DI KOTA BANDUNG
2019
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan dari mata kuliah sewerage dan drainase.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Ing. Ir. Prayatni Soewondo, MS. sebagai dosen mata kuliah sewerage dan
drainase
2. Dr. Eng. Ahmad Sholeh, ST. MT. sebagai dosen mata kuliah sewerage dan drainase
3. Dr.-Ing. Marisa Handajani, ST, MT. sebagai dosen mata kuliah sewerage dan drainase
4. Dr. Muhammad Sonny Abfertiawan, ST., MT sebagai dosen mata kuliah sewerage
dan drainase
5. Nurashila Dhiyani sebagai asisten mata kuliah sewerage dan drainase
6. Orang tua yang terus membimbing kami
7. Teman-teman HMTL
Dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang berarti Indonesia mempunyai dua
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.. Indonesia mempunyai curah hujan sebesar 2000-
3000 mm/tahun. Pada angka yang ditunjukkan Indonesia termasuk negara yang mempunyai curah
hujan yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan meningginya debit air yang ada. Debit air yang
tinggi ini dapat menyebabkan beberapa kejadian, baik kejadian positif yang membuat air tanah
ataupun air sungai menambah debitnya sehingga bisa dimanfaatkan ataupun kejadian negatif yang
membuat banjir diakibatkan debit air yang mengalir tidak tertampung. Tidak tertampungnya air
hujan dapat disebabkan tidak mampunya tanah menyimpan air hujan atapun aliran air yang meluap
ataupun mampatnya saluran sehingga saluran air tidak kuat menampungnya.
Saluran air sendiri terbagi menjadi dua yaitu sewerage dan drainase. Sewerage merupakan
saluran yang diperuntukkan untuk pembuangan air limbah domestik sedangkan drainase
merupakan saluran yang diperuntukkan untuk pengaliran air hujan. Pada kondisi ini untuk air
hujan maka yang berpengaruh adalah saluran drainasenya, apabila saluran drainase tersumbat atau
tidak terinstalasi dengan benar maka air hujan tidak dapat teralirkan dengan baik sehingga dapat
terjadinya luapan. Selain Indonesia merupakan negara tropis, Indonesia juga merupakan negara
dengan jumlah penduduk sebanyak 264 juta penduduk (2017) yang setiap harinya menghasilkan
limbah maka diperlukannya saluran sewerage untuk mengalirkan air limbah domestik tersebut
ataupun dengan menginstalasi pengolahan limbah domestik setempat. Instalasi, pemasangan, atau
desain saluran harus didesain dengan baik karena apabila desain tidak baik dalam hal terebut maka
banjir ataupun bau dan vektor penyakit dapat timbul.
1.2 Tujuan
a. Menentukan desain saluran drainase dan sewerage berdasarkan proyeksi kebutuhan
air domestik dan non domestik berdasar kondisi daerah
b. Menentukan kondisi daerah studi setelah dan sebelum adanya perancangan
c. Menentukan sistem
1.3 Profil Anggota
Nama Foto Deskripsi
Annisa Nurantono Lahir pada tanggal 30
September 1998 di Bandung
sebagai anak kedua dan
dideskripsikan sebagai orang
dalam kelompok sebagai
anggota yang memperhatikan
pembagian kelompok agar
merata
I Gde Krishna Lahir pada tanggal 24
Agustus 1998 di Cianjur
sebagai anak pertama dan
dideskripsikan sebagai
anggota yang menjalani tugas
dengan baik
Rosalia Pristiani Lahir pada tanggal 15 April
1999 di Garut sebagai anak
tunggal dan dideskripsikan
sebagai anggota yang
menyediakan informasi
tugas-tugas
Sidqy Yusuf Suyuti Purboyo Lahir pada tanggal 12
September 1998 di
Yogyakarta sebagai anak
kedua dan dideskripsikan
sebagai anggota yang cekatan
dalam penyelesaian tugas
BAB II
2.1 Definisi
a. Air limbah
Air buangan (waste water) adalah air dari suatu daerah pemukiman yang telah
dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga
lingkungan hidup yang sehat dan baik (Tchobanoglous, 1991).
Air limbah adalah air buangan hasil dari kegiatan rumah tangga dan industri. Air limbah
yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran,
perniagaan, apartemen, dan asrama biasa disebut dengan air limbah domestik. Air buangan
dari kegiatan industri biasa disebut dengan air limbah industri adalah air yang berasal dari
kegiatan industri seperti pada industri tahu, indsutri tekstil, industri makanan dan lain lain.
Air limbah yang ada tentunya memiliki kualitas air dibawah air siap pakai akibat
terkontaminasi oleh aktivitas sebelumnya. Air buangan perlu diolah dalam sistem terpadu
sehingga air dapat dikembalikan ke lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut.
b. Sewerage
Sewerage adalah suatu sistem pengelolaan Air Limbah mulai dari pengumpulan (sewer),
pengolahan (treatment) sampai dengan pembuangan akhir (disposal). (Zulashari,2014).
Sewerage adalah nama sistem saluran dan peralatan yang dirancang untuk membawa air
limbah. sewerage juga digunakan untuk menunjukkan apa pun yang berhubungan dengan
selokan. (Harold E. Babbit,1922).
Sewerage memiliki dua jenis jaringan yaitu jaringan terpisah dan gabungan. Jaringan
terpisah adalah saluran yang jenis air buangan yang disalurkan melalui jaringan ini adalah
gabungan dari biomassa (berupa bakteri heterotrof) dan substrat untuk biomassa tersebut.
Saluran Gabungan adalah saluran yang jenis pengolahannya mengalami variasi yang cukup
banyak bila dibandingkan dengan yang ada di saluran terpisah. Bila sebuah kota
menggunakan kedua jenis sistem pengaliran tersebut untuk daerah pelayanannya, maka
kota tersebut memiliki sebuah sistem penyaluran air buangan tercampur.
2.2 Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan air limbah domestik adalah serangkaian kegiatan pengelolaan air limbah
domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik.
Dalam pengelolaan limbah domestik terdapat dua pilihan yaitu dengan onsite dan offsite.
Pemilihan jenis sistem pengelolaan air limbah domestik mempertimbangkan 5 aspek yaitu:
1. Kepadatan penduduk
2. Kedalaman muka air tanah
3. Kemiringan tanah
4. Permeabilitas tanah
5. Kemampuan pembiayaan.
Sistem pengelolaan limbah domestik onsite adalah sistem pengelolaan yang dilakukan
dengan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber, yang selanjutnya lumpur hasil
olahan diangkut dengan sarana pengangkut ke Sub-sistem Pengolahan Lumpur Tinja.
Komponen pengelolaan onsite terdiri atas sub-sistem pengolahan setempat,pengangkutan
dan pengolahan lumpur tinja.
Sub sistem pengolahan setempat berdasarkan kapasitasnya dibagi menjadi dua yaitu skala
individual dan skala komunal. Skala individual diperuntukkan untuk satu unit rumah
tinggal dan skala komunal diperuntukkan untuk dua sampai sepuluh unit rumah tinggal
dan/atau bangunan dan/atau mandi cuci kakus (MCK). Pengolahan air limbah domestik
dilakukan dengan cara pengolahan biologis.
Sub sistem pengangkutan adalah sarana untuk memindahkan lumpur tinja dari sub sistem
pengolahan setempat ke sub sistem pengolahan lumpur tinja. Sarana yang dimaksud berupa
kendaraan pengangkut yang dilengkapi dengan tangka penampung dan alat penyedot
lumpur tinja serta diberi tanda pengenal khusus.
Sub sistem pengolahan lumpur tinja adalah prasarana dan sarana untuk mengolah lumpur
tinja berupa IPLT. IPLT terdiri atas prasarana utama dan prasarana dan sarana pendukung.
Prasarana utama terdiri atas:
1. Unit penyaringan secara mekanik atau manual;
2. Unit ekualisasi
3. Unit pemekatan
4. Unit stabilisasi
5. Unit pengeringan lumpur
6. Unit pemrosesan lumpur kering
Sistem pengelolaan limbah domestik offsite adalah sistem pengelolaan yang dilakukan
dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke Sub-sistem
Pengolahan Terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke badan air permukaaan. Cakupan
pelayanan dari sistem pengolalaan limbah domestik terpusat adalah skala perkotaan, skala
permukiman dan skala Kawasan tertentu.
Cakupan pelayanan skala perkotaan adalah pelayanan untuk lingkup perkotaan dan/atau
regional dengan minimal layanan 20.000 jiwa. Cakupan pelayanan skala permukiman
adalah pelayanan untuk lingkup pemukiman dengan layanan 50 sampai 20.000 jiwa.
Cakupan pelayanan skala Kawasan tertentu adalah pelayanan untuk Kawasan komersial
dan Kawasan rumah susun.
Sistem pengelolaan limbah domestik offsite memiliki tiga komponen yaitu sub sistem
pelayanan, pengumpulan dan pengolahan terpusat.
Sub sustem pelayanan adalah prasarana dan sarana untuk menyalurkan air limbah domestik
dari sumber melalui perpipaan ke sub sistem pengumpulan. Prasarana dan sarana yang
dimaksud adalah:
1. Pipa tinja
2. Pipa non tinja
3. Bak perangkap lemak dan minyak dari dapur
4. Pipa persil
5. Bak kontrol
6. Lubang inspeksi
Sub sistem pengumpulan adalah prasarana dan sarana untuk menyalurkan air limbah
domestik melalui perpipaan dari sub sistem pelayanan ke sub sistem pengolahan terpusat.
Prasarana dan sarana yang dimaksud adalah:
1. Pipa retikulasi
Pipa retikulasi terdiri atas pipa lateral dan pipa servis. pipa lateral berfungsi sebagai
saluran pengumpul air limbah domestik dari Sub-sistem Pelayanan ke pipa servis dan
pipa servis berfungsi sebagai saluran pengumpul air limbah domestik dari pipa lateral
ke pipa induk.
2. Pipa induk
Pipa induk berfungsi untuk mengumpulkan air limbah domestik dari pipa retikulasi dan
menyalurkan ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat.
3. Prasarana dan sarana pelengkap.
Sub sistem pengolahan terpusat adalah prasarana dan sarana untuk mengolah air limbah
domestik yang dialirkan dari sumber melalui sib sistem pelayanan dan sub sistem
pengumpulan. Prasarana dan sarana tersebut berupa instalasi pengolahan air limbah
domestik(IPALD). IPALD terdiri atas prasarana utama dan prasarana dan sarana
pendukung.
1. Gedung kantor
2. Laboratorium
3. Gudang dan bengkel kerja
4. Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional, dan jalan inspeksi
5. Sumur pantau
6. Fasilitas air bersih
7. Alat pemeliharaan
8. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
9. Pos jaga
10. Pagar pembatas
11. Pipa pembuangan
12. Tanaman penyangga
13. Sumber energi listrik.
Proses pengolahan air limnah domestik pada sub sistem pengolahan terpusat dilakukan
dengan cara pengolahan fisik,biologis dan/atau kimiawi.
a. Terpisah
Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage adalah sistem
dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan
air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air yang tidak tercemar
(Fajarwati, 2000).
Pertimbangan dalam penggunanaan sistem ini adalah:
1. Periode musim hujan dan kemarau lama.
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik.
3. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan
harus secepatnya dibuang ke badan penerima.
4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim kemarau dan
musim hujan relatif besar.
5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat berupa
polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi yang relatif
kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya.
Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing
sistem saluran (Zevri, 2010).
b. Tercampur
Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang tercampur
dengan air limpasan hujan. Sistem ini digunakan apabila daerah pelayanan merupakan
daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun saluran air buangan yang terpisah
dengan saluran air hujan. Debit masing– masing air buangan relatif kecil sehingga dapat
disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda, serta
memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun (Sugiharto, 1987).
Kelebihan dari sistem ini adalah lebih murah daripada sistem terpisah karena hanya
membutuhkan satu jalur. Kelemahan dari sistem ini adalah memiliki dimensi yang besar
karena harus menampung semua air buangan.
Rencana induk SPALD harus disusun secara terpadu dengan sistem penyediaan air
minum.
b. Studi kelayakan
Studi kelayakan disusun berdasarkan rencana induk SPALD dan menjadi acuan untuk
mengetahui tingkat kelayakan usulan pengembangan SPALD. Studi kelayakan disusun
berdasarkan kajian teknis,keuangan, ekonomi dan lingkungan. Kajian teknis paling sedikit
memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Rencana teknis operasional SPALD
2. Kebutuhan lahan
3. Kebutuhan air dan energi
4. Kebutuhan prasarana dan sarana
5. Pengoperasian dan pemeliharaan
6. Umur teknis
7. Kebutuhan sumber daya manusia
c. Perencanaan teknik terinci
Perencanaan teknik terinci bertujuan untuk memenuhi syarat teknis pelaksanaan
konstruksi SPALD-S dan SPALD-T. Perencanaan teknik terinci terdiri atas dokumen
laporan utama dan dokumen terlampir.
Dokumen lampiran utama memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan pola penanganan SPALD
2. Perencanaan komponen SPALLD
3. Perencanaan konstruksi
Wilayah Kota Bandung berdasarkan Perda Nomor 6 tahun 2007 tentang pemekaran
dan pembentukan wilayah kerja kecamatan dan kelurahan di lingkungan Pemerintah
Kota Bandung terbagi dalam 30 kecamatan dan 151 kelurahan yang ditabulasikan
dalam tabel berikut.
3.1.2 Topografi
Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m di atas permukaan laut
(dpl). Titik tertinggi berada di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 m dpl, dan
titik terendah berada di sebelah Selatan dengan ketinggian 675 m dpl. Wilayah
yang dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung menjadi semacam
cekungan (Bandung Basin).
3.1.3 Geologi
Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan
aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian
Utara umumnya jenis tanah andosol, sedangkan di bagian Selatan serta Timur
terdiri atas jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan
Barat tersebar jenis tanah andosol. Secara geologis Kota Bandung berada di
Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh Gunung Berapi yang masih aktif dan
berada di antara tiga daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu (i)
sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi
Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi GarutTasikmalaya-Ciamis.
Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar- sesar yang ada, sehingga
menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu- waktu dapat terjadi. Selain itu Kota
Bandung yang berpenduduk banyak dan padat serta kerapatan bangunan yang
tinggi juga berisiko tinggi pada berbagai bencana.
3.1.4 Hidrologi
Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km,
yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai
Cicadas, Sungai Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus, Sungai Cibedung,
Sungai Curug Dog-dog, Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan, Sungai
Cibuntu, Sungai Cigondewah, Sungai Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai-
sungai tersebut selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air
hujan, juga oleh sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan
MCK. Kota Bandung juga termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai
(DPS) Citarum bagian hulu. Secara Nasional, DPS ini sangat penting karena
merupakan pemasok utama waduk Saguling dan Cirata yang digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik, pertanian, dan lainnya. Saat ini kondisi sebagian besar
sungai di Kota Bandung telah mengalami pencemaran. Regulasi yang tidak tegas
terhadap pengelolahan limbah pabrik menjadi salah satu penyebab tercemarnya
sungai yang ada. Selain itu, penurunan kualitas sungai disebabkan oleh
pembuangan air kotor oleh warga. Sungai Cikapundung merupakan salah satu
sungai penting yang membelah Kota Bandung dan saat ini telah banyak
kehilangan fungsi ekologisnya.
3.1.5 Klimatologi
Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya.
Namun pada beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim
hujan yang lebih lama dari biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim
hujan dirasakan lebih lama terjadi di Kota Bandung. Secara alamiah, Kota
Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk. Selama tahun 2012 tercatat suhu
tertinggi di Kota Bandung mencapai 30,9oC yang terjadi pada bulan September.
Suhu terendah di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 17,4oC yaitu pada bulan
Juli. Kondisi temperatur rata-rata Kota Bandung dari Tahun 2007-2012 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III.2 Temperatur Rata-Rata di Kota Bandung Tahun 2007-2012
3.1.6 Demografi
Penduduk Kota Bandung berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017
sebanyak 2.497.938 jiwa yang terdiri atas 1.260.204 jiwa penduduk laki-laki dan
1.237.734 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah
penduduk tahun 2016, penduduk Bandung mengalami pertumbuhan sebesar 0,29
persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk
lakilaki terhadap penduduk perempuan sebesar 101,82. Data demografi
selengkapnya ditabulasikan dalam tabel berikut.
Jumlah Penduduk
Area DWG Area Kota Jumlah
Blok Kota Bandung
(m2) Bandung (m2) Penduduk (Jiwa)
(jiwa)
1 4405969.28 6562.976304
2 3463040.557 5158.422964
3 1865589.525 2778.916299
4 4134221.755 6158.190783
1677000000 2498000
5 2686074.237 4001.081362
6 2984327.737 4445.349247
7 2284004.649 3402.172697
8 4452155.477 6631.773632
Tabel III.5 Fasilitas umum dan fasilitas sosial pada wilayah perencanaan
Jumlah Jumlah
Blok Fasilitas Unit
Fasilitas Unit
Gereja 1 1 unit
Kantor 21 200 pegawai
TK 1 100 murid
SD 5 800 murid
SMP 1 700 murid
1
Mesjid 13 300 m2
Rumah Makan 1 1
Universitas 1 8000 murid
Kolam Renang 1 150 orang
Asrama 1 300 bed
Masjid 7 300 m2
Kolam Renang 2 150 orang
Puskesmas 2 200 bed
SDN 4 800 murid
TK 4 100 murid
Kantor 8 200 pegawai
Asrama 1 300 bed
SMP 4 700 murid
Hotel 2 300 bed
Apotek 1 1 m2
SMA 1 600 muird
Rumah Sakit 1 300 bed
Gereja 2 1 unit
Universitas 1 8000 murid
Salon 1 50 orang
Bioskop 1 300 kursi
Panti Asuhan 1 150 bed
Rumah makan 1 1
Jumlah Jumlah
Blok Fasilitas Unit
Fasilitas Unit
Taman 1 1 unit
Masjid 3 300 m2
Rumah Makan 1 100 kursi
3
SD 1 800 murid
Universities 1 8000 murid
Toko 1 1 Unit
SD 2 800 murid
SMP 3 700 murid
Masjid 8 300 unit
4
Kantor 4 200 pegawai
Bioskop 1 300 kursi
STM/SMA 1 600 murid
SD 3 800 Murid
SMP 2 700 Murid
SMA/Sederajat 2 600 Murid
Universitas 5 8000 Murid
Kantor 10 200 Pegawai
5 Perniagaan 40 1 Unit
Masjid 5 300 m2
Gereja 1 1 unit
Kesehatan 4 300 Bed
Perhotelan 7 300 Bed
Pariwisata 7 1 Unit
SD 1 800 Murid
SMA/Sederajat 2 600 Murid
6 Kuliah 2 8000 Murid
Kantor 11 200 Pegawai
Perniagaan 55 1 Unit
Jumlah Jumlah
Blok Fasilitas Unit
Fasilitas Unit
Gereja 2 1 Unit
Masjid 1 300 m2
Kesehatan 1 300 Bed
Perhotelan 18 300 Bed
Pariwisata 3 1 Unit
SD 5 800 murid
SMA/Sederajat 3 600 murid
Kuliah 4 8000 murid
Kantor 18 200 pegawai
Perniagaan 75 1 Unit
7 Gereja 2 1 Unit
Masjid 5 300 m2
Kesehatan 4 300 bed
Perhotelan 5 300 bed
Pariwisata 6 1 unit
SMP 3 700 murid
SD 2 800 murid
SMA/Sederajat 2 600 murid
Kuliah 2 8000 murid
Kantor 10 200 pegawai
Perniagaan 18 1 Unit
8 Gereja 1 1 Unit
Masjid 2 300 m2
Kesehatan 3 300 bed
Perhotelan 9 300 bed
Pariwisata 9 1 unit
smp 1 700 murid
3.4 PETA WILAYAH PERENCANAAN
Wilayah perencanaan yang dibuat berlokas di Kota Bandung , Jawa Barat, yang dapat
dilihat pada Gambar III.1 . Kemudian, untuk wilayah perencanaan dan pembagian blok
di wilayah tersebut dapat dilihat pada Gambar III.2
5.1.3 Survei
Kegiatan survei dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting disekitar wilayah
perencanaan yang menjadi penunjang dalam perencanaan.
5.1.6 Perencanaan
Pada tahap ini perencanaan mengenai penanganan air limbah mulai dilakukan sesuai
dengan kondisi wilayah perencanaan dan hasil analisis terhadap masalah yang ada.
5.2 Proyeksi Penduduk
Berikut merupakan data jumlah penduduk di Kota Bandung :
Tabel 5.2.1 Data penduduk Kota Bandung Tahun 2011-2017
Sumber : Kota Bandung dalam angka 2017
Tahun Jumlah Penduduk
2011
2429176
2012
2444617
2013
2458503
2014
2470802
2015
2481469
2016
2490622
2017
2498000
Dari data penduduk yang diperoleh, dilakukan proyeksi penduduk dengan menggunakan
metode eksponensial. Berikut merupakan rumus yang digunakan,
𝑦 = 𝑎𝑒 𝑏𝑥
1
ln 𝑎 = ( )(∑ 𝑙𝑛𝑦 – 𝑏 ∑ 𝑥)
𝑁
𝑁 ∑(𝑥 ln 𝑦) − (∑ 𝑥 ∑ ln 𝑦)
𝑏= 2
𝑁(∑ 𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)
Dimana,
y = jumlah penduduk hasil proyeksi
x = tahun
N = jumlah data
a,b = konstanta
sehingga, didapatkan hasil proyeksi penduduk sebagai berikut,
Tabel 5.2.2 Proyeksi penduduk menggunakan metode eksponensial
Jumlah
Tahun(x) x2 ln y x ln y Pn
Penduduk (y)
2011 2429176 0 14.70306266 0 2433254.914
2012 2444617 1 14.70939902 14.70939902 2444613.449
2013 2458503 4 14.71506319 29.43012637 2456025.007
Jumlah
Tahun(x) x2 ln y x ln y Pn
Penduduk (y)
2014 2470802 9 14.72005335 44.16016006 2467489.834
2015 2481469 16 14.72436128 58.89744513 2479008.179
2016 2490622 25 14.72804304 73.64021518 2490580.292
2017 2498000 36 14.73100097 88.38600582 2502206.425
14098 17273189 91 103.0309835 309.2233516
Pr 2467598 a 2433254,91 b 0.0046572
Dalam periode perencanaan ini, harus dilakukan pemeliharaan rutin dan juga berkala.
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan secara rutin dalam waktu tertentu,
sedangkan emeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan secara periodik dan
memerlukan biaya tambahan guna menjaga usai pakai.
5.5 Perhitungan
b. Delta H
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 − 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
Contoh perhitungan pada blok 1 segmen 1
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 − 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 865 − 827.5
𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐻 = 37.5𝑚