Anda di halaman 1dari 16

PAPER SILVIKULTUR

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR ( TPTJ)

DI SUSUN OLEH :
TASYA ANANDA URBANINGRUM
G1011191205
KELAS B

DOSEN PENGAJAR :
Ir. H. Sudirman Muin, M.MA

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga paper ini dapat selesai dengan tepat waktu. Paper ini dibuat
dengan tujuan memenuhi tugas akhir mata kuliah silvikultur kelas B dari Bapak Ir. H.
Sudirman Muin, M.MA selaku Dosen Pengampu. Selain itu, penyusunan paper ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Sudirman


Muin, M.MA selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Silvikultur. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan paper ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak
sempurnaan yang pembaca temukan dalam paper ini. Penulis juga mengharap adanya
kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Kuningan, 1 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i


BAB I................................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
B. TUJUAN................................................................................................................ 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
A. SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) ................ 3
B. PRINSIP-PRINSIP TPTJ ...................................................................................... 5
C. TUJUAN DAN SASARAN .................................................................................. 5
D. PENGERTIAN ..................................................................................................... 5
E. TAHAPAN KEGIATAN TPTJ ............................................................................. 6
F. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN TATA WAKTU ....................................... 6
1. Penataan Areal Kerja (PAK) ................................................................................ 6
2. Inventarisasi Hutan ............................................................................................... 7
3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) ...................................................................... 8
4. Pengadaan Bibit .................................................................................................... 8
5. Tebang Naungan ................................................................................................... 8
6. Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam ............................................................... 9
7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur.................................................... 10
8. Pembebasan dan Penjarangan ............................................................................. 10
9. Pemanenan .......................................................................................................... 11
BAB III ........................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia yang terletak di daerah tropika mempunyai kekayaan alam
yang berlimpah ruah dan beraneka ragam. Salah satu kekayaan alam Indonesia ini
adalah mempunyai berbagai ekosistem hutan yang tersebar dari tepi laut sampai dengan
di puncak gunung beserta jenis-jenis kegiatan kehutanannya. Hutan tropika basah di
Indonesia terdiri atas berbagai tipe hutan yaitu hutan dataran rendah, hutan pegunungan,
hutan bakau, hutan rawa, hutan kerangas dan hutan pantai. Masing-masing hutan
tersebut mempunyai susunan jenis dan struktur yang berbeda. Demikian pula tanah-
tanah tempat tumbuhnya serta ketinggian dari permukaan laut. Oleh karena itu sistem
silvikultur yang diterapkan pada masing-masing tipe hutan tersebut tidak perlu dan tidak
dapat seragam, jadi harus disesuaikan menurut kondisi tipe hutannya. Pemilihan sistem
silvikultur harus sesuai dengan keadaan hutan, baik komposisi maupun struktur
hutannya serta kondisi ekologisnya. Pemerintah sudah mengeluarkan serangkaian
peraturan yang ditujukan untuk menjamin kelestarian hutan sesuai dengan fungsinya.
Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau teknik bercocok tanam
hutan yang dimulai dari pemilihan bibit, pembuatan tanaman, sampai pada pemanenan
atau penebangannya (SK Menteri Kehutanan No.309/Kpts-II/1999). Sistem silvikultur
merupakan serangkaian kegiatan terencana mengenai pengelolaan hutan yang meliputi
penebangan, peremajaan dan pemeliharaan tegakan hutan guna menjamin kelestarian
produksi kayu dan hasil hutan lainnya. (Ngadiono,2004)
Tiga hal penting yang menjadi focus dalam sistem silvikultur adalah metode
regresi dari suatu tegakan yang membentuk hutan, bentuk dari hasil yang akan
diproduksi, dan pengaturan dari pohon-pohon dari suatu tegakan hutan, dimana
mengacu pada pertimbangan silvikultur dan perlindungan serta kemudahan dalam
pemanenan.
Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No.309/Kpts-II/1999 tentang Sistem
Silvikultut dan Daur Tanaman Pokok dan Pengelolaan Hutan Produksi, sistem

1
silvikultur yang dilakukan dalam kegiatan pengelolaan hutan produksi di Indonesia
adalah TPTI,THPB,THPA,dan TPTJ.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai media pembelajaran bagi
mahasiswa mengenai sistem silvikultur di Indonesia yang lebih kepada sistem TPTJ
(Tebang Pilih Tanam Jalur).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)


Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur yang
digulirkan sebagai alternative pembangunan hutan tanaman industry (HTI) HTI
menggunakan sistem tebang habis sementara TPTJ menyisakan hutan alam diantara
jalur-jalur tanam. Penerapan sistem silvikultur TPTJ dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas hutan dengan cara membangun hutan tanaman yang
produktif. Kegiatan pembinaan hutan dalam sistem TPTJ meliputi pengadaan bibit,
penanaman, pemeliharaan dan perlindungan yang dilakukan secara berkesinambungan
(Suparna & Purnomo 200).
Selanjutnya Suparna & Purnomo (2004) menyatakan bahwa melalui penerapan
sistem TPTJ ada beberapa hal penting yang dapat dicapai, antara lain :
1. Peningkatan produktivitas dalam pengertian bahwa dengan penurunan batas diameter
tebang ≥ 40 cm maka produksi kayu perhektar yang akan diperoleh menjadi lebih
besar. Melalui sistem TPTJ, areal bekas tebangan TPTI dapat dibudidayakan tanpa
harus menunggu selama 35 tahun dan untuk tebangan berikutnya produksi kayu dapat
diperoleh baik dari hasil tanaman dalam jalur tanam maupun dari jalur antara.
2. Penurunan limit diameter tebangan menghasilkan ruang tumbuh yang memungkinkan
bagi penanaman jenis didalam jalur
3. Melalui penanaman dalam jalur, kegiatan pemeriksaan tanaman di lapangan akan lebih
efisien, muarh, dan mudah.
4. Meningkatnya penerapan tenaga kerja sekitar hutan melalui program penanaman dan
pemeliharaan yang dilakukan secara intensif.
5. Pengamanan areal hutan alam bekas tebangan dari perladangan berpindah dan
perambahan karena secara umum adat ata penghormatan terhadap areal yang sudah ada
kegiatan penanamannya.
6. Menggunakan bibit dari jenis terpilih sehingga produktivitasnya meningkat.
7. Keanekaragaman hayati tetap terjaga dengan adanya jalur antara.

3
Sistem silvikultur TPTJ didefinisikan sebagai sistem silvikultur hutan alam yang
mengharuskan adanya penanaman pada hutan pasca penebangan secara jalur, yaitu 20
m antara jalur dan jarak tanam 2,5 m dalam jalur serta jalur tanam dibuat selebar 3 m
yang merupakan jalur bebas naungan dan harus bersih dari pohon-pohon yang
menaungi da pada jalur tanam tidak boleh dilewati alat berat, kecuali pada pinggir jalan
sebelum ada tanaman, sedangkan jalur anatar selebar 17 m yang merupakan tegakan
alam. Tanpa memperhatikan cukup tidaknya anakan alam yang tersedia dalam tegakan
tinggal, sebanyak 80 anakan/hektar harus ditanam untuk menjamin kelestarian produksi
pada rotasi berikutnya. Pada sistem silvikultur TPTJ pohon-pohon yang ditebang adalah
pohon-pohon komersil yang berdiameter ≥ 40 cm ke atas (Suparna & Purnomo).
Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur uji
coba yang digulirkan sebagai alternatif pembangunan HTI. HTI menggunakan tebang
habis, sementara TPTJ menyisakan hutan alam diantara jalur tanam. Pembukaan
tutupan hutan terjadi pada jalur bersih selebar 3 m yang berada di tengah jalur tanam
selebar 10 m yang bebas dari naungan pohon. Di antara jalur tanam disisakan hutan
alam selebar 25 m yang ditebang dengan batas diameter 40 cm ke atas. Adapun tujuan
dari sistem silvikultur TPTJ yaitu agar kegiatan pengelolaan hutan dapat dilaksanakan
secara intensif dengan melakukan kegiatan-kegiatan silvikultur melalui sistem jalur
sehingga penanaman dan pengawasan hutan lebih terjamin (Departemen Kehutanan
1998).
Menurut Daniel et al (1987) kata tebang pilih dalam sistem silvikultur tebang
pilih bermakna bahwa pohon yang terpilih, baik jenis pohonnya maupun dimensinya,
disesuaikan dengan spesifikasi dan kualifikasi produksi kayu yang diisyaratkan untuk
bahan baku industri perkayuan tertentu. Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur
merupakan sistem pengelolaan hutan alam produksi dengan penanaman jenis meranti
secara jalur pada petak-petak bekas tebangan. Macam-macam jalur yang yang dibuat
dalam sistem silvikultur TPTJ adalah jalur bersih, jalur bebas naungan, jalur tanam dan
jalur antara.
Menurut keputusan Menteri Kehutana dan Perkebunan No.309/Kpts-II/1999
tentang Sistem Silvikultur dan Daur tanam Pokok dalam pengelolaan Hutan Produksi,
Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur yang meliputi cara tebang

4
pilih dengan batas diameter minimal 40 cm diikuti permudaan buatan dalam jalur.
Pengertian lain dari sistem silvikultur TPTJ adalah sistem silvikultur hutan alam yang
mengharuskan adanya penanaman pengayaan pada areal bekas tebangan secara jalur
sesuai dengan aturan yang ditetapkan yaitu 25 m antara jalur dan 5 m dalam jalur
tanam, tanpa memperhatikan cukup tidaknya anakan alam yang tersedia pada tegakan
tinggal. Tujuan TPTJ adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak
seumur melalui tebang pilih dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam jalur untuk
meningkatkan riap dalam rangka memperoleh pemanenan yang lestari. Sedangkan
sasaran TPTJ adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK atau
KPKP. Ruang antar jalur bertujuan untuk memperkaya keanekaragaman hayati.
Kelebihan sistem TPTJ dibandingkan TPTI yaitu pada TPTJ kelestarian produksi akan
terjamin karena mekanisme control dapat dilakukan dengan optimal.

B. PRINSIP-PRINSIP TPTJ
1. Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur.
2. Teknik pemanenan dengan tebang pilih.
3. Meningkatkan riap.
4. Mempertahankan keanekaragaman hayati.
5. Menciptakan ruang tumbuh optimal bagi tanaman.
6. Penanaman jenis unggulan lokal dalam jalur.

C. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan TPTJ adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur
melalui tebang pilih dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam jalur untuk meningkatkan
riap dalam rangka memperoleh panenan yang lestari. Sasaran TPTJ adalah pada hutan
alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK atau KPHP.

D. PENGERTIAN
1. Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter tertentu pada jenis-
jenis niagawi dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat.

5
2. Penanaman dalam jalur adalah kegiatan menanam dalam rangka pemanfaatan ruang
tumbuh dengan jenis-jenis tanaman unggulan setempat.
3. Jalur antara adalah jalur tegakan tinggal yang dibina dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan produktivitas dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

E. TAHAPAN KEGIATAN TPTJ

No
Tahap Kegiatan
.
1 Penataan Areal Kerja (PAK)
2 Inventarisasi Hutan
3 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
4 Pengadaan Bibit
5 Tebang Naungan
6 Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam
7 Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur
8 Pembebasan dan Penjarangan
9 Pemanenan
10 Perlindungan dan Pengamanan Hutan

F. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN TATA WAKTU


1. Penataan Areal Kerja (PAK)

1.1. Prinsip
1. Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan
RKUPHHK.
2. Dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan.
3. Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime TPTJ.

6
1.2. Perencanaan
1. Mempedomani RKUPHHK yang telah disahkan.
2. Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan petak- petak kerja.
3. Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan siklus tebang yang ditetapkan.
4. Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi lapangan.
5. Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai rencana tahun
penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak
pertama sampai petak terakhir.
6. Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.
7. Buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 10.000.
8. 1.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penataan
Areal Kerja (PAK) berdasarkan prinsip pada angka 1.1. di atas.

2. Inventarisasi Hutan
2.1. Prinsip
1. Inventarisasi hutan pada blok RKT dengan intensitas 100 % untuk pohon
niagawi dengan diameter > 40 cm; dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan
yang berlaku.
2. Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK.

2.2. Perencanaan
1. Buat rencana jalur-jalur inventarisasi pada setiap petak kerja yang ada di dalam
blok RKT berdasarkan peta hasil PAK.
2. Buat semua jalur ukur dalam petak searah (misal Utara - Selatan).
3. Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil Inventarisasi Hutan.
4. Buat peta rencana Inventarisasi Hutan skala 1 : 5.000.

2.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Inventarisasi


Hutan berdasarkan prinsip pada angka 2.1. di atas, dan sekaligus membuat peta
kontur dan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.

7
3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
. 3.1. Prinsip
Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
. 3.2. Perencanaan
1. Buat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT.
2. Buat rencana trace jalan angkutan dan jalan sarad berdasarkan peta kontur hasil
Inventarisasi Hutan.
3. Buat rencana lokasi base camp, TPK, TPn, pondok kerja, dan lain- lain.

3.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembukaan


Wilayah Hutan (PWH) berdasarkan prinsip pada angka 3.1. di atas.
.
4. Pengadaan Bibit
4.1. Prinsip Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat, dapat berasal dari biji,
atau cabutan, atau stek, atau kultur jaringan.

4.2. Perencanaan
1. Buat rencana persemaian: lokasi, sumber bibit (pohon plus), bangunan, SDM,
peralatan.
2. Buat rencana kebutuhan bibit.

4.3. Pelaksanaan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pengadaan Bibit
berdasarkan prinsip pada angka 4.1. di atas.

5. Tebang Naungan
5.1. Prinsip
1. Pembebasan dari naungan pohon dominan.
2. Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3. Penebangan pohon diameter > 40 cm dan masuk ke dalam target RKT .

5.2. Perencanaan
1. Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.

8
2. Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT 
yang telah
disahkan.

5.3. Pelaksanaan
1. Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Tebang Naungan berdasarkan
prinsip pada angka 5.1. di atas.
2. Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

6. Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam


6.1. Prinsip
1. Membuat ruang tumbuh.
2. Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3. Penebangan dapat dilakukan pada semua pohon dalam jalur dan masuk ke dalam
target RKT.

6.2. Perencanaan
1. Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.
2. Membuat jalur tanam dengan jarak antar sumbu jalur + 20 meter dan jarak tanam
dalam jalur + 5 meter.
3. Membuat jalur tanam selebar + 3 meter.
4. Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah
disahkan.

6.3. Pelaksanaan
1. Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penyiapan dan Pembuatan
Jalur Tanam berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas.
2. Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

9
7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur
7.1. Prinsip
1. Meningkatkan produktivitas pada blok RKT.
2. Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat.

7.2. Perencanaan
1. Buat dan kelola tanaman dengan mengutamakan bibit jenis unggulan lokal.
2. Buat peta rencana penanaman dalam jalur.

7.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Penanaman dan Pemeliharaan
Tanaman Jalur berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.

8. Pembebasan dan Penjarangan


8.1. Prinsip
1. Meningkatkan riap pohon binaan.
2. Pohon binaan bisa berasal dari permudaan alam dan tanaman jalur .

. 8.2. Perencanaan
1. Menetapkan pohon terbaik dari permudaan alam di jalur antara dan dari tanaman
di jalur tanam sebagai pohon binaan di petak kerja.
2. Membebaskan pohon binaan dari tanaman penyaing.
3. Membuat peta pohon binaan hasil pembebasan.
.
. 8.3. Pelaksanaan
1. Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pembebasan dan Penjarangan
berdasarkan prinsip angka 8.1. di atas.
2. Pembebasan pohon dapat menggunakan antara lain arborisida yang ramah
lingkungan khusus pohon besar.

10
9. Pemanenan
. 9.1. Prinsip
1. Pemanenan dengan tebang habis pada jalur tanam dan tebang pilih pada jalur
antara untuk pohon diameter > 40 cm.
2. Memanen tidak boleh melebihi riap.
3. Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

9.2. Perencanaan
1. Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon binaan skala 1 : 1.000.
2. Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT

9.3. Pelaksanaan
1. Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pemanenan berdasarkan prinsip
pada angka 9.1. di atas.
2. Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tebang Pilih Tananm Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur yang meliputi cara
tebang pilih dengan batas diameter minimal 40 cm diikuti permudaan buatan dalam
jalur.
Kelebihan sistem TPTJ dibandingkan TPTI yaitu pada TPTJ kelestarian produksi
akan terjamin karena mekanisme control dapat dilakukan dengan optimal.
Sasaran dari TPTJ adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan diareal
IUPHHK atau KPHP.

12
DAFTAR PUSTAKA

Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Marsono D,
penerjemah; Soseno OH, editor. Jogjakarta (ID) : Gajah Mada University Press.
Terjemahan dari : Principle of Silviculture.

Departemen Kehutanan. 1998. Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)
dalam Pengelolaan Hutan Produksi Alam. Jakarta (ID) : Departemen Kehutanan.

Suparna N dan Purnomo S. 2004. Pengalaman Membangun Hutan Meranti Di PT. Sari
Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. Jakarta: PT. Alas Kusuma.

Widiyatno, Soekotjo, Moh Naiem, Suryo Hardiwinoto dan Susilo Purnomo. 2011.
Pertumbuhan Meranti (Shorea spp.) pada Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur dengan
Teknik Silvikultur Intensif (TPTJ-SILIN). Yokyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai