Anda di halaman 1dari 31

TUGAS TL3202

SEWERAGE DAN DRAINASE

DI KOTA BANDUNG

Oleh : 1. Annisa Nurantono (15316034)

2. Sidqy Yusuf (15316084)

3. Rosalia Pristiani (15316089)

4. I Gde Krishna Satia Dharma (15316058)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan dari mata kuliah sewerage dan drainase.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Ing. Ir. Prayatni Soewondo, MS. sebagai dosen mata kuliah sewerage dan
drainase
2. Dr. Eng. Ahmad Sholeh, ST. MT. sebagai dosen mata kuliah sewerage dan drainase
3. Dr.-Ing. Marisa Handajani, ST, MT. sebagai dosen mata kuliah sewerage dan drainase
4. Dr. Muhammad Sonny Abfertiawan, ST., MT sebagai dosen mata kuliah sewerage
dan drainase
5. Nurashila Dhiyani sebagai asisten mata kuliah sewerage dan drainase
6. Orang tua yang terus membimbing kami
7. Teman-teman HMTL
Dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kamis, 31 Januari 2019


Bab I

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang berarti Indonesia mempunyai dua
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.. Indonesia mempunyai curah hujan sebesar 2000-
3000 mm/tahun. Pada angka yang ditunjukkan Indonesia termasuk negara yang mempunyai curah
hujan yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan meningginya debit air yang ada. Debit air yang
tinggi ini dapat menyebabkan beberapa kejadian, baik kejadian positif yang membuat air tanah
ataupun air sungai menambah debitnya sehingga bisa dimanfaatkan ataupun kejadian negatif yang
membuat banjir diakibatkan debit air yang mengalir tidak tertampung. Tidak tertampungnya air
hujan dapat disebabkan tidak mampunya tanah menyimpan air hujan atapun aliran air yang meluap
ataupun mampatnya saluran sehingga saluran air tidak kuat menampungnya.

Saluran air sendiri terbagi menjadi dua yaitu sewerage dan drainase. Sewerage merupakan
saluran yang diperuntukkan untuk pembuangan air limbah domestik sedangkan drainase
merupakan saluran yang diperuntukkan untuk pengaliran air hujan. Pada kondisi ini untuk air
hujan maka yang berpengaruh adalah saluran drainasenya, apabila saluran drainase tersumbat atau
tidak terinstalasi dengan benar maka air hujan tidak dapat teralirkan dengan baik sehingga dapat
terjadinya luapan. Selain Indonesia merupakan negara tropis, Indonesia juga merupakan negara
dengan jumlah penduduk sebanyak 264 juta penduduk (2017) yang setiap harinya menghasilkan
limbah maka diperlukannya saluran sewerage untuk mengalirkan air limbah domestik tersebut
ataupun dengan menginstalasi pengolahan limbah domestik setempat. Instalasi, pemasangan, atau
desain saluran harus didesain dengan baik karena apabila desain tidak baik dalam hal terebut maka
banjir ataupun bau dan vektor penyakit dapat timbul.

1.2 Tujuan
a. Menentukan desain saluran drainase dan sewerage berdasarkan proyeksi kebutuhan
air domestik dan non domestik berdasar kondisi daerah
b. Menentukan kondisi daerah studi setelah dan sebelum adanya perancangan
c. Menentukan sistem
1.3 Profil Anggota
Nama Foto Deskripsi
Annisa Nurantono Lahir pada tanggal 30
September 1998 di Bandung
sebagai anak kedua dan
dideskripsikan sebagai orang
dalam kelompok sebagai
anggota yang memperhatikan
pembagian kelompok agar
merata
I Gde Krishna Lahir pada tanggal 24
Agustus 1998 di Cianjur
sebagai anak pertama dan
dideskripsikan sebagai
anggota yang menjalani tugas
dengan baik
Rosalia Pristiani Lahir pada tanggal 15 April
1999 di Garut sebagai anak
tunggal dan dideskripsikan
sebagai anggota yang
menyediakan informasi
tugas-tugas
Sidqy Yusuf Suyuti Purboyo Lahir pada tanggal 12
September 1998 di
Yogyakarta sebagai anak
kedua dan dideskripsikan
sebagai anggota yang cekatan
dalam penyelesaian tugas
BAB II

2.1 Definisi
a. Air limbah
Air buangan (waste water) adalah air dari suatu daerah pemukiman yang telah
dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga
lingkungan hidup yang sehat dan baik (Tchobanoglous, 1991).
Air limbah adalah air buangan hasil dari kegiatan rumah tangga dan industri. Air limbah
yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran,
perniagaan, apartemen, dan asrama biasa disebut dengan air limbah domestik. Air buangan
dari kegiatan industri biasa disebut dengan air limbah industri adalah air yang berasal dari
kegiatan industri seperti pada industri tahu, indsutri tekstil, industri makanan dan lain lain.
Air limbah yang ada tentunya memiliki kualitas air dibawah air siap pakai akibat
terkontaminasi oleh aktivitas sebelumnya. Air buangan perlu diolah dalam sistem terpadu
sehingga air dapat dikembalikan ke lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut.

b. Sewerage
Sewerage adalah suatu sistem pengelolaan Air Limbah mulai dari pengumpulan (sewer),
pengolahan (treatment) sampai dengan pembuangan akhir (disposal). (Zulashari,2014).
Sewerage adalah nama sistem saluran dan peralatan yang dirancang untuk membawa air
limbah. sewerage juga digunakan untuk menunjukkan apa pun yang berhubungan dengan
selokan. (Harold E. Babbit,1922).
Sewerage memiliki dua jenis jaringan yaitu jaringan terpisah dan gabungan. Jaringan
terpisah adalah saluran yang jenis air buangan yang disalurkan melalui jaringan ini adalah
gabungan dari biomassa (berupa bakteri heterotrof) dan substrat untuk biomassa tersebut.
Saluran Gabungan adalah saluran yang jenis pengolahannya mengalami variasi yang cukup
banyak bila dibandingkan dengan yang ada di saluran terpisah. Bila sebuah kota
menggunakan kedua jenis sistem pengaliran tersebut untuk daerah pelayanannya, maka
kota tersebut memiliki sebuah sistem penyaluran air buangan tercampur.
2.2 Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan air limbah domestik adalah serangkaian kegiatan pengelolaan air limbah
domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik.
Dalam pengelolaan limbah domestik terdapat dua pilihan yaitu dengan onsite dan offsite.
Pemilihan jenis sistem pengelolaan air limbah domestik mempertimbangkan 5 aspek yaitu:

1. Kepadatan penduduk
2. Kedalaman muka air tanah
3. Kemiringan tanah
4. Permeabilitas tanah
5. Kemampuan pembiayaan.

a. Sistem pengelolaan onsite

Sistem pengelolaan limbah domestik onsite adalah sistem pengelolaan yang dilakukan
dengan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber, yang selanjutnya lumpur hasil
olahan diangkut dengan sarana pengangkut ke Sub-sistem Pengolahan Lumpur Tinja.
Komponen pengelolaan onsite terdiri atas sub-sistem pengolahan setempat,pengangkutan
dan pengolahan lumpur tinja.

Sub sistem pengolahan setempat berdasarkan kapasitasnya dibagi menjadi dua yaitu skala
individual dan skala komunal. Skala individual diperuntukkan untuk satu unit rumah
tinggal dan skala komunal diperuntukkan untuk dua sampai sepuluh unit rumah tinggal
dan/atau bangunan dan/atau mandi cuci kakus (MCK). Pengolahan air limbah domestik
dilakukan dengan cara pengolahan biologis.

Sub sistem pengangkutan adalah sarana untuk memindahkan lumpur tinja dari sub sistem
pengolahan setempat ke sub sistem pengolahan lumpur tinja. Sarana yang dimaksud berupa
kendaraan pengangkut yang dilengkapi dengan tangka penampung dan alat penyedot
lumpur tinja serta diberi tanda pengenal khusus.

Sub sistem pengolahan lumpur tinja adalah prasarana dan sarana untuk mengolah lumpur
tinja berupa IPLT. IPLT terdiri atas prasarana utama dan prasarana dan sarana pendukung.
Prasarana utama terdiri atas:
1. Unit penyaringan secara mekanik atau manual;
2. Unit ekualisasi
3. Unit pemekatan
4. Unit stabilisasi
5. Unit pengeringan lumpur
6. Unit pemrosesan lumpur kering

Prasarana dan sarana pendukung terdiri atas:

1. Platform (dumping station)


2. Kantor
3. Gudang dan bengkel kerja
4. Laboratorium
5. Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional, dan jalan inspeksi
6. Sumur pantau
7. Fasilitas air bersih
8. Alat pemeliharaan
9. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
10. Pos jaga
11. Pagar pembatas
12. Pipa pembuangan
13. Tanaman penyangga
14. Sumber energi listrik.

Persyaratan tangki septik ditunjukkan pada Tabel 1

Tabel 1. Syarat jarak (sumber: SNI-03-2398-2001)

Jarak Dari Tangki Septik Bidang Resapan


Bangunan 1,5m 1,5m
Sumur 10m 10m
Pipa air bersih 3m 3m
b. Sistem pengelolaan offsite

Sistem pengelolaan limbah domestik offsite adalah sistem pengelolaan yang dilakukan
dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke Sub-sistem
Pengolahan Terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke badan air permukaaan. Cakupan
pelayanan dari sistem pengolalaan limbah domestik terpusat adalah skala perkotaan, skala
permukiman dan skala Kawasan tertentu.

Cakupan pelayanan skala perkotaan adalah pelayanan untuk lingkup perkotaan dan/atau
regional dengan minimal layanan 20.000 jiwa. Cakupan pelayanan skala permukiman
adalah pelayanan untuk lingkup pemukiman dengan layanan 50 sampai 20.000 jiwa.
Cakupan pelayanan skala Kawasan tertentu adalah pelayanan untuk Kawasan komersial
dan Kawasan rumah susun.

Sistem pengelolaan limbah domestik offsite memiliki tiga komponen yaitu sub sistem
pelayanan, pengumpulan dan pengolahan terpusat.

Sub sustem pelayanan adalah prasarana dan sarana untuk menyalurkan air limbah domestik
dari sumber melalui perpipaan ke sub sistem pengumpulan. Prasarana dan sarana yang
dimaksud adalah:

1. Pipa tinja
2. Pipa non tinja
3. Bak perangkap lemak dan minyak dari dapur
4. Pipa persil
5. Bak kontrol
6. Lubang inspeksi

Sub sistem pengumpulan adalah prasarana dan sarana untuk menyalurkan air limbah
domestik melalui perpipaan dari sub sistem pelayanan ke sub sistem pengolahan terpusat.
Prasarana dan sarana yang dimaksud adalah:

1. Pipa retikulasi
Pipa retikulasi terdiri atas pipa lateral dan pipa servis. pipa lateral berfungsi sebagai
saluran pengumpul air limbah domestik dari Sub-sistem Pelayanan ke pipa servis dan
pipa servis berfungsi sebagai saluran pengumpul air limbah domestik dari pipa lateral
ke pipa induk.
2. Pipa induk
Pipa induk berfungsi untuk mengumpulkan air limbah domestik dari pipa retikulasi dan
menyalurkan ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat.
3. Prasarana dan sarana pelengkap.

Sub sistem pengolahan terpusat adalah prasarana dan sarana untuk mengolah air limbah
domestik yang dialirkan dari sumber melalui sib sistem pelayanan dan sub sistem
pengumpulan. Prasarana dan sarana tersebut berupa instalasi pengolahan air limbah
domestik(IPALD). IPALD terdiri atas prasarana utama dan prasarana dan sarana
pendukung.

Prasarana utama dari IPALD adalah :

1. Bangunan pengolahan air limbah;


2. Bangunan pengolahan lumpur;
3. Peralatan mekanikal dan elektrikal; dan/atau
4. Unit pemrosesan lumpur kering.

Prasarana dan sarana pendukung dari IPALD adalah:

1. Gedung kantor
2. Laboratorium
3. Gudang dan bengkel kerja
4. Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional, dan jalan inspeksi
5. Sumur pantau
6. Fasilitas air bersih
7. Alat pemeliharaan
8. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
9. Pos jaga
10. Pagar pembatas
11. Pipa pembuangan
12. Tanaman penyangga
13. Sumber energi listrik.

Proses pengolahan air limnah domestik pada sub sistem pengolahan terpusat dilakukan
dengan cara pengolahan fisik,biologis dan/atau kimiawi.

2.3 Sistem Penyaluran

a. Terpisah
Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage adalah sistem
dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan
air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air yang tidak tercemar
(Fajarwati, 2000).
Pertimbangan dalam penggunanaan sistem ini adalah:
1. Periode musim hujan dan kemarau lama.
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik.
3. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan
harus secepatnya dibuang ke badan penerima.
4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim kemarau dan
musim hujan relatif besar.
5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat berupa
polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi yang relatif
kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya.
Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing
sistem saluran (Zevri, 2010).
b. Tercampur

Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang tercampur
dengan air limpasan hujan. Sistem ini digunakan apabila daerah pelayanan merupakan
daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun saluran air buangan yang terpisah
dengan saluran air hujan. Debit masing– masing air buangan relatif kecil sehingga dapat
disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda, serta
memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun (Sugiharto, 1987).
Kelebihan dari sistem ini adalah lebih murah daripada sistem terpisah karena hanya
membutuhkan satu jalur. Kelemahan dari sistem ini adalah memiliki dimensi yang besar
karena harus menampung semua air buangan.

2.3 Dasar Perencanaan


Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik terdiri atas rencana induk, studi
kelayakan dan perencanaan teknik terinci.
a. Rencana induk
Rencana induk adalah rencana yang telah ditetapkan untuk jangka waktu 20 tahun dan
dapat dilakukan peninjauan ulang setiap 5 tahun. Rencana induk setidaknya memuat hal-
hal sebagai berikut:
1. Rencana umum
2. Standar dan kriteria pelayanan
3. Rencana penyelenggaraan SPALD-S dan SPALD-T
4. Indikasi dan sumber pembiayaan
5. Rencana kelembagaan dan sumber daya manusia
6. Rencana legislasi
7. Rencana pemberdayaan masyarakat

Rencana induk SPALD harus disusun secara terpadu dengan sistem penyediaan air
minum.

b. Studi kelayakan
Studi kelayakan disusun berdasarkan rencana induk SPALD dan menjadi acuan untuk
mengetahui tingkat kelayakan usulan pengembangan SPALD. Studi kelayakan disusun
berdasarkan kajian teknis,keuangan, ekonomi dan lingkungan. Kajian teknis paling sedikit
memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Rencana teknis operasional SPALD
2. Kebutuhan lahan
3. Kebutuhan air dan energi
4. Kebutuhan prasarana dan sarana
5. Pengoperasian dan pemeliharaan
6. Umur teknis
7. Kebutuhan sumber daya manusia
c. Perencanaan teknik terinci
Perencanaan teknik terinci bertujuan untuk memenuhi syarat teknis pelaksanaan
konstruksi SPALD-S dan SPALD-T. Perencanaan teknik terinci terdiri atas dokumen
laporan utama dan dokumen terlampir.
Dokumen lampiran utama memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan pola penanganan SPALD
2. Perencanaan komponen SPALLD
3. Perencanaan konstruksi

Dokumen lampiran memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Laporan hasil penyelidikan tanah


2. Laporan pengukuran kedalaman muka air tanag
3. Laporan hasil survei topografi
4. Laporan hasil pemeriksaan kualitas air limbah domestik dan badan air permukaan
5. Perhitungan desain
6. Perhitungan konstruksi
7. Gambar teknik
8. Spesifikasi teknik
9. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
10. Perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan
11. Dokumen lelang
12. Standar Operasional Prosedur (SOP)

2.4 Bangunan Penunjang


Bangunan pelengkap merupakan bagian dari sistem jaringan air limbah domestik untuk
keperluan penyesuaian pengaliran, pengecekan dan pemeliharaan antara lain manhole,
bangunan pelintas (siphon), saluran penggelontor (terminal clean out), dan rumah
pompa(pumping station).
a. Lubang kontrol (manhole)
Manhole berfungsi sebagai jalan masuk dalam pemeliharaan saluran serta untuk
menggelontor saluran selama pembersihan saluran.
b. Bangunan penggelontor
Bangunan penggelontor berfungsi sebagai pencegah adanya enddapan kotoran pada
saluran,mencegah pembusukan kotoran pada saluran dan menjaga kedalaman air pada
saluran.
c. Terminal pembersihan (clean out)
Saluran penggelontor (terminal clean out) dipasang diujung pipa lateral dengan
menggunakan pipa PVC. Konstruksi berbentuk pipa seperti busur seperempat lingkaran
dilengkapi penutup yang dapat dibuka.
d. Pipa perlintasan (siphon)
Siphon merupakan bangunan perlintasan pipa di bawah sungai/kali, saluran yang
melintang sebidang dengan pipa air limbah (sewer).
e. Stasiun pompa.
Bangunan rumah pompa terdiri dari inlet, bak penampung limbah (wet well), ruang pompa
(pump room) yang berfungsi menampung sementara air limbah untuk selanjutnya
dipompa menuju elevasi yang direncanakan.
BAB III

KONDISI EKSISTING AREA PERENCANAAN

3.1 DAERAH STUDI

3.1.1Administratif dan Geografis


Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa
Barat. Kota Bandung terletak di antara 1070 32’ 38.91” Bujur Timur dan 60 55’19.94”
Lintang Selatan. Kota Bandung memiliki luas wilayah sebesar 16.729,65 ha. Secara
administratif, Kota Bandung berbatasan dengan berbagai Kota/Kabupaten lainnya,
yaitu:
1. Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat
2. Barat : Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi
3. Timur : Kabupaten Bandung
4. Selatan : Kabupaten Bandung

Wilayah Kota Bandung berdasarkan Perda Nomor 6 tahun 2007 tentang pemekaran
dan pembentukan wilayah kerja kecamatan dan kelurahan di lingkungan Pemerintah
Kota Bandung terbagi dalam 30 kecamatan dan 151 kelurahan yang ditabulasikan
dalam tabel berikut.

Tabel III. 1 Data wilayah Kota Bandung tahun 2017


Luas Wilayah Jumlah subdistrik
No Nama Kecamatan
(km2) Kelurahan RW RT
1 Bandung Kulon 6,46 8 74 449
2 Babakan Ciparay 7,45 6 57 365
3 Bojongloa Kaler 3,03 5 47 395
4 Bojongloa Kidul 6,26 6 44 261
5 Astanaanyar 2,89 6 47 304
6 Regol 4,30 7 60 371
7 Lengkong 5,90 7 65 431
8 Bandung Kdiul 6,06 4 34 194
Luas Wilayah Jumlah subdistrik
No Nama Kecamatan
(km2) Kelurahan RW RT
9 Buah Batu 7,93 4 55 371
10 Rancasari 7,33 4 52 341
11 Gedebage 9,58 4 41 206
12 Cibiru 6,32 4 53 282
13 Panyileukan 5,10 4 37 184
14 Ujungberung 6,40 5 59 312
15 Cinambo 3,68 4 25 101
16 Arcamanik 5,87 4 51 268
17 Antapani 3,79 4 62 335
18 Mandalajati 6,67 4 52 299
19 Kiaracondong 6,12 6 85 593
20 Batununggal 5,03 8 83 547
21 Sumur Bandung 3,4 4 37 231
22 Andir 3,71 6 54 384
23 Cicendo 6,86 6 56 412
24 Bandung Wetan 3,39 3 36 197
25 Cibeunying Kidul 5,25 6 87 562
26 Cibeunying Kaler 4,50 4 46 290
27 Coblong 7,35 6 75 462
28 Sukajadi 4,30 5 49 331
29 Sukasari 6,27 4 32 220
30 Cidadap 6,11 3 29 175
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka Tahun 2017

3.1.2 Topografi
Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m di atas permukaan laut
(dpl). Titik tertinggi berada di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 m dpl, dan
titik terendah berada di sebelah Selatan dengan ketinggian 675 m dpl. Wilayah
yang dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung menjadi semacam
cekungan (Bandung Basin).

3.1.3 Geologi
Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan
aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian
Utara umumnya jenis tanah andosol, sedangkan di bagian Selatan serta Timur
terdiri atas jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan
Barat tersebar jenis tanah andosol. Secara geologis Kota Bandung berada di
Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh Gunung Berapi yang masih aktif dan
berada di antara tiga daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu (i)
sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi
Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi GarutTasikmalaya-Ciamis.
Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar- sesar yang ada, sehingga
menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu- waktu dapat terjadi. Selain itu Kota
Bandung yang berpenduduk banyak dan padat serta kerapatan bangunan yang
tinggi juga berisiko tinggi pada berbagai bencana.

3.1.4 Hidrologi
Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km,
yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai
Cicadas, Sungai Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus, Sungai Cibedung,
Sungai Curug Dog-dog, Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan, Sungai
Cibuntu, Sungai Cigondewah, Sungai Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai-
sungai tersebut selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air
hujan, juga oleh sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan
MCK. Kota Bandung juga termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai
(DPS) Citarum bagian hulu. Secara Nasional, DPS ini sangat penting karena
merupakan pemasok utama waduk Saguling dan Cirata yang digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik, pertanian, dan lainnya. Saat ini kondisi sebagian besar
sungai di Kota Bandung telah mengalami pencemaran. Regulasi yang tidak tegas
terhadap pengelolahan limbah pabrik menjadi salah satu penyebab tercemarnya
sungai yang ada. Selain itu, penurunan kualitas sungai disebabkan oleh
pembuangan air kotor oleh warga. Sungai Cikapundung merupakan salah satu
sungai penting yang membelah Kota Bandung dan saat ini telah banyak
kehilangan fungsi ekologisnya.

3.1.5 Klimatologi
Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya.
Namun pada beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim
hujan yang lebih lama dari biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim
hujan dirasakan lebih lama terjadi di Kota Bandung. Secara alamiah, Kota
Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk. Selama tahun 2012 tercatat suhu
tertinggi di Kota Bandung mencapai 30,9oC yang terjadi pada bulan September.
Suhu terendah di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 17,4oC yaitu pada bulan
Juli. Kondisi temperatur rata-rata Kota Bandung dari Tahun 2007-2012 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III.2 Temperatur Rata-Rata di Kota Bandung Tahun 2007-2012

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tahun 2012

Semakin sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta meningkatnya


pencemaran udara karena aktivitas penduduk berkontribusi dalam meningkatkan
iklim mikro di Kota Bandung. Aktivitas pencemar yang tergolong besar adalah
dari pertumbuhan jumlah kendaraan. Selain pertumbuhan jumlah kendaraan,
keberadaan jalan Tol Cipularang turut meningkatkan jumlah kendaraan menuju
Kota Bandung. Hasil penelitian Departemen Teknik Lingkungan ITB,
menunjukkan bahwa keberadaan tol Cipularang telah berimplikasi terhadap
kualitas udara di Kota Bandung. Di titik masuk Kota Bandung seperti gerbang tol
Pasteur dan jembatan Cikapayang, kandungan CO rata-rata pada hari Jumat dan
Sabtu meningkat sekitar 38% (di hari normal sekitar 1.800 kg/hari menjadi 2.500
kg/hari pada Jumat dan Sabtu), sedangkan NOx meningkat 59% dan HC
meningkat 50%. Meningkatnya pencemaran udara di Kota Bandung juga
dipengaruhi oleh tidak terawatnya mesin kendaraan. Data BPLH Kota Bandung
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor,
lebih dari 60% kendaraan berbahan bakar solar tidak memenuhi baku mutu emisi,
sementara untuk yang berbahan bakar bensin berfluktuasi dari sekitar 10% hingga
52%.

3.1.6 Demografi
Penduduk Kota Bandung berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017
sebanyak 2.497.938 jiwa yang terdiri atas 1.260.204 jiwa penduduk laki-laki dan
1.237.734 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah
penduduk tahun 2016, penduduk Bandung mengalami pertumbuhan sebesar 0,29
persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk
lakilaki terhadap penduduk perempuan sebesar 101,82. Data demografi
selengkapnya ditabulasikan dalam tabel berikut.

Tabel III. 3 Data demografi Kota Bandung tahun 2017

Jumlah Penduduk (Ribu)


No Nama Kecamatan
Laki-laki Perempuan Total
1 Bandung Kulon 73 71,6 144,6
2 Babakan Ciparay 76,8 72,6 149,4
3 Bojongloa Kaler 62,9 59,3 122,2
4 Bojongloa Kidul 45,1 42,1 87,2
5 Astanaanyar 34,9 34,6 69,5
6 Regol 41,4 41,3 82,7
Jumlah Penduduk (Ribu)
No Nama Kecamatan
Laki-laki Perempuan Total
1 Bandung Kulon 73 71,6 144,6
2 Babakan Ciparay 76,8 72,6 149,4
3 Bojongloa Kaler 62,9 59,3 122,2
7 Lengkong 35,9 36,4 72,3
8 Bandung Kdiul 30 29,8 59,8
9 Buah Batu 48,3 47,8 96,1
10 Rancasari 37,9 37,6 75,5
11 Gedebage 17,9 17,9 35,8
12 Cibiru 35,8 34,5 70,3
13 Panyileukan 19,9 19,4 39,3
14 Ujungberung 38,4 37,1 75,5
15 Cinambo 12,7 12,1 24,8
16 Arcamanik 34,8 33,7 68,5
17 Antapani 37,8 37,3 75,1
18 Mandalajati 32,3 31,2 63,5
19 Kiaracondong 67 66,2 133,2
20 Batununggal 62,3 59,7 122
21 Sumur Bandung 18,1 17,8 35,9
22 Andir 50,1 48,4 98,5
23 Cicendo 50,7 49,9 100,6
24 Bandung Wetan 15,4 15,7 31,1
25 Cibeunying Kidul 55,3 53,8 109,1
26 Cibeunying Kaler 36,8 34,9 71,7
27 Coblong 69,9 63,2 133,1
28 Sukajadi 54,9 54,4 109,3
29 Sukasari 41,3 41,3 82,6
30 Cidadap 30 28,8 58,8
KOTA BANDUNG 1267,6 1230,4 2498
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka Tahun 2017

3.2 JUMLAH PENDUDUK


Dengan perbandingan luas area pada daerah yang direncanakan pada aplikasi
AutoCAD dengan area Kota Bandung sebenarnya, maka akan didapatkan jumlah
penduduk pada di setiap blok yang sudah direncanakan pada wilayah perancanaan yang
dapat dilihat pada Tabel III.4
Tabel III.4 Jumlah penduduk pada wilayah perencanaan

Jumlah Penduduk
Area DWG Area Kota Jumlah
Blok Kota Bandung
(m2) Bandung (m2) Penduduk (Jiwa)
(jiwa)
1 4405969.28 6562.976304
2 3463040.557 5158.422964
3 1865589.525 2778.916299
4 4134221.755 6158.190783
1677000000 2498000
5 2686074.237 4001.081362
6 2984327.737 4445.349247
7 2284004.649 3402.172697
8 4452155.477 6631.773632

3.3 FASILITAS PERKOTAAN

3.3.1 Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial


Berikut fasilitas umum dan sosial yang ada pada wilayah perencanaan.

Tabel III.5 Fasilitas umum dan fasilitas sosial pada wilayah perencanaan
Jumlah Jumlah
Blok Fasilitas Unit
Fasilitas Unit

Gereja 1 1 unit
Kantor 21 200 pegawai
TK 1 100 murid
SD 5 800 murid
SMP 1 700 murid
1
Mesjid 13 300 m2
Rumah Makan 1 1
Universitas 1 8000 murid
Kolam Renang 1 150 orang
Asrama 1 300 bed
Masjid 7 300 m2
Kolam Renang 2 150 orang
Puskesmas 2 200 bed
SDN 4 800 murid
TK 4 100 murid
Kantor 8 200 pegawai
Asrama 1 300 bed
SMP 4 700 murid
Hotel 2 300 bed
Apotek 1 1 m2
SMA 1 600 muird
Rumah Sakit 1 300 bed
Gereja 2 1 unit
Universitas 1 8000 murid
Salon 1 50 orang
Bioskop 1 300 kursi
Panti Asuhan 1 150 bed
Rumah makan 1 1
Jumlah Jumlah
Blok Fasilitas Unit
Fasilitas Unit

Taman 1 1 unit
Masjid 3 300 m2
Rumah Makan 1 100 kursi
3
SD 1 800 murid
Universities 1 8000 murid
Toko 1 1 Unit
SD 2 800 murid
SMP 3 700 murid
Masjid 8 300 unit
4
Kantor 4 200 pegawai
Bioskop 1 300 kursi
STM/SMA 1 600 murid
SD 3 800 Murid
SMP 2 700 Murid
SMA/Sederajat 2 600 Murid
Universitas 5 8000 Murid
Kantor 10 200 Pegawai
5 Perniagaan 40 1 Unit
Masjid 5 300 m2
Gereja 1 1 unit
Kesehatan 4 300 Bed
Perhotelan 7 300 Bed
Pariwisata 7 1 Unit
SD 1 800 Murid
SMA/Sederajat 2 600 Murid
6 Kuliah 2 8000 Murid
Kantor 11 200 Pegawai
Perniagaan 55 1 Unit
Jumlah Jumlah
Blok Fasilitas Unit
Fasilitas Unit

Gereja 2 1 Unit
Masjid 1 300 m2
Kesehatan 1 300 Bed
Perhotelan 18 300 Bed
Pariwisata 3 1 Unit
SD 5 800 murid
SMA/Sederajat 3 600 murid
Kuliah 4 8000 murid
Kantor 18 200 pegawai
Perniagaan 75 1 Unit
7 Gereja 2 1 Unit
Masjid 5 300 m2
Kesehatan 4 300 bed
Perhotelan 5 300 bed
Pariwisata 6 1 unit
SMP 3 700 murid
SD 2 800 murid
SMA/Sederajat 2 600 murid
Kuliah 2 8000 murid
Kantor 10 200 pegawai
Perniagaan 18 1 Unit
8 Gereja 1 1 Unit
Masjid 2 300 m2
Kesehatan 3 300 bed
Perhotelan 9 300 bed
Pariwisata 9 1 unit
smp 1 700 murid
3.4 PETA WILAYAH PERENCANAAN
Wilayah perencanaan yang dibuat berlokas di Kota Bandung , Jawa Barat, yang dapat
dilihat pada Gambar III.1 . Kemudian, untuk wilayah perencanaan dan pembagian blok
di wilayah tersebut dapat dilihat pada Gambar III.2

Gambar III.1 Lokasi wilayah perencanaan

Sumber : PPDB Kota Bandung 2018

Gambar III.2 Wilayah perencanaan


BAB V
5.1 Metodologi Perencanaan
Berikut adalah tahapan-tahapan pada metodologi perencanaan dalam penentuan penanganan
air limbah di Kota Bandung.

5.1.1 Tahap Persiapan


Tahap persiapan meliputi :
1. Mempersiapkan literatur yang diperlukan sebagai acuan
2. Menentukan kebutuhan data yang diperlukan dalam perencanaan

5.1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah menjadi hal yang penting dalam kaitannya dengan perencanaan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan perencanaan yang sesuai dengan wilayah
perencanaan.

5.1.3 Survei
Kegiatan survei dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting disekitar wilayah
perencanaan yang menjadi penunjang dalam perencanaan.

5.1.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Setelah mendapat berbagai data dari tahapan-tahapan yang telah tertera, data tersebut
dikumpulkan untuk menjadi bahan penunjang untuk perencanaan (data primer dan sekunder).
Data-data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah untuk menentukan penyelesaian
masalah secara ilmiah

5.1.5 Analisis dan Pembahasan


Analisis dilakukan berdasarkan data yang telah didapatkan. Data yang telah diolah
selanjutnya dianalisis agar diperoleh strategi penyelesaian masalah yang tepat dan sesuai.

5.1.6 Perencanaan
Pada tahap ini perencanaan mengenai penanganan air limbah mulai dilakukan sesuai
dengan kondisi wilayah perencanaan dan hasil analisis terhadap masalah yang ada.
5.2 Proyeksi Penduduk
Berikut merupakan data jumlah penduduk di Kota Bandung :
Tabel 5.2.1 Data penduduk Kota Bandung Tahun 2011-2017
Sumber : Kota Bandung dalam angka 2017
Tahun Jumlah Penduduk
2011
2429176
2012
2444617
2013
2458503
2014
2470802
2015
2481469
2016
2490622
2017
2498000

Dari data penduduk yang diperoleh, dilakukan proyeksi penduduk dengan menggunakan
metode eksponensial. Berikut merupakan rumus yang digunakan,
𝑦 = 𝑎𝑒 𝑏𝑥
1
ln 𝑎 = ( )(∑ 𝑙𝑛𝑦 – 𝑏 ∑ 𝑥)
𝑁
𝑁 ∑(𝑥 ln 𝑦) − (∑ 𝑥 ∑ ln 𝑦)
𝑏= 2
𝑁(∑ 𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)
Dimana,
y = jumlah penduduk hasil proyeksi
x = tahun
N = jumlah data
a,b = konstanta
sehingga, didapatkan hasil proyeksi penduduk sebagai berikut,
Tabel 5.2.2 Proyeksi penduduk menggunakan metode eksponensial
Jumlah
Tahun(x) x2 ln y x ln y Pn
Penduduk (y)
2011 2429176 0 14.70306266 0 2433254.914
2012 2444617 1 14.70939902 14.70939902 2444613.449
2013 2458503 4 14.71506319 29.43012637 2456025.007
Jumlah
Tahun(x) x2 ln y x ln y Pn
Penduduk (y)
2014 2470802 9 14.72005335 44.16016006 2467489.834
2015 2481469 16 14.72436128 58.89744513 2479008.179
2016 2490622 25 14.72804304 73.64021518 2490580.292
2017 2498000 36 14.73100097 88.38600582 2502206.425
14098 17273189 91 103.0309835 309.2233516
Pr 2467598 a 2433254,91 b 0.0046572

Dengan menggunakan metode eksponensial didapatkan proyeksi penduduk hingga 10 tahun


ke depan (tahun 2027), yaitu :
Tabel 5.2.3 Proyeksi Penduduk 2011-2027
Tahun (x) Jumlah Penduduk (y) Tahun (x) Jumlah Penduduk (y)
2011 2433254.914 2019 2525622
2012 2444613.449 2020 2537411
2013 2456025.007 2021 2549256
2014 2467489.834 2022 2561156
2015 2479008.179 2023 2573112
2016 2490580.292 2024 2585123
2017 2502206.425 2025 2597191
2018 2513887 2026 2609314
2027 2621495
5.3 Timbulan Air Buangan
Berdasarkan literatur, timbulan air buangan adalah sebnayak 80% dari total kebutuhan air,
sehingga untuk menentukan timbulan air buangan dapat digunakan rumus berikut :
𝑄𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 × %𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 × %𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ
Berikut merupakan timbulan air buangan pada setiap blok :
Blok Fasilitas Jumlah Jumlah unit Total Persen Timbulan Jumlah air
fasilitas unit kebutuhan pelayanan air Buangan
air (L/hari) (%) Buangan (L/hari)
(%)
Gereja 1 1 Unit 300 0.002777778
Kantor 21 200 Pegawai 10000 0.092592593
TK 1 100 Murid 2000 0.018518519
SD 5 800 Murid 32000 0.296296296
SMP 1 700 Murid 35000 0.324074074
1 100 80
Mesjid 13 300 M2 675000 6.25
Rumah Makan 1 1 150 0.001388889
Universitas 1 8000 Murid 640000 5.925925926
Kolam renang 1 150 Orang 4500 0.041666667
Asrama 1 300 bed 36000 0.333333333
2 Masjid 7 300 m2 675000 6.25
Kolam Renang 2 150 orang 4500 0.041666667
Puskesmas 2 200 bed 40000 0.37037037
SDN 4 800 murid 32000 0.296296296
TK 4 100 murid 2000 0.018518519
Kantor 8 200 pegawai 10000 0.092592593
Asrama 1 300 bed 36000 0.333333333
SMP 4 700 murid 35000 0.324074074
Hotel 2 300 bed 60000 0.555555556
100 80
Apotek 1 1 m2 300 0.002777778
SMA 1 600 muird 48000 0.444444444
Rumah Sakit 1 300 bed 60000 0.555555556
Gereja 2 1 unit 300 0.002777778
Universitas 1 8000 murid 640000 5.925925926
Salon 1 50 orang 500 0.00462963
Bioskop 1 300 kursi 3000 0.027777778
Panti Asuhan 1 150 bed 18000 0.166666667
Rumah makan 1 1 150 0.001388889
Taman 1 1 unit 1000 0.009259259
3 Masjid 3 300 m2 2025000 100 80 18.75
Rumah Makan 1 100 kursi 15000 0.138888889
Blok Fasilitas Jumlah Jumlah unit Total Persen Timbulan Jumlah air
fasilitas unit kebutuhan pelayanan air Buangan
air (L/hari) (%) Buangan (L/hari)
(%)
SD 1 800 murid 32000 0.296296296
Universities 1 8000 murid 640000 5.925925926
Toko 1 1 Unit 300 0.002777778
SD 2 800 murid 64000 0.592592593
SMP 3 700 murid 105000 0.972222222
4 Masjid 8 300 unit 5400000 50
100 80
Kantor 4 200 pegawai 40000 0.37037037
Bioskop 1 300 kursi 3000 0.027777778
STM/SMA 1 600 murid 48000 0.444444444
SD 3 800 Murid 96000 0.888888889
SMP 2 700 Murid 70000 0.648148148
SMA/Sederajat 2 600 Murid 96000 0.888888889
Universitas 5 8000 Murid 3200000 29.62962963
Kantor 10 200 Pegawai 100000 0.925925926
5 Perniagaan 40 1 Unit 280000 100% 80% 2.592592593
Masjid 5 300 m2 3375000 31.25
Gereja 1 1 unit 300 0.002777778
Kesehatan 4 300 Bed 600000 5.555555556
Perhotelan 7 300 Bed 420000 3.888888889
Pariwisata 7 1 Unit 140 0.001296296
SD 1 800 Murid 32000 0.296296296
SMA/Sederajat 2 600 Murid 96000 0.888888889
Kuliah 2 8000 Murid 1280000 11.85185185
Kantor 11 200 Pegawai 110000 1.018518519
6 Perniagaan 55 1 Unit 385000 3.564814815
100% 80%
Gereja 2 1 Unit 600 0.005555556
Masjid 1 300 m2 675000 6.25
Kesehatan 1 300 Bed 150000 1.388888889
Perhotelan 18 300 Bed 1080000 10
Pariwisata 3 1 Unit 60 0.000555556
SD 5 800 murid 160000 1.481481
SMA/Sederajat 3 600 murid 144000 1.333333
Kuliah 4 8000 murid 2560000 23.7037
Kantor 18 200 pegawai 180000 1.666667
Perniagaan 75 1 Unit 525000 4.861111
7 Gereja 2 1 Unit 600 100% 80% 0.005556
Masjid 5 300 m2 3375000 31.25
Kesehatan 4 300 bed 600000 5.555556
Perhotelan 5 300 bed 300000 2.777778
Pariwisata 6 1 unit 120 0.001111
SMP 3 700 murid 105000 0.972222
SD 2 800 murid 40 0.592593
SMA/Sederajat 2 600 murid 80 0.888889
Kuliah 2 8000 murid 80 11.85185
Kantor 10 200 pegawai 50 0.925926
Perniagaan 18 1 Unit 7000 1.166667
8 Gereja 1 1 Unit 300 100% 80% 0.002778
Masjid 2 300 m2 2250 12.5
Kesehatan 3 300 bed 500 4.166667
Perhotelan 9 300 bed 200 5
Pariwisata 9 1 unit 20 0.001667
smp 1 700 murid 50 0.324074
SD 2 800 murid 40 0.592593
5.4 Periode Perencanaan
Dalam suatu rencana jangka panjang yang merupakan bagian atau tahap awal dari
perencanaan penanganan air limbah harus dikaji ulang setiap 10 tahun atau dapat dirubah bila ada
hal-hal khusus dengan memperhatikan perkembangan penataan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan/atau kabupaten/kota. Dalam periode 10 tahun ini kebutuhan air harus dikaji ulang, ditentukan
berdasarkan proyeksi penduduk setiap interval 10 tahun, begitu juga dengan pemakaian air.

Dalam periode perencanaan ini, harus dilakukan pemeliharaan rutin dan juga berkala.
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan secara rutin dalam waktu tertentu,
sedangkan emeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan secara periodik dan
memerlukan biaya tambahan guna menjaga usai pakai.

5.5 Perhitungan

a. Panjang Pipa Ekivalen


Untuk mencari Panjang pipa ekivalen dapat digunakan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 1,1 𝑥 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Contoh perhitungan pada blok 1 segmen 1
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 1,1 𝑥 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 1,1 𝑥 559.6757
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 615.64327 𝑚

b. Delta H
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 − 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
Contoh perhitungan pada blok 1 segmen 1
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 − 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 865 − 827.5
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 37.5𝑚

c. Luas daerah pelayanan


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑙𝑜𝑘
Contoh perhitungan pada blok 6 segmen 6.7-6.8
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑙𝑜𝑘
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 = 0.2 𝑥 1695046.895
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 = 339009.3789 𝑚2
d. Luas kumulatif pelayanan
Untuk mencari kumulatif pelayanan dapat digunakan rumus sebagai berikut :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖𝑛
Contoh perhitungan pada blok 1 segmen 1.2-1.3
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 = 333779.8559 + 142567.2987
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 = 476347.1546 𝑚2

Anda mungkin juga menyukai