Sumber : Kompas.com
BAB III

KRITERIA PERENCANAAN DAN METODE PERHITUNGAN

3.1 Standard kebutuhan air domestik dan non-domestik


Menurut Kodoatie & Sjarief (2005) dan Twort dkk. (2003), jenis kebutuhan air
bersih dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik. Berikut ini adalah rincian dari dua kelompok kebutuhan
air tersebut.

3.1.1 Kebutuhan air domestik


Pada tahun 2003, Twort dkk. mengemukakan bahwa kebutuhan air domestik terdiri
atas kebutuhan utama aktivitas individual manusia dan kran umum. Aktivitas
individual tersebut dapat terjadi di dalam rumah seperti kegiatan di dalam rumah
(masak, mandi, membersihkan rumah) dan di luar ramah (menyiram bunga,
membuat air mancur. Sedangkan kran umum digunakan untuk kebutuhan air yang
dapat dimanfaatkan oleh publik.

Kebutuhan air domestik sendiri dikategorikan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air (2000) berdasarkan wilayahnya, yaitu kota dan desa. Wilayah perkotaan sendiri
dibagi lagi menjadi empat klasifikasi, yaitu kota metropolitan, kota besar, kota
sedang, dan kota kecil. Perhitungan besarnya kebutuhan air domestik dapat
dilakukan salah satu dari beberapa metode perhitungan proyeksi penduduk, yaitu
metode regresi linear, metode geometri, metode eksponensial, metode aritmatika,
dan metode logaritmik.

1. Metode regresi
Metode ini digunakan untuk menarik hubungan tahun dengan jumlah penduduk,
dengan sumbu X adalah tahun dan sumbu Y adalah jumlah penduduk. Hubungan
kedua sumbu tersebut didapat dengan menarik garis linier dari data-data tersebut dan
meminimumkan pangkat dua dari masing-masing penyimpangan.
Keterangan:
x = tahun
y = penduduk pada tahun x

2. Metode aritmatika
Nama lain dari metode ini adalah rata-rata hilang. Metode aritmatika digunakan jika
data berkala menampilkan pertambahan yang relatif sama setiap waktunya.

Keterangan:

Pn = jumlah penduduk tahun ke-n


P0 = jumlah penduduk awal
r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
Tn = tahun yang diproyeksi
T0 = tahun awal
P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)
P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)

3. Metode geometri
Metode geometri digunakan untuk pertambahan jumlah penduduk yang pesat.
Keterangan

Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi


P0 = jumlah penduduk tahun awal
r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun

n = jangka waktu

4. Metode logaritmik
Berikut ini adalah rumus metode logaritmik dengan y sebagai jumlah
penduduk yang diproyeksi dan x sebagai tahun.

Keterangan:
x = tahun
y = penduduk pada tahun x

5. Metode eksponensial

Berikut ini adalah rumus metode eksponensial dengan y sebagai jumlah penduduk
yang diproyeksi dan x sebagai tahun.
Keterangan:
x = tahun
y = penduduk pada tahun x

Pemilihan metode perhitungan proyeksi penduduk dipilih setelah meninjau faktor


determinasi, standard deviasi, dan perkembangan kota di masa yang akan datang.
Faktor determinasi dan standard deviasi dapat diperoleh dari hasil analisis dan
perhitungan metode-metode tersebut.

Faktor determinasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Setelah faktor determinasi terhitung, maka faktor determinasi tersebut dapat


dikategorikan sesuai dengan syaratnya, seperti:

r < 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara keduanya
berbanding terbalik.
r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.
r > 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, diantara kedua
variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Sementara itu, standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Metode yang dipilih adalah metode yang memiliki standard deviasi paling rendah
dan faktor determinasi paling besar. Perkembangan kota yang dihitung pun menjadi
salah satu faktor penentu dalam menentukan metode proyeksi sehingga kebutuhan
air domestik untuk beberapa tahun ke depan dapat diprediksi setelah adanya
peninjauan dari pertumbuhan penduduk beberapa tahun ke belakang.

Kebutuhan air domestik sendiri didominasi oleh kebutuhan air untuk kakus dan
kamar mandi, yaitu 35,4% dan 30,72% dari jumlah air yang digunakan per individu
setiap harinya (Soufyan, 2000). Setelah kakus dan kamar mandi, kebutuhan air untuk
cuci muka dan tangan menjadi kedua terbesar persentasenya (9,4%) dan diikuti oleh
kebutuhan air di dapur (6,4%). Menurut PU, kisaran kebutuhan air domestik per
orang sendiri ditetapkan sebanyak 120 liter/orang/hari.

Karena air domestik erat kaitannya dengan aktivitas manusia, tingkat kebutuhan air
domestik dapat dipengaruhi beberapa faktor. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat
memengaruhi kebutuhan air domestik:
1. Tingkat kesejahteraan/standard hidup
2. Kebiasaan/budaya
3. Ketersediaan air minum
4. Biaya
5. Iklim
6. Sumber alternatif
3.1.2 Kebutuhan air non-domestik
Kebutuhan air non-domestik merupakan kebutuhan air di luar aktivitas individual
manusia di dalam dan luar rumah dan kran umum seperti yang telah disebutkan di
bagian 3.1.1., seperti kebutuhan air untuk industri, perkantoran, dan fasilitas umum.
Berikut ini adalah penjabaran kebutuhan air non-domestik.

1. Kebutuhan air untuk industri


Industri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu industri jasa dan industri barang.

a. Industri jasa
Salah satu industri jasa yang membutuhkan banyak air adalah pariwisata. Industri
kepariwisataan menggunakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti hotel dan restoran.
Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya (2000), kebutuhan air untuk restoran
dihitung berdasarkan jumlah tempat duduk yang tersedia dengan perhitungan 100
liter/tempat duduk/hari dan untuk hotel dihitung berdasarkan jumlah kamar yang
disediakan dengan perhitungan 150 liter/kamar/hari.

b. Industri barang
Kebutuhan air untuk industri barang bergantung kepada barang apa yang diproduksi
pada industri tersebut. Apabila produk yang dihasilkan berbasis air seperti industri
minuman, maka kebutuhan airnya lebih besar dibandingkan dengan industri yang
tidak berbasis air.

2. Kebutuhan air untuk perkantoran


Menurut Direktoran Jendral Cipta Karya (2000), kebutuhan air untuk sebuah instansi
atau perkantoran dapat ditentukan dengan melihat jumlah pegawai yang bekerja di
instansi/perkantoran tersebut. Perhitungan kebutuhan perorangan setiap harinya
adalah 10 liter.
3. Kebutuhan air untuk fasilitas umum
Fasilitas yang diperhitungkan kebutuhan airnya adalah sekolah dan fasilitas umum
kesehatan seperti rumah sakit. Berikut adalah rinciannya.

a. Kebutuhan air di sekolah


Pemasokan air ke sekolah dihitung berdasarkan seberapa banyak jumlah murid dan
pegawai yang berada di sekolah tersebut dengan tetapan 10 liter/orang/hari.

b. Kebutuhan air untuk fasilitas umum kesehatan


Kebutuhan air untuk rumah sakit dihitung dari seberapa banyak kasur yang
digunakan di rumah sakit tersebut dengan tetapan yang digunakan sebesar 200
lt/orang/hari. Sedangkan untuk puskesmas, tetapan kebutuhan air yang digunakan
adalah 2m3/hari.

3.2 Standard perancangan


3.2.1 Pemilihan sumber air
3.2.1.1 Air baku

Air adalah unsur yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Fungsi air bagi
kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Salah satu penggunaan air yaitu
untuk memenuhi keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi,
cuci, dan pekerjaan lainnya. Selain sebagai kebutuhan utama untuk kelangsungan
hidup manusia, air juga berperan sebagai penentu kesehatan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005, bahwa


"Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya air baku adalah air yang
dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan tanah, dan atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
Berdasarkan letaknya air baku dapat diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya
adalah air angkasa (hujan), air permukaan, air laut, dan air tanah. Di Indonesia
sendiri, sumber air yang sering dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat adalah
air tanah.

3.2.1.2 Macam-macam sumber air

Sumber air yang layak harus berdasarkan ketentuan berikut:


a. Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan
b. Kondisi iklim
c. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake
d. Tingkat keselamatan operator
e. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan
f. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan datang
g. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang.

Berdasarkan sumbernya, sumber air di alam digolongkan menjadi beberapa


kelompok yang terdiri atas air laut, air hujan, air permukaan, dan air tanah. (Sutrisno,
2004)

1. Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam dalam
air laut kurang lebih 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk air minum bila belum diolah terlebih dahulu. Air laut jarang digunakan
sebagai air baku untuk air minum karena pengolahan untuk menghilangkan kadar
garamnya membutuhkan biaya yang cukup besar.

2. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika turun
dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara, diantara benda-
benda yang terlarut dari udara tersebut adalah : gas O2 , CO2 , N2 , zat-zat renik, dan
debu.
Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan
bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh
pengotoran industri, debu, dan sebagainya. Maka, untuk menjadikan air hujan
sebagai sumber air minum hendaklah menampung air hujan terlebih dahulu jangan
pada saat hujan turun karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya
air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengaliran. Dibandingkan
dengan sumber lain, air permukaan merupakan sumber air yang tercemar berat.
Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal
penduduk. Hampir semua sisa kegiatan manusia yang menggunakan air pada
waktunya akan dibuang ke dalam air permukaan. Disamping manusia, flora dan
fauna juga turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya
batang-batang kayu, daun-daun, tinja, dan lain-lain.

Maka, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali
dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu
mendapat perhatian seksama jika air permukaan akan dipakai sebagai bahan baku air
bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan
adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut, dan sebagainya (Kusnoputanto,
1986).

4. Air Tanah
Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi
akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus hidrologi. Pada
proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut ada yang
mengalir masuk ke permukaan (mengalami run off) dan ada juga yang meresap ke
dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air tanahbaik yang dangkal
maupun yang dalam (Slamet, 2009).

Air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami
air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah
menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara
praktis, air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah.
Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang
mengganggu kesehatan.

Air tanah terbagi atas 3 jenis, yaitu (Sutrisno,1996) :


a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur
akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih.
Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa
dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.

b. Air tanah dalam


Air tanah dalam terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300
meter. Ditinjau dari kualitasnya, air tanah dalam pada umumnya lebih baik daripada
air tanah dangkal, sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan
tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.

c. Mata air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar ke permukaan tanah. Keluarnya air
tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng-lereng gunung atau
sepanjang tepi sungai.

3.2.2.3 Pertimbangan pemilihan sumber air


Dalam merencanakan penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3K, yaitu
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kualitas yaitu menyangkut mutu air, baik air
baku maupun air hasil pengolahan yang siap didistribusikan. Kuantitas yaitu
menyangkut jumlah dan ketersediaan air yang akan diolah pada penyediaan air
bersih yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen yang akan dilayani.
Kontinuitas yaitu menyangkut kebutuhan air yang terus menerus, artinya sumber air
tersebut apakah dapat memasok kebutuhan air secara terus-menerus ketika musim
kemarau tiba.

1. Kualitas Air
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum
aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi,
dan radio aktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan
(Permenkes RI No.492, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 mengenai


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air
ditetapkan menjadi empat kelas, yaitu :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

Berdasarkan sifat fisiknya, air bersih harus jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25℃, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25℃
± 3℃.

1. Bau
Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Air yang berbau tidak akan
disukai oleh masyarakat.

2. Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

3. Warna
Air sebaiknya tidak berwarna dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia
maupun mikroorganisme yang berwarna.

4. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan.

5. Jumlah zat padat terlarut


Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam, anorganik,
dan gas terlarut. Bila TDS bertambah, maka keadaan akan naik pula.

6. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun yang organik.

Selain sifat fisik, kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari
hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum
dalam Peraturan Menteri Keseharan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimiawi lainnya
yang melebihi ambang batas berakibat tidak baik bagi kesehatan.
Setelah melihat sifat fisika dan kimia air tersebut, pemeriksaan sumber-sumber air
yang terdapat di alam bumi ini mengandung bakteri pun perlu dilakukan. Jumlah dan
jenis bakteri bermacam-macam dan berbeda-beda sesuai dengan tempat dan kondisi
yang memengaruhinya. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari haruslah bebas dari bakteri yang patogen.

Dan peninjauan kualitas air yang terakhir adalah syarat radioaktif. Apapun bentuk
radioaktivitas, efeknya adalah sama dilihat darisegi parameternya, yakni
menimbulkan kerusakan pada sel-sel yang terpapar.

Informasi mengenai data kualitas air menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 yang ada pada parameter fisika, kimia, mikrobiologi,
dan radioaktivitas terdapat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.2. Data kualitas Air Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002
2. Kuantitas Air
Secara umum penyediaan air bersih adalah berasal dari sumber air permukaan atau
air dalam tanah. Tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi adalah agar
kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terlayani dengan baik.
Untuk hal yang dapat mengurangi jumlah air yang didistribusi antara lain disebabkan
oleh banyaknya sambungan pipa dan panjangnya pipa sedapat mungkin dihindarkan.

3. Kontinuitas Air
Dalam penyediaan air bersih, tidak hanya berhubungan dengan kualitas dan kuantitas
saja, dari segi kontinuitas juga harus mendukung. Air harus bisa tersedia secara
terus-menerus meskipun di musim kemarau selama umur rencana, karena tujuan
utama dari perencanaan jaringan distribusi air adalah kebutuhan masyarakat akan
tersedianya air bersih dapat terpenuhi secara terus-menerus walaupun pada musim
kemarau.
Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per harinya atau
setiap saat diperlukan, kebutuhan air harus tersedia.

3.2.2 Unit transmisi


3.2.2.1 Pengertian sistem transmisi dan cara penyalurannya
Sistem transmisi adalah rangkaian perpiaan yang mengalirkan air dari sumber air
baku ke unit pengolahan dan membawa air yang sudah diolah dari IPA ke reservoir
distribusi. Penyaluran air bergantung dari lokasi sumber air tersebut. Terdapat tiga
cara penyaluran air, yaitu :

1. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan
cara memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat perbedaan ketinggian
lokasi sumber dengan lokasi reservoir. Pada Gambar 3.3 di bawah adalah gambaran
dari sistem gravitasi.
Gambar 3.3. Transmisi dengan Sistem Gravitasi
(Sumber : eprints.undip.ac.id , 2018)

2. Sistem Pompa
Sistem pompa adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan
cara memberikan energi kinetik pada aliran air sehingga air dari sumber dapat
mencapai lokasi resservoir yang lebih tinggi. Gambaran dari sistem pompa
ditampilkan pada Gambar 3.4 di bawah ini.

Gambar 3.4. Transmisi dengan Sistem Pompa


(Sumber : eprints.undip.ac.id , 2018)
3. Sistem Gabungan
Sistem gabungan adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir
dengan cara menggabungkan dua sistem transmisi yaitu menggunakan sistem
gravitasi dan sistem pompa. Gambaran dari sistem gabungan ditampilkan pada
Gambar 3.5 di bawah ini.

Gambar 3.5. Transmisi dengan Sistem Gabungan


(Sumber : eprints.undip.ac.id , 2018)

3.2.2.2 Kendala dalam penyaluran air


Kendala utama dalam penyediaan air bersih adalah memenuhi tinggi tekanan yang
cukup pada titik terjauh, sehingga kadang ketersediaan air secara kontinu menjadi
terganggu. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, titik awal
distribusi memerlukan tekanan yang lebih tinggi agar dapat mengimbangi kehilangan
tekanan yang antara lain dipengaruhi oleh (Kamala, 1988):
1. Ketinggian bangunan tertinggi yang harus dicapai oleh air
2. Jarak titik awal distribusi dari reservoir
3. Tekanan untuk hidran kebakaran yang dibutuhkan.
3.2.2.3 Pertimbangan pemilihan sistem transmisi
Pertimbangan-pertimbangan penting dalam merencanakan sistem transmisi dalam
sistem penyediaan air bersih dengan sumber mata air antara lain:

1. Menentukan Bak Pelepas Tekan (BPT)


Sistem gravitasi diterapkan jika beda tinggi yang tersedia antara sumber air dan
lokasi bangunan pengolahan mencukupi. Jika beda tinggi (tekanan) yang tersedia
berlebihan, maka memerlukan bangunan yang disebut bak pelepas tekan (BPT). Bak
pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga tidak akan
merusak sistem perpipaan yang ada. Idealnya bak ini dibuat bila maksimal
mempunyai beda tinggi 60-70m. Bak ini dibuat di tempat di mana tekanan tertinggi
mungkin terjadi atau pada stasiun penguat sepanjang jalur pipa transmisi. Jaringan
tranmisi dengan BPT dapat digambarkan pada gambar 3.6 di bawah ini.

Gambar 3.6. Jaringan Transmisi dengan BPT


(Sumber : Peavy, 1985)

2. Menghitung panjang dan diameter pipa


Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan pengolahan air ke reservoir
induk, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan debit harian maksimum.
Diameter pipa minimal 10 cm untuk pipa transmisi, ukuran diameter pipa
disesuaikan dengan ukuran standar dan alasan secara ekonomi.
3. Jalur pipa
Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan
banyak perlengkapan untuk mengurangi biaya konstruksi dan pemeliharaan.
Pemilihan jalur transmisi semestinya ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis.

3.2.2.4 Perlengkapan sistem transmisi


Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih antara lain wash
out, air valve, blow off, dan gate valve.

1. Katup Udara (Air Valve)


Katup udara berfungsi untuk melepaskan udara yang terperangkap dalam pipa, hal
ini dapat mengganggu jalannya air dalam pipa. Katup udara biasanya diletakkan
pada tempat-tempat di titik-titik yang tertinggi seperti jembatan pipa dan pada jalur
utama yang berada pada topografi tertinggi.

2. Penguras
Perlengkapan penguras diperlukan untuk mengeluarkan kotoran/endapan yang
terdapat dalam pipa. Biasanya dipasang di tempat yang paling rendah pada sistem
perpipaan dan pada jembatan pipa.

3. Gate Valve
Perlengkapan ini diperlukan untuk melakukan pemisahan/melokalisasi suatu blok
pelayanan/jalur tertentu yang sangat berguna pada saat perawatan. Biasanya gate
valve dipasang pada setiap percabangan pipa, sebelum dan sesudah jembatan pipa,
siphon, dan persimpangan jalan raya.

4. Perkakas (Fitting)
Perkakas (tee, bend, reducer, dan lain-lain) perlu disediakan dan dipasang pada
perpipaan distribusi sesuai dengan keperluan lapangan. Apabila pada suatu jalur pipa
terdapat lengkungan yang memiliki radius yang sangat besar, penggunaan perkakas
belokan (bend) boleh tidak dilakukan selama defleksi pada sambungan pipa tersebut
masih sesuai dengan yang disyaratkan untuk jenis pipa tersebut.

5. Thrust Block
Dalam perencanaan jaringan distribusi, thrust block diperlukan pada pipa yang
mengalami beban hidrolik yang tidak seimbang, misalnya pada pergantian diamterer,
akhir pipa, dan belokan pipa. Gaya-gaya ini akan menggeser jaringan pipa dan
kedudukan semula, jika hal ini dibiarkan, lama-lama dapat merusak jaringan pipa
dan sambungan-sambungannya.

6. Bangunan Perlintasan Pipa


Bangunan ini diperlukan bila jalur pipa harus memotong pipa untuk keamanan dan
kelancaran pipa yang dikarenakan adanya lintasan kereta api, sungai, maupun
kondisi tanah yang tidak rata.

7. Sambungan
Sambungan dan kelengkapan pipa yang sering digunakan untuk penyambungan pipa
adalah bell and spigot, flange joint, ball joint, increaser dan reducer, bend dan tee,
dan trapping bend.

8. Tekanan dan Kecepatan dalam Pipa


Tekanan dalam pipa distribusi sebaiknya berada di antara 1,8 x 105 - 2,8 x 105 N/m2.
Sedangkan kecepatan dalam pipa distribusi sebaiknya berada dalam range 0,6-1,2
m/s (Al-Layla, 1978). Tekanan yang kurang mengakibatkan aliran air tidak mengalir
sampai ke konsumen, sedangkan tekanan air berlebih mengakibatkan terjadinya
pukulan air yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada alat-alat perpipaan
(Morimura, 1984).
3.2.3 Unit distribusi

Unit distribusi adalah unit yang mendistribusikan air dari tempat pengolahan air
menuju tempat pelanggan. Unit distribusi terdiri atas reservoir (bak penampungan),
pompa dan perpipaan.

1. Reservoir
Reservoir atau bak penampungan air adalah alat yang digunakan untuk menampung
hasil olahan air baku menjadi air yang siap didistribusikan kepada pelanggan . Selain
berfungsi sebagai penampungan air, reservoir juga berfungsi sebagai penyimpanan
air ketika tempat pengolahan air kesulitan mencari air baku, sehingga suplai air siap
distribusi tetap terjaga.

2. Pompa
Pompa adalah alat yang digunakan untuk mendorong air dari tempat pengolahan
menuju tempat pelanggan . Pompa juga berfungsi sebagai penjaga tinggi tekan air
sehingga air di ujung perpipaan distribusi tetap bisa mengalir.

3. Perpipaan
Perpipaan adalah tempat air mengalir dari tempat pengolahan hingga ke tempat
pelanggan. Komponen perpipaan sendiri ada valve, bench , gate , bend, dan lain lain
yang akan dibahas lebih lanjut pada subbab perpipaan.

Tujuan pengoperasian unit distribusi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


no 18 tahun 2007 pasal 38 adalah untuk mengalirkan air hasil pengolahan ke seluruh
jaringan distribusi sampai di semua unit pelayanan, sehingga standar pelayanan
berupa kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang dikehendaki dapat tercapai, yaitu:

a. Kuantitas
 Jumlah air yang mencukupi minimal untuk mandi, makan dan minum, atau
sesuai yang telah ditetapkan dalam perencanaan;
 Tekanan air di pelanggan (titik jangkauan pelayanan terjauh) minimum 1 atm.
b. Kualitas
 pH antara 6,0-7,5;
 Bakteriologis, yaitu bakteri E-colli = 0;
 Sisa chlor minimal 0,2 ppm.

c. Kontinuitas
 Air harus mengalir di pelanggan selama 24 jam perhari.

3.3 Periode perencanaan

Periode perencanaan sistem penyediaan minum adalah 15-20 tahun dan harus dikaji
ulang setiap 5 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 18 Tahun
2007 pasal 8. Dalam menentukan periode perencanaan ada beberapa faktor yang
ditinjau sebagai berikut:

1. Umur pakai struktur dan peralatan yang digunakan


2. Pertumbuhan penduduk
3. Kecepatan perkembangan sarana kota, komersial dan industri
4. Kemampuan sosial ekonomi masyarakat
5. Ketersediaan dana sebagai modal awal untuk operasi dan biaya perawatan
6. Ketersediaan sumber air untuk memenuhi kebutuhan air pada akhir periode
pelayanan
7. Kemungkinan untuk mengembangkan instalasi pengolahan air minum untuk
meningkatkan kapasitasnya

3.4 Perpipaan dan aksesoris yang dibutuhkan

Jaringan perpiaan yang digunakan dalam bagian ini merupakan perpiaan transmisi
dan distribusi. Jaringan perpipaan transmisi, yaitu jaringan perpipaan yang berfungsi
membawa air bersih dari unit produksi ke titik awal jaringan distribusi. Serta
perpiaan distribusi yang menghubungkan perpipaan transmisi dengan unit
pemanfaatan berupa hidran umum (HU). Terdapat kriteria desain dan jenis-jenis
perpipaan yang dibutuhkan.

1. Desain
Perencanaan jalur pipa harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:
 Jalur pipa sependek mungkin
 Menghindari jalur yang mengakibatkan konstruksi sulit dan mahal
 Tinggi hidrolis pipa minimum 5 m di atas pipa, sehingga tidak ada perbedaan
kelas pipa.

Penentuan dimensi pipa harus memnuhi ketentuan teknis sebagai berikut:

 Pipa harus direncanakan untuk mengalirkan debit maksimum harian


 Kehilangan tekanan dalam pipa tidak lebih dari 30% dari total tekanan statis
pada sistem transmisi. Untuk sistem gravitasi, kehilangan tekanan maksimum
5 m/1000 m atau sesuai dengan spesifikasi teknis pipa.
 Pemilihan bahan pipa harus memenuhi persyaratan teknis

2. Jenis perpipaan
a. Pipa PVC
PVC merupakan kependekan dari Poly Vinyl Chloride. Pipa jenis ini banyak
digunakan pada instalasi air bersih, air bekas, drainase, dan untuk instalasi air hujan.
Jenis pipa ini biasanya digunakan di perumahan-perumahan yang memiliki tingkat
tekanan rendah hingga sedang. Warna pipa PVC pada ummumnya adalah warna
putih, meskipun pada dasarnya terdapat berbagai macam. Pemilihan warna
tergantung pada jenis pemakaian, misalnya warna pipa PVC ungu dengan tulisan
warna hitam untuk penanda instalasi air reklamasi. Ketebalan pipa PVC juga
beragam yang di sebut schedule pipa, Untuk distribusi air biasanya
menggunakan schedule 40. Penyambungan pipa PVC paling umum adalah
menggunakan Lem PVC. Lem PVC bereaksi dengan permukaan pipa yang sedikit
melelehkan kemudian menggabungkan dengan pipa PVC yang lain yang juga sudah
di beri cairan lem PVC.

Gambar 3.7. Jenis Pipa PVC


(Sumber: https://ecs7.tokopedia.net)

b. Pipa CPVC
Pipa CPVC merupakan kependekan dari Chlorinated Poly Vinyl Chloride, ini
merupakan salah satu pipa yang mempunyai daya tahan terhadap suhu tinggi (lebih
dari 180oC). CPVC dapat disebut juga sebagai pipa PVC yang telah mendapat
klorinasi tambahan. Pipa ini memiliki sifat yang lebih fleksibel dengan dinding-
dinding yang secara substansial lebih tipis daripada pipa PVC. Pipa ini memiliki
diameter luar yang sama seperti pipa tembaga sehingga bisa meningkatkan
jangkauan penggunaan. Untuk penyambungannya, CPVC memiliki lem khusus,
yang biasanya berwarna oranye.

Gambar 3.8. Jenis Pipa CPVC


(Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com)
c. Pipa PEX
PEX pada awalnya merupakan singkatan dari Cross-linked Poly Ethylne, biasa
disebut juga sebagai XPLEI, namun sebutan PEX lebih familiar dan mudah diingat.
Pipa PEX pertama kali diproduksi tahun 1920-an, tetapi baru menjadi lebih popular
dalam beberapa tahun terakhir. Pipa ini memiliki diameter luar yang sama seperti
pipa tembaga, dan bisa digunakan untuk air panas dan dingin. Salah satu kelebihan
PEX adalah memiliki ketahanan panas yang lebih tinggi daripada jenis pipa lainnya,
dan sering digunakan dalam sistem pemanas air. Harga yang kompetitif menadi
pertimbangan untuk menggunakan pipa jenis PEX, dengan sistem penyambungan
yang sederhana, yaitu dengan shock dan alat khusus untuk pipa jenis PEX, yaitu
berupa cincin penghalang untuk mengamankan sambungan.

Gambar 3.9 Jenis Pipa PEX


(Sumber: http://abi-blog.com)

d. Pipa Tembaga
Pipa tembaga merupakan jenis pipa yang biasa digunakan di rumah-rumah,
meskipun harganya lebih mahal dari pipa pipa plastik. Pipa tembaga bisa
diaplikasikan dalam instalasi di atas tanah maupun di bawah tanah. Pipa ini butuh
butuh pengaman berupa lapisan di sepanjang pipa tembaga untuk mengamankan dari
pengaruh keasaman tanah pada instalasi di bawah tanah. Sistem penyambungan pipa
tembaga adalah dengan pengelasan dan penyolderan ke sisi fitting-fitting-nya .
Gambar 3.10 Jenis Pipa Tembaga
(Sumber: http://abi-blog.com)

e. Pipa Galvanis
Pipa galvanis merupakan pipa besi yang dilapisi baja, yang termasuk jenis pipa air
yang lebih banyak membutuhkan proses pengerjaan. Instalasi pipa galvanis
membutuhkan lebih dalam akurasi disbanding jenis yang lain yang notabene lebih
mudah dipotong terutama pemotongan di tempat. Lapisan Galvanis berwarna abu-
abu kusam dan berfungsi untuk mencegah karat. Pipa Galvanis biasanya tersedia
dengan diameter Antara ½ inci sampai 2 inci. Penyambungan untuk pipa Galvanis
yaitu dengan cara fitting yang harus tepat. Penyambungan dengan metode drat,
menggunakan alat senai pada setiap ujungnya.

Gambar 3.11. Jenis Pipa Galvanis

(Sumber: tokopedia.com)
f. Pipa HDPE
Pipa HDPE meruapakan kependekan dari High Density Polyethylene. Pipa ini
merupakan pipa plastik bertekanan yang banyak digunakan untuk pipa air dan pipa
gas. Disebut pipa plastik karena material HDPE berasal dari polymer minyak bumi.
Oleh karenanya harga material HDPE dipengaruhi fluktuasi harga minyak bumi.
Karakter istimewa dari pipa HDPE, diantaranya tidak mudah rusak, karena memiliki
tingkat kekuatan dan kelenturan yang tinggi. Sementara tingkat keretakan sangat
rendah karena ikatan antar molekul material yang terikat sangat kuat satu dengan
yang lain. Untuk penyambungannya, dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode
Mechanical Joint, Electro Fusin, dan metode penyambungan Butt Fusion.

Gambar 3.12. Jenis Pipa HDPE


(Sumber: Pipawavin.com)

3. Aksesoris Pipa
Beberapa perlengkapan atau aksesoris pipa yang umumnya dipasang dalam sistem
distribusi air minum yaitu:

a. Gate Valve
Gate Valve mempunyai fungsi untuk mengontrol aliran dalam pipa. Gate valve dapat
menutup suplai air bila diinginkan dan membagi lainnya didalam jaringan distribusi.
Gate valve diletakkan pada:
 Setiap titik persilangan atau cabang pipa
 Setiap pengurasan
 Pipa tekan setelah pompa dan check valve

Gambar 3.13. Aksesoris Gate Valve


(Sumber: https://www.valvesonline.co.uk)

b. Air Release Valve (Katup Angin)


Katup angin berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam aliran.
Aksesoris ini dipasang pada setiap bagian jalur pipa tertinggi dan mempunyai
tekanan lebih dari 1 atm, karena di tempat tersebut udara cenderung terakumulasi.

Gambar 3.14. Aksesoris Air Release Valve


(Sumber: http://skvalves.co.in)
c. Blow Off Valve (Katup Pembuang Lumpur)
Katup ini berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam aliran. Katup ini
dipasang pada setiap bagian jalur pipa tertinggi dan mempunyai tekanan lebih dari 1
atm, karena di tempat tersebut udara cenderung terakumulasi.

Gambar 3.15. Aksesoris Blow Off Valve


(Sumber: www.nengun.com)

d. Check Valve
Penggunaan katup ini dipasang bila pengaliran air di dalam pipa diinginkan hanya
satu arah. Biasanya check vave dipasang pada pipa tekan diantara poma dan gate
valve, dengan tujuan menghindari pukulan akibat arus balik yang dapat merusak
pompa saat pompa mati.

Gambar 3.16 Aksesoris Check Valve


(Sumber: https://4.imimg.com)
e. Fire Hydrant
Fire hydrant berfungsi untuk menyuplai air bila terjadi kebakaran. Alat ini
ditempatkan pada area yang mempunyai frekuensi kebakaran yang tinggi.

Gambar 3.17. Aksesoris Fire Hydrant


(Sumber: https://iconpolystudio.com)

f. Trush Blok (Angker Blok Beton)


Trush blok diperlukan pada pipa yang mengalami beban hidrolik yang tidak
seimbang, misalnya pada pergantian diameter, akhir pipa dan belokan. Gaya yang
terjadi harus ditahan oleh trush blok untuk menjaga agar fitting tidak bergerak.

Trush blok hendaknya dipasang pada sisi parit, maka dari itu diperlukan perataan sisi
parit atau menggali sebuah lubang masuk kedalam dinding parit untuk menahan gaya
gesek.
Gambar 3.18 Aksesoris Trush Blok

(Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/)

g. Manhole
Manhole berfungsi sebagai tempat pemeriksaan atau perbaikan bila terjadi gangguan
pada vlave. Aksesoris ini didesain supaya manusia dapat masuk ke dalam suatu
sistem perpipaan. Manhole ini biasanya ditempatkan pada tempat aksesoris yang
penting dan pada jalur pipa pada setiap jarak 300-600m, terutama pada diameter
yang besar.

Gambar 3.19. Aksesoris Man Hole


(Sumber: gettyimages.com)
h. Meter Tekanan
Meter tekanan dipasang pada pompa agar dapat diketahui besarnya tekanan pompa.
Fungsi dari meter tekanan adalah untuk menjaga keamanan distribusi dari tekanan
kerja pipa dan mntuk menjaga kontinuitas air.

Gambar 3.20. Aksesoris Meter Tekanan

(Sumber: indotrading.com)

i. Meter Air
Meter air berfungsi untuk mengetahui besarnya jumlah pemakaian air dan dapat
dipakai sebagai alat pendeteksi ada tidaknya kebocoran. Meter air dipasang pada
setiap sambungan yang dipakai secara kontinyu

Gambar 3.21. Aksesoris Meter Air


(Sumber: indotrading.com)
j. Clamp Saddle
Clamp Saddle berfungsi untuk tapping air, sehingga pengukuran debit dapat
dilakukan pipa distibusi. Clamp Saddle tidak boleh langsung dipasang pada pipa
primer, karena untuk menjaga pemerataan air dan tekanan air yang tersedia.

Gambar 3.22. Aksesoris Clamp Saddle


(Sumber: irrigationdeals.com)
BAB IV

PROYEKSI dan PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR

4.1 Rencana daerah layanan dan proyeksi pembangunan di masa depan

Rencana daerah layanan yang telah proyeksikan, terdapat sepuluh kelurahan yang
berada di Kecamatan Semarang Barat, antara lain:
1. Kelurahan Kembang Arum
2. Kelurahan Kali Banteng Kulon
3. Kelurahan Kalo Banteng Kidul
4. Kelurahan Gisik Dono
5. Kelurahan Salaman Mloyo
6. Kelurahan Cabean
7. Kelurahan Bojong Salaman
8. Kelurahan Bongsari
9. Kelurahan Ngemplak Simongan
10. Kelurahan Manyaran
Gambaran peta dari kelurahan diatas dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Daerah layanan SPAM Semarang Barat


Proyeksi pembangunan di masa depan untuk Kecamatan Semarang Barat selama
periode 2011- 2031 berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Semarang
periode 2011-2031 antara lain peningkatan prasarana rel kereta api, pengembangan
jarigan pipa gas Cirebon-Semarang, pengembangan sistem drainase, dan
pengembangan dan peningkatan wisata di Kecamatan Semarang Barat. Proyeksi
pembangunan yang telah disebutkan tersebut tidak memengaruhi rancangan sistem
penyediaan air minum yang akan dirancang.

4.2 Proyeksi penduduk dan infrastruktur


4.2.1 Proyeksi Penduduk
Dalam melakukan proyeksi penduduk di suatu daerah, dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Proyeksi penduduk dihitung dengan lima metode, yaitu metode
aritmatika, metode regresi linier, metode geometri, metode eksponensial, dan metode
logaritmik. Sampel penduduk Kecamatan Semarang Barat adalah periode 2007
sampai 2017 dengan proyeksi sampai 20 tahun. Hasil perhitungan proyeksi
penduduk tersebut dapat dilihat di Tabel 4.2.1.1.
Tabel 4.2.1.1 Hasil perhitungan metode

No. Metode Standar Deviasi R2

1 Aritmatik 6542 0,979

2 Regresi Linier 3221 0.03

3 Geometri 5302 0,998

4 Eksponensial 3219 0,113

5 Logaritmik 3521 0,999


Berdasarkan data pada Tabel 4.2.1.1 di atas, metode logaritmik merupakan metode
terpilih karena metode tersebut memiliki standar deviasi terkecil dan nilai R2
(koefisien determinasi) yang paling mendekati 1.

Dengan terpilihnya metode logaritmik, maka perhitungan proyeksi penduduk


dilakukan pada sepuluh kelurahan di Kecamatan Semarang Barat. Lalu, hasil
perhitungan proyeksi pada sepuluh keluruhan yang berada di Kecamatan Semarang
Barat tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.1.2.

Tabel 4.2.1.2 Proyeksi penduduk

TAHUN TOTAL
2018 112157
2019 112120
2020 112102
2021 112087
2022 112077
2023 112066
2024 112058
2025 112051
2026 112045
2027 112039
2028 112034
2029 112029
2030 112026
2031 112022
2032 112020
2033 112017
2034 112012
2035 112010
2036 112006
2037 112004
4.2.2 Proyeksi infrastruktur
Proyeksi infrastruktur yang akan dilakukan pada sepuluh kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Semarang Barat ini diasumsikan tidak terdapat pertumbuhan
infrastruktur selama periode perencanaan.

4.3 Proyeksi Kebutuhan Air


4.3.1 Kebutuhan air domestik
Kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat
hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti memasak, minum,
mencuci, dan lain-lain. Kebutuhan domestik merupakan aspek penting dalam
menganalisis kebutuhan penyediaan di masa mendatang. Analisis sektor domestik
untuk masa mendatang dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk
pada wilayah yang ditencanakan. Kebutuhan domestik di sepuluh kelurahan di
Kecamatan Semarang Barat dapat diperhitungkan dengan melihatpertumbuhan
penduduk, dimana tarif ekonomi penduduk diperkirakan meningkat serta
diasumsikan konsumsi air 120 liter/orang/hari. Data proyeksi kebutuhan air di
sepuluh kelurahan di Kecamatan Semarang Barat terdapat pada Tabel 4.3.1.1 dan
Tabel 4.3.1.2.

Tabel 4.3.1.1 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik (1)

Tahun
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Jumlah Penduduk
112157 112120 112102 112087 112077 112066 112058 112051 112045 112039
Total
Tingkat
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Pelayanan (%)
SR(Sambungan
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
Rumah) (%)
Hidran Umum
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
(%)
Jumlah Terlayani
84118 84090 84077 84066 84058 84050 84044 84039 84034 84030
(orang)
Jumlah SR
67295 67272 67262 67253 67247 67240 67236 67232 67228 67224
terlayani (orang)
Konsumsi SR
Rata-rata 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
(liter/orang/hari)
Jumlah
Kebutuhan Air SR 8075400 8072640 8071440 8070360 8069640 8068800 8068320 8067840 8067360 8066880
(liter/hari)
Jumlah Hidran
16824 16818 16816 16814 16812 16810 16809 16808 16807 16806
Terlayani (orang)
Standar
Kebutuhan Air
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Hidran
(liter/orang/hari)
Kebutuhan Air
504720 504540 504480 504420 504360 504300 504270 504240 504210 504180
Hidran (liter/hari)
Jumlah
Kebutuhan Air
Tanpa 8580120 8577180 8575920 8574780 8574000 8573100 8572590 8572080 8571570 8571060
Kehilangan
(liter/hari)

Tabel 4.3.1.2 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik (2)

Tahun
Uraian 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037

Jumlah
Pendudu 112034 112029 112026 112022 112020 112017 112012 112010 112006 112004
k Total

Tingkat
Pelayana 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
n (%)

SR(Samb
ungan
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Rumah)
(%)
Hidran
Umum 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
(%)
Tahun
Uraian 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Jumlah
Terlayani 100831 100827 100824 100820 100818 100816 100811 100809 100806 100804
(orang)
Jumlah
SR
90748 90745 90742 90738 90737 90735 90730 90729 90726 90724
terlayani
(orang)
Konsumsi
SR Rata-
rata 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
(liter/ora
ng/hari)
Jumlah
Kebutuh
108897 108894 1088904
an Air SR 10888560 10888440 10888200 10887600 10887480 10887120 10886880
60 00 0
(liter/hari
)
Jumlah
Hidran
10084 10083 10083 10082 10082 10082 10082 10081 10081 10081
Terlayani
(orang)
Standar
Kebutuh
an Air
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Hidran
(liter/ora
ng/hari)
Kebutuh
an Air
Hidran 302520 302490 302490 302460 302460 302460 302460 302430 302430 302430
(liter/hari
)
Jumlah
Kebutuh
an Air
Tanpa 111922 111918 1119153
11191020 11190900 11190660 11190060 11189910 11189550 11189310
Kehilang 80 90 0
an
(liter/hari
)
Berdasarkan Tabel 4.3.1.1 dan Tabel 4.3.1.2 di atas, terdapat dua periode pelayanan
air, pada sepuluh tahun pertama, pelayanan air domestik mencapai 75%, pada
periode kedua, yaitu sepuluh tahun berikutnya, pelayanan air kebutuhan domestik
meningkat mencapai 90%, hal ini dikarenakan pemerintah melakukan tindakan
perbaikan kualitas perpipaan distribusi PDAM, sehingga pelayanan dapat meningkat.

4.3.2. Kebutuhan air non domestik


Kebutuhan air non domestik dapat dihitung melalui data fasilitas umum dan sosial
dan dikalikan oleh standar kebutuhan yang ada di Bab 3. Berikut adalah hasil
perhitungan kebutuhan air non domestik ditunjukkan pada Tabel 4.3.2.1.

Tabel 4.3.2.1. Kebutuhan air non domestik

standar kebutuhan
Fasilitas jumlah kebutuhan air air(L/hari)
27468 10
sekolah murid L/muris/hari 274680
rumah sakit 1100 tt 200 L/tt/hari 220000
puskesmas 5 2000 L/hari 10000
Masjid 71 2000 L/hari 142000
Pasar 0.3 ha 1200L/ha/hari 360
Hotel 1664 tt 150L/tt/hari 249600
rumah makan besar 14720 td 100 L/td/hari 1472000
rumah makan kecil 1380 td 100 L/td/hari 138000
Total 2506640

4.3.3. Total kebutuhan air


Setelah meninjau kebutuhan air domestik dan non-domestik di sepuluh kelurahan
yang berada di Kecamatan Semarang Barat, debit yang diambil untuk perhitungan
adalah debit untuk sepuluh tahun terakhir. Debit periode kedua dipilih karena debit
tersebut telah mencakup kebutuhan air pada periode pertama dan pembangunan
SPAM hanya dilakukan sekali. Perhitungan total kebutuhan air pada Tabel 4.3.3.1
dan Tabel 4.3.3.2.
Tabel 4.3.3.1. Tabel proyeksi kebutuhan air di Semarang Barat (1)

KEMBANG NGEMPLAK BOJONG SALAMAN


MANYARAN BONGASARI CABEAN
ARUM SIMONGAN SALAMAN MLOYO
Domestik 1604994 1550948 1245054 1461138 929870 515085 466933
Non
Domestik 225064 225064 225064 225064 225064 225064 225064
total 1830058 1776012 1470118 1686202 1154934 740149 691997
kebocoran
20% 457514.5 444003 367529.5 421550.5 288733.5 185037.25 172999.25
total
kebutuhan
air 2287572.5 2220015 1837647.5 2107752.5 1443667.5 925186.25 864996.25

lps 26.47653 25.69461 21.26906 24.39528 16.70911 10.70817 10.01153

Tabel 4.3.3.2. Tabel proyeksi kebutuhan air di Semarang Barat (2)

KALIBANTENG KALIBANTENG
GISIKDRONO KIDUL KULAN Jumlah
Domestik 2029769 626152 762337 11192280
Non Domestik 225064 225064 225064 2250640
total 2254833 851216 987401 13442920
kebocoran 20% 563708.25 212804 246850.25 3360730
total kebutuhan
air 2818541.25 1064020 1234251.25 16803650
lps 32.62200521 12.3150463 14.28531539 194.4866898

Berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum, debit yang harus diairi oleh SPAM
Semarang Barat adalah 194.4 L/s.

4.4. Pemilihan Sumber Air


4.4.1 Jenis Sumber Air Baku
Sebelum memuat suatu sistem untuk penyediaan air minum, peninjauan terhadap
sumber air baku yang akan digunakan perlu dilakukan. Terdapat dua jenis sumber air
yang dapat digunakan sebagai pemasok, antara lain sebagai berikut:
a. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang menggenang atau mengalir di atas permukaan tanah,
seperti air laut, air danau, atau air sungai. Kualitas air permukaan bergantung dari
aktivitas yang dilakukan di daerah yang dilewatinya. Kualitas air permukaan dapat
ditentukan dengan melakukan pengukuran padatan tersuspensi dan lempung yang
terkandung pada air tersebut. Air permukaan biasanya langsung dikenai penguapan
untuk siklus hujan.

b. Air tanah
Air tanah merupakan hasil atau resultan dari rembesan air permukaan melalui sub-
permukaan di bawah permukaan tanah. Ciri-ciri air tanah adalah memiliki padatan
tersuspensi yang tinggi. Air tanah biasanya memiliki banyak kandungan logam,
seperti besi dan mangan.

4.4.2. Kondisi Sumber Air


Pemilihan sumber air untuk sistem penyediaan air minum Semarang Barat harus
memerhatikan beberapa aspek terkait, yaitu jumlah kebutuhan air minum yang perlu
dipenuhi, kuantitas air yang dialiri, kualitas air dari setiap sumber kontinuitas atau
seberapa lama sumber air tersebut dapat mengairi daerah tersebut, dan jarak dari
sumber air menuju daerah yang akan diairi. Oleh karena itu, data mengenai kualitas
air dan kondisi nyata dari masing-masing sumber air yang tersedia di Semarang
Barat perlu diketahui. Untuk SPAM ini, terdapat tiga sumber yang akan digunakan:
hulu sungai Z, air tanah X, dan air tanah Y. Berikut adalah keterangan kualitas air di
masing-masing daerah.

1. Hulu sungai Z

Parameter fisik dan kimia beserta hasil pengukurannya untuk hulu sungai Z
dilampirkan pada Tabel 4.4.2.1.
Tabel 4.4.2.1. Parameter fisik dan kimia sungai Z

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISIS

FISIK

Zat Padat Terlarut mg/l 300

Zat Padat Tersuspensi mg/l 540

Kekeruhan NTU 200


o
Temperatur C 28

Debit Lps 35000

KIMIA

Besi (Fe) mg/l 5

Kesadahan (CaCO3) mg/l 200

Klorida (Cl-) mg/l 30

Mangan (Mn) mg/l 3

pH mg/l 8,2

Sulfat mg/l 60

Bikarbonat mg/l 12

BOD mg/l 10

COD mg/l 20

Setiap 1 meter ke hilir kualitasnya akan bertambah 10% dari kualitas awal.
2. Sumur X
Parameter fisik dan kimia beserta hasil pengukurannya untuk hulu sumur X
dilampirkan pada Tabel 4.4.2.2.

Tabel 4.4.2.2. Parameter fisik dan kimia sumur X

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISIS

FISIK

Zat Padat Terlarut mg/l 240

Zat Padat mg/l 500


Tersuspensi

Kekeruhan NTU 80
o
Temperatur C 30

Debit Lps 500

KIMIA

Besi (Fe) mg/l 3

Kesadahan (CaCO3) mg/l 425

Klorida (Cl-) mg/l 30

Mangan (Mn) mg/l 5

pH mg/l 6,0

Sulfat mg/l 60

Bikarbonat mg/l 20

BOD mg/l 20

COD mg/l 30
3. Sumur Y
Parameter fisik dan kimia beserta hasil pengukurannya untuk hulu sumur Y
dilampirkan pada Tabel 4.4.2.3.

Tabel 4.4.2.3. Parameter fisik dan kimia sumur Y

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA

FISIK

Zat Padat Terlarut mg/l 110

Zat Padat Tersuspensi mg/l 170

Kekeruhan NTU 20
o
Temperatur C 25

Debit Lps 100

KIMIA

Besi (Fe) mg/l 0,2

Kesadahan (CaCO3) mg/l 50

Klorida (Cl-) mg/l 15

Mangan (Mn) mg/l 0,1

pH mg/l 7,0

Sulfat mg/l 20

Bikarbonat mg/l 15

BOD mg/l 20

COD mg/l 15
4.4.3. Alternatif penggunaan sumber air

Berdasarkan proyeksi kebutuhan air yang sebelumnya dikalkulasikan, kebutuhan air


tertinggi untuk kebutuhan domestik, kebutuhan non domestik, dan kebocoran pipa
adalah 150.4272 L/s untuk periode I dan 186.7072 L/s untuk periode II. Jumlah
tersebut perlu dipenuhi oleh tiga sumber air yang telah ditelaah kualitasnya di atas.
Dari ketiga sumber tersebut, dapat diambil tiga alternatif sumber, antara lain:

1. Alternatif I: untuk periode I, debit sebesar 100 lps dari sumur Y dan 50.272
lps 1 km dari hulu sungai Z diambil. Sementara untuk periode II, debit
sebesar 100 lps dari sumur Y dan 86.7072 lps 1 km dari hulu sungai Z
diambil.
2. Alternatif II: untuk periode I, debit sebesar 150.4272 lps 1 km dari hulu
sungai Z diambil. Sementara untuk periode II, debit sebesar 186.7072 lps 1
km dari hulu sungai Z diambil.
3. Alternatif III: untuk periode I, debit sebesar 150.4272 lps dari sumur X
diambil. Sementara untuk periode II, debit sebesar 186.7072 lps dari sumur X
diambil.

Pembobotan masing-masing alternatif dapat dilihat pada Tabel 4.4.3.1.

Tabel 4.4.3.1 Pembobotan alternatif sumber air

Bobot
No Kriteria (%) Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
1 Kualitas 20 10 8 9
2 Kuantitas 20 10 10 10
3 Kontinuitas 20 8 9 7
4 tingkat kesulitan pembangunan intake 5 7 9 8
5 tingkat keselamatan operator 5 8 7 9
6 kemungkinan terkontaminasi 10 8 7 9
kemungkinan untuk memperbesar
7 intake 10 9 9 9
8 Biaya 10 8 7 8
Total 100 8.85 8.5 8.65
Pembobotan tersebut tentunya dikalkulasi berdasarkan pertimbangan kriteria
penilaian. Berikut ini adalah pemaparan masing-masing kriteria:

1. Kualitas (bobot: 20%)


Kualitas air ditentukan oleh beberapa parameter fisik dan parameter kimia tertentu.
Pembobotan kualitas diatas dijabar berdasarkan hasil dari perhitungan parameter
fisik dan kimia yang dijabarkan pada Tabel 4.4.3.2.

Tabel 4.4.3.2 Pengukuran parameter fisik dan kimia setiap alternatif

alternatif 1 alternatif 2 alternatif 3


PARAMETER SATUAN periode 1 periode 2 periode1 periode2 periode 1 periode 2
FISIK
Zat Padat Terlarut mg/s 27640.976 39613.38 45128.16 56012.16 36102.528 44809.73
Zat Padat
Tersuspensi mg/s 46953.7568 68504.08 81230.69 100821.89 75213.6 93353.6
Kekeruhan NTU 87.0453216 112.8804 200 200 80 80
Temperatur oC 26.9443143 27.69353 28 28 30 30
Debit Lps 156.695 194.4 156.695 194.4 156.695 194.4
KIMIA
Besi (Fe) mg/s 297.3496 496.8896 752.136 933.536 469.2816 560.1216
Kesadahan (CaCO3) mg/s 16093.984 24075.58 30085.44 37341.44 66481.56 79350.56
Klorida (Cl-) mg/s 3164.0976 4361.338 4512.816 5601.216 4692.816 5601.216
Mangan (Mn) mg/s 176.40976 296.1338 451.2816 560.1216 782.136 933.536
pH mg/s 1154.85334 1482.099 1233.503 1530.999 938.5632 1120.243
Sulfat mg/s 5328.1952 7722.675 9025.632 11202.432 9385.632 11202.43
Bikarbonat mg/s 2165.63904 2644.535 1805.126 2240.4864 3128.544 3734.144
BOD mg/s 2554.6992 2953.779 1504.272 1867.072 3128.544 3734.144
COD mg/s 2609.3984 3407.558 3008.544 3734.144 4692.816 5601.216

Berdasarkan pengukuran parameter fisik dan kimia pada Tabel 4.4.3.2., baik untuk
periode 1 dan periode 2, dapat disimpulkan bahwa alternatif dengan bobot kualitas
paling bagus adalah alternatif 1, yaitu sungai Z dan sumur Y. Pertimbangan tersebut
diukur berdasarkan konsentrasi parameter fisik dan parameter kimia yang cenderung
lebih sedikit bila dibandingkan dengan alternatif lainnya.
2. Kuantitas (bobot: 20%)
Kuantitas merupakan kriteria yang menjelaskan besar debit masing-masing alternatif
untuk mencukupi kebutuhan air pada wilayah yang masih diairi. Kebutuhan air untuk
wilayah Semarang Barat 194.48 L/s. Alternatif 1 debit sebesar 100 lps dari sumur Y
dan 94.48 lps 1 km dari hulu sungai Z untuk periode II), alternatif 2 (debit sebesar
194.48 lps 1 km dari hulu sungai Z), dan alternatif 3 (debit sebesar 194.48 lps dari
sumur X) dapat memenuhi kebutuhan air baik pada periode I dan periode II. Karena
pertimbangan tersebut, poin untuk masing-masing alternatif memiliki nilai yang
sama.

3. Kontinuitas (bobot: 20%)


Kontinuitas merupakan kemampuan sumber air sumber untuk memenuhi kebutuhan
dalam satu hari. Kontinuitas air permukaan lebih baik dibandingkan kontinuitas air
tanah. Oleh karena itu, alternatif I (air tanah dan air permukaan) mempunyai bobot 8,
alternatif II (air permukaan) mempunyai bobot 9, dan alternatif III (air tanah)
mempunyai bobot 7.

4. Tingkat kesulitan pembangunan intake (bobot: 5%)


Tingkat kesulitan pembangunan intake diukur berdasarkan kendala yang mungkin
dapat menghambat pengerjaan pembangunan intake. Air tanah membutuhkan
pembangunan intake lebih kompleks dibandingkan dengan air permukaan.
Berdasarkan sumbernya, alternatif I (air tanah dan air permukaan) mempunyai bobot
7, alternatif II (air permukaan) mempunyai bobot 9, dan alternatif III (air tanah)
mempunyai bobot 8.

5. Tingkat keselamatan operator (bobot: 5%)


Tingkat keselamatan operator diukur dari kondisi eksisting sumber air tersebut,
seperti seberapa terjal kondisi sumber dan seberapa sulit operator untuk mencapai
sumber. Dari pertimbangan tersebut, alternatif I (Sungai Z dan sumur Y) mempunyai
bobot 8, alternatif II (sungai Z) mempunyai bobot 7, dan alternatif III (Sumur X)
mempunyai bobot 9.

6. Kemungkinan terkontaminasi (bobot: 10%)


Kemungkinan terkontaminasinya sumber air yang digunakan menjadi salah satu
kriteria penilaian untuk memprediksi dan menjaga kualitas air sumber dalam jangka
waktu yang panjang. Kandungan air tanah dipengaruhi oleh kandungan air
permukaan. Dari pertimbangan tersebut, alternatif I (Sungai Z dan sumur Y)
mempunyai bobot 8, alternatif II (sungai Z) mempunyai bobot 7, dan alternatif III
(Sumur X) mempunyai bobot 9.

7. Kemungkinan memperbesar intake (bobot: 10%)


Perbesaran intake dilakukan apabila intake yang ada belum memenuhi kebutuhan air
setelah dilakukan transmisi air. Ketiga alternatif memungkinkan untuk memperbesar
intake sama baiknya sehingga bobot untuk masing-masing alternatif adalah 9.

8. Biaya (bobot: 10%)


Akumulasi biaya dihitung berdasarkan biaya pembangunan intake dari masing-
masing sumber. Biaya yang digunakan dan diakumulasikan untuk pertimbangan
modal yang harus dipersiapkan.

4.5. Tahapan perencanaan

Menurut PERMEN PU No. 18 Tahun 2007, Pasal 8, sebuah perencanaan rencana


induk pengembangan SPAM memiliki periode perencanaan selama 15-20 tahun.
Kemudian, rencana induk pengembangan SPAM harus dikaji ulang selama 5 tahun
atau dapat dirubah bila ada hal-hal khusus dengan memperhatikan perkembangan
penataan ruang dan perkembangan penduduj wilayah nasional, propinsi, dan/atau
kabupaten atau kota. Maka dari itu, pada tahapan perencanaan SPAM di Kecamatan
Semarang Barat, Kota Semarang, akan dibagi menjadi dua periode perencanaan,
yaitu Rencana Jangka Pendek I (2018-2027) dan Rencana Jangka Panjang II (2028-
2037).

4.5.1. Rencana jangka pendek I

Rencana jangka pendek I dibuat untuk sepuluh tahun pertama (2018-2027) dari
periode perencanaan 20 tahun. Berdasarkan Tabel 4.3.3.2, debit tertinggi yang harus
dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air domestik pada tahun 2028 adalah 8580120
L/hari. Pada periode tersebut, jumlah kebutuhan air non-domestik berjumlah sama,
yaitu 2250640 L/hari. Oleh karena itu, debit yang digunakan sebagai pertimbangan
untuk pembuatan SPAM pada periode I adalah debit tertinggi yang dicapai, yaitu
10830760 L/hari.

4.5.2. Rencana jangka panjang II

Karena debit yang harus dipenuhi menukik tajam pada tahun 2028, perencanaan
jangka panjang II dibuat untuk memenuhi kebutuhan air pada tahun 2028 hingga
tahun 2037. Pada jangka waktu tersebut, debit terbesar domestik yang harus dialiri
dalam jangka waktu 16131504 L/hari pada tahun 2028 dan debit terkecil sebesar
11192280 L/hari pada tahun 2037. Jumlah kebutuhan air non-domestik berjumlah
sama seperti periode perencanaan II, yaitu 11189310 L/hari. Debit yang dipilih untuk
pertimbangan pembuatan SPAM pada periode jangka panjang II adalah debit yang
terbesar, yaitu 13442920 L/hari.

Berdasarkan peninjauan, rencana jangka panjang II berdasarkan mencakup


kebutuhan air pada rencana jangka panjang I. Oleh karena itu, dasar perhitungan
SPAM Semarang Barat adalah debit pada rencana jangka panjang II, yaitu 13442920
L/hari, atau 194.48 L/s.

Dari masing-masing rencana untuk dua jangka waktu, SPAM yang akan dibangun
adalah SPAM untuk jangka waktu 20 tahun dengan dasar perhitungan untuk rencana
jangka panjang II, karena debit yang harus dipenuhi untuk rencana jangka panjang II
melampaui debit tertinggi yang harus dipenuhi pada rencana jangka I. Pertimbangan
ini, selain didasari oleh banyak air yang harus dialiri, juga memerhatikan dari segi
biaya pembuatan maupun perawatan yang akan memakan modal besar apabila
pembangunan dilakukan sebanyak dua kali untuk dua periode perencanaan tersebut.
BAB V

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI

5.1 Perancangan jalur dan aksesoris yang dibutuhkan


5.1.1 Pemilihan jalur transmisi
Perancangan jalur dan aksesoris ditentukan berdasarkan alternatif sumber yang telah
ditentukan. Alternatif sumber yang dipilih adalah sumur Y dan sungai Z, dengan
masing-masing sumber mengalirkan air sebesar 100 lps dari sumur Y dan 50.272 lps
1 km dari hulu sungai Z pada periode I dan 100 lps dari sumur Y dan 86.7072 lps 1
km dari hulu sungai Z diambil. Perancangan jalur ditunjukkan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Jalur transmisi air

Pengambilan jalur tersebut mempertimbangkan kontur, kesulitan dalam mengalirkan


air dari sumber, tingkat keamanan operator, dan fasilitas umum maupun fasilitas
sosial yang tidak memungkinkan untuk dibongkar seperti pemukiman, tempat
ibadah, rumah sakit, jalur kereta api, dan sekolah.

5.1.2 Pemilihan aksesoris


Aksesoris yang ditentukan berdasarkan jalur yang telah ditentukan adalah sebagai
berikut.
1. Gate Valve
Perlengkapan ini diperlukan untuk melakukan pemisahan/melokalisasi suatu blok
pelayanan/jalur tertentu yang sangat berguna pada saat perawatan. Gate valve biasa
digunakan untuk membuka dan menutup aliran, diletakkan pada inlet dan outlet
saluran. Gate valve dipilih karena memiliki karakteristik membuka dan menutup
penuh aliran, gate valve juga sering digunakan dalam sistem perpipaan agar sistem
perpipaan bebas dari kontaminasi.

2. Bend
Bend diperlukan untuk membelokkan jalur pipa atau untuk sambungan belokan
dengan tujuan mengikuti jalur dan elevasi tanah. Bend memiliki beberapa macam
sesuai dengan derajatnya, yaitu bend 30°, bend 45°, bend 60° dan bend 90°. Pada
jalur perpipaan ini, bend digunakan pada segmen 1 sampai segmen 16, dan segmen
17 sampai segmen 31.

3. Tee
Tee junction pada pipa digunakan untuk menyatukan jalur pipa yang berbeda, lalu
akan menjadi satu jalur dengan debit yang lebih besar. Tee junction berukuran 90o
membentuk seperti huruf T. Pada jalur perpipaan ini, Tee junction digunakan pada
segmen 16 ke 17 dan segmen 13 ke 17.

5.2 Perhitungan dan evaluasi per tahap perencanaan


Sistem transmisi air dari sumber air ke PDAM menggunakan tiga jalur: jalur dari
sungai Z menuju jalur gabungan (jalur I), jalur dari sumur Y menuju pipa jalur
gabungan (jalur II), dan jalur gabungan. Periode perencanaan I maupun periode
perencanaan II menggunakan jalur yang sama. Dimensi pipa berdasarkan hasil
perhitungan tahap perencanaan untuk masing-masing jalur di setiap segmen
dilampirkan pada Tabel 5.2.1 untuk jalur I, Tabel 5.2.2 untuk jalur II, dan Tabel
5.2.3 untuk jalur III.
Tabel 5.2.1 Dimensi pipa per segmen jalur I (sungai Z menuju gabungan)

Segmen Panjang Pipa (m) Diameter Pipa yang digunakan (m)


1 18.667 0.254
2 29.9173 0.254
3 116.456 0.254
4 50.9142 0.254
5 21.3971 0.254
6 89.6385 0.254
7 17.3868 0.254
8 98.017 0.254
9 94.149 0.254
10 36.625 0.254
11 325.515 0.254
12 51.542 0.254
13 307.2421 0.254

Tabel 5.2.2 Dimensi pipa per segmen jalur II (sumur Y menuju gabungan)

Segmen Panjang Pipa (m) Diameter pipa yang digunakan (m)


1 50 10
2 215.5366026 10
3 13.8252 10

Tabel 5.2.3 Dimensi pipa per segmen jalur III (jalur gabungan menuju PDAM)

Segmen Panjang Pipa (m) Diameter pipa yang digunakan (m)


1 2.9668 14
2 316.8278 14
3 69.3608 14
4 274.8422 14
5 221.4493 14
6 67.51609558 14
7 40.4858 14
8 54.02135639 14
9 118.6891128 14
10 54.40008345 14
11 74.84732583 14
Segmen Panjang Pipa (m) Diameter pipa yang digunakan (m)
12 49.09714074 14
13 34.71605085 14
14 32.00435263 14
15 61.68534024 14

Selain dimensi pipa, headloss mayor dan minor dikalkulasikan untuk mendapatkan
garis energi dan garis hidrolis. Headloss mayor dan minor dilampirkan pada Tabel
5.2.3 untuk Jalur I, Tabel 5.2.4 untuk Jalur II, dan Tabel 5.2.5 untuk jalur III.

Tabel 5.2.3 Data headloss mayor dan minor untuk jalur I

Headloss minor (m)


Headloss mayor tangki ke pipa ke
Segmen (m) gate valve pipa flexible joint bend reducer increaser tangki
1 0.205110792 0.01951465 0.221757389 0.01951465 0.070962364 0 0 0
2 0.32872776 0 0 0.0390293 0.023062768 0 0 0
3 1.279604777 0 0 0.195146502 0.019159838 0 0 0
4 0.559439218 0 0 0.078058601 0.023062768 0 0 0
5 0.235108808 0 0 0.01951465 0.023062768 0 0 0
6 0.984937253 0 0 0.156117202 0.023062768 0 0 0
7 0.191044105 0 0 0.01951465 0.023062768 0 0 0
8 1.076999222 0 0 0.156117202 0.023062768 0 0 0
9 1.034498095 0 0 0.156117202 0.023062768 0 0 0
10 0.402431175 0 0 0.058543951 0.023062768 0 0 0
11 3.576720383 0 0 0.565924856 0.019159838 0 0 0
12 0.56633741 0 0 0.078058601 0.019159838 0 0 0
13 3.375939915 0 0 0.546410206 0.019159838 0 0 0
Tabel 5.2.3 Data headloss mayor dan minor untuk jalur II

Headloss minor (m)


Headloss mayor tangki ke flexible pipa ke
Segmen (m) gate valve pipa joint bend reducer increaser tangki
1 0.610230519 0.0218585 0.248392 0.087434 0.025833 0 0 0
2 2.630540259 0 0 0.415311 0.039743 0 0 0
3 0.16873118 0 0 0.021858 0.198713 0 0 0

Tabel 5.2.4 Data headloss mayor dan minor untuk jalur III

Headloss minor (m)


Headloss mayor tangki ke pipa ke
Segmen (m) gate valve pipa flexible joint bend reducer increaser tangki
0.024104371 0.021522223 0 0.021913536
1 0 0 5.79E-05 0
2.574132004 0 0.62414447 0.021913536
2 0 0 0 0
0.563535949 0 0.129133339 0.078262629
3 0 0 0 0
2.233011443 0 0.538055577 0.021913536
4 0 0 0 0
1.79920995 0 0.430444462 0.021913536
5 0 0 0 0
0.548548273 0 0.129133339 0.078262629
6 0 0 0 0
0.32893513 0 0.064566669 0.078262629
7 0 0 0 0
0.438907515 0 0.086088892 0.021913536
8 0 0 0 0
0.964313875 0 0.215222231 0.021913536
9 0 0 0 0
0.44198456 0 0.086088892 0.021913536
10 0 0 0 0
0.608112346 0 0.129133339 0.078262629
11 0 0 0 0
0.398899722 0 0.086088892 0.021913536
12 0 0 0 0
0.282057627 0 0.064566669 0.078262629
13 0 0 0 0
0.260025883 0 0.043044446 0.078262629
14 0 0 0 0
0.501175113 0.021522223 0.107611115 0.195656574
15 0 0 0 0.048914143
Contoh perhitungan headloss mayor pada segmen 1

1/0.54
𝑄
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 𝐿𝑥 ( )
0.2785𝑥𝑐𝑥𝑑 2.63

1/0.54
0.09448669
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 20.5337𝑥 ( )
0.2785𝑥150𝑥0.2542.63

𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0.205110792𝑚

Contoh perhitungan headkiss minor gate valve pada segmen 1

𝑣2
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘 𝑥
2𝑔

𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0.11𝑥0.177406

𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0.01951465 𝑚

Dari perhitungan headloss mayor dan minor pada tabel-tabel di atas, garis hidraulik
dan garis energi diplotkan untuk mengetahui profil aliran. Profil aliran setiap jalur
ditampilkan pada Gambar 5.2 untuk jalur I, Gambar 5.3 untuk jalur II, dan
Gambar 5.4 untuk jalur III.

Perhitungan EGL dan HGL adalah sebagai berikut

𝐻𝐺𝐿 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑒𝑎𝑑

𝑣2
𝐸𝐺𝐿 = 𝐻𝐺𝐿 +
2𝑔
114
112
110
108
106
Line
104
102
100
98
96
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Jarak (m)

Gambar 5.2 Garis hidraulik dan energi jalur I

108

106

104
Line

102

100

98

96
0 50 100 150 200 250 300 350
Jarak (m)

Gambar 5.3 Garis hidraulik dan energi jalur II


120

100

80

Line 60
EGL
40 HGL

20

0
0 500 1000 1500 2000
Jarak (m)

Gambar 5.4 Garis hidraulik dan energi jalur III


BAB VI

PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI

6.1 Perancangan jalur distribusi dan aksesoris


6.1.1 Perancangan jalur distribusi
Debit yang dialirkan dari reservoir untuk memenuhi kebutuhan air minum 10
kelurahan di Semarang Barat adalah 194.47 L/s. Kelurahan yang dialiri adalah
Kelurahan Kembang Arum, Kelurahan Manyaran, Kelurahan Ngemplak Simongan,
Kelurahan Bongasari, Kelurahan Bojong Salaman, Kelurahan Cabean, Kelurahan
Salaman Mloyo, Kelurahan Gisik Dono, Kelurahan Kalibanteng Kidul, dan
Kelurahan Kalibanteng Kulon. Jalur disusun berdasarkan enam belas node yang
tersebar di Kecamatan Semarang Barat. Node-node tersebut merupakan tempat untuk
mengairi masing-masing wilayah. Berikut adalah node dan wilayah kelurahan yang
diairi:
1. Node A: Kelurahan Ngemplak Simongan dan Kelurahan Bongasari
2. Node B: Kelurahan Bongasari, Kelurahan Ngemplak Simongan, dan
Kelurahan Kalibanteng Kidul
3. Node C: Kelurahan Ngemplak Simongan, Kelurahan Kalibanteng Kidul, dan
Kelurahan Manyaran
4. Node D: Kelurahan Manyaran dan Kelurahan Ngemplak Simongan
5. Node E: Kelurahan Manyaran, Kelurahan Kalibanteng Kidul, dan Kelurahan
Kembang Arum
6. Node F: Kelurahan Kalibanteng Kidul, Kelurahan Kalibanteng Kulon, dan
Kelurahan Kembang Arum
7. Node G: Kelurahan Kalibanteng Kulon dan Kelurahan Gisik Dono
8. Node H: Kelurahan Gisik Dono, Kelurahan Kalibanteng Kulon, dan
Kelurahan Kalibanteng Kidul
9. Node I: Kelurahan Gisik Dono, Kelurahan Kalibanteng Kidul, dan Kelurahan
Bongsari
10. Node J: Kelurahan Salaman Mloyo, Kelurahan Bongasari, dan Kelurahan
Gisik Dono
11. Node K: Kelurahan Salaman Mloyo dan Kelurahan Gisik Dono
12. Node L: Kelurahan Salaman Mloyo dan Kelurahan Cabean
13. Node M: Kelurahan Cabean, Kelurahan Salaman Mloyo, dan Kelurahan
Bojong Salaman
14. Node N: Kelurahan Bojong Salaman, Kelurahan Salaman Mloyo, dan
Kelurahan Bongsari
15. Node O: Kelurahan Ngemplak Simongan, Kelurahan Bongsari, dan
Kelurahan Bojong Salaman
16. Node P: Kelurahan Bongsari dan Kelurahan Ngemplak Simongan

Gambar 6.1 Jalur distribusi sistem penyediaan air minum Semarang Barat

Perhitungan debit air yang dialirkan pada node untuk masing-masing kelurahan
adalah sebagai berikut yang ditunjukkan pada Tabel 6.1.1.1.

Tabel 6.1.1.1. Tabel daerah yang dilayani setiap node

Pipa
yang Kebutuhan air
Node Elevasi (m) dilayani Daerah pelayanan (m3/s)
P 5 PA 107.093885
Pipa
yang Kebutuhan air
Node Elevasi (m) dilayani Daerah pelayanan (m3/s)
PO 79.61280478

Ngemplak Simongan 3.53

Bongsari 4.25

AB 21.93252315

AD 76.16136188

Ngemplak Simongan 5
A 15 Bongsari 4

15 DC 66.41136188

Ngemplak Simongan 3

D Manyaran 6.75

CE 59.96136188
Ngemplak Simongan 2.7
Kali Banteng Kidul 2
C 27 Manyaran 8.2
BI 6.282523148
BC 6.45
Bongsari 4
Ngemplak Simongan 3
B 40 Kali Banteng Kidul 2.2
EF 39.81674383
Manyaran 10.74461806
E 12 Kali Banteng Kidul 1.8
Pipa
yang Kebutuhan air
Node Elevasi (m) dilayani Daerah pelayanan (m3/s)
Kembang Arum 7.6
FG 19.7216387
FH 5.595105131
Kali Banteng Kulon 4
Kembang Arum 8.75
F 12 Kali Banteng Kidul 1.75
GH 5.595105131
Kali Banteng Kulon 4
G 7 Kembang Arum 10.12653356
Gisik Dono 8.5
Kali Banteng Kidul 2
H 5 Kali Banteng Kulon 6.285315394
IH 5.595105131
Gisik Dono 7
Kali Banteng Kidul 2.565046296
I 0 Bongsari 3
JI 11.87762828
Salaman Mloyo 2.8
Bongsari 3.8
J 8 Gisik Dono 7.33
KJ 18.84262828
Salaman Mloyo 2
K 6 Gisik Dono 9.792005208
LK 30.63463349
Cabean 6.5
L 7 Salaman Mloyo 2.1
ML 39.23463349
Cabean 4.20817419
Salaman Mloyo 1.75
M 9 Bojong Salaman 3.4
NJ 6.965
NM 48.59280768
Salaman Mloyo 1.361530671
Bongsari 2.3
N 20 Bojong Salaman 6.5
ON 65.71933835
O 10 Bojong Salaman 6.809114583
Pipa
yang Kebutuhan air
Node Elevasi (m) dilayani Daerah pelayanan (m3/s)
Bongsari 3.045283565
Ngemplak Simongan 4.039068287

Setelah mendapatkan nilai debit per node dan pipa, dilakukan pengambilan data
elevasi tiap node serta Panjang pipa pada peta kontur di autocad . Data tersebut akan
digunakan untuk menentukan diameter yang diperlukan.Berikut adalah hasil
pengolahan data menentukan diameter pipa yang ditunjukkan pada Tabel 6.1.1.2.

Tabel 6.1.1.2. Tabel diameter pasaran yang digunakan per pipa distribusi

Diameter
ΔH Panjang pasaran
Pipa Node(m) Pipa(m) Slope C Diameter(m) (m)
PDAM- 0.3048
P 49 1781.9 0.027499 150 0.271483
0.254
P-A 10 499.58 0.020017 150 0.230959
0.4064
A-D 1 946.79 0.001056 150 0.371176
0.1524

A-B 25 953.4 0.026222 150 0.119564


0.1016
B-C 13 257.72 0.050442 150 0.065639
0.2032

D-C 12 541.05 0.022179 150 0.188574


0.2032
C-E 14 1079.64 0.012967 150 0.202521
0.254

E-F 1 199.5 0.005013 150 0.210678


0.2032
F-G 5 1206.51 0.004144 150 0.167713
Diameter
ΔH Panjang pasaran
Pipa Node(m) Pipa(m) Slope C Diameter(m) (m)
0.1524

G-H 2 858.57 0.002329 150 0.116923


0.1016

F-H 7 1289.2 0.00543 150 0.098274


0.1016
B-I 10 389.45 0.025677 150 0.07465
0.1016
I-H 25 1165.59 0.021448 150 0.074121
0.254
P-O 5 423.87 0.011796 150 0.229997
0.2032
O-M 10 475.92 0.021012 150 0.189921
0.2032
N-M 11 556.83 0.019755 150 0.171482
0.2032
M-L 2 323.71 0.006178 150 0.200697
0.254
L-K 2 655.48 0.003051 150 0.211151
0.1524
K-J 3 394.75 0.0076 150 0.145534
0.1011
N-J 12 669.1 0.017935 150 0.083571
0.1016
J-I 22 821.08 0.026794 150 0.094276

Diameter pasaran dibuat berdasarkan perhitungan diameter aktual yang seharusnya


dipakai berdasarkan perhitungan. Contoh perhitungan untuk menentukan diameter
pada ruas pipa PDAM-P adalah sebagai berikut.
1/2.63
𝑄
𝐷=( )
0.2785𝑥𝑐𝑥𝑠 0.54
1/2.63
0.19448669
𝐷=( )
0.2785𝑥150𝑥0.0274990.54
𝐷 = 0.271483 𝑚
Setelah menentukan nilai diameter pasaran, maka nilai Headloss mayor dapat
ditentukan, berikut adalah hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada Tabel
6.1.1.3.
Tabel 6.1.1.3. Headloss mayor dan minor per pipa

HL Mayor diameter HL Mayor(m)


Pipa pasaran (m)
PDAM- 27.88392049 49
P
6.292975551 10
P-A
0.643035825 1
A-D
7.668062714 25
A-B
1.548372815 13
B-C
8.340181961 13

D-C
13.77364107 15
C-E
0.402212105 1

E-F
1.963309201 5
F-G
0.550197879 2

G-H
5.952414284 7

F-H
2.228540715 10
B-I
5.381689858 25
I-H
3.083180566 5
P-O
7.195278837 10
O-M
4.813037897 11
N-M
1.882830837 2
M-L
HL Mayor diameter HL Mayor(m)
Pipa pasaran (m)
0.813266149 2
L-K
2.396670657 3
K-J
4.747159788 12
N-J
15.28158748 22
J-I

Headloss mayor yang digunakan pada ruas pipa PDAM-P didapatkan dari
perhitungan dengan diameter yang digunakan adalah diameter pasaran. Contoh
perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1/0.54
𝑄
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 𝐿𝑥 ( )
0.2785𝑥𝑐𝑥𝑑 2.63

1/0.54
0.19448669
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 1781.9 ( )
0.2785𝑥150𝑥0.30482.63

𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 27.88392049 𝑚

6.1.2 Aksesoris yang digunakan


Aksesoris yang ditentukan berdasarkan jalur yang telah ditentukan adalah sebagai
berikut.
1. Gate Valve
Perlengkapan ini diperlukan untuk melakukan pemisahan/melokalisasi suatu blok
pelayanan/jalur tertentu yang sangat berguna pada saat perawatan. Gate valve biasa
digunakan untuk membuka dan menutup aliran, diletakkan pada inlet dan outlet
saluran. Gate valve dipilih karena memiliki karakteristik membuka dan menutup
penuh aliran, gate valve juga sering digunakan dalam sistem perpipaan agar sistem
perpipaan bebas dari kontaminasi.
2. Bend
Bend diperlukan untuk membelokkan jalur pipa atau untuk sambungan belokan
dengan tujuan mengikuti jalur dan elevasi tanah. Bend memiliki beberapa macam
sesuai dengan derajatnya, yaitu bend 30°, bend 45°, bend 60° dan bend 90°.

3. Flexible joint
Flexible joint memiliki fungsi sebagai sambungan antar pipa. Flexible joint
dibutuhkan karena pipa memiliki panjang yang terbatas.

4. Check valve

Check valve adalah valve yang digunakan untuk mengatur fluida yang bergerak
hanya ke satu arah saja dan mencegah adanya aliran ke arah sebaliknya. Check valve
tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, namun menggunakan gravitasi
dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri.

Headloss minor didapatkan dari aksesoris yang digunakan. Hasil perhitungan


headloss minor berdasarkan akseoris yang dipakai pada sistem perpipaan distribusi
ditunjukkan pada Tabel 6.1.2.1.

Tabel 6.1.2.1. Headloss minor pada sistem perpipaan distribusi SPAM Semarang
Barat

v2/2g hl minor
Pipa Aksesoris n K (m) (m) Total(m)
PDAM- flexible
P joint 178 0.11 0.387354 7.584389 27.29547
gate valve 1 0.17 0.387354 0.06585
Bend 60 2 0.3 0.387354 0.232412
Bend 45 11 0.2 0.387354 0.852179
bend 90 8 0.45 0.387354 1.394474
T 1 1 0.387354 0.387354
flexible
P-A joint 50 0.11 0.243547 1.339508
gate valve 1 0.17 0.243547 0.041403
v2/2g hl minor
Pipa Aksesoris n K (m) (m) Total(m)
Bend 30 2 0.13 0.243547 0.063322
Bend 60 0 0.3 0.243547 0
Bend 45 2 0.2 0.243547 0.097419
bend 90 2 0.45 0.243547 0.219192
check valve 1 2 0.243547 0.487094
T 1 1 0.243547 0.243547
flexible
A-D joint 94 0.11 0.018795 0.19434
gate valve 1 0.17 0.018795 0.003195
Bend 30 0 0.13 0.018795 0
Bend 60 0 0.3 0.018795 0
Bend 45 2 0.2 0.018795 0.007518
bend 90 0 0.45 0.018795 0
check valve 0 2 0.018795 0
flexible
A-B joint 95 0.11 0.078818 0.823648
gate valve 1 0.17 0.078818 0.013399
Bend 30 1 0.13 0.078818 0.010246
Bend 60 0 0.3 0.078818 0
Bend 45 0 0.2 0.078818 0
bend 90 6 0.45 0.078818 0.212809
check valve 0 2 0.078818 0
T 1 1 0.078818 0.078818
flexible
B-C joint 26 0.11 0.034509 0.098696
gate valve 1 0.17 0.034509 0.005867
Bend 30 1 0.13 0.034509 0.004486
Bend 60 0 0.3 0.034509 0
Bend 45 0 0.2 0.034509 0
bend 90 0 0.45 0.034509 0
check valve 1 2 0.034509 0.069018
T 1 1 0.034509 0.034509
flexible
D-C joint 54 0.11 0.228654 1.358202
gate valve 1 0.17 0.228654 0.038871
Bend 30 1 0.13 0.228654 0.029725
Bend 60 1 0.3 0.228654 0.068596
Bend 45 0 0.2 0.228654 0
bend 90 0 0.45 0.228654 0
v2/2g hl minor
Pipa Aksesoris n K (m) (m) Total(m)
check valve 0 2 0.228654 0
T 1 1 0.228654 0.228654
flexible
C-E joint 108 0.11 0.186396 2.214382
gate valve 1 0.17 0.186396 0.031687
Bend 30 2 0.13 0.186396 0.048463
Bend 60 0 0.3 0.186396 0
Bend 45 0 0.2 0.186396 0
bend 90 1 0.45 0.186396 0.083878
check valve 1 2 0.186396 0.372792
T 0 1 0.186396 0
flexible
E-F joint 20 0.11 0.033665 0.074064
gate valve 1 0.17 0.033665 0.005723
Bend 30 0 0.13 0.033665 0
Bend 60 0 0.3 0.033665 0
Bend 45 0 0.2 0.033665 0
bend 90 0 0.45 0.033665 0
check valve 1 2 0.033665 0.067331
T 1 1 0.033665 0.033665
flexible
F-G joint 120 0.11 0.020164 0.266166
gate valve 1 0.17 0.020164 0.003428
Bend 30 1 0.13 0.020164 0.002621
Bend 60 2 0.3 0.020164 0.012098
Bend 45 0 0.2 0.020164 0
bend 90 6 0.45 0.020164 0.054443
check valve 0 2 0.020164 0
T 0 1 0.020164 0
flexible
G-H joint 86 0.11 0.005129 0.048524
gate valve 1 0.17 0.005129 0.000872
Bend 30 0 0.13 0.005129 0
Bend 60 0 0.3 0.005129 0
Bend 45 0 0.2 0.005129 0
bend 90 0 0.45 0.005129 0
check valve 0 2 0.005129 0
T 1 1 0.005129 0.005129
F-H flexible 129 0.11 0.025967 0.368478
v2/2g hl minor
Pipa Aksesoris n K (m) (m) Total(m)
joint
gate valve 1 0.17 0.025967 0.004414
Bend 30 3 0.13 0.025967 0.010127
Bend 60 0 0.3 0.025967 0
Bend 45 0 0.2 0.025967 0
bend 90 0 0.45 0.025967 0
check valve 0 2 0.025967 0
T 1 1 0.025967 0.025967
flexible
B-I joint 39 0.11 0.03274 0.140455
gate valve 1 0.17 0.03274 0.005566
Bend 30 1 0.13 0.03274 0.004256
Bend 60 0 0.3 0.03274 0
Bend 45 0 0.2 0.03274 0
bend 90 0 0.45 0.03274 0
check valve 0 2 0.03274 0
T 1 1 0.03274 0.03274
flexible
I-H joint 116 0.11 0.025967 0.331345
gate valve 1 0.17 0.025967 0.004414
Bend 30 2 0.13 0.025967 0.006752
Bend 60 0 0.3 0.025967 0
Bend 45 1 0.2 0.025967 0.005193
bend 90 0 0.45 0.025967 0
check valve 0 2 0.025967 0
T 1 1 0.025967 0.025967
flexible
P-O joint 42 0.11 0.134592 0.621815
gate valve 1 0.17 0.134592 0.022881
Bend 30 1 0.13 0.134592 0.017497
Bend 60 0 0.3 0.134592 0
Bend 45 0 0.2 0.134592 0
bend 90 1 0.45 0.134592 0.060566
check valve 1 2 0.134592 0.269184
T 0 1 0.134592 0
flexible
O-N joint 47 0.11 0.223913 1.157631
gate valve 1 0.17 0.223913 0.038065
Bend 30 1 0.13 0.223913 0.029109
v2/2g hl minor
Pipa Aksesoris n K (m) (m) Total(m)
Bend 60 0 0.3 0.223913 0
Bend 45 0 0.2 0.223913 0
bend 90 0 0.45 0.223913 0
check valve 1 2 0.223913 0.447826
T 1 1 0.223913 0.223913
flexible
N-M joint 56 0.11 0.122416 0.754081
gate valve 1 0.17 0.122416 0.020811
Bend 30 1 0.13 0.122416 0.015914
Bend 60 0 0.3 0.122416 0
Bend 45 0 0.2 0.122416 0
bend 90 0 0.45 0.122416 0
check valve 0 2 0.122416 0
T 0 1 0.122416 0
flexible
M-L joint 32 0.11 0.079805 0.280915
gate valve 1 0.17 0.079805 0.013567
Bend 30 1 0.13 0.079805 0.010375
Bend 60 0 0.3 0.079805 0
Bend 45 0 0.2 0.079805 0
bend 90 1 0.45 0.079805 0.035912
check valve 0 2 0.079805 0
T 0 1 0.079805 0
flexible
L-K joint 66 0.11 0.019929 0.144682
gate valve 1 0.17 0.019929 0.003388
Bend 30 0 0.13 0.019929 0
Bend 60 0 0.3 0.019929 0
Bend 45 0 0.2 0.019929 0
bend 90 1 0.45 0.019929 0.008968
check valve 0 2 0.019929 0
T 0 1 0.019929 0
flexible
K-J joint 40 0.11 0.058174 0.255967
gate valve 1 0.17 0.058174 0.00989
Bend 30 0 0.13 0.058174 0
Bend 60 0 0.3 0.058174 0
Bend 45 0 0.2 0.058174 0
bend 90 0 0.45 0.058174 0
v2/2g hl minor
Pipa Aksesoris n K (m) (m) Total(m)
check valve 1 2 0.058174 0.116349
T 1 1 0.058174 0.058174
flexible
N-J joint 67 0.11 0.041042 0.302478
gate valve 1 0.17 0.041042 0.006977
Bend 30 1 0.13 0.041042 0.005335
Bend 60 0 0.3 0.041042 0
Bend 45 0 0.2 0.041042 0
bend 90 0 0.45 0.041042 0
check valve 0 2 0.041042 0
T 1 1 0.041042 0.041042
flexible
J-I joint 82 0.11 0.117023 1.055551
gate valve 1 0.17 0.117023 0.019894
Bend 30 0 0.13 0.117023 0
Bend 60 0 0.3 0.117023 0
Bend 45 0 0.2 0.117023 0
bend 90 6 0.45 0.117023 0.315963
check valve 1 2 0.117023 0.234047
T 1 1 0.117023 0.117023

Nilai pada tabel tersebut didapatkan dari hasil perhitungan. Berikut adalah
contoh perhitungan headloss minor dari gate valve pada ruas pipa PDAM-P.

𝑣2
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘 𝑥
2𝑔

𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0.17𝑥0.387354

𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0.06585𝑚

Setelah mendapatkan nilai hilang tekan mayor dan minor maka dapat dilakukan
pengolahan data sisa tekan, dengan membuat sisa tekan pada titik akhir 10m, maka
didapat hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada Tabel 6.1.2.2.
Tabel 6.1.2.2. Jumlah headloss pada setiap ruas pipa

HL
Mayor HL Minor Sisa Tekan
Segmen (m) (m) Total HL (m) (m)
PDAM-
P 27.88392 10.51665827 38.40057876 236.6472812
P-A 6.292976 2.491484125 8.784459675 132.3992315
A-D 0.643036 0.205053585 0.848089409 56.44026034
A-B 7.668063 1.138919901 8.806982614 66.30389914
B-C 1.548373 0.212575554 1.760948369 46.37603053
D-C 8.340182 1.724047844 10.0642298 46.37603053
C-E 13.77364 2.751202321 16.52484339 29.85118714
E-F 0.402212 0.18078355 0.582995655 29.26819149
F-G 1.963309 0.338757152 2.302066354 10.60472316
G-H 0.550198 0.054525281 0.60472316 10
F-H 5.952414 0.408987692 6.361401976 10
B-I 2.228541 0.183017737 2.411558452 15.75536179
I-H 5.38169 0.373671929 5.755361787 10
P-O 3.083181 0.991942459 4.075123025 91.388467
o-n 7.195279 1.896544207 9.091823044 82.29664395
N-M 4.813038 0.790805534 5.603843431 38.81038157
M-L 1.882831 0.340769149 2.223599987 36.58678158
L-K 0.813266 0.157037994 0.970304143 35.61647744
K-J 2.396671 0.440379387 2.837050044 32.77942739
N-J 4.74716 0.355831774 5.102991563 32.77942739
J-I 15.28159 1.742478125 17.0240656 15.75536179

6.1.3 Energy grade line dan hydraulic grade line


Setelah mendapatkan nilai sisa tekan, hilang tekan mayor, hilang tekan minor
dan kecepatan aliran pada pipa, nilai EGL dan HGL dapat ditentukan. Nilai
tersebut ditunjukkan pada Tabel 6.1.3.1.

Tabel 6.1.3.1. Nilai EGL dan HGL pada setiap ruas pipa

Velocity Head
Segmen Total HL (m) (m) HGL(m) EGL (m)
PDAM- 38.40057876 0.387353896 236.6473 237.0346
Velocity Head
Segmen Total HL (m) (m) HGL(m) EGL (m)
P
P-A 8.784459675 0.243546835 132.3992 132.6428
A-D 0.848089409 0.018795012 56.44026 56.45906
A-B 8.806982614 0.078817986 66.3039 66.38272
B-C 1.760948369 0.034509018 46.37603 46.41054
D-C 10.0642298 0.22865356 46.37603 46.60468
C-E 16.52484339 0.186395821 29.85119 30.03758
E-F 0.582995655 0.033665466 29.26819 29.30186
F-G 2.302066354 0.020164116 10.60472 10.62489
G-H 0.60472316 0.005129377 10 10.00513
F-H 6.361401976 0.025967473 10 10.02597
B-I 2.411558452 0.032740203 15.75536 15.7881
I-H 5.755361787 0.025967473 10 10.02597
P-O 4.075123025 0.134591921 91.38847 91.52306
O-n 9.091823044 0.22391313 82.29664 82.52056
N-M 5.603843431 0.122415717 38.81038 38.9328
M-L 2.223599987 0.079805421 36.58678 36.66659
L-K 0.970304143 0.019928679 35.61648 35.63641
K-J 2.837050044 0.058174292 32.77943 32.8376
N-J 5.102991563 0.041041727 32.77943 32.82047
J-I 17.0240656 0.11702338 15.75536 15.87239

6.2 Perancangan reservoir dan pemompaan


Reservoir pada sistem distribusi mempunya fungsi untuk meratakan tekanan dalam
jaringan distribusi. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kapasitas berdasarkan
kebutuhan air maksimum-hari pada instalasi pengolahan, sedangkan sistem distribusi
berdasarkan kebutuhan air maksimum-jam.

Berikut merupakan kegunaan reservoir:

 Untuk menampung air (storage)


 Sebagai perata aliran dan tekanan akibat variasi pemakaian di dalam daerah
distribusi
 Sebagai distributor, pusat ataupun sumber pelayanan dalam daerah distribusi.

6.2.1 Perhitungan Volume Reservoir

Volume reservoir dapat ditentukan dengan cara grafis atau analitis. Dalam
menyediakan air minum dilakukan secara kontinu, yaitu diberikan terus-menerus
selama 24 jam dengan kapasitas hari rata-rata untuk mendapatkan suplai rata-rata
sebanyak 4.17% dari debit rata-rata. Perhitungan volume reservoir di bawah ini
secara analitis dengan menggunakan debit maksimum 16802,2 m3.

Tabel 6.2.1 Pemakaian air per jam

Pem Volume Volume


Volume Volume Volume
Suplai akai Suplai Pemakaian
Jam Suplai Pemakaia Reservoir
(%) an Akumulasi Akumulasi
(m3) n (m3) (m3/day)
(%) (m3) (m3)
00.00 - 01.00 4.17 1.65 700.6521 277.2364 700.6520736 277.236432
01.00 - 02.00 4.17 1.65 700.6521 277.2364 1401.304147 554.472864
02.00 - 03.00 4.17 1.65 700.6521 277.2364 2101.956221 831.709296
03.00 - 04.00 4.17 1.65 700.6521 277.2364 2802.608294 1108.945728
04.00 - 05.00 4.17 2.85 700.6521 478.8629 3503.260368 1587.808656
05.00 - 06.00 4.17 3.6 700.6521 604.8795 4203.912442 2192.688144
06.00 - 07.00 4.17 5.44 700.6521 914.0401 4904.564515 3106.728259
07.00 - 08.00 4.17 6.8 700.6521 1142.55 5605.216589 4249.278403
3271.389898
08.00 - 09.00 4.17 6.8 700.6521 1142.55 6305.868662 5391.828547
09.00 - 10.00 4.17 6.03 700.6521 1013.173 7006.520736 6405.00169
10.00 - 11.00 4.17 5.5 700.6521 924.1214 7707.17281 7329.12313
11.00 - 12.00 4.17 4.9 700.6521 823.3082 8407.824883 8152.431322
12.00 - 13.00 4.17 4.9 700.6521 823.3082 9108.476957 8975.739514
13.00 - 14.00 4.17 5.2 700.6521 873.7148 9809.12903 9849.45433
14.00 -15.00 4.17 5.2 700.6521 873.7148 10509.7811 10723.16915
15.00 - 16.00 4.17 5.2 700.6521 873.7148 11210.43318 11596.88396
16.00 - 17.00 4.17 6 700.6521 1008.132 11911.08525 12605.01644
17.00 - 18.00 4.17 7.08 700.6521 1189.596 12611.73732 13794.61277
18.00 - 19.00 4.17 4.4 700.6521 739.2972 13312.3894 14533.90992
19.00 - 20.00 4.17 4.4 700.6521 739.2972 14013.04147 15273.20707
20.00 - 21.00 4.17 3.2 700.6521 537.6707 14713.69355 15810.87773
21.00 - 22.00 4.17 2.3 700.6521 386.4508 15414.34562 16197.32851
22.00 - 23.00 4.17 1.8 700.6521 302.4397 16114.99769 16499.76826
23.00 - 24.00 4.17 1.8 700.6521 302.4397 16815.64977 16802.208

Dari data tersebut, besar volume supply dapat ditentukan dengan persamaan berikut
ini.
Volume Supply =( % Supply x Debit Maks)/Day
Dengan besar % supply sebesar 4,17 % dan debit 16802,62 m3. Maka besar volume
pemakaian air dengan perhitungan sebagai berikut:

( 4,17% 𝑥 16802,62)
Volume Supply = 1 =7006,5174 m3
100 𝑥 ( )
1000

Volume air reservoir yang harus tersedia dihitung berdasarkan pengurangan antara
selisih suplai dan pemakaian yang dinyatakan dalam maksimum dan minimum.
Selisih maksimum suplai-pemakaian = 2011,2243
Selisih minimum suplai-pemakaian = -1260,1656

Maka, volume ari reservoir yang harus tersedia, selisih maksimum - selisih minimum
dikalikan 1 hari adalah 3271,389 m3
2500

2000

Debit pemakaian (m3/day)


1500

1000

500

0
0 5 10 15 20 25 30
-500

-1000

-1500
Jam pemakaian

Gambar 6.2. Grafik pemakaian reservoir per jamnya

Berdasarkan grafik diatas kita dapat mengetahui bahwa pemakaian tertinggi air di
daerah kota layanan X Kabupaten Semarang Barat, berada pada pukul 05.00 – 06.00
sedangkan pemakaian terendah berada pada pukul 19.00 – 20.00. Hal ini disesuaikan
dengan kegiatan yang membutuhkan air pada waktu-waktu tersebut.

6.2.2 Analisis sistem perpompaan

Kapasitas reservoir distribusi yang akan digunakan adalah sebesar 3271, 389 m3
akan diletakkan pada area PDAM, di titik 1 dengan tinggi muka air 52 m dan elevasi
titik adalah 80 m. Jadi tinggi menara reservoir setinggi 28 m.

Karena sisa tekan yang dimiliki antara 10 m, maka pengaliran dapat dilakukan secara
gravitasi karena sisa tekan yang ada lebih besar dari energi yang diperlukan. Jadi
dalam sistem distribusi ini tidak perlu dilakukan instalasi pemompaan. Karena
seluruh pengaliran dengan sistem gravitasi dengan volume reservoir 3271,389 m3.
Sistem distribusi ini akan melayani masyarakat yang terdiri dari sarana pemukiman
maupun yang non domestik.
6.3 Evaluasi desain perencanaan

Evaluasi desain perencanaan perlu dilakukan agar terciptanya desain optimum


sehingga desain yang dibuat dapat diaplikasikan secara optimum. Dalam melakukan
evaluasi perencanaan sistem distribusi dilakukan dengan pemodelan menggunakan
program EPANET. Dari pemodelan tersebut didapat hasil sebagai berikut:

Gambar 6.3 Hasil pemodelan EPANET

Di bawah ini adalah hasil pemodelan menggunakan aplikasi EPANET untuk setiap
segmen pipa, yang terdiri dari panjang pipa, diameter pipa, kekasaran pipa, debit,
kecepatan, headloss, dan faktor friksi pada setiap segmen pipa.
Gambar 6.4 Hasil pemodelan EPANET dari setiap segmen pipa

Berdasarkan gambar hasil pemodelan EPANET dari setiap segmen pipa di atas,
dapat diketahui bahwa diameter pipa setiap segmennya berubah karena penyesuaian
dari sisa tekan pada pipa dengan kecepatan pada pipa

Berikut ini adalah hasil pemodelan menggunakan aplikasi EPANET untuk setiap
cabang pipa, yang terdiri dari elevasi, base demand, head,dan tekanan pada cabang
pipa.
Gambar 6.5 Hasil pemodelan EPANET dari setiap cabang pipa

Berdasarkan hasil pemodelan EPANET, tinggi tekan (head) pada setiap cabang pipa
menunjukkan tinggi tekan di atas 10m, dengan kecepatan sesuai dengan SNI 03-
7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing bahwa kecepatan aliran
dalam pipa maksimal 2 m/detik.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2007. Buku Panduan Pengembangan Air Minum.
Jakarta.

Kodoatie, Robert J., dan Roestam, Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Yogyakarta: Andi.

Noerbambamg, Soufyan M., dan Morimura, Takeo. 2000. Perancangan dan


Pemeliharaan Sistem Plumbing. Pradnya Pramita: Jakarta.

Peavy, Howard S. 1985. Environmental Engineering. McGraw Hill : Singapura

Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan


Air Minum. 2005. Jakarta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 2007. Jakarta.

Sutrisno, C. Totok. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta : Jakarta

Twort, Alan C., dan Rees, J. Gordon. 2003. Civil Engineering Project Management.
United Kingdom.

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2010. Semarang dalam Angka 2009. Badan
Pusat Staristik: Semarang. (Sumber:
https://semarangkota.bps.go.id/publication/2010/11/26/65136e32c3ffbf1c18f
7eb37/kota-semarang-dalam-angka-2009.html, diakses pada 23 September
2018 pukul 13:30).

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2017. Semarang dalam Angka 2017. Badan
Pusat Staristik: Semarang. (Sumber:
https://semarangkota.bps.go.id/publication/2017/08/22/cd4154b3f544577a45
3a252a/kota-semarang-dalam-angka-2017.html , diakses pada 24 September
2018 pukul 18:53).
Nursyahid, MS. 2017. Check Valve – Pengertian, Jenis-jenis, Fungsi, serta Cara
Kerja. Jakarta. (Sumber: http://www.cnzahid.com/2017/01/check-valve-
pengertianjenis-jenisfungsi.html, diakses pada 24 November 2018 pukul
12.09)

Anda mungkin juga menyukai